Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERILAKU ORGANISASI TERHADAP DINAMIKA

PERUBAHAN LINGKUNGAN DALAM MENGHADAPI


PENDEMI COVID – 19

NAMA : NENI RIDAWATI BANUREA


NIM : 018687722
MATA KULIAH : PERILAKU ORGANISASI

UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada tahun 2019 serangan pandemi Covid-19 mulai menyebar kek seluruh
dunia dengan tingkat serangan yang sangat cepat. Pada bulan Januari 2020,
organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) menetapkan
darurat global terhadap wabah virus Covid- 19. Menurut data WHO
(2021), Covid-19 telah menjangkiti 216 negara Sejak 2 Februari 2021,
jumlah individu yang terinfeksi telah mencapai 102.817.575 dan 2.227.520
di antaranya meninggal dunia. Kasus infeksi Covid-19 terbanyak justru
dialami oleh negara maju di benua Amerika dan Eropa. Berdasarkan data
WHO (2021) sepuluh negara yang memiliki kasus terbanyak adalah
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Inggris, Spanyol, Italia, India, Jerman,
Perancis, dan Turki. Sebagai negara berkembang, Indonesia ternyata
merupakan salah satu negara dengan tingkat konfirmasi positif Covid
yang cukup tinggi di dunia. Pada bulan Desember 2020, Indonesia
menduduki peringkat empat dunia dengan kasus terkonfirmasi positif
Covid-19.
Dalam rangka mengurangi dan menekan pandemi tersebut, pemerintah
telah mengeluarkan banyak kebijakan yang berdampak langsung pada
perubahan tata kelola organisasi. Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari
rumah, dan ibadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi
penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut diambil dalam kondisi darurat
pandemi Covid-19 yang jumlah kasusnya terus bertambah. Sehingga
untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19 kebijakan tersebut tepat,
meski dalam perjalanannya menimbulkan masalah baru bagi kalangan
masyarakat, baik pelajar, pekerja/karyawan, dan seluruh rakyat, oleh karena
seluruh kegiatan harus dilakukan di rumah, yang dikenal dengan istilah
Work From Home (WFH) dan menerapkan social distancing.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah memaksa suatu
organisasi untuk melakukan langkah-langkah agar organisasi tersebut dapat
memaksimalkan opersional dengan efektif dan efisien. Perampingan dilakukan
untuk menjalankan kebijakan dari pemerintah agar tidak mengurangi
produktifitas personil untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, atau bahkan
sekedar menekan kerugian yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 agar
operasional organisasi tetap berjalan dengan memaksimalkan kompetensi
personil yang dipertahankan di dalam organisasi tersebut. Tidak sedikit
organisasi berhenti beroperasi karena kebijakan tersebut dikarenakan
organisasi tersebut berhungan langsung dengan orang yang memungkinkan
penyebaran virus Covid-19 lebih cepat.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk memenuhi penugasan
yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa dalam memahami pembelajaran
yang telah diberikan pada modul Organisasi dan Perilaku Organisasi, modul
Dasar-dasar Perilaku Individu, dan modul Persepsi dan Stres di Lingkungan
Kerja pada mata kuliah Perilaku Organisasi.
Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat mengembangkan potensi
individu dan potensi adaptasi sebuah organisasi dalam rangka adaptasi
terhadap perubahan lingkungan selama pandemi Covid-19 dan segala
kemungkinan perubahan kebutuhan dan kebijakan organisasi setelah
menghadapi adaptasi kebiasaan baru (new normal), sehingga suatu organisasi
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
KAJIAN TEORI

A. PERILAKU ORGANISASI
Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi
yang mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan
pengaruh lingkungan
Perilaku organisasi merupakan sebuah studi yang menyelidiki pengaruh
yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam
organisasi yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna
meningkatkan keefektifan suatu organisasi.
Perilaku organisasi adalah sebuah bidang studi, berarti bahwa PO adalah
sebuah bidang keahlian khusus yang mempunyai pokok ilmu pengetahuan
yang umum. PO mengajarkan tiga factor penentu perilaku dalam organisasi
meliputi : Individu, Kelompok dan Struktur.

B. PERILAKU INDIVIDU
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja
organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.
Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan
keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena
itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan kinerjanya. Karyawan sebagai individu ketika
memasuki perusahaan akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai
karakteristik individualnya.
Keagresifan, kekompetitifan dan ke tak bergantungan seseorangan
merupakan karakterisrik kepribadian yang bisa dikembangkan sejak usia dini.
(Robbin, 2006). Semua perilaku dibentuk oleh kepribadian dan pengalaman
belajar yang telah dijumpai. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru
biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya. Selanjutnya
karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan
organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut
akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi.

C. PERSEPSI DAN STRES DI LINGKUNGAN KERJA


Istilah stres berasal dari bahasa Inggris Stress. Menurut Kamus Oxford
stress diartikan dengan pressure or worry caused by the problems in
somebody’s life, yaitu tekanan atau kekhawatiran yang disebabkan oleh
masalah dalam hidup seseorang. (https://www.oxfordlearners
dictionaries.com). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia stress
diartikan dengan gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang
disebabkan oleh faktor luar; ketegangan. (KBBI https://kbbi.web.id/stres)
Para ahli mendefinisikan stress dengan redaksi yang berbeda-beda.
Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di
mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial
imbalance between demand (physical and psychological) and response
capability, under condition where failure to meet that demand has importance
concequences”. Artinya, ada ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan
psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan
tersebut akan berdampak krusial.
Sarafino (1994) mendefinisikan stress sebagai tekanan internal maupun
eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal
and external pressure and other troublesome condisition in life).
Beberapa konsep tersebut menjelaskan stress sebagai sebuah kondisi yang
disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari
situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis, dan sosial dari
seseorang.
PEMBAHASAN

A. PERILAKU ORGANISASI
Perilaku organisasi mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil
interaksi dari sifat khusus (karakteristik) anggota dan sifat khusus
(karakteristik) para anggotannya dan pengaruh lingkungan. Perilaku ini akan
sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Perilaku organisasi diharuskan
melakukan perubahan yang signifikan dan adaptasi terhadap seluruh
kemungkinan dari kebijakan pemerintah agar tujuan berdirinya organisasi
tersebut tetap dapat dicapai dengan optimal. Perubahan dan adaptasi tersebut
sangat memungkinkan perubahan sistem manajemen dan perampingan-
perampingan didalamnya. Hal tersebut juga akan mempengaruhi kuantitas dari
personil karena kompetensi personil tersebut kurang dibutuhkan atau bahkan
tidak dibutuhkan pada masa pandemi Covid-19. Pengurangan kuantitas
personil di dalam organisasi tersebut harus memperhatikan kualitas kerja dan
operasional sehingga tujuan organisasi masih dapat dicapai dengan optimal.
Perilaku organisasi mengajarkan tiga faktor penentu perilaku dalam
organisasi meliputi : Individu, Kelompok dan Struktur.
Perilaku organisasi yang berperan menyelidiki pengaruh yang dimiliki
oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi yang
bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna meningkatkan
keefektifan suatu organisasi. Dalam ini personil atau individu yang memiliki
kompetensi atau tugas yang berhubungan langsung dengan orang banyak
sudah pasti akan terdampak. Dampak terhadap personil tersebut
mengharuskan perubahan atau adaptasi perilaku organisasi agar meminimalisir
konflik internal dan eksternal. Konflik dapat terjadi dikarenakan personil atau
individu tersebut dikenakan kebijakan organisasi berupa pemutusan hubungan
kerja (PHK) atau personil tersebut dirumahkan. Kebijakan perubahan dan
adaptasi perilaku organisasi harus tetap memperhatikan personil tersebut agar
mampu menghadapi pandemi Covid-19 setelah personil tersebut tidak
tergadung dalam organisasi. Perilaku organisasi dapat berupa dispensasi
materil atas jasa kinerja yang telah diberikan kepada organisasi.
Seiring terjadinya pandemi Covid-19 juga akan memaksa perubahan
perilaku organisasi terhadap struktur didalamnya. Seperti hal nya perubahan
dan adaptasi perilaku organisasi terhadap individu, perilaku organisasi
disebabkan pandemi covid-19 juga akan mempengaruhi struktur organisasi.
Organisasi akan melakukan perampingan jumlah bagian-bagian atau divisi-
divisi yang dianggap tidak berperan optimal selama pandemi Covid-19. Hal
ini harus dilakukan mengingat penurunan profit atau keuntungan dari hasil
organisasi tersebut. Profit atau keuntungan yang didapat akan semakin
menurun disebabkan tetap mempertahankan bagian/ divisi yang tidak
menunjang kinerja organisasi tersebut, oleh karena itu untuk meminimalisir
kerugian terus menerus, kebijakan organisasi untuk memangkas bagian/ divisi
tersebut sangat diperlukan.

B. PERILAKU INDIVIDU
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja
organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.
Pada pandemi Covid-19 kinerja individu akan berkurang disebabkan aturan-
aturan yang membatasi. Sebagai contoh konkrit individu yang berhubungan
dengan pelayanan publik akan sangat terbatas dikarenakan aturan social
distancing. Faktor pencegahan penyebaran virus tersebut akan memaksa
mempengaruhi setiap individu untuk mengurangi interaksi atau bahkan
menghindari interaksi dengan orang lain. Hal ini tentu sangat berpengaruh
besar terhadap kualitas kinerja individu tersebut. Berbagai upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan
produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku
organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Karakteristik kepribadian yang bisa dikembangkan akan menjadi menurun
atau bahkan terhenti dikarenakan dibatasi aturan-aturan atau faktor psikis dari
individu tersebut yang tidak ingin terjangkiti oleh virus Covid-19. Interaksi
dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas,
wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian
akan berpengaruh kepada kinerja atau output dari tanggungjawab individu
tersebut yang secara umum akan menurun. Hasil interaksi tersebut akan
membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi. Penurunan
penghasilan yang disebabkan penurunan kinerja merupakan hal yang tidak
dapat dihindari. Tetapi hal tersebut menjadi pilihan yang tidak dapat
dihindarkan sebanding dengan resiko yang akan diterima apabila terjangkiti
virus Covid-19.

C. PERSEPSI DAN STRES DI LINGKUNGAN KERJA


Stress dapat dipahami bahwa sebagai bentuk penyesuaian diri dengan
tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan tersebut dalam hal ini
disebabkan oleh pandemi Covid-19. Apabila kondisi tersebut tidak teratasi
dengan baik maka terjadilah gangguan pada satu atau lebih organ tubuh yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik. Keadaan tersebut menyebabkan rasa tidak
nyaman yang dialami oleh individu dan keadaan tersebut mengganggu
pikiran, emosional, tindakan atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Di masa pandemi Covid-19 diterapkan social distancing dan pekerja
beraktivitas dari rumah (Work From Home/ WFH). Semua kantor dan
tempat usaha tutup. Bagi individu yang dapat melakukan tugasnya di rumah
tidak menjadi masalah yang besar, akan tetapi bagi pekerja di bidang jasa
dan produksi yang mengharuskan di lokasi tempat kerja akan menimbulkan
masalah. Tidak adanya kepastian kapan masa pandemi covid ini berakhir
menimbulkan ketidakpastian bagi para pengusaha dan para pekerja. Tidak
sedikit perusahaan yang melakukan PHK, karena mandeknya kegiatan.
Sementara yang terus melakukan usaha mengalami penurunan
produktivitas. Inilah antara lain yang menimbulkan stress kerja di masa
pandemi Covid-19. Apabila melihat kondisi yang ada, stress kerja pada masa
pandemi covid ini disebabkan social distancing yang mengakibatkan
aktivitas masyarakat berkurang. Dampaknya adalah menurunnya
produktivitas. Pada sisi lain, bagi pekerja yang mulai menerapkan WFO (Work
From Office) juga diliputi kecemasan yang menimbulkan stress tersendiri,
khawatir terkena virus covid. Kondisi demikian terjadi antara lain adanya
karyawan tidak disiplin dalam menerapkan protokol Kesehatan. Manusia
adalah makhluk sosial, yang biasa berinteraksi dengan orang lain akan
mengalami ketidaknyamanan apabila harus terus menerus ada di rumah.
Kondisi demikian apabila berlarut akan menimbulkan tekanan jiwa tersendiri.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa ketidakpastian situasi, masalah
ekonomi, gaji yang dipangkas, atau bahkan terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK) menjadi faktor yang memicu terjadinya stress dalam kerja.
Di lain sisi, pemenuhan kebutuhan keluarga yang mendesak akan
menimbulkan keterpaksaan yang mengharuskan setiap individu untuk
menjalankan resiko pekerjaan. Hal ini tidak dapat dihindari karena kebutuhan
pokok yang tidak dapat ditunda. Menjalankan solusi-solusi pencegahan
penyebaran pandemi sesuai anjuran pemerintah harus dijalankan agar
pekerjaan tetap dapat dijalankan walaupun hal tersebut tidak menjamin
peningkatan produktifitas individu tersebut.
KESIMPULAN

A. PERUBAHAN DAN ADAPTASI KEBIJAKAN ORGANISASI


Perubahan dan adaptasi kebijakan organisasi pasti akan terjadi pada setiap
organisasi yang terimbas pandemi Covid-19 baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Aturan-aturan pemerintah dalam hal kesehatan memaksa
perubahan dan adaptasi perilaku organisasi. Menyikapi hal tersebut, organisasi
juga akan beradaptasi dan melakukan perubahan pada sistem, aturan dan
struktur organisasi. Perubahan atau adaptasi ini sudah barang pasti juga akan
mempengaruhi personil-personil yang mengisi struktur-struktur organisasi
tersebut.
Pandemi Covid-19 ini juga memungkinkan sebuah organisasi/ perusahaan
berhenti beroprasi, dan yang memaksa beroperasi bukan hal yang tidak
mungkin akan mengalami kebangkrutan. Untuk menghindari hal tersebut
perlu ditempuh langkah-langkah konkrit agar dapat menjalankan perubahan
dan adaptasi kebijakan-kebijakan.

B. KETAATAN PADA ATURAN PEMERINTAH


Disebabkan aturan pemerintah, seluruh elemen organisasi dan invidu lebih
mematuhi peraturan pemerintah. Sanksi yang ditetapkan sudah jelas dan
sangat tegas sehingga dengan sendirinya untuk keberlangsungan operasional
sebuah organisasi harus menaati aturan dan kebijakan dari pemerintah.

C. PENINGKATAN KEPEDULIAN TERHADAP KESEHATAN


Dalam peningkatan kepedulian terhadap kesehatan akan mengalami
perubahan yang sangat besar. Selain atas kepatuhan terhadap peraturan, juga
timbul kesadaran sendiri terhadap kesehatan agar dapat bertahan dari serangan
virus Covid-19. Dengan kepatuhan tersebut sebuah organisasi dapat tetap
menjalankan operasionalnya walaupun dalam kondisi yang terbatas, dan untuk
individu yang bekerja pada suatu organisasi tetap bekerja dengan optimal,
sehingga antara organisasi dan individu tetap dapat berjalan dengan selaras.
D. KETERPAKSAAN ATAS KEBUTUHAN POKOK
Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan aturan dan kebijakan
pemerintah maupun organisasi terjadi oleh dasar keterpaksaan atas kebutuhan
pokok, baik untuk individu ataupun organisasi. Individu yang harus memenuhi
kebutuhan pokok wajib menjalankan setiap aturan dengan baik. Organisasi
yang ingin menjalankan proses usahanya terpaksa melaksanakan setiap aturan
dan kebijakan untuk menghindari sanksi yang sudah ditetapkan.

E. KEBIJAKAN PEMERINTAH
Disebabkan pandemi Covid-19, pemerintah diharuskan bekerja ekstra
dalam memberikan solusi penekanan penyebaran pandemi tersebut. Selain
mengeluarkan kebijakan atau aturan yang membatasi seluruh aspek kehidupan
setiap individu atau kebelangsungan berjalannya sebuah organisasi,
pemerintah juga diharapkan mampu memberi solusi terbaik kepada yang
terkena dampak secara langsung. Pembinaan dan penciptaan lapangan kerja
baru atau pemberian subsidi diharapkan mampu memberikan jalan keluar yang
konkrit dalam mengendalikan pandemi Covid-19 sehingga setiap organisasi
dan individu dapat bertahan sampai pandemi berakhir, yang setidaknya solusi
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar setiap manusia.
DAFTAR PUSTAKA

https://accurate.id/marketing-manajemen/perilaku-organisasi-adalah/

https://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-perilaku-organisasi-1/
#:~:text=Perilaku%20organisasi%20merupakan%20sebuah%20studi,guna
%20meningkatkan%20keefektifan%20suatu%20organisasi.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/41156/35488

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/7959/pdf

https://ibn.e-journal.id/index.php/ESENSI/article/download/205/18

https://eprints.uniska-bjm.ac.id/3262/1/Buku%20Perilaku%20Organisasi.Rahmi%
20Widyanti.pdf

https://www.oxfordlearnersdictionaries.com

https://kbbi.web.id/stres

Anda mungkin juga menyukai