Anda di halaman 1dari 2

Menurut pendapat saya, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses usaha untuk

melihat, menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang
direncanakan ( Widodo,2001). Sebagai seorang pimpinan mempunyai tanggung jawab
dalam kelancaran kegiatan organisasi bisa disebut dengan pengawasan. Pimpinan juga
perlu memperoleh masukan mengenai pengawasan yang dilakukan baik secara internal
maupun eksternal di mana sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan
efisiensi, efektivitas, rasionalitas, dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan
tugas- tugas dalam organisasi. Di dalam suatu organisasi perlu diadakannya pengawasan
karena penting bagi seorang pimpinan :
A. Mencegah kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan
ketidaktertiban
B. Menghentikan dan menghilangkan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban
C. Mempertahankan sistem yang sudah baik dan mencari alternatif yang lain dalam
rangka mencapai tujuan dan melaksanakan tugas- tugas organisasi.
Adapun pengawasan keuangan negara yang dilakukan lembaga pengawas baik secara
eksternal maupun internal :
1. BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan) , di dalam menjalankan tugasnya BPK
diatur dalam Pasal 23 E, 23F, dan 23 G UUD Tahun 1945 terutama
menyangkut pengelolaan keuangan negara. Fungsi BPK termasuk melakukan
pengujian dalam penerimaan dan pengeluaran keuangan negara berdasarkan
ketentuan penguasaan dan pengurusan keuangan negara.
2. BPKP ( Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), BPK bertugas
melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang
berlaku. BPKP merupakan salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (
LNPD) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
3. BAWASDA ( Badan Pengawasan Daerah), sesuai dengan Pasal 3 tentang
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pengawasan
internal keuangan Pemerintah Daerah dilakukan oleh BAWASDA disampaikan
kepada BPKP dan BPK untuk ditindak lanjuti.
Di dalam proses pengawasan keuangan negara masih ada yang melakukan korupsi apa
penyebabnya? Kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh kepala daerah masih tergolong
tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo menyoroti
banyaknya kepala daerah yang tersangkut kasus hukum. Faktor – faktor yang melibatkan
para pejabat terjangkit kasus korupsi yaitu :
Monopoli kekuasaan
Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan tentang monopoli kekuasaan di
simpulkan bahwa kepala daerah memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam pengelolaan
anggaran APBD, perekrutan pejabat daerah, pemberian ijin sumber daya alam, pengadaan
barang dan jasa dan pembuatan peraturan kepala daerah, dan adanya dinasti kekuasaan,
hal ini menyebabkan kepala daerah melakukan tindak pidana korupsi melalui suap dan
gratifikasi
Diskresi kebijakan.
Berdasarkan pernyataan dari informan bahwa hak diskresi melekat pada pejabat publik,
khususnya kepala daerah, artinya diskresi di lakukan karena tidak semua tercakup dalam
peraturan sehingga diperlukan kebijakan untuk memutuskan sesuatu, sehingga apa yang
ditarget itu bisa terpenuhi tanpa harus menunggu adanya aturan yang tersedia.
Lemahnya Akuntabilitas
dalam lemahnya akuntabilitas adalah kurang nya transparansi dalam pengelolaan anggaran,
pengelolaan aset dan dalam pengadaan barang dan jasa, sehingga menyebabkan kepala
daerah melakukan tindak pidana korupsi.
SUMBER : MODUL ADPU4230
http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/2674/16.050-Faktor-Faktor-Penyebab-
Kepala-Daerah-Korupsi

Anda mungkin juga menyukai