DISUSUN OLEH :
GITA AMELIA NAPITUPULU
2015.08.078
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
Peranan Umat Kristiani ditengah-tengah Mayarakat Majemuk. Karya tulis ini disusun
Makalah ini berisi tentang penjelasan. Penulis berharap makalah ini dapat berguna
bagi pembaca untuk memperluas ilmu pengetahuan. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan demi
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Pebrianty Germany, S.Pd. K,M.Pd
(selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Kristen), yang telah memberikan
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
Perpajakan Indonesia
Penulis
PENDAHULUAN
Ajaran Kristen dewasa ini diartikan sebagai gerakan ketahanan melawan kekuatan
berhala dan dari perusakan penciptaan, untuk mewujudkan misi ini, umat Kristen dihadapkan
pada tantangan kepelbagaian/pluralitas dan perpecahan. Tapi bila kita meletakkan Kristus
Indonesia maka selayaknya teori dan doktrin yang harus digunakan adalah apa dan
bagaimana harus dilakukan sebagai tanggung jawab sebagai orang percaya di dunia ini dalam
tugas dan panggilannya membuat dunia ini menjadi tempat yang nyaman untuk hidup saat ini
PEMBAHASAN
kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka
sebuah konsep kemajemukan atau keberagaman, dimana jika kita kembali pada arti
pluralisme itu sendiri bahwa pluralisme itu merupakan suatu kondisi masyarakat yang
majemuk.
Kemajemukan disini dapat berarti kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya.
Namun yang sering menjadi isu terhangat berada pada kemajemukan beragama. Pada
prinsipnya, konsep pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap
pluralisme itu. Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini mulai
dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh.
Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam
didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan klaim kebenaran (truth claim) yang
dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama,
Dasar teologis tentang masyarakat majemuk dalam uraian ini tidak bersifat biblika
yaitu mencari refrensi ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan masyakat majemuk,
kemudian dicari makna aslinya (eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting. Akan tetapi
dalam usaha memahami dasar teologis tentang masyarakat Pluralisme Indonesia, penulis
masyarakat majemuk dalam dasar yang disebut dengan dasar teologis. Jika demikian apa
dasar teologis dalam masyarakat majemuk. Ada beberapa dasar teologis tentang masyarakat
pertama, yaitu Adam dan Hawa (bnd. Kej. 2) dari sinilah awal kemajemukan dalam
kehidupan manusia. Ini semata-mata baik supaya manusia saling menolong. Selain itu
(politik), ekonomi dan lain-lain. Tegasnya Alkitab menyaksikan tentang masyarakat majemuk
yang dimulai dengan Adam dan Hawa, Kain, Habel, Set, Nuh, Abraham dan seterusnya
sampai umat Israel. Tegasnya secara teologis anggota dari masyarakat majemuk yaitu
manusia adalah ciptaan Tuhan. Kitab Kejadian dan kitab-kitab dalam Alkitab membenarkan
hal itu. Manusia dari suku, budaya, tingkat sosial, agama manapun, tetap manusia adalah
ciptaan TUHAN.
perhatian terhadap lingkungan luar yaitu Niniwe dengan jalan mengutus Yunus salah satu
anggota lingkungan dalam (umat pilihan) untuk menyatakan perhatian Tuhan terhadap orang
Disini terlihat bahwa rencana keselamatan itu bukan hanya untuk bangsa pilihan (Israel)
melainkan untuk semua orang. Allah tidak membeda-bedakan manusia (Allah tidak pilih
kasih). Allah tidak hanya mengasihi orang Kristen melainkan Allah menerima semua orang
Internal: teologi yang kita anut, perilaku eksklusif, klaim kebenaran hanta ada pada
merebut jabatan. Indonesia selalu akan menjadi kacau, jika agama dipakai sebagai
kendaraan politik.
Jika pemimpin agama berusaha menjadi pemimpin negara. Pemimpin agama pada
hakekatnya harus berfungsi sebagai nabi untuk memegang peranan sosial kontrol dan
Persoalan minoritas dan mayoritas. Arogansi mayoritas sama bahayanya dengan tirani
minoritas. Ini bukan persoalan Islam-Kristen saja, sebab dalam kenyataannya, gereja-
kepada Poltabes dan Walikota Medan yang isinya berupa keberatan dibangunnya
Rumah Parsaktian di Teladan, Medan: dengan isi surat dan cara yang kurang lebih
belakangan ini adalah pertanda anarkhisme, yang masih dimiliki oleh segolongan
masyarakat elit yang takut kehilangan jabatan dan kekuasaan. Mereka tega membom
pilihan
Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang majemuk ini, dimana Gereja ada dan
hidup didalamnya, hendaklah dapat menjadi garam dan terang dunia sehingga kehadiran
Gereja dan Kristen menjadi jelas dan berarti serta diterima ditengah-tengah kehidupan
masyarakat.
bentuk perjumpaan yang relevan dan efektif dalam masyarakat yang majemuk ini.
Penginjilan dengan semangat eksklusif dengan tujuan pertambahan jumlah orang Kristen dan
tidak memperhatikan konteks masyarakat disekitarnya bukanlah bentuk yang relevan, malah
Hakikat misi Kristen seharusnya menghadirkan damai Allah dalam dunia khususnya
Indonesia dimana kita hidup bersama dalam kepelbagaian dan keragaman yang merupakan
ciptaan-Nya. Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus, maka kita seharusnya mengikuti
teladan-Nya ketika Ia masih berada di dunia ini. Misionaris Kristen selayaknya orang-orang
yang rendah hati yang menjalankan misinya tidak hanya kepada dan untuk dunia, tetapi juga
Wajah misi Kristen bukanlah memperluas dan membangun Gereja yang megah, menarik
orang dari agama lain maupun agama sendiri menjadi kelompok denominasinya atau menjadi
orang Kristen yang fanatik dan eksklusiv. Misi Kristen hendaknya dikembalikan dengan pola
pikir (mindset) dan cara pandang yang baru terhadap interpretasi pesan-pesan Alkitab. Misi
Kristen selayaknya memiliki blue print terhadap konteks solidaritas kemanusiaan dan
komunikasi interkultural. Orang Kristen Indonesia turut prihatin terhadap situasi kemiskinan
dan pengangguran serta mau menjadi bagian dari pergumulan orang diluar kekristenan.
Bukankah Yesus Kristus selalu hadir, memanggil dan mengutus siapapun kita dalam
pesannya bahwa apa yang kita lakukan atau tidak lakukan untuk orang yang paling hina
berarti kita melakukan atau tidak melakukan juga untuk-Nya ( bdk Mat 25:40;45).
Konsep dan pemahaman Misi Kristen ini selanjutnya diimpelementasikan dan dibuat suatu
rencana aksi. Misi yang digunakan adalah misi yang relevan dan efektif dalam masyarakat
Indonesia yang Pluralis, Misi Rekonsiliasi dengan dialog sebagai jembatan untuk
melaksanakan program-program. Rencana aksi yang dilakukan gereja termasuk warga jemaat
didalamnya memiliki kredibilitas jika penerapannya selain bertujuan keluar (eksternal) juga
harus melakukan aksi kedalam dirinya sendiri (internal), dengan uraian sebagai berikut:
A. Internal :
jemaat secara total dalam merumuskan identitas sehingga jemaat tertarik untuk
melakukan program-program yang telah dirumuskan bersama. Jemaat yang vital ini
2. Membentuk jaringan Gereja lokal maupun global, relasi yang bersifat Gereja dengan
Gereja baik local maupun global dalam suatu jaringan kemitraan dan solidaritas akan
3. Memperbahurui pemahaman misi sesuai pesan Alkitab, pola pikir dan cara pandang
4. Meningkatkan kualiatas para missioner, dalam rangka dialog umat Kristen dengan
umat beragama lain tidak hanya diperlukan pemahaman tentang agama sendiri melainkan
dibutuhkan juga pemahaman tentang agama-agama lain agar dialog dapat berjalan efektif
dan produktif, hal ini dapat dilakukan oleh pemimpin maupun para missioner yang
B. Eksternal :
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi dialog dalam pluralitas, dialog dilaksanakan dalam
bentuk aksi bersama selayaknya berlangsung dengan lintas agama, lintas budaya maupun
lintas kelompok sebagai mitra dialog dalam mengatasi masalah-masalah bersama yaitu
2. Membentuk yayasan sosial dan membantu LSM, tujuan pembentukan yayasan sosial
adalah dalam rangka membantu orang yang kurang mampu untuk memperoleh
pendidikan yang memadai. Misi Gereja seharusnya juga membantu Lembaga Sosial
mendidik masyarakat marjinal dengan program siap pakai dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
4. Menolong orang agar terhindar dari wabah penyakit disekitarnya, ikut prihatin
seperti: wabah demam berdarah, flu burung dan lainnya. Termasuk didalamnya
menyadarkan warga masyarakat tentang bahaya penggunaan Obat terlarang (Napza) dan
lingkungannya, agar tidak terjadi bencana bagi masyarakat akibat pembakaran dan
suatu proses berbudaya, oleh karena itu refleksi penghargaan kita terhadap budaya dalam
kehidupan berjemaat dapat dilaksanakan dalm bentuk penggunaan musik Gereja dan
KESIMPULAN
Misi terutama adalah karya Allah dalam dunia ini untuk menyelamatkan dan memelihara
ciptaan-Nya. Tempat yang utama untuk melihat karya Allah ini adalah di tengah-tengah orang
miskin dan tertindas. Jeritan mereka adalah panggilan Allah kepada Gereja untuk turut
memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka. Misi Allah tidak dibatasi dengan
misi Gereja yang cenderung untuk memiliki kekuasaan (power), kemuliaan (glory) dan uang
(gold). Dewasa ini kehadiran umat Kristiani harus dirasakan dan produktif untuk
pluralitas agama-agama dengan lebih terbuka, secara metodologis, paradigma pluralisme ini
disebut pula teosentrisme (bentuk dari hasil kritik terhadap ekliosentris dan kristosentris).
Premis dasar pendekatan teosentris yang dikerjkan para pluralis terletak pada kehendak
universal Allah untuk menyelamatkan seluruh manusia. Perjumpaan orang Kristen dalam
kehidupan masyarakat pluralis haruslah dilihat bermanfaat bagi pemurnian dan pendewasaan
dalam kepelbagaian adalah satu-satunya corak hidup yang tepat. Misi dalam konteks pluralis
adalah Misi rekonsiliasi, mewujud dalam dialog yang perlu dilaksanakan Gereja dalam
konteks kemiskinan dan keberagaman. Dialog dengan syarat ataupun tanpa syarat, yang
dicari adalah menemui manusia, menyatu hati, pikiran jiwa sebagai wujud kesimbangan atau
persaudaraan yang asli (bdk Flp 2:20; Rom 12:16; Kor 1:10 dll).
Hidup kekristenan adalah hidup yang mengagungkan pemberian diri Kristus dengan cara
memberi diri kepada yang lain. Inilah ciri khas iman Kristen yang harus dibawa dalam dialog
dan menggambarkan Kristus yang unik sesuai dengan tema knosis yang dikemukakan Paulus
dalam Filifi 2:6-11. Karena bukankah Misi yang dihadirkan dan diberitakan adalah Misi
Kerajaan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://pluralitastrinitas.blogspot.co.id/2008/12/misi-kristen-yang-relevan-dan-
efektif.html
2. https://bukunnq.wordpress.com/sikap-toleransi-dalam-kehidupan-beragama-dengan-
saling-menghormati-dan-memelihara-hak-dan-kewajiban-masing-masing/
3. http://wtpsimarmata.blogspot.co.id/2007/10/kontribusi-umat-kristen-dalam.html
4. http://yannyhya.blogspot.co.id/2014/05/pak-dalam-masyarakat-majemuk.html
5. https://www.academia.edu/9583143/Tanggung_Jawab_Umat_Kristen_dalam_Kehidu
panBermasyarakat_Berbagsa_dan_Bernegara
6. http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/08/peran-agama-kristen-dalam-
pembentukan.html
7. http://enoshasibuan.blogspot.co.id/2012/03/injil-dalam-masyarakat-majemuk.html