Anda di halaman 1dari 13

PERANAN UMAT KRISTIANI DITENGAH-

TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK

DISUSUN OLEH :
GITA AMELIA NAPITUPULU
2015.08.078

SEKOLAH TINGGI PERPAJAKAN


INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul

Peranan Umat Kristiani ditengah-tengah Mayarakat Majemuk. Karya tulis ini disusun

guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama kristen.

Makalah ini berisi tentang penjelasan. Penulis berharap makalah ini dapat berguna

bagi pembaca untuk memperluas ilmu pengetahuan. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan demi

sempurnanya makalah ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Pebrianty Germany, S.Pd. K,M.Pd

(selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Kristen), yang telah memberikan

bimbingan dan saran sehingga penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca, khususnya untuk mahasiswa Sekolah Tinggi

Perpajakan Indonesia

Jakarta, Kamis 21 Juli 2016

Penulis
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ajaran Kristen dewasa ini diartikan sebagai gerakan ketahanan melawan kekuatan

berhala dan dari perusakan penciptaan, untuk mewujudkan misi ini, umat Kristen dihadapkan

pada tantangan kepelbagaian/pluralitas dan perpecahan. Tapi bila kita meletakkan Kristus

sebagai pusat persekutuan dan kehidupan-unum neccessarium- akan mengarahkan persatuan

umat dalam menjalankan misi untuk mengubah manusia dan dunia.

Dalam mengaplikasikan misi Kristen di tengah-tengah masyarakat pluralis-religius seperti

Indonesia maka selayaknya teori dan doktrin yang harus digunakan adalah apa dan

bagaimana harus dilakukan sebagai tanggung jawab sebagai orang percaya di dunia ini dalam

tugas dan panggilannya membuat dunia ini menjadi tempat yang nyaman untuk hidup saat ini

bagi semua makhluk ciptaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian masyarakat majemuk?
2. Dasar teologis dari masyarakat majemuk?
3. Faktor penyebab masalah dalam masyarakat majemuk?
4. Bagaimana solusi mengatasi masalah dalam masyarakat majemuk?
5. Peranan umat Kristen ditengah-tengah masyarakat majemuk?

PEMBAHASAN

2.1. Apa pengertian masyarakat majemuk ?


Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-

kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka

hidup bersama (konsistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.


Sebenarnya berbicara tentang konsep pluralisme, sama halnya membicarakan tentang

sebuah konsep kemajemukan atau keberagaman, dimana jika kita kembali pada arti

pluralisme itu sendiri bahwa pluralisme itu merupakan suatu kondisi masyarakat yang

majemuk.
Kemajemukan disini dapat berarti kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya.

Namun yang sering menjadi isu terhangat berada pada kemajemukan beragama. Pada

prinsipnya, konsep pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap

individu mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya maka lahirlah

pluralisme itu. Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini mulai

dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh.
Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam

pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme

didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan klaim kebenaran (truth claim) yang

dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama,

konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama.

2.2. Dasar teologis dari masyarakat majemuk

Dasar teologis tentang masyarakat majemuk dalam uraian ini tidak bersifat biblika

yaitu mencari refrensi ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan masyakat majemuk,

kemudian dicari makna aslinya (eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting. Akan tetapi

dalam usaha memahami dasar teologis tentang masyarakat Pluralisme Indonesia, penulis

menggunakan pendekatan teologis. Yang di maksudkan dengan pendekatan teologis yaitu


pembicaraan topik-topik tertentu secara lintas teks Alkitab, usaha memahami lintas teks ini

bermaksud merangkum pemahaman tentang masyarakat majemuk.

Ketika membicarakan masyarakat majemuk, manusia perlu meletakkan percakapan

masyarakat majemuk dalam dasar yang disebut dengan dasar teologis. Jika demikian apa

dasar teologis dalam masyarakat majemuk. Ada beberapa dasar teologis tentang masyarakat

majemuk seperti yang dijelaskan berikut ini:

a). Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan


Alkitab memulai kesaksiannya tentang masyarakat majemuk dengan dua manusia

pertama, yaitu Adam dan Hawa (bnd. Kej. 2) dari sinilah awal kemajemukan dalam

kehidupan manusia. Ini semata-mata baik supaya manusia saling menolong. Selain itu

perkembangan manusia melahirkan perbedaan-perbedaan dalam sosial, budaya, kekuasaan

(politik), ekonomi dan lain-lain. Tegasnya Alkitab menyaksikan tentang masyarakat majemuk

yang dimulai dengan Adam dan Hawa, Kain, Habel, Set, Nuh, Abraham dan seterusnya

sampai umat Israel. Tegasnya secara teologis anggota dari masyarakat majemuk yaitu

manusia adalah ciptaan Tuhan. Kitab Kejadian dan kitab-kitab dalam Alkitab membenarkan

hal itu. Manusia dari suku, budaya, tingkat sosial, agama manapun, tetap manusia adalah

ciptaan TUHAN.

b). TUHAN memperhatikan semua manusia


Hal ini dapat di lihat dalam Kasus Yunus yang diutus ke Niniwe. TUHAN memberi

perhatian terhadap lingkungan luar yaitu Niniwe dengan jalan mengutus Yunus salah satu

anggota lingkungan dalam (umat pilihan) untuk menyatakan perhatian Tuhan terhadap orang

lain (warga Niniwe) Yunus pasal 1.


c). Rencana keselamatan bagi semua bangsa
Dalam Yoh. 3:16 di katakan bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.

Disini terlihat bahwa rencana keselamatan itu bukan hanya untuk bangsa pilihan (Israel)

melainkan untuk semua orang. Allah tidak membeda-bedakan manusia (Allah tidak pilih
kasih). Allah tidak hanya mengasihi orang Kristen melainkan Allah menerima semua orang

tanpa memandang bangsa atau agama.

2.3. Faktor penyebab masalah dalam masyarakat majemuk ?

Internal: teologi yang kita anut, perilaku eksklusif, klaim kebenaran hanta ada pada

kelompok sendiri, arogansi, dll.


Agama dipakai sebagai kendaraan politik. Sebagai kendaraan politik, agama

direndahkan dan dimandulkan, akibatnya kelompok agama bersaing dan bertentangan

merebut jabatan. Indonesia selalu akan menjadi kacau, jika agama dipakai sebagai

kendaraan politik.
Jika pemimpin agama berusaha menjadi pemimpin negara. Pemimpin agama pada

hakekatnya harus berfungsi sebagai nabi untuk memegang peranan sosial kontrol dan

bukan menjadi penyelenggara kekuasaan negara. Jika pemimpin agama menjadi

pemimpin negara, maka kebersamaan masyarakat sulit dibangun.

Persoalan minoritas dan mayoritas. Arogansi mayoritas sama bahayanya dengan tirani

minoritas. Ini bukan persoalan Islam-Kristen saja, sebab dalam kenyataannya, gereja-

gereja sendiripun berperilaku sama terhadap kelompok minoritas di sekelilingnya.

Seperti Parmalim. Baru-baru ini 2 pendeta di Medan mengirimkan surat keberatan

kepada Poltabes dan Walikota Medan yang isinya berupa keberatan dibangunnya

Rumah Parsaktian di Teladan, Medan: dengan isi surat dan cara yang kurang lebih

sama dengan praktek-praktek yang dilakukan oleh pihak-pihak mayoritas lainnya

sebagai reaksi atas rencana pembangunan gereja.


Sifat anarkhisme, yaitu yang tidak perduli agama dan hukum. Kerusuhan yang terjadi

belakangan ini adalah pertanda anarkhisme, yang masih dimiliki oleh segolongan
masyarakat elit yang takut kehilangan jabatan dan kekuasaan. Mereka tega membom

rumah ibadat, menyulut kerusuhan demi kepentingan politik.

2.4. Bagaimana solusi mengatasi masalah dalam masyarakat majemuk ?

1. Tidak bersikap fanatisme sempit tetapi memiliki toleransi yang tinggi

2. Memiliki kesadaran pentingnya HAM

3. Memiliki kesadaran hormat terhadap ciptaan Tuhan

4. Memiliki kesadaran mengembangkan kreativitas

5. Tidak kehilangan nilai-nilai kristiani dalam menghadapi dan menentukan aneka

pilihan

2.5. Peranan umat Kristen ditengah-tengah masyarakat majemuk?

Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang majemuk ini, dimana Gereja ada dan

hidup didalamnya, hendaklah dapat menjadi garam dan terang dunia sehingga kehadiran

Gereja dan Kristen menjadi jelas dan berarti serta diterima ditengah-tengah kehidupan

masyarakat.

Dialog dalam bentuk aksi bersama terhadap masalah-masalah kemanusiaan merupakan

bentuk perjumpaan yang relevan dan efektif dalam masyarakat yang majemuk ini.
Penginjilan dengan semangat eksklusif dengan tujuan pertambahan jumlah orang Kristen dan

tidak memperhatikan konteks masyarakat disekitarnya bukanlah bentuk yang relevan, malah

akan membawa ketegangan antarumat yang kontraproduktif bagi pertumbuhan dan

kesejahteraan bangsa Indonesia.

Hakikat misi Kristen seharusnya menghadirkan damai Allah dalam dunia khususnya

Indonesia dimana kita hidup bersama dalam kepelbagaian dan keragaman yang merupakan

ciptaan-Nya. Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus, maka kita seharusnya mengikuti

teladan-Nya ketika Ia masih berada di dunia ini. Misionaris Kristen selayaknya orang-orang

yang rendah hati yang menjalankan misinya tidak hanya kepada dan untuk dunia, tetapi juga

bersama-sama dengan dunia dalam kepelbagaian agama dan ideologi.

Wajah misi Kristen bukanlah memperluas dan membangun Gereja yang megah, menarik

orang dari agama lain maupun agama sendiri menjadi kelompok denominasinya atau menjadi

orang Kristen yang fanatik dan eksklusiv. Misi Kristen hendaknya dikembalikan dengan pola

pikir (mindset) dan cara pandang yang baru terhadap interpretasi pesan-pesan Alkitab. Misi

Kristen selayaknya memiliki blue print terhadap konteks solidaritas kemanusiaan dan

komunikasi interkultural. Orang Kristen Indonesia turut prihatin terhadap situasi kemiskinan

dan pengangguran serta mau menjadi bagian dari pergumulan orang diluar kekristenan.

Bukankah Yesus Kristus selalu hadir, memanggil dan mengutus siapapun kita dalam

pesannya bahwa apa yang kita lakukan atau tidak lakukan untuk orang yang paling hina

berarti kita melakukan atau tidak melakukan juga untuk-Nya ( bdk Mat 25:40;45).

Konsep dan pemahaman Misi Kristen ini selanjutnya diimpelementasikan dan dibuat suatu

rencana aksi. Misi yang digunakan adalah misi yang relevan dan efektif dalam masyarakat

Indonesia yang Pluralis, Misi Rekonsiliasi dengan dialog sebagai jembatan untuk
melaksanakan program-program. Rencana aksi yang dilakukan gereja termasuk warga jemaat

didalamnya memiliki kredibilitas jika penerapannya selain bertujuan keluar (eksternal) juga

harus melakukan aksi kedalam dirinya sendiri (internal), dengan uraian sebagai berikut:

A. Internal :

1. Pembangunan jemaat dengan konsepsi identitas yang misioner, mengikut sertakan

jemaat secara total dalam merumuskan identitas sehingga jemaat tertarik untuk

melakukan program-program yang telah dirumuskan bersama. Jemaat yang vital ini

berperan untuk mewujudkan tugas misi ditengah-tengah masyarakat.

2. Membentuk jaringan Gereja lokal maupun global, relasi yang bersifat Gereja dengan

Gereja baik local maupun global dalam suatu jaringan kemitraan dan solidaritas akan

membantu pelaksanaan misi yang bersifat universal.

3. Memperbahurui pemahaman misi sesuai pesan Alkitab, pola pikir dan cara pandang

jemaat dalam menginterpretasi pesan-pesan Alkitab mempengaruhi sejauh mana bentuk

misi yang relevan dan efektif dalam masyarakat yang pluralis.

4. Meningkatkan kualiatas para missioner, dalam rangka dialog umat Kristen dengan

umat beragama lain tidak hanya diperlukan pemahaman tentang agama sendiri melainkan

dibutuhkan juga pemahaman tentang agama-agama lain agar dialog dapat berjalan efektif

dan produktif, hal ini dapat dilakukan oleh pemimpin maupun para missioner yang

memiliki latar belakang intelektual yang baik.

B. Eksternal :
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi dialog dalam pluralitas, dialog dilaksanakan dalam

bentuk aksi bersama selayaknya berlangsung dengan lintas agama, lintas budaya maupun

lintas kelompok sebagai mitra dialog dalam mengatasi masalah-masalah bersama yaitu

kemanusiaan seperti kemiskinan, keadilan yang merupakan realitas masyarakat Indonesia.

2. Membentuk yayasan sosial dan membantu LSM, tujuan pembentukan yayasan sosial

adalah dalam rangka membantu orang yang kurang mampu untuk memperoleh

pendidikan yang memadai. Misi Gereja seharusnya juga membantu Lembaga Sosial

Masyarakat dalam memperjuangkan tema-tema kemanusiaan, keadilan, advokasi hak-hak

rakyat yang lemah yang sejalan dengan misi Kristen.

3. Menciptakan lapangan kerja, membantu menyalurkan dan membekalinya dengan

mendidik masyarakat marjinal dengan program siap pakai dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

4. Menolong orang agar terhindar dari wabah penyakit disekitarnya, ikut prihatin

dengan melaksanakan aksi bersama masyarakat memberantas wabah penyakit menular

seperti: wabah demam berdarah, flu burung dan lainnya. Termasuk didalamnya

menyadarkan warga masyarakat tentang bahaya penggunaan Obat terlarang (Napza) dan

pemahaman tentang bahaya AIDS.

5. Menjaga kelestarian lingkungan, Gereja memberi pengertian kepada warganya agar

mengusahakan kebutuhan sehari-hari dengan bersikap sayang dan ramah kepada

lingkungannya, agar tidak terjadi bencana bagi masyarakat akibat pembakaran dan

perusakan hutan, pencemaran air maupun udara atau lainnya.


6. Mengapresiasi budaya setempat, Misi yang kontekstual berarti menempatkan diri dalam

suatu proses berbudaya, oleh karena itu refleksi penghargaan kita terhadap budaya dalam

kehidupan berjemaat dapat dilaksanakan dalm bentuk penggunaan musik Gereja dan

pengembangan liturgi dalam suatu bentuk budaya tertentu (setempat).

KESIMPULAN

Misi terutama adalah karya Allah dalam dunia ini untuk menyelamatkan dan memelihara

ciptaan-Nya. Tempat yang utama untuk melihat karya Allah ini adalah di tengah-tengah orang

miskin dan tertindas. Jeritan mereka adalah panggilan Allah kepada Gereja untuk turut

memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka. Misi Allah tidak dibatasi dengan

misi Gereja yang cenderung untuk memiliki kekuasaan (power), kemuliaan (glory) dan uang

(gold). Dewasa ini kehadiran umat Kristiani harus dirasakan dan produktif untuk

mewujudkan kerukunan dan kedamaian ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia

yang pluralis sehingga nama Tuhan dipermuliakan (bdk Mat 5:16).


Ketika eklusivisme agama Kristen ditolak, maka terbukalah jalan untuk memahami

pluralitas agama-agama dengan lebih terbuka, secara metodologis, paradigma pluralisme ini

disebut pula teosentrisme (bentuk dari hasil kritik terhadap ekliosentris dan kristosentris).

Premis dasar pendekatan teosentris yang dikerjkan para pluralis terletak pada kehendak

universal Allah untuk menyelamatkan seluruh manusia. Perjumpaan orang Kristen dalam

kehidupan masyarakat pluralis haruslah dilihat bermanfaat bagi pemurnian dan pendewasaan

spiritualitas iman Kristen.

Kondisi obyektif keagamaan di Indonesia menunjuk pada kenyataan bahwa kebersamaan

dalam kepelbagaian adalah satu-satunya corak hidup yang tepat. Misi dalam konteks pluralis

adalah Misi rekonsiliasi, mewujud dalam dialog yang perlu dilaksanakan Gereja dalam

konteks kemiskinan dan keberagaman. Dialog dengan syarat ataupun tanpa syarat, yang

dicari adalah menemui manusia, menyatu hati, pikiran jiwa sebagai wujud kesimbangan atau

persaudaraan yang asli (bdk Flp 2:20; Rom 12:16; Kor 1:10 dll).

Hidup kekristenan adalah hidup yang mengagungkan pemberian diri Kristus dengan cara

memberi diri kepada yang lain. Inilah ciri khas iman Kristen yang harus dibawa dalam dialog

dan menggambarkan Kristus yang unik sesuai dengan tema knosis yang dikemukakan Paulus

dalam Filifi 2:6-11. Karena bukankah Misi yang dihadirkan dan diberitakan adalah Misi

Kerajaan Allah.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://pluralitastrinitas.blogspot.co.id/2008/12/misi-kristen-yang-relevan-dan-
efektif.html
2. https://bukunnq.wordpress.com/sikap-toleransi-dalam-kehidupan-beragama-dengan-
saling-menghormati-dan-memelihara-hak-dan-kewajiban-masing-masing/
3. http://wtpsimarmata.blogspot.co.id/2007/10/kontribusi-umat-kristen-dalam.html
4. http://yannyhya.blogspot.co.id/2014/05/pak-dalam-masyarakat-majemuk.html
5. https://www.academia.edu/9583143/Tanggung_Jawab_Umat_Kristen_dalam_Kehidu
panBermasyarakat_Berbagsa_dan_Bernegara
6. http://shantycr7.blogspot.co.id/2013/08/peran-agama-kristen-dalam-
pembentukan.html
7. http://enoshasibuan.blogspot.co.id/2012/03/injil-dalam-masyarakat-majemuk.html

Anda mungkin juga menyukai