( Suatu Tinjauan Etis Teologis dan Implikasinya bagi Gereja Masa kini )
BAB III: Dalam bab ini penulis menguraikan peranan orang tua
dalam keluarga, peranan ayah sebagai imam dalam
keluarga, tanggungjawab ibu dan anak dalam keluarga
7
BAB II
8
2. Keluarga Besar (Extention Family/Great Family) yaitu kelompok
kekerabatan yang berdasarkan atas garis keturunan yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak, mertua, menantu, cucu, cicit dan sebagainya.
3. Keluarga Jauh (College Family) yaitu “kolega”, guru, anak didik,
organisasi dan sebaginya.
4. Keluarga Orientasi (Orientasi Family) yaitu keluarga dimana individu-
individu bergabung dalam satu keturunan, dalam arti keluarga yang
terdiri dari segolongan yang hidup bersama.[5]
10
Bintang na rumiris ombun na sumorop
Anak pe riris boru pe torop.
Lili ma di ginjang hodong ma di toru
Riris ma jolma di ginjang torop ma pinahan di toru.
Andor halumpang togu-togu ni lombu
Sai saur matua ma ho paabing-abing pahompu.
Harangan ni Pansur batu hatubuan ni singgolom
Maranak ma hamu sampulu pitu marboru sampulu onom.
Sahat-sahat ni solu sai sahat tu bontean
Leleng hita mangolu sai sahat ma tu panggabean
Sai tubuan laklak ma tubuan singkoru
Sai tubuan anak ma hamu tubuan boru.
Tinampul bulung ni salak laos hona bulung singkoru[11]
Dari penjelasan di atas maka dapat kita ketahui bahwa keluarga Kristen
adalah Keluarga yang menerima baptisan dari Allah Bapa, Allah Anak,
dan Roh Kudus. Segala tindakan-tindakan dalam keluarga Kristen
berpatokan pada Pengajaran Tuhan Yesus.[20]
BAB III
15
3.1 Peranan orang Tua
Kata peranan tidak asing lagi bagi kehidupan dan aktifitas manusia,
setiap individu memiliki “peran” dan memiliki “peranan” untuk dirinya
sendiri dan bagi orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa: Peranan adalah seperangkat tingkat yang diharapkan,
dimilik oleh orang yang berkedudkan dalam masyarakat[22].
Arti peranan dalam hal ini adalah merupakan tugas dan tanggungjawab
yang harus dilaksanakan. Poerwadarminta menjelaskan bahwa : Peranan
berasal dari kata peran yang berarti tokoh atau pelaku, oleh karena itu
peranan merupakan salah satu bagian yang terpenting[23]
Peranan orang tua sangat penting dalam kehidupan rumah tangga, maju
mundurnya keluarga terletak pada orangtua dalam hal ini kita sebut ayah
dan ibu. Anak anak dipandang sebagai anugerah Tuhan yang
dipercayakan pada orang tua. Pemberian kasih, disiplin dan latihan
diwujudkan dengan peranan orang tua, orang tua sebagai pelatih,
penasehat dan sebagai pendamping anak setiap hari, membri petunjuk,
anjuran dan menegur. Sehingga anak-anaknya mampu bertumbuh
dewasa . Kemajuan anak- anak terletak pada peran orang tua[24]
16
2. Segi Sosiologi
Pandangan Sosiologi mengatakan bahwa keluarga merupakan jantung
masyarakat, dikatakan demikian karena di dalam keluarga sebuah
keluarga terjadi awal dari segala sesuatu gagasan, sikap, keyakinan, dan
perasaan. Apa yang terjadi dalam keluarga akan menentukan apa yang
akan terjadi dalam Gereja, di sekolah, di dalam masyarakat atau di
dalam suatu bangsa atau negara[26].
Dari keterangan datas maka dapat di rangkum bahwa keluarga adalah
masyarakat sosial, dan suami isteri (orang tua) harus mampu untuk
memimpin keluarganya (anak-anaknya) dan segala aktifitas keluarga
dengan baik.
3. Segi Psikologi
Pandangan Psikologi tentang peran orang tua dalam keluarga sangatlah
mutlak dalam Psikologi Perkembangan/anak orang tua adalah prioritas
utama dalam satu keluarga. Orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan
anaknya, menjalin keakraban dan hubungan yang erat. Mampu
memupuk kepercayaan diri anak dan perasaan amang untuk dapate
berdiri dan bergaul dengan teman-temannya. Memberi kasih sayang,
mendukung perkembangan anak serta melindungi mereka. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya, Memperhatikan dan mempersiapkan anak anaknya
untuk mandiri. Mengavaluasi sifat dan sikap anak-anaknya dan terutama
mendidik anaknya kea rah yang lebih baik, peran orang tua adalah
menenteramkan jiwa anak anaknya.[27]
17
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu
dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan
pada pintu gerbangmu.
Nas ini mengatakan tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya,
Kewajiban orang tua untuk mengajarkan Firman Tuhan pada anaknya,
melalui pembiasaan, pemahaman serta penghayatan akan Firman Tuhan
agar dilaksanakan di dalam satu keluarga di bawah bimbingan orang tua.
Gagasan atau konsep tersebut memiliki makna penting untuk
dipergumulkan dan diterapkan, yakni membangun persekutuan dalam
keluarga Kristen yang diperankan oleh orang tua.
Peranan bapa dalam keluarga adalah sebagai wakil kepada Allah Bapa
yang Maha Tinggi. Tanggungjawabnya adalah sebagai penyedia kepada
keperluan keluarga, kepimpinan dan perlindungan dari segi fisik dan
hal-hal spiritual. Ianya bukan hal kecil sekiranya bapa menyangkal
perlengkapan keperluan isteri dan anak-anak, seperti yang kita lihat dari
teguran Paulus kepada mereka yang tidak menjaga keperluan keluarga
mereka.
1 Timotius 5:8 Tetapi sekiranya sesiapa yang tidak menyediakan untuk
dirinya sendiri, terlebih lagi kepada keluarganya, dia telah menyangkal
iman dan lebih buruk daripada orang yang tidak percaya. Ini juga dilihat
dalam celaan Solomo kepada orang malas untuk menyuruh dia bertindak
dalam Amsal 6:6-11
Sementara tanggungjawab pencari nafkah itu diberikan kepada bapa
apabila Allah memberitahu bahawa dia harus makan dari titik peluhnya
(Kej 3:19), dia juga bertanggungjawab dan tidak boleh menolak
keperluan spiritual seseuatu keluarga.
Sebelum keimamatan telah didirikan di Israel, bapa mempunyai
tanggungjawab untuk mengorbankan bagi pihak keluarganya, seperti
yang kita lihat dari teladan Abraham dalam Kejadian 12:8 dan teladan
Ayub dalam Ayub 1:5. Sebagai pengajar anak-anak bersama dengan ibu,
21
bapa ini telah diberikan tanggungjawab utama untuk memimpin
keluarga dalam mengajar Hukum Allah (Kel 12:126-27; Ul 6:6-7; Ams
22:6; Ef 6:4).[38]
Secara Praksis bapak sebagai mama ditengah-tengah keluarga
mengemban tugas sebagai pengkhotbah, sebagai hakim dan pengajar.
Sebagai pengkhotbah di keluarga bapak harus mengajak anggota
keluarga mengadakan persekutuan dengan Tuhan, contohnya
mengadakan kebaktian dalam keluarga. Dalam kebaktian tersebut bapak
menjadi pengkhotbah mengambil teks yang ada dalam Almanak (ayat
harian) atau membacakan isi ringkasan khotabah yang telah disediakan
dalam renungan harian (Buku mendekat/pajonok hamu ma tu Debata
mempimpin doa atau menyuruh salah seorang untuk berdoa[39]
3.3. Peranan Ibu dalam rumah tangga
Peranan ibu adalah pengasuh dan yang melaluinya kehidupan diberikan.
Bapa dan ibu memperanakkan anak, simbolik kepada Bapa bersama
dengan anak-anakNya menciptakan manusia pada mulanya. “Dan Allah
berfirman, Marilah kita meciptakan manusia mengikut rupa kita... Jadi
Allah menciptakan manusia mengikut rupaNya, dalam imejNya Allah
menciptakan manusia, lelaki dan perempuan Dia ciptakan,” (dari Kej
1:26-27). Setiap anak lahir dibuat mengikut fizikal yang sama dari bapa
dan ibunya.
Dalam Yohanes 1:3-4 bercakap tentang anak Eloah, firman Allah,
“Semua perkara datang melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada yang
seorang pun yang wujud. Dalam Dia ada kehidupan, dan kehidupan itu
adalah terang kepada manusia.” (LITV). Sementara Bapa memberikan
kehidupan kepada manusia melalui Firman, bapa dalam bentuk fizikal
memberikan kehidupan kepada anak-anaknya melalui ibu.
Kemudian ibu mengambil peranan yang lebih aktif dalam membesarkan
anak-anak dengan membawa bayi yangbelum dilahirkan dalam rahim
dalam jangka masa tertentu, dan mengikat perhubungan dengan
keturunannya yang dia bantu untuk hidup. Selepas dilahirkan, sudah
menjadi tanggungjawab ibu sebagai penjaga utama untuk mengasuh
anak dengan memberi makan dan interaksi untuk melihat anak ini
membesar kepada pntensi yang baik dan akhirnya menggantikan bapa
atau ibu sebagai ketua dan mengajar sebagai kepala dalam keluarganya
sendiri[40]
1Timotius 5:14 Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda
22
kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan
memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita.
Amsal 29:15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak
yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
Dari ayat-ayat dalam Amsal ini kita melihat bahawa ianya adalah
tanggungjawab ibu untuk mengaja dan menuntun anak-anak dalam
Hukum Allah sebagai sebahagian daripada pengasuhan anak.
Kegagalannya untuk melaklukan demikian membawa malu
kepadanya.[41]
Pada awal kehidupan anak-anak, bapa membantu ibu dalam hal
pengasuhan dan juga menjadi penasihat dan menjadi sumber kekuatan
kepada keluarga. Sementara anak-anak menjadi matang peranan yang
membina ini menghasilkan buah dan anak-anak lelaki akan menjadi
terpengaruh dengan bapa mereka secara semulajadi dan anak perempuan
mendapat pengaruh dari ibu mereka. Setiap perkembangan anak akan
dikayakan dengan kesatuan diantara bapa dan ibu. Terdapat banyak
perkara yang akan dicapai dalam stabiliti dan sekuriti dari kehidupan
anak-anak dengan menyaksikan kasih yang keluar dan perasaan suami
terhadap isteri dan sebaliknya bersama dengan hadiah dan tindakan
kasih dari hari ke hari yang akan membuat seseorang itu istimewa dan
dikasihi.
Selain dari mengongsikan tanggungjawab untuk mengasuh anak-anak,
Ibu/isteri juga mempunyau tanggungjawab untuk mengurus operasi
domestik keluarga, yang mana termasuklah susunan rumah dan
menyediakan makanan yang sihat menurut Hukum Allah. Dia
membantu suaminya dalam pemberian persepuluhan, menghormati
Hukum Allah dan implementasi pemeliharaan Sabat-sabat Allah. [42]
Ibu adalah salah satu tonggak penting dalam keluarga. Sejak awal
penciptaan manusia, Hawa melengkapi kebutuhan Adam. Ia melengkapi
kebutuhan emosi, intelektual, dan sosial Adam. Kekosongan dalam diri
laki-laki diisi oleh peran perempuan, demikian sebaliknya. Itulah yang
menjadi dasar suatu pernikahan. Didalam Alkitab tidak pernah
disebutkan bahwa perempuan adalah makhluk ciptaan kelas dua dan
23
menurut pandangan kristiani, perempuan mempunyai martabat yang
setara dengan laki-laki. Tetapi dalam kehidupan berkeluarga Firman
Allah mengajar kepada kita demikian.
Dr. Wayne Grudem, seorang profesor yang cukup terkenal saat ini
mengatakan: "Penundukan seorang isteri kepada suaminya bukanlah
penundukan yang membabi-buta melainkan penundukan yang menjadi
naturnya dia untuk mau takut dan taat kepada Kristus." Konsep tunduk
yang dijabarkan oleh Rasul Paulus itu adalah:
24
Penundukan yang bukan karena dipaksakan melainkan penundukan dari
spiritual. Tunduk bukanlah hal yang mudah. Setiap manusia mempunyai
kecenderungan untuk memberontak, ingin berkuasa dan menentukan
tujuan hidup sendiri. Namun salah satu kunci rahasia kebahagiaan
kehidupan adalah dengan mengizinkan Allah menjadi Tuhan dalam
kehidupan kita.
Wahyu 14:7 dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah
dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan
sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan
semua mata air."
Bila hal ini dilakukan maka seorang istri akan merasa mudah tunduk
kepada suami, sebagaimana seharusnya dalam Tuhan.
Seorang isteri yang sejati harus kembali kepada fungsinya yang sejati
serta memiliki kerelaan untuk taat kepada Allah. Ketika ia mulai mau
menundukkan diri kepada Kristus sebagai pusat kehidupannya maka itu
akan memunculkan sikap penundukan kepada suaminya dan kondisi
kenaturalan kewanitaan itu disebut Womanhood. Konsep ini sudah
muncul sejak di jaman Abraham, dimana Sarah begitu tunduk kepada
Abraham dan memanggil suaminya sebagai tuannya.
26
Tunduk disini adalah tunduk yang tidak mengorbankan iman Kristen
dan ketaatan kepada Firman Tuhan dan kesetiaan kepada Kristus. Dalam
hal ini istri bisa menolak ajakan atau perintah suami apabila ajakan atau
perintah tersebut bertentangan dengan Firman Tuhan dan merusak
kesetiaan kepada Kristus. Harus diingat, walaupun sudah seorang
perempuan telah menjadi istri seorang seorang laki-laki, namum tetaplah
perempuan itu sebagai "hamba Allah"
1 Korintus 7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.
Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
Konsep tunduk seorang istri bukan berarti tunduk secara pasif (semua
beban dilempar kepada suami) karena itu merupakan satu bentuk dari
pemberontakan, tetapi tunduk aktif dengan memberikan ide dalam
mencari pemikiran, yang dipikirkan dari sudut pemikiran suami. Ketika
sang suami sedang memikirkan suatu gagasan/masalah, bagaimana sang
istri memberikan input yang terbaik buat suaminya, sehingga suaminya
dapat mengaktualisasikan apa yang ia gumulkan. Sehingga peran istri
disini mengisi, khususnya bagian-bagian detail yang tidak terpikirkan
oleh suami.
Seorang pria cenderung untuk berpikir secara global, oleh sebab itu
seorang istri harus mempunyai ketajaman analisa alternatif, kesulitan
dan dampak yang lain yang akan dihasilkan dari pergumulan tersebut.
27
Dan itu menjadikan seorang isteri support kepada apa yang suaminya
inginkan secara positif.
Titus 2:5 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya,
baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat
orang.
28
Hal-hal tersebut tidaklah mudah dilaksakan. Namun hal itu akan dapat
terwujud jika kita memelihara hubungan dengan Allah melalui aktivitas-
aktivitas seperti doa, pembacaan Alkitab, dan menerima pengajaran
Alkitab yang benar.
31
BAB IV
KELUARGA DAN GEREJA
4.1 Garam dan Terang Dunia
Sebagai seorang Kristen, hendaknya keluarga Kristen harus hidup dalam
kasih, karena Allah juga mengasihi manusia, ketika manusia jatuh ke
dalam dosa dan kebinasaan, kasih Allah tidak melepaskan manusia
jatuh, Allah menyelamatkan manusia itu dari lumpur dosa dengan (Yoh
3:16). Di sinilah Allah berperan dalam membina keluarga Kristen yang
bahagia. Untuk keluarga kristen harus melakukan kasih Allah yang
berpedoman pada 1 Kor 13:4-8. Kasih membantu seseorang untuk
menahan dan mengatasi masalah yang ada dalam keluarga. Oleh karena
itu dituntut kasih yang tulus dan sejati yang dari Allah. Dasar kasih itu
dari Yesus Kristus, sehingga manusia akan dimampukan untuk saling
mengasihi sesama manusia Roma 5:8; 1Kor 8:3 dan mampu sebagai
Garam dan Terang dunia, menggarami dan meberikan terang pada
32
semua orang[51]
Keluarga sebagai sel masyarakat yang pertama dan vital mempunyai
rasa tanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat tempat di mana dia
tinggal. Peranan keluarga kristen adalah untuk melayani manusia di
dalam dunia ini. Panggilan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi
lebih untuk melayani dunia dan mengubah masyarakat agar lebih
manusiawi, lebih merdeka, lebih demokratis untuk menciptakan iklim
tempat manusia membiarkan Allah sebagai Raja. Keluarga Kristen
sebagai mini atau gereja domestik mempunyai tanggungjawab terhadap
perkembangan dan pembangunan gereja dan ikut serta dalam misi gereja
sebagai garam dan terang dunia[52]
Mat 5:13 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan
diinjak orang
Mat 5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung
tidak mungki tersembunyi.
Mat 5:15 Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di
bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua
orang di dalam rumah.itu ,
Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di sorga.”
.Mencintai lingkungannya yang terdekat, sdslsh bsgisn dari garam dan
terabg dunia Apakah si manusia tersebut memberi pengaruh yang baik
kepada lingkungan terdekat tersebut adalah pertanyaan yang bisa
diajukan setiap orang pada diri masing-masing. Melangkah dari
memberi pengaruh (yang baik) kepada lingkungan terdekat termasuk
keluarga sendiri adalah ciri dari garam atau terang yang dimaksudkan
oleh Yesus Kristus. Oleh karenanya memberi pengaruh yang baik
kepada lingkungan merupakan suatu syarat mutlak untuk kehidupan
seorang Kristen. Jadi seorang Kristen yang baik harus mempengaruhi
lingkungannya untuk menuju kepada suatu perubahan yang bersifat
perbaikan. Seorang Kristen yang hidup adalah seseorang yang
memberikan pengaruh yang baik di sekitarnya, bila tidak dia sebenarnya
telah “mati”. Itulah yang dikatakan sebagai Garam dan terang dunia[53]
Menyadari bahwa tantangan yang dihadapi gereja (orang-orang Kristen)
33
semakin besar maka kesadaran beriman dari setiap orang perlu di
tingkatkan dalam berbagai bentuk aktivitas kegerejaan, seprti mengikuri
kabaktian-kebaktian sektor, kategorial, PA, di mulai dari kehidupan
bersama di dalam keluarga yang beriman. Keluarga yang sehat dan baik
akan akan membentuk masyarakat yang kuat dan sehat. Dari sudut
pandang ajaran Krsitiani, keluarga disebut sebagai jemaat Tuhan,
dimana ayah dan ibu menjadi imam yang memimpin pelayanan Firman
di dalam keluarganya. Dengan demikian, kekuatan dan keutuhan Gereja
turut ditentukan oleh keutuhan dan kekuatan keluarga. [54]
Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita lahir ke dalam keluarga-
keluarga. Dia membentuk keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan
kepada kita, menolong kita mempelajari asas-asas yang benar dalam
atmosfer yang penuh kasih, dan mempersiapkan kita untuk kehidupan
kekal.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk
menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa
Surgawi. Orang tua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar
anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan
Injil-Nya.[55]
Manusia adalah ciptaan Allah yang mampu mengalahkan kegelapan.
Lebih tepatnya seseorang yang menyebut dirinya Kristen harus dan
mampu mengalahkan kuasa kegelapan. Itulah ciri dari terang. Disekitar
terang tidak ada gelap. Kuasa kegelapan ada dalam banyak bentuk dan
tidak harus dalam bentuk bersifat mistik, seperti perdukunan, ilmu jimat,
susuk, santet, intinya ilmu yang diperoleh dari kuasa kegelapan. Mereka
yang menyembah iblis dan segala kuasa kegelapannya adalah contoh
gelap itu sendiri. Kegelapan dapat pula dijumpai dalam bentuk lain yang
sederhana, misalnya orang yang selalu marah sepanjang hari adalah ciri
dari kegelapan. Seseorang yang tidak jujur, berniat jelek, atau khawatir
dan stres sepanjang hari juga merupakan contoh hidup yang gelap. Atau
sebutlah contoh-contoh yang ada di Galatia 5:19-21. Inilah contoh
standard kegelapan dalam hidup sehari-hari. Sebagai bagian dari
rencana Bapa Surgawi, kita lahir ke dalam keluarga-keluarga. Dia
membentuk keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita,
menolong kita mempelajari asas-asas yang benar dalam atmosfer yang
penuh kasih, dan mempersiapkan kita untuk kehidupan kekal.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk
34
menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa
Surgawi. Orang tua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar
anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan
Injil-Nyasebut.[56] Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita lahir
ke dalam keluarga-keluarga. Dia membentuk keluarga untuk
mendatangkan kebahagiaan kepada kita, menolong kita mempelajari
asas-asas yang benar dalam atmosfer yang penuh kasih, dan
mempersiapkan kita untuk kehidupan kekal. Orang tua memiliki
tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka
mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orang tuamemenuhi
tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti
Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya.[57]
40
f. Kristus
Dalam Kol 3:17 dikatakan “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan
dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama
Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa
kita. Kehadiran Kristus dalam sebuah keluarga merupakan cirri khas
yang terakhir. Artinya, kunci dari semua cirri itu hingga terpelihara
suasana yang sungguh sungguk kristiani adalah memberikan tempat
pada Kristus.[64]
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan mulai dari Bab I sanpai dengan Bab IV
karrya tulis ini, maka penulis merumuskan beberapa hal pada bab V
yang merupakan kesimpulan dari karya tulis ini, sebagai berikut:
Keluarga adalah lembaga tertua didunia sejak Tuhan menciptakan langit
dan bumi. Keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena melalui keluargalah dapat terbentuk suatu
masyarakyat yang maju, Greja yang Misioner. Keluarga merupakan
jantung masyarakat dan didalamnya tercipta awal dari semua gagasan,
sikap, keyakinan dan kasih. Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat dan gereja namun berfungsi sebagai tempat dan lingkungan
pembelajaran/ pembinaan yang pertama bagi setiap orang Kristen, baik
dalam pembentukan rohani, fisik dan emosi para anggota keluarga serta
guru yang pertama bagi setiap anak adalah orang tuanya Keluarga
adalah Anugerah Tuhan melalui ikatan pernikahan, maka keluarga harus
berpusat pada Kristus
DAFTAR PUSTAKA
________________________________________
[1] Liston Butarbutar “Keluarga yang dipulihkan” Jakarta BPK GM
2003 hlm 3
[2] Depdikbud “Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta BPK GM 1989,
hlm 536
[3] James Starhan, Famili “ Encyclopedia of Religion and Etnic Vol 3
1995 hlm 93
[4] WRF Browning “Kamus Alkitab: Jakarta BPK GM 2002 hlm 189
[5] A.G. Pringgodidgo Ed “Ensiklopedi Umum, Yogyakarta Kanisius
1997 hlm 544
[6] M.L.Thomson “Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan” , Jakarta,
BPK GM, 2000 Hlm 28
[7] Soemadi Tciptojoewono “Pengantar Pendidikan, Surabaya:Universty
Press IKIP, 1995 hlm 225
[8] Gunarsah Singgih “Pyskologi Muda mudi, Jakarta BPK GM hlm 4
[9] J.C.V. Vergouwen “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba”
Jakarta, Pustaka Azet 1985 hlm 248
[10] Raja Marpodang Gultom “Dalihan Na Tolu” Gultom Agency, 1995
hal 560
[11] Budayabatakblogspot dikunjungi 16 Maret 2012
45
[12] Op-cit hlm IX
[13] Roland de Vaux “The Acient Israel” New York:Mc.Graw-Hil Boat
Company, 1980, hlm 43
[14] Donal Guthrie “Teologi Perjanjian Baru” Allah, Manusia, Kristus,
Jakarta, BPK GM hlm 105
[15] D.W.B. Robinson Op-Cit
[16] A.A. Sitompul “Manusia dan Budaya” Telogi Antropologi, Jakarta
BPK GM 1991 hlm 314
[17] OP-Cit hlm 322
[18] D.W.B Robinson, Keluarga, Rumah Tangga, dalam Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini, Jilid A-L.Douglas Ed, Jakarta, YKBK 1997 hlm 78
[19] Roy Lessin “Disiplin Keluarga” Ma lang, Gandum Mas 1979 hlm
11-15
[20] Hadisubrata M.S “Keluarga dalam Dunia Modern” Jakarta BPK
GM 1993 hlm 23-24
[21] DJ Douglas Ed “Ensiklopedi Alkitab Masa Kini” Jilid A-L, Jakarta
YKBK 2007 hlm 571
[22] Alwi Hasan “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Jakarta, Balai
Pustaka, hlm 667
[23] W.J.S Poerwadarminta “Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta
Balai Pustaka, hlm 735
[24] Ibid Hal 766
[25] J.Verkuyl “Etika Kristen Sosial-Ekonomi”, Jakarta BPK GM, 1982
hlm 16
[26] Liston Butarbutar “Keluarga yang dipulihkan”Jakarta BPK 1998
hlm 3
[27] Singgih Gunarsa “Psikologi Remaja” Jakarta BPK GM 2002 hal
108-109
[28] Victor Tinambunan “Gereja dan orang percaya” P.Siantar, L-Sapa-
STT HKBP,2006 hlm 92
[29] Ibid
[30] Lahaye (Yenny Natanael :Penj) “Kebahagiaan Pernikahan kristen”
Jakarta BPK GM 1987 hlm 79
[31] Guthrie BD ‘Tafsiran Masa Kini” Jilid 3, Jakarta BPK GM 1981,
46
hlm 627
[32] J.D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini” Jilid I, Jakarta
YKBK 1992 HLM 428
[33] S.Wismoady Wahono “Disini Kutemukan” Jakarta BPK GM 1993
hlm 193
[34] C Barth “Teologi Perjanjian Lama” Jilid 1, Jakarta BPK GM 1995
hlm 277
[35] Einar Sitompul “Artikel Majalah Immanuel” 12 Desmber 2012
‘menjadi Bapak yang baik” Pearaja Tarutung
[36] Liston Butarbutar Op-Cit
[37] Einar Sitompul Op-Cit
[38] ibid
[39] Einar Sitompul Op-Cit
[40] ibid
[41] Ibid
[42] Peranan Wanita Kristen Op-cit
[43] Bagus Pramono “Perempuan dan Keluarga” Malang, Gandum Mas
2002 Halm 245-257
[44] Ibid halm 258
[45] Audrew Bowie “Menjadi Wanita Allah” Metanoia, Haggai Institut
1993 hal 77
[46] Op-Cit hal 101
[47] Bagus Pramono Op-Cit
[48] Ibid
47
[54] Pdt.Dr Jamilin Sirait “Terpanggil Memperbaharui” P.Siantar L-
Sirana 2011 hlm 174
[55] Ibid
[56] Charles Marpaung Ph.D Op-Cit
[57] Ibid
[58] Ibid
[59] Pdt Dr Jamilin Sirait Op-Cit
[60] Op-Cit
[61] Dr.E.G.Homrighausen/Dr.I.H.Enklar “Pendidikan Agama Kristen”
Jakarta BPK GM hal 128
[62] Pdr Dr Jamilin Sirait Op- Ci Hlm 182-186
[63] Stephen Tong “Keluarga Bahagia” Malang Gandum Mas, 1994,
hlm 88
[64] Budya L Pranata “Membangun Keluarga Kristen” Yogyakarta,
Kanisius, 1993 halm 88-131
[65] Ibid
[66] Howard Clinebel “Tipe-tipe Dasar pendampingan dan Konseling
Pastoral, Yogyakarta, Kanisius, BPK GM 2001 HL 378-382
[67] Op Cit hlm 383
[68] Henry C. Thiessen “Teologi Sistematika” Jakarta Gandum Mas
2008. hlm 509
48