DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
1. KAJIAN BIBLIS TEMA 5
2. SUB TEMA 11
3. SASARAN STRATEGIS HKBP DAN TUJUAN
TAHUN OIKUMENE INKLUSIF 16
4. PROGRAM DAN KALENDER KERJA 18
5. PELAKSANAAN KEGIATAN 25
6. PENUTUP 26
SURAT PENUGASAN 27
2
K ATA PE N GA NTA R
3
Semua tugas itu dirangkum dalam Buku Panduan Tahun Oikumene
Inklusif 2024 ini sebagai pedoman bersama seluruh warga dan pelayan
HKBP menunaikan tugas panggilannya. Saya, Ephorus HKBP mengucapkan
terima kasih banyak kepada tim yang telah mempersiapkan buku ini
sedemikian rupa. Juga terima kasih kepada Rapat Praeses dan MPS yang
telah menelaah dan memutuskan buku panduan ini sehingga seluruh
program yang dicanangkan dapat diimplementasikan di tengah jemaat.
Kiranya nama Tuhan semakin dimuliakan.
4
1. K A J I A N B I B L I S T E M A
P E N G A N TA R :
PERMUSUHAN ORANG KRISTEN YAHUDI & YAHUDI BUKAN KRISTEN
Injil Matius ditulis pada tahun 85 SM saat hubungan antara orang
Kristen Yahudi dan orang Yahudi bukan Kristen mengalami ketegangan.
Para ahli melihat ketegangan itu meningkat dari ‘intra murors’ (antara
sesama anggota keluarga) antara anggota dua komunitas, yaitu Kristen
Yahudi dengan Yahudi bukan Kristen. Akibatnya, kalangan Yahudi
teristimewa dari kalangan Yudaisme Farisi, telah mengungkapkan doa-
doa yang mengutuk orang Kristen Yahudi sebagai orang yang telah
mengkhianati keimanan Yahudi. Sebaliknya, orang Kristen Yahudi melihat
teman-teman sebangsanya sebagai orang yang tidak menerima Kristus.
Ketegangan itu membuat relasi sosial sehari-hari terganggu hingga ke
ruang-ruang kehidupan termasuk ekonomi dan politik. Dalam kaitan
dengan pemerintahan Romawi, Yudaisme menuduh komunitas Kristen
tidak memiliki hak-hak yang dinikmati oleh orang-orang Yahudi di dalam
Kekristenan Yahudi.
Dalam situasi demikian, penulis Injil Matius tidak justru memperkuat
ketegangan dan jarak lebar itu. Sebaliknya, penulis mengingat dan
menuliskan tradisi Yesus, sang reformator Yudaisme pada zamannya yaitu
menolak eksklusifisme Yahudi dengan menyuarakan dan melaksanakan
inklusifisme terhadap para murid-Nya. Itulah sebabnya Ia mengajarkan
tentang mengasihi yang melewati batas-batas relasi manusia yang sering
sarat dengan pembatasan-pembatasan berdasarkan ajaran agama dan
ikatan-ikatan sosial yang hidup di tengah-tengah bangsanya secara
khusus dan di antara sesama manusia pada umumnya.
Sehubungan dengan itu, pilihan konteks mengasihi musuh dalam
ajaran Yesus dan masalah kehidupan yang digambarkan dalam Matius 5: 45
tentang hujan bagi bumi dan semua orang baik yang jahat dan tidak jahat
menjadi sangat penting dan relevan pada konteks pluralis dan oikumene.
5
Pada gerakan oikumene, subjek dan objek pemeran gerakan oikumene
tidak hanya di antara para pengikut Yesus, tetapi juga meliputi orang yang
berbeda iman, sesama orang beragama dan orang yang tidak beragama, antara
umat manusia dan ciptaan lainnya. Demikian juga tentang orang berdosa pada
masa lalu tidaklah mereka yang melanggar hukum beragama tetapi juga difabel
dan yang berperilaku hidup tidak masuk dalam kriteria-kriteria yang dilihat
sebelumnya sebagai ilahi, seperti kaum transgender, bangsa-bangsa lain, dan
seterusnya. Dalam konteks masa kini, orang demikian menjadi dimarginalkan
dan ada banyak orang yang dikucilkan di tengah masyarakat.
Dengan nas Matius 5: 45 sebagai tema tahun oikumene inklusif,
maka penting di dalamnya memahami inti ajaran Yesus. Kemudian,
perlu memeriksa bagaimana tindakan praksis HKBP terhadap yang Yesus
kategorikan juga sebagai orang baik dan juga orang jahat, dan bagaimana
kita bertindak terhadap mereka. Selanjutnya, kita harus memeriksa
pengakuan iman, liturgi, dan perilaku kita. Setelah itu, kita mengusahakan
jalan-jalan baru sebagai pertobatan kita melalui perubahan sikap dan
perilaku kita. Hal itu semakin penting karena tejadinya pengkotak-kotakan
di tengah masyarakat, terlebih menjelang pemilihan legislatif dan presiden
pada tahun 2024 yang dipakai untuk kepentingan-kepentingan sempit.
Dalam hal ini, para pengikut Yesus termasuk HKBP harus menolak hal itu.
Terlebih Sinode Godang ke-66 menetapkan bentuk-bentuk yang diminta
oleh WCC untuk melawan rasisme dan sejenisnya yang jelas bertentangan
dengan ajaran Yesus berdasarkan pada nas ini.
B E R A N J A K D A R I KOT B A H Y ES U S D I B U K I T
Semula tema tahun ekumenikal inklusif, Matius 5: 45, yang berasal dari
khotbah Yesus di bukit ini didahului dengan ajakan untuk mengasihi musuh
dan berdoa bagi musuh. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu
manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (43-44). Tidak
mudah untuk mengasihi musuh apalagi berdoa bagi musuh. Kemudian
tema Matius 5: 45 ini ditutup dengan kesimpulan berupa perintah di ayat 48,
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna.” Tidak mudah mencari yang sempurna. Kesempurnaan
(perfeksionis) telah menjadi sesuatu yang terbilang langka dalam kehidupan
kita sekarang ini. Bahkan, perfeksionisme telah dianalogikan sebagai
sesuatu yang ketinggalan zaman, atau dianggap sebagai sesuatu kondisi
(baca: penyakit) psikologis yang tidak begitu didambakan manusia.
6
Kedua kesulitan ini secara tidak langsung telah menuntun kita
menemukan jalan bagaimana sebaiknya memahami Matius 5: 45 ini.
Pertama, untuk memahami tema ini kita tidak bisa begitu saja melepaskan
nas ini dari kesatuannya dengan Khotbah di Bukit. Memahami ayat 45
demikian juga ayat 43-48 amat bergantung pada bagaimana memahami
Khotbah di Bukit. Matius 5: 45 ditempatkan pada bagian akhir dari Khotbah
di Bukit untuk menunjukkan posisinya yang semakin penting, seperti
umumnya sebuah narasi, argumen terbaik terlebih dahulu, argumen
lanjutan di tengah, tetapi di bagian akhir. Seperti Matius 5: 43-48 ini adalah
bagian yang harus diingat tidak boleh dilupakan dengan menekankan
kesempurnaan sebagai titik intesitas tertinggi dari pengajaran Yesus.
Dengan demikian, pertama-tama yang perlu diingat adalah bahwa tafsir
terhadap tema tahun ekumenikal inklusif ini adalah bagian yang tak
terpisahkan dari tafsir mengenai Khotbah Yesus di Bukit.
M E N G A S I H I M U S U H S E B A G A I K UA L I TA S K H U S U S
YA N G M E N A N DA I P E N G I K U T K R I ST U S
Sempurna di sini berarti lengkap, utuh, dewasa, berprestasi, atau
perfek. Tidak bisa dipungkiri bahwa kata ini begitu penting bagi Matius.
Dalam Injil Sinoptik kata ini muncul hanya dalam Matius, dan digunakan
sebanyak tiga kali1. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemakaian kata ini oleh
penulis Injil Matius ada dalam kerangka menekankan kualitas khusus yang
menandai para pengikut Yesus. Kesempurnaan adalah kemuridan mereka,
sejauh mana mereka mengikuti-Nya. Dalam bingkai sempurna itulah
tersimpan perintah untuk mengasihi musuh2.
Kasih terhadap musuh memperluas hukum Perjanjian Lama karena,
secara historis, orang Yahudi diperintahkan untuk mengasihi sesama
mereka, dan mereka cenderung memandang sesama mereka sebagai
rekan senegara atau suku mereka. Matius terus-menerus memperluas
siapa tetangganya di sini, bahkan termasuk musuh. Kesempurnaan dalam
kasih menujukkan bahwa semua orang sama dari sudut pandang Allah.
1 Kita mengingat kata itu dengan paling jelas dari kisah pemuda kaya itu (19: 16-22).
Pemuda itu datang kepada Yesus untuk mencari kehidupan kekal. Dia telah menaati
semua hukum, tetapi Yesus menambahkan satu persyaratan lagi: "Jika kamu mau
menjadi sempurna, pergilah menjual apa yang kamu miliki dan berikan kepada orang
miskin, dan kamu akan memiliki harta di surga; dan ikutlah Aku" (19:21).
2 "Mengikuti Kristus dan penggenapan hukum secara radikal " (G. Barth, "Matthew's
Understanding of the Law" dalam Bornkamm, Barth, Held, Tradition and Interpretation
in Matthew (Philadelphia: Westminster Press, 1963), 97.
7
Allah melihat secara tidak memihak, “membuat matahari-Nya terbit di
atas yang jahat dan yang baik, dan mengirimkan hujan kepada yang benar
dan yang tidak adil” (5: 45).
Yesus meminta dedikasi yang dapat dilihat dalam sifat-sifat perilaku
tertentu. Kesempurnaan, sebagaimana ia menyerukannya, “tidak
menyiratkan ketidakberdosaan total dan kebajikan penuh sebagai fakta”3.
“Kesempurnaan” dalam mengasihi musuh bagi Matius bukanlah syarat untuk
sampai pada suatu keadaan, tetapi akibat dari sebuah keadaan, persisnya:
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar”.
Mengasihi musuh amat berkaitan dengan meterai kemuridan mereka
sebagai pengikut Yesus. Matius tampak begitu teliti menunjuk perbedaan
antara “kamu” - para pengikut Yesus yang kepadanya Yesus berbicara – dan
orang jahat, orang yang baik, orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Kata “kamu” dalam ayat 45 tegas, berbeda dengan “pemungut cukai”
dalam 48. Kerap kali Matius menempatkan para pengikut Yesus di sini
secara kontras berbeda dengan orang Yahudi pada umumnya, termasuk
non-Yahudi. Matius menaruh perhatian kepada kualitas khusus dari para
pengikut Kristus di dalam tema ini. Kita dipanggil untuk menunjukkan
kesempurnaan kasih Tuhan yang tidak membatasi siapa tetangga kita,
yang tidak menarik garis antara yang baik dan yang jahat, yang adil dan
yang tidak adil. Kita dapat “berbuat baik kepada” bahkan ketika kita tidak
“merasa baik terhadap” seseorang4. Paul Tillich menyebut kesempurnaan
kita dimulai ketika kita mulai mengasihi segalanya sebagaimana Bapa
surgawi [kita] mengasihi semua”5. Kesempurnaan adalah kemuridan
dengan mengasihi, inklusif, dan oikumene secara sepenuh hati.
3 Robert Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art [Grand
Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1982], hlm. 388
4 Robert Gundry, Matthew: A Commentary on … hlm. 388
5 Paul Tillich, Christianity and the Encounter of World Religions [New York: Columbia
University Press, 1965] hlm. 35-36.
8
kekerasan sebagai cara untuk menunjukkan protes. Kedua, perintah untuk
mengasihi “musuh” (dalam ayat 38-42) ada dalam kerangka mencegah
mereka untuk bereaksi keras terhadap Roma, misalnya membalikkan
pipi yang lain, memberikan pakaian dalam, dan bekerja ekstra. Ini adalah
bagaimana agar setiap contoh ‘oikumene dan inklusif’ ini diterapkan.
Ketiga, Matius 5: 44-45 (“Kasihilah musuhmu... supaya kamu boleh
menjadi anak-anak Bapamu...”) memiliki kesejajaran dengan Matius 5: 9
(“Berbahagialah orang-orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.”). Dengan kata lain, perdamaian (oikumeneme
dengan Roma) dan cinta musuh (inklusif) berjalan bersamaan6.
Sebab itu dalam ayat 46, Yesus berkata bahwa jika kamu hanya
mencintai mereka yang mencintai kamu, kamu tidak lebih baik dari
pemungut cukai. Sepintas, orang Yahudi tidak ingin berpikir bahwa mereka
memiliki kesamaan dengan pemungut cukai. Cukup lama mereka menolak
keberadaan dari para pemungut cukai di zaman itu sebagai orang yang
mencuri atau mengambil sesuatu dari mereka. Mereka dibayar komisi
oleh Roma tetapi mereka menaikkan tarif pajak untuk mendapat untung.
Orang-orang menyebut mereka perampok berlisensi7. Tetapi kemudian
Yesus memberi gambaran mengenai pemungut cukai untuk menjelaskan
orang yang hanya mencintai orang yang mencintai mereka.
Selanjutnya dalam ayat 47, Yesus berkata bahwa jika kamu hanya
menyapa bangsa kamu sendiri, maka kamu tidak melakukan apa pun.
Salam kuno untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi mengungkapkan
semacam berkat. Salam Ibrani shalom mendoakan kedamaian dari nikmat
ilahi pada orang yang disambut. Beberapa orang Yahudi tidak ingin
mengucapkan salam kepada musuh mereka karena mereka khawatir hal
itu akan menghasilkan kesuksesan dan kemakmuran bagi musuhnya8.
Selain memiliki kualitas yang khusus (sempurna) sebagai pengikut Kristus,
mereka dituntun untuk keluar dari pola pikir mereka yang lama.
6 Theissen 132-137
7 Quarles 166f.; Carson 56
8 Quarles 167
9
hari dunia tanpa kehadiran matahari? Matahari dan hujan menunjukkan
kebaikan yang berulang dan berkepanjangan pada semua. Agathos (baik)
yang digunakan di sini bukan saja hanya mengandung kebaikan, tetapi juga
menguntungkan, atau bermanfaat. Allah menyediakan berkat keselamatan
bagi orang berdosa. Berkat itu disediakan bagi orang berdosa, bagi semua
orang. Bukan hanya untuk dosa kita, tetapi dosa seluruh dunia (1Yoh. 2: 2).
Allah terus-menerus berbuat baik kepada yang tidak layak, sama seperti
menerbitkan mataharinya bagi orang yang jahat dan yang baik.
Dalam Perjanjian Lama, tema ini dapat dilihat dalam Mazmur 145:
9, “Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap
segala yang dijadikan-Nya”. Kasih Allah terhadap manusia sama sekali
tanpa pembedaan. Kasih Allah tidak diskriminatif, juga tidak selektif
(dalam pengertian membeda-bedakan). Hal ini tidak terjadi hanya dalam
Perjanjian Baru, tetapi juga dalam Perjanjian Lama yang mengamanatkan
kasih bagi semua orang (Kel. 23: 4-5; Im. 19: 18, 33-34; 1Sam. 24: 5; Ay. 31:
29; Mzm. 7: 4; Ams. 24: 17, 29; 25: 21-22). Dunia kita berlangsung karena
kemurahan hati Allah yang tanpa syarat.
PENUTUP
Lebih dari 100 tahun gerakan oikumenis memperluas agendanya dan
jangkauannya, dan memikirkan kembali metodologinya. Intinya gerakan
oikumenis dibutuhkan lebih dari yang sebelumnya: tantangan lingkungan,
sosial, dan perubahan iklim yang dihadapinya semakin besar dan luas.
Oikumenis inklusif dari kajian tema ini lebih dari sekadar gerakan Natal
Bersama atau Paskah Bersama, atau kegiatan seremonial antar gereja dalam
satu lingkungan. Sama seperti konteks sosial dan politik yang dihadapi
pengikut Kristus di zaman Injil Matius, oikumenisme dan inklusifitas harus
menjadi kualitas khusus dari orang Kristen, harus menjadi gerakan berulang
yang terus-menerus, gerakan yang lebih tanggap, mendorong keterlibatan,
lebih berfokus pada pinggiran, orang-orang yang teraniaya, dan orang yang
miskin, di mana perjuangan untuk hidup berlangsung lebih intens. Oleh karena
itu, tahun oikumene inklusif 2024 merupakan masa untuk memperlihatkan
buah dari Tahun Pemberdayaan, Kesehatian, Profesionalisme dengan
terciptanya perilaku jemaat HKBP yang menjadi pembawa anugerah bagi
sesama manusia dan ciptaan, sehingga warga jemaat HKBP akan berjalan
bersama dalam kepelbagaian mewujudkan karunia Allah.
10
2. SU B TE M A
11
3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal) yang dalamnya masih banyak kantong
kekristenan.
Perdamaian berarti situasi yang mendukung terciptanya ketenangan
dan keadilan. Damai bukanlah situasi tenang yang negatif. Situasi tenang
negatif berarti mendiamkan ketidakadilan karena tidak ingin merusak
status quo. Kedamaian negatif berarti mengorbankan keadilan untuk
sebuah ketenangan. Kedamaian sesungguhnya berarti ketenangan
hati ketika kita yakin akan perjuangan melakukan hukum Allah dengan
memperhatikan konteks masyarakat untuk keadilan dengan berbagai
faktor seperti sosial, budaya, ekonomi, ideologi, dan politik.
Karena sifat Injil yang menyeluruh, pemberitaan mengenai keadilan
dan perdamaian bukan hanya diberikan Allah melalui Kristus kepada
manusia saja, namun juga untuk seluruh ciptaan. Panggilan terhadap
seluruh ciptaan memberi tugas kepada umat untuk bertanggung jawab
terhadap alam yang Allah ciptakan (Kej. 2: 15) dan makhluk ciptaan
lainnya. Seluruh ciptaan yang berada dalam rumah yang sama harus
juga saling menjaga dan mendukung, dengan tanggung jawab diberikan
kepada manusia (bnd. Kej. 2: 31; 7: 1-4). Panggilan ekologis gereja-gereja
di Indonesia adalah untuk mendorong penghentian perusakan lingkungan
yang mengakibatkan menurunnya kualitas udara, air, dan tanah yang
memengaruhi makhluk lain.
Dengan dasar pengakuan iman dan panggilannya, HKBP telah
menempatkan dirinya sebagai gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka.
Gereja diutus Allah untuk memberitakan Injil kepada semua makhluk.
Dalam panggilannya, gereja-gereja akan memiliki bentuk yang berbeda
untuk bisa menjangkau semua orang. Perbedaan gereja-gereja tidak
membuatnya terpecah, melainkan tetap menjadi am, dalam persekutuan
orang kudus dengan dasar Kristus. HKBP juga memahami bahwa
keesaan bukan kesatuan dalam bentuk melainkan dalam iman, baptisan,
pengharapan, hati yang saling mengerti, tolong menolong, mempercayai,
mengasihi, yang terwujud dalam kerjasama oikumene (Pasal 7).
HKBP adalah gereja yang sangat percaya terhadap kerja sama oikumenis
baik dalam level nasional, regional, juga internasional. HKBP adalah satu
gereja yang ikut mendorong berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia
(yang sekarang menjadi PGI), dan Christian Conference in Asia (CCA). HKBP
memiliki banyak tokoh yang juga berperan di bidang oikumene nasional dan
global. Dalam berbagai gerakan oikumene, HKBP juga aktif berpartisipasi
dan memimpin berbagai aksi bersama sampai ke level dunia.
12
Oikumene yang inklusif berarti ikut dalam arak-arakan gereja-gereja
di Indonesia, Asia, dan dunia untuk perwujudan keadilan, perdamaian,
dan keutuhan ciptaan, dalam semangat saling menghormati perbedaaan
melalui upaya dialog dan kesatuan dalam aksi. Inklusif tidak berarti
mengorbankan identitas diri, melainkan tetap terbuka terhadap perbedaan
dan mengutamakan dialog serta kerja sama. Dengan pemahaman demikian
maka seluruh gereja memiliki komitmen bersama untuk menumbuhkan
semangat iklusif yang lahir secara terus-menerus.
Tentu, untuk mengupayakan komitmen yang inklusif ini, gereja harus
berani untuk serta ambil bagian dalam common life in Christ dengan
tidak melupakan otentisitas dan ketulusannya dalam rangka melakukan
kesaksiannya dan misi bersama bagi seluruh ciptaan (bumi).9 Untuk
itu, HKBP harus mampu keluar dari “dunianya” meraih dan masuk ke
dalam persekutuan yang lebih luas di dalam Kristus. Di sini, HKBP ditarik
dari kesendiriannya dan dalam penuh kesadaran akan koinonia yang
mempertemukan umat sehingga terhubung satu dengan yang lain dalam
arak-arakan menuju kesatuan yang terlihat. Di sinilah HKBP ditantang
untuk menemukan makna, komitmen, dan pengalaman persekutuan
secara bersama-sama dalam mewujudkan keadilan, perdamaian, dan
keutuhan ciptaan.
Dialog dan kerjasama merupakan perwujudan yang akan dilaksanakan
dalam tahun oikumene akan difokuskan kepada output pembebasan
masyarakat dari berbagai bentuk ketidakadilan, pelayanan yang inklusif
termasuk penyandang disabilitas dan orang dengan HIV AIDS, dengan
memerhatikan faktor keutuhan ciptaan dalam perawatan ekologis.
Jemaat dalam tingkat huria, resort, dan distrik didorong untuk
mengadakan kegiatan yang bersifat oikumenis, bekerjasama dengan
berbagai gereja yang ada di lingkungan masing-masing, dalam tiga
tema yang menghasilkan output: menegakkan keadilan, menciptakan
perdamaian, dan menjaga keutuhan ciptaan. Kegiatan bisa dilakukan
dalam diskusi, dialog, aksi sosial, juga menjaga keutuhan bangsa terutama
di tahun politik 2024. HKBP perlu mengambil peran untuk menolak
berbagai perpecahan yang akan muncul dari penggunaan politik identitas.
Oleh karena itu, HKBP juga mendorong percakapan dan kerja sama
untuk dilaksanakan dengan umat beragama yang lain, kelompok budaya
dan adat serta aliran kepercayaan. Dialog merupakan wadah untuk
9 https://pgi.or.id/menghidupkan-oikoumene/
13
menjalin sikap saling menghargai satu dengan yang lain, khususnya antar
umat beragama dan antar gereja. Selain itu, dialog juga menjadi wadah
untuk menyatukan persepsi dan fokus perhatian untuk keprihatinan
bersama tentang masalah-masalah sosial dan politik yang ada. Untuk itu,
output yang hendak dicapai bisa diraih dengan maksimal. Dengan dialog
dan kerjasama yang baik, misi gereja menjadi berkat bagi bangsa-bangsa
akan semakin terimplementasi.
Jika melihat perjalanan HKBP dalam beberapa tahun terakhir,
sesungguhnya telah banyak dan akan terus terlihat partisipasi aktifnya di
waktu yang akan datang. Oleh karena itu, dalam tema tahunan orientasi
pelayanan yang dilakukan HKBP, khususnya mulai 2022-2024 ada sebuah
langkah yang ingin dituju dalam rangka HKBP menjadi berkat bagi dunia.
HKBP menjadi gereja yang memiliki pelayanannya yang lebih luas yaitu
hidup bersama di bumi melalui Tahun Oikumene Inklusif. Banyak hal
yang selama ini ada di sekitar gereja yang belum tersentuh pelayanan
HKBP, walaupun sebagian pelayanan belum maksimal. Oleh karena itu,
HKBP juga mendorong percakapan dan kerjasama untuk dilaksanakan
dengan umat beragama yang lain, kelompok budaya dan adat serta aliran
kepercayaan. Dengan dialog dan kerjasama yang baik, misi gereja menjadi
berkat bagi bangsa-bangsa akan semakin terimplementasi. Di tahun 2024
HKBP akan menjadi pemrakarsa dan leading sector, tidak hanya partisipan
untuk melakukan gerak komunal dalam arak-arakan oikumenis inklusif.
Yang terpinggirkan selama ini akan diberdayakan, yang terkungkung akan
dibebaskan, yang telah baik akan dimaksimalkan.
Keterlibatan HKBP dalam isu publik tidak bisa lepas dari
pemahamannya mengenai peran gereja dalam masyarakat. Dalam
berbagai upaya keterlibatan gereja di masyarakat, beberapa hal yang
perlu HKBP lakukan adalah: 1) menyiapkan pendidikan teologi mengenai
peran gereja di masyarakat; 2) mendoakan mereka yang memiliki aspirasi
untuk menjadi pelayan masyarakat; 3) meningkatkan pesan kepedulian
dan tanggung jawab HKBP kepada masyarakat dan negara agar suara
kenabian bisa menjadikan HKBP sebagai pendukung kritis, realistis dan
aktif kepada pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Dalam pembuatan program, HKBP bisa saja memilih untuk mengajarkan
nilai positif dan etos yang baik; memberikan pendidikan politik bagi warga
gereja; melakukan berbagai lobi terhadap warganya yang menduduki
jabatan penting pemerintahan mengenai isu kemasyarakatan. Satu hal
yang perlu ditekankan adalah bahwa HKBP tidak boleh berpolitik praktis
14
dalam bentuk pencalonan kandidat dan pendirian partai politik karena
tidak sesuai dengan pemahaman imannya. HKBP juga bisa memberikan
kode etik yang berdasar kepada pemahaman teologis yang kuat penting
untuk memberikan pegangan kepada seluruh warga dan pelayan HKBP
yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan pemahaman ini, kita tidak lagi
memiliki keraguan mengenai peran gereja dalam politik kebangsaan.
Dalam relasi dengan umat agama lain, HKBP juga memahami
dirinya sebagai gereja yang inklusif. Keselamatan adalah karunia Allah
semata (sola gratia) dan Allah ingin supaya banyak orang percaya dan
diselamatkan (bnd. 1Tim. 2: 4). Tugas gereja adalah mengabarkan Injil,
namun hak pemilihan tetap di tangan Allah. Sebagai umat Tuhan, kita
percaya akan Kristus sebagai jalan keselamatan namun di saat yang sama
juga tidak menjadi hakim atas orang lain yang tidak memiliki kepercayaan
yang sama. Keselamatan adalah hak dan pemilihan Allah semata, dan kita
ikut bekerja dalam misi yang Allah berikan kepada kita (missio Dei).
Oleh karena itu, HKBP juga mendorong percakapan dan kerjasama
untuk dilaksanakan dengan umat beragama yang lain, kelompok budaya
dan adat serta aliran kepercayaan. Dengan dialog dan kerjasama yang
baik, misi gereja menjadi berkat bagi bangsa-bangsa akan semakin
terimplementasi. Kerjasama yang baik terutama untuk memberi
kesadaran mengenai tema keutuhan ciptaan yaitu mengembalikan fungsi
dan hakikat makhluk yang diciptakan Allah, menyadari bahwa kita semua
adalah ciptaan yang sama berada di bawah matahari dan menerima hujan
yang sama.
15
3. SASARAN STRATEGIS HKBP DAN
TUJUAN TAHUN OIKUMENE INKLUSIF
Mengacu pada visi, misi dan tujuan, sasaran strategis yang ingin dicapai
HKBP pada tahun 2020-2024, adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya kualitas pengajaran, pembinaan dan pelayanan HKBP
sebagai anak Allah, pembawa berita keselamatan serta tumbuhnya
karakter hidup jemaat yang Kristiani dan Berbuah lebat.
2. Terwujudnya peran HKBP yang signifikan di dalam masyarakat,
pemerintahan, lembaga oikumene di mana pun gereja berada baik di
tingkat Huria, Resort dan Distrik, dan Global di dalam berbagai aspek
kehidupan.
3. Terwujudnya tata kelola serta sistem manajemen yang efektif, efisien,
akuntabel menuju modernisasi penatalayanan serta kemandirian
HKBP dalam pengelolaan sumber dayanya
16
luar negeri yang merupakan orientasi pelayanan HKBP tahun 2024
sebagai Tahun Oikumene Inklusif.
Hal ini tercermin dalam orientasi pelayanan HKBP 2021-2024, dimana
prioritas ini dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi pada setiap
tahun pelayanan HKBP yang tercermin dalam skema berikut:
Secara khusus pada Tahun Oikumene Inklusif, HKBP memiliki tujuan dan
sasaran sebagai berikut:
1. Bersama melanjutkan dan mendukung program-program
pemberdayaan, kesehatian, dan profesionalisme dengan sembilan
tujuan utama yang telah dijalankan mulai tahun 2021.
2. Meningkatkan keterlibatan HKBP dalam kegiatan oikumene gerejawi
secara daerah, nasional, dan internasional
3. Terwujudnya peran HKBP yang signifikan di dalam masyarakat,
pemerintahan, lembaga oikumene di di tingkat huria, resort dan
distrik, dan global dalam pembebasan masyarakat marginal dari
berbagai bentuk ketidakadilan sosial.
4. Berpartisipasi aktif dan kritis dalam pembangunan masyarakat,
bangsa, dan negara dalam mewujudkan keadilan ekonomi dan ekologi
dan keadilan sosial.
5. Melaksanakan dialog dan diapraksis yang inklusif dan kreatif antar
umat beragama, denominasi gereja, dan antar kelompok untuk
terwujudnya perdamaian
6. Pelayan dan warga HKBP lebih oikumene dan inklusif dalam pelayanan
dan tugasnya
7. Merangkul dan hidup bersama dengan keberagaman kearifan lokal,
budaya, adat, dan aliran kepercayaan
17
4. PROG R A M DA N K AL E NDE R K E RJA
T UJ UA N DA N SASARAN
1.
Bersama melanjutkan dan mendukung program-program
Pemberdayaan, Kesehatian, dan Profesionalisme dengan sembilan
tujuan utama yang telah dijalankan mulai tahun 2021
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
18
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
19
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
010 • Mengutus pelayan • Menggagas dan • Terlibat aktif • 10 pelayan dan warga
dan warga HKBP mengorganisir dalam kegiatan menjadi pekerja
menjadi pekerja pertemuan- kemasyarakat oikumene
di Lembaga- pertemuan di lingkungan
lembaga oikumenis di gereja.
oikumene tingkat wilayah
nasional dan (indikator: 4 kali
internasional pertemuan)
20
3. Terwujudnya peran HKBP yang signifikan di dalam Masyarakat,
Pemerintahan, Lembaga Oikumene di di tingkat Huria, Resort, dan
Distrik dan Global dalam pembebasan masyarakat marginal dari
berbagai bentuk ketidakadilan sosial
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
21
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
22
Kode Aras Resort/
Aras Pusat Aras Distrik Indikator
Program Huria
022 • Advokasi ekonomi, • Seminar dan • Lomba gambar • Pemuda Kristen dan
ekologi dan keadilan aksi sosial anak sekolah lintas agama, lintas
sosial bersama pemuda distrik minggu topik denominasi, anak
denominasi gereja dan bersama lingkungan sekolah minggu
agama lain pemuda agama hidup
lain
23
6. Pelayan dan warga HKBP lebih oikumenis dan inklusif dalam pelayanan
dan tugasnya
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
Kode
Aras Pusat Aras Distrik Aras Resort/Huria Indikator
Program
24
5. P EL AKSAN A AN K E GI ATA N
25
6 . PE N U TU P
26
SU R AT PE N UGAS A N
27
CamScanner
28