Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eirene Muna Siska Siringoringo

NIM/Semester : 21.3721/4B
Mata Kuliah : Homiletika
Dosen Pengampu : Pdt. Ricky Pramono Hasibuan, M.Th.

Teks Khotbah Roma 7:15-25


Kita Diselamatkan oleh Karena Iman kepada Yesus Kristus
Amang, Inang dan saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, pernyataan
“aturan ada untuk dilanggar” mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar diucapkan oleh
pihak-pihak yang menganggap aturan sebagai hal yang membebani dan melihat aturan
tersebut dari segi negatifnya. Akan tetapi, saya mengajak kita untuk mempertimbangkan
apakah pernyataan tersebut benar adanya? Apakah aturan dituliskan agar mereka yang berada
dalam naungan aturan malah melanggar aturan tersebut? Apakah aturan bertujuan untuk
menciptakan pelanggaran? Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu kita untuk dapat lebih
memahami apa yang ingin disampaikan oleh nas khotbah kita pada Minggu ke 5 Setelah
Trinitatis ini dengan topik Minggu Mencintai Hukum Allah yaitu Roma 7:15-25, akan saya
bacakan bagi kita dan marilah kita ikuti di dalam hati kita masing-masing.
7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku
kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 7:16 Jadi
jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu
baik. 7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di
dalam aku. 7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi
bukan hal berbuat apa yang baik. 7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik,
yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku
perbuat. 7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 7:21 Demikianlah aku dapati hukum
ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 7:22 Sebab di
dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku
aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku
menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 7:24 Aku,
manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 7:25 Syukur
kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 
Pengantar

Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma Pasal 7 ayat 15-25 yang menjadi nas khotbah
kita hari ini dapat kita lihat membahas perjuangan batin yang dialami oleh Orang Percaya
ketika mencoba untuk hidup menurut kehendak Allah, tetapi keinginan mereka ini dihambat
oleh kuasa dosa yang ada dalam diri mereka. Pada ayat 15 Paulus mengatakan bahwa kuasa
dosa membuatnya tidak mengerti tindakan-tindakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan
apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan kehendaknya. Kuasa dosa yang ada dalam diri
Paulus memaksanya untuk melakukan hal-hal yang ia tidak ingin lakukan dan kuasa dosa itu
juga melarangnya melakukan hal-hal yang ia ingin lakukan. Dalam hal ini yang Paulus ingin
lakukan adalah menaati Hukum Allah dan yang tidak ingin ia lakukan adalah dosa. Jadi ada
peperangan batin antara keinginan untuk taat dengan kedagingan yang memaksa untuk
berdosa. Pada ayat 18 Paulus menyatakan bahwa tidak ada kebaikan dalam dirinya dan ia
merasa tertawan oleh kuasa yang ada dalam dirinya sebagaimana disebutkan pada ayat 23
merupakan kuasa dosa. Namun, Paulus mengakhiri ayat-ayat ini dengan menyatakan bahwa
ia bersyukur kepada Allah sebab melalui Yesus Kristus kita telah dibebaskan dari pengaruh
dosa yang ada dalam diri kita.

Roma 7:15-25 memberikan kita penjelasan tentang bagaimana seharusnya seorang


Kristen memandang Hukum Taurat. Nas ini menunjukkan bahwa Hukum Taurat adalah baik
dan kudus, namun manusia yang rentan untuk berdosa tidak akan mampu memenuhi tuntutan
hukum tersebut. Oleh karena itu, Seorang Percaya dalam mencintai Hukum Taurat tidak
dapat melihat Hukum Taurat tersebut sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk
memperoleh keselamatan, tetapi haruslah melihat Hukum Taurat tersebut sebagai suatu
kewajiban yang dilakukan oleh orang yang telah menerima keselamatan. Keselamatan tidak
diperoleh melalui ketaatan terhadap hukum Taurat, tetapi diperoleh melalui iman kepada
Kristus yang telah membebaskan kita dari hukum dosa melalui kematian dan kebangkitan-
Nya sebab Kristus memberikan kuasa bagi Seorang Percaya untuk hidup.
Namun pada realitasnya ketika menjalankan ketaatan sebagai kewajiban setelah menerima
keselamatan tersebut manusia akan mengalami persoalan batin oleh karena kedagingan
manusia yang cenderung mengarahkan manusia untuk melakukan hal yang jahat yaitu apa
yang bertentangan dengan Hukum Tuhan. Dalam persoalan batin ini Seorang Percaya harus
mengakui ketidakmampuannya dan meminta pertolongan dari Kristus untuk dapat teguh
dalam ketaatan melalui bimbingan dari Roh Kudus.
Ilustrasi
Dalam kehidupan berasrama di kampus STT yang menjadi tempat kita belajar saat ini
tentu saja penjelasan teks khotbah ini sangat relevan dan mudah untuk kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menyederhanakannya kita coba melihat Hukum Taurat seperti
aturan dan regulasi yang berlaku dikampus ini dan saya ingin bertanya kepada teman-teman,
apakah masing-masing dari kita pernah melakukan tindakan yang melanggar regulasi
kampus? Misalnya tidak makan di menza sesuai dengan jam-jam yang telah ditentukan, tidak
tidur di kamarnya sendiri, tidak mengikuti regulasi untuk keluar dari kampus ataub tindakan-
tindakan pelanggaran lainnya. Pernahkah kita melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti
yang telah disebutkan diatas? Saya yakin dan percaya sebagian besar dari kita pernah
melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut!
Sedikit menceritakan pengalaman pribadi, pada semester-semester awal saya menganggap
aturan di STT ini sangat menyebalkan karena sifatnya mengekang kebebasan saya. Dengan
dasar pemikiran ini saya menjadi termotivasi untuk memberontak dan salah satu tindakan
pemberontakan yang cukup berani itu saya lakukan sekitar satu tahun lalu di semester dua
mungkin diantara teman-teman ada yang mengetahui dan masih mengingat kejadian tersebut.
Singkat cerita pemberontakan saya tersebut kedapatan oleh kakak tingkat sehingga kemudian
saya dimarahi, diperingati dan dinasehati. Akhirnya setelah kejadian itu saya tidak berani lagi
memberontak, berusaha untuk hidup yang biasa-biasa saja dan sebisa mungkin tidak
mendekatkan diri kepada pencobaan, meskipun tetap saja satu dua kali saya tergoda untuk
melakukan pelanggaran-pelanggaran, namun kali ini lebih berhati-hati dan penuh
pertimbangan sebelum dilakukan.
Satu tahun telah berlalu, sekarang saya melihat kejadian tersebut dan menemukan bahwa
alasan pemberontakan saya ketika itu terletak pada cara saya memandang aturan yang ada.
Saat itu saya merasa aturan mempersulit saya namun sekarang saya menyadari bahwa inilah
STT, yang memang memiliki banyak aturan dan regulasi yang mengharuskan saya sebagai
mahasiswa berkewajiban menaati regulasi tersebut. Menaati aturan tidak berupa pilihan mau
atau tidak, bersedia atau tidak, tetapi aturan adalah mutlak harus ditaati selama menyandang
status sebagai mahasiswa STT.
Dengan demikian saya menemukan jawaban untuk pertanyaan pembuka khotbah yang
sebelumnya saya sampaikan “apakah benar aturan ada untuk dilanggar?” pada saat ini dengan
jelas saya dapat memberi jawaban bahwa tentu saja Tidak!. Aturan diciptakan dengan tujuan
keteraturan yang membantu saya untuk dapat merasakan hidup yang teratur oleh karena itu
saya dan kita semua diharapkan untuk menaati aturan yang telah ada.
Akan tetapi meskipun dasar berpikir saya sudah berubah namun keinginan untuk
melanggar aturan itu tetap ada di dalam diri saya, misalnya di suatu siang yang terik ada
ajakan dalam diri saya berkata “nggak usahlah mamen, panas kali siang ini, mending tidur
aja lagian nanti masuk kelas lagi, udahlah.. nggak papanya itu, nggak usah mamen” atau
“Lagi nggak di Siantar Bapak, nggak papanya itu keluar kampus sebentar, nggak akan
ketahuannya itu” dan masih banyak lagi contoh ajakan-ajakan dari dalam diri saya untuk
melanggar aturan yang mungkin juga pernah dirasakan oleh teman-teman sekalian.
Aplikasi
Dengan kesadaran berpikir, saya menyadari bahwa aturan ada untuk ditaati namun
dorongan dari dalam diri saya mengajak saya untuk melanggar aturan. Kira-kita situasi inilah
yang digambarkan Paulus dalam suratnya yang menjadi nas khotbah kita saat ini. Seorang
Percaya ingin taat kepada Hukum Allah tetapi dorongan yang disebut Paulus sebagai “Kuasa
Dosa” memaksanya untuk melakukan yang jahat.
Lalu dalam situasi perjuangan batin tersebut, bagaimanakah cara kita menghadapinya?
Rasul Paulus pada ayat yang ke 24-25 berkata “Aku, Manusia celaka! Siapakah yang dapat
melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus Tuhan kita”
Dengan demikian oleh pertolongan Kristuslah kita dapat teguh dalam ketaatan. Kita adalah
manusia yang lemah dan rentan untuk melakukan dosa sehingga kita membutuhkan
pertolongan dari Kristus melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita agar dapat hidup
sesuai dengan kehendak Allah. Hukum Taurat bukanlah jalan untuk memperoleh keselamatan
namun Hukum Taurat dapat membantu kita mengenal dosa. Oleh karena itu marilah kita
mencintai Hukum Taurat dengan menjadikannya sebagai pedoman agar dapat hidup dengan
melakukan yang benar sembari terus mengarahkan diri kepada Kristus dan memperjuangkan
kehidupan yang benar di dalam iman kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai