Anda di halaman 1dari 5

1

Atik Tung Ringkot….!!!


Minggu 09 Juli 2023; 5 - Set - TRINITATIS
Ep; Kidung Agung 2: 8 – 13 EV. Roma 7: 15 – 25
Mencintai Hukum Allah
===========================================
1. Selamat hari MInggu 5 - Set – TRINITATIS, MInggu ini kita akan membahas
sebuah tema yang penting bagi kehidupan kita sebagai orang percaya, yaitu
"Mencintai Hukum Allah." Firman Tuhan yang akan menjadi dasar khotbah
kita hari ini terdapat dalam Roma 7:15-25, yang menggambarkan pertempuran
dalam dirinya antara keinginan untuk melakukan yang baik dan dosa yang
masih aktif dalam dirinya. Tentu mencintai hukum Allah adalah panggilan bagi
setiap orang percaya. Melalui kesadaran akan hukum-Nya, kita mengenali
standar-Nya yang kudus. Mencintai hukum Allah bukan hanya mengenai
penaatannya, tetapi juga tentang mengasihi-Nya sebagai penyataan kasih kita
kepada-Nya. Namun, kita juga menyadari bahwa kita tidak bisa mencapai
keselamatan dengan kepatuhan hukum sendiri. Keselamatan datang melalui
anugerah dan iman dalam Yesus Kristus.
2. Paulus dalam beberapa kesempatan mencoba menjelaskan sifat atau watak
pembawaan manusia yang penuh dengan dosa. Manusia tidak berdaya untuk
menolak tindakan atau perbuatan dosa, sehingga manusia memiliki
kecenderungan untuk berbuat dosa. Di ayat 19 jelas mencerminkan
keberadaan ini, bahwa bukan apa yang baik dan dikehendaki yang diperbuat
namun hal sebaliknya, yang jahatlah yang diperbuat. Paulus seakan-akan
ingin memberi tahu jemaat Roma bahwa ketika mereka berhadapan dengan
keinginan daging dan hawa nafsu, maka sia-sialah usaha mereka. Kemudian
Paulus seakan mempertentangkan antara batin dan tubuh, hati dan roh.
3. Bahwa batin atau hati manusia terarah kepada Tuhan, namun tubuh yang
penuh dengan dosa melakukan dan membawa pada arah yang sebaliknya.
Untuk itulah Paulus menyebut keadaan ini sebagai, “tawanan hukum dosa”.
Jiwa atau Roh manusia yang terkungkung di dalam tubuh manusia, seperti
itulah kondisi manusia sejatinya. Bagi Paulus, Yesuslah yang dapat
melepaskan manusia dari tubuh tersebut (Ay. 24-25). Bahwa karena karya
Kristuslah manusia dapat terlepas dan bebas dari tawanan dosa. “Syukur
kepada Allah!” seru Paulus. Karena kita yang secara naluriah tak mampu

1
2

menyelamatkan diri sendiri ini justru dilepaskan oleh kuasa Kristus sendiri.
Sehingga di dalam Kristus Yesus, ada pengharapan untuk selamat.
4. Seperti itulah manusia adanya, sehingga Paulus berkata bukan apa yang aku
kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci . Paulus sebagai yang
paham akan Hukum Taurat tahu akan hal yang baik dan yang jahat, sebab
Hukum Taurat menggambarkannya dan mengajarkan kepada kita apa yang
harusnya kita lakukan. Paulus juga menyadari bahwa apa yang diajarkan
dalam Hukum Taurat itu adalah baik adanya dan ia menghendaki agar
berbuat demikian, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, bukan yang ia
kehendaki yang diperbuatnya, justru yang ia benci, yang dalam hal ini di luar
Hukum Taurat.
5. Di ayat 16 Paulus berkata jika saya melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan keinginan saya (Taurat), artinya saya mengakui bahwa Hukum Taurat
itu baik. Hal ini sama dengan keadaan kita manusia umumnya. Kita tahu akan
segala aturan-aturan dan hukum dan kita mengakui bahwa segala aturan itu
baik adanya, dan semua manusia pasti ingin melakukan hal yang baik yang
sesuai dengan hukum. Kita pun sepaham bahwa aturan dan hukum itu baik
adanya, tetapi yang terjadi justru sering sekali kita sendiri malah melakukan
hal yang jauh dari hukum itu. Ketika kita menyadari bahwa apa yang kita
lakukan itu salah adanya, pasti akan selalu ada proses untuk memikirkannya,
dan kita bisa mengukur, menilai dan menimbang bahwa apa yang kita lakukan
itu salah tentu menggunakan kacamata aturan dan hukum, dengan sendirinya
kita sudah mengakui bahwa hukum itu baik adanya.
6. Sebab ketika kita mengontraskannya dengan apa yang kita lakukan, yang
salah itu dan dalam hal ini aturan dan hukum itulah yang menjadi tolak ukur.
Seperti itulah adanya pemikiran Paulus, ketika ia melakukan apa yang ia tidak
kehendaki, ia menyadari bahwa Hukum Taurat itu baik adanya. Paulus ingin
menegaskan bahwa hidupnya itu memang didera oleh dilematis yang sangat
mendalam, tentang apa yang ia inginkan dan ia lakukan. Ia sampai
mengatakan dalam dirinya sebagai manusia tidak ada sesuatu yang baik.
7. William Barclay menjelaskan bahwa dalam perspektif orang Yunani bahwa
ketika seseorang dilahirkan ada dua roh diberikan kepadanya, roh yang
mendorong untuk berbuat baik dan roh yang mendorong untuk berbuat jahat
dan bagaimana adanya hidupnya tergantung pada ajakan yang mana yang
hendak diturutinya. Ia juga menyebutkan bahwa orang Yahudi berpendapat
2
3

bahwa dalam diri setiap manusia ada dua sifat. Sifat baik yang berusaha
mendorong manusia supaya memilih jalan yang baik dan ada juga sifat yang
jahat yang selalu berusaha supaya manusia itu mengambil jalan yang salah.
Itulah yang dimaksudkan oleh Paulus ketika ia mengatakan tubuh insani/
daging. Tubuh insani kita inilah yang menjadi tempat yang begitu nyaman
untuk menanggapi bujukan dosa yang membuat kita ingin melakukan yang
salah.
8. Juga William Barclay mengatakan bahwa kegelisahan ini menyelimuti hatinya
pada awal-awal ketika ia baru bertobat. Paulus selalu bergumul pada waktu
awal-awal ia bertobat, ia merasa bahwa betapa pun kerasnya dia berusaha,
dia tidak dapat menjalani hidup menurut keyakinan yang seharusnya dia
jalani. Paulus dalam hal ini bukan dalam rangka menyaksikan keadaan
rohaninya sekarang saat ia menuliskan surat ini, namun ia ingin
menunjukkannya kepada banyak orang Kristen yang sudah lahir baru dan
masih terus kalah melawan dosa. Berbicara kepada orang Kristen yang sudah
dibarui Kristus namun kurang menyadari dan bertindak konsisten dengan
kebenaran anugerah Injil Kristus. Maksud Tuhan menebus kita bukan agar
sekadar diampuni, namun jatuh bangun terus dalam dosa. Ia ingin kita agar
hidup sepenuhnya menikmati hidup dalam Yesus Kristus, bukan seperti
Kristen yang sebagian masih berprinsip terhadap Taurat dalam kondisi
perbudakan seperti yang sudah dijelaskan di atas akan tetapi merdeka penuh.
9. Paulus memberikan jawaban atas kegelisahannya itu. Ketika ia menanyakan
siapakah yang akan melepaskan aku..? dan menjawab bahwa ia dilepaskan
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita dan ia mengucap syukur kepada Allah atas hal
itu. Kegelisahan yang begitu panjang yang menyelimuti hatinya akan
keselamatannya, kegelisahan akan kesadaran bahwa ia tidak mampu untuk
melakukan Hukum Taurat dengan sempurna sebab ia pada saat yang sama
akan selalu jatuh ke dalam dosa. Yang menjadi jawaban atas semua
kegelisahan kita adalah Yesus, Tuhan kita.
10. Tentu kita diingatkan bahwa upaya manusia sama sekali tidak mengerjakan
apa-apa, karena manusia itu akan selalu jatuh ke dalam dosa. Kita diingatkan
bahwa segala sesuatunya adalah karena kemurahan Allah kepada kita. Kita
patut bersyukur dan merasa lega karena ada jawaban atas kegelisahan
Paulus yang dalam hal ini menjadi kegelisahan kita juga. Kesadaran akan
Keterbatasan akan Penyelamatan oleh AnugerahNya, meskipun kita berusaha
3
4

mengasihi hukum Allah, kita menyadari bahwa kita tidak sempurna dan terus
berjuang dengan dosa dalam kehidupan kita. Seruan pada Minggu ini
menggambarkan kerinduan Paulus (Baca; kerinduan orang percaya),
dibebaskan dari kekuatan dosa melalui Yesus Kristus Tuhan kita, olehNya
kita menerima anugerah dan keselamatan-Nya, bukan karena kepatuhan
hukum, tetapi karena kasih karunia-Nya. Mencintai hukum Allah tidak berarti
kita mengandalkan kepatuhan kita sendiri, tetapi kita mengandalkan
penyelamatan yang datang melalui iman dalam Yesus Kristus.
11. Tentub setiap orang yang mencintai hukum Allah mendapatkan kedamaian
yang besar. Pertama; rasa damai dari luar, yang berasal dari kesehatan yang
baik, kemapanan, dan kecukupan – damai ini berhubungan dengan keadaan
yang menyenangkan. Kedua adalah damai secara batiniah, yaitu, damai yang
memelihara kita apa pun keadaan kita. Dengan damai sejahtera yang dari
lubuk hati ini kita dapat bertindak dengan sepatutnya, bahkan di saat-saat
sulit. Kedamaian ini adalah tempat perlindungan di masa-masa badai.
12. Kecendrungan dosa yang mengikuti keinginan daging dan dunia, juga
mendorong setiap orang untuk melakukan hal yang jahat, meski diakui itu
bukan kehendaknya. Inilah sebenarnya situasi itu dan kita menjadi tawanan
dosa, hamba dosa yang tidak bisa lagi melakukan hal yang (lebih) baik. Kita
bersyukur, dengan kasih Allah yang demikian besar dan melalui anak-Nya
Tuhan Yesus Kristus, kita mampu lepas dari perhambaan itu dan menjadi
pemenang-pemenang dalam perjuangan melawan dosa. Oleh sebab itu kita
bersyukur dan berkata, Terpujilah Tuhan yang Mahabaik.
13. Kedekatan dengan Tuhan Yesus Kristus menghasilkan damai batiniah yang
luar biasa, dan merupakan dasar yang kokoh dalam perjalanan kita menuju
kerajaan surga. Ini adalah suatu berkat yang dapat kita semua rasakan
sebagai orang-orang yang mencintai hukum Allah. Tuhan memberkati.

Pdt. Ro Sininta Hutabarat, MTh


GKPI JK-SK

4
5

Anda mungkin juga menyukai