Anda di halaman 1dari 5

1

Minggu 19 September 2021 – 16 Set.TRINITATIS


Ev. Pengkhotbah 10: 10 - 15
Hidup Dalam Didikan Tuhan
Mian/Mangolu Dibagasan Pangajarion ni Debata
==========================
1. Perikope Pengkhotbah 10:10-15, dalam bagian ini, kembali
terlihat ciri khas dari pengkhotbah sebagai seorang guru
kebijaksanaan. Hal ini diperlihatkan orang yang bodoh sangat
berbahaya sebab ia tidak pernah bisa menilai dirinya sehingga
tidak akan bisa maju.
2. Dia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri karena memang ia
selalu menganggap bahwa dirinyalah yang benar seratus persen.
Orang seperti itu adalah orang yang paling malang karena bukan
hanya tidak bisa maju, melainkan juga mengalami kemunduran.
3. Yang terpenting dari kerja keras adalah bekerja dengan
bijaksana, maka dibutuhkan hikmat sebelum mengawali setiap
pekerjaan. Bekerja dengan kapak yang tumpul tentu hanya akan
menguras tenaga, tetapi orang bijak dalam bekerja akan terlebih
dahulu mempersiapkan alat pendukung pekerjaan yang akan
memudahkannya dalam pekerjaan.
4. Ay. 11 ini hendak menjelaskan kepada kita seperti pribahasa
yang sudah sering kita dengar “menyesal kemudian tiada arti”.
Jika kerbau sudah di curi, apa gunanya mengunci pintu kandang,
apa gunanya kata-kata mantera jika yang dikawatirkan sudah
terjadi.Jangan anggap remeh didikan dan ajaran Tuhan, Dia
memberikan firmanNya sebagai pedoman dalam hidup kita,
supaya kita tersandung dan jatuh.
5. Ayat 12-15 berbicara tentang mulut atau pembicaraan orang
bodoh. Jadi, fokus utama pembahasan pada bagian ini adalah
tentang orang bodoh. Oleh karena itu, nasihat yang sebenarnya
mau diberikan adalah jangan menjadi orang bodoh.
6. Dalam ayat 12 disebutkan perbedaan antara antara orang yang
bodoh dan orang yang berhikmat. Menurut Pengkhotbah yang
membedakan keduanya adalah perkataannya.
1
2

7. Perkataan yang berhikmat menarik, sedangkan perkataan orang


bodoh mencelakakan dirinya sendiri. Kalau dikatakan bahwa
perkataan orang berhikmat itu menarik, maksudnya adalah
perkataan orang berhikmat itu bisa membuat orang lain
menghargai atau menghormatinya.
8. Sebenarnya dalam Bahasa Ibrani, kata menarik di sini artinya
penuh dengan kebaikan atau kemurahan hati. Jadi orang yang
bijaksana adalah orang yang perkataannya itu penuh dengan
kebaikan. Perkataan yang tidak pernah dimaksudkan untuk
menghina, merendahkan, mempermalukan, mengecam, dan
menghancurkan orang lain.
9. Orang yang dalam pembicaraannya selalu ingin menyalahkan
dan merendahkan orang lain, serta hanya membanggakan
dirinya sendiri, ini jelas bukanlah orang yang berhikmat,
melainkan orang yang bodoh atau tidak bijaksana. Perkataan
orang bodoh hanya akan menjadi bumerang yang mencelakakan
dirinya sendiri.
10. Dengan perkataannya, dia menyakiti orang lain dan membuat
orang lain tidak menyukainya. Lalu, orang akan menghindari
dan membencinya. Jadi, kalau kita ingin menjadi orang yang
bijaksana, perhatikanlah perkataan kita.
11. Berpikirlah dahulu baik-baik sebelum kita berbicara atau
sebelum kita mengeluarkan perkataan. Ingatlah bahwa
perkataan itu bisa jauh lebih menusuk, melukai, dan menyakiti
daripada pedang yang tajam. (Jolo ni dilat bibir asa nidok
hata.)
12. Ayat 14, Pengkhotbah membicarakan tentang ciri-ciri lain dari
kebodohan atau ketidakbijaksanaan itu. Orang yang tidak
bijaksana adalah orang yang banyak bicaranya, meskipun
sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Orang yang tidak tahu apa-
apa biasanya menjadi orang yang sok tahu dan banyak bicara.
Orang yang seperti itu tidak pernah tahu kapan ia harus diam.
13. Mereka terus-menerus bicara dan tidak mau mendengarkan
orang lain. Itu membuat orang lain menjadi lelah dan bosan.
2
3

Karena itu, kita harus ingat apa yang dikatakan Pengkhotbah 3


bahwa ada waktunya berbicara, tetapi juga ada waktunya
mendengarkan.
14. Dalam ayat 15 dijelaskan orang yang tidak bijaksana itu sering
melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Mungkin
orang itu bisa terlihat sibuk atau lelah, tetapi sebenarnya tidak
ada satupun hal berarti yang dilakukannya, selain melelahkan
dirinya sendiri. Dia tidak tahu tentang tujuan dari setiap hal
yang dilakukannya.
15. Peribahasa orang Yahudi yang ingin menyatakan tentang
seseorang yang mengerjakan segala sesuatu secara salah
diibaratkan dengan orang yang tidak tahu jalan ke kotanya
sendiri. Dia tidak tahu bagaimana keadaan kotanya atau
rumahnya sendiri. Apabila orang tidak pernah tahu dan
menyadari keterbatasannya sendiri, ia akan melakukan segala
sesuatu secara salah.
16. Sebaliknya, orang yang bijaksana itu justru adalah orang yang
tahu kelemahan, keterbatasan, dan ketidaktahuannya, serta mau
mengakuinya. Dalam Alkitab, ada dua sikap yang sangat penting
yang sering dianjurkan untuk diteladani. Mengetahui
kekurangan dan keterbatasan diri sendiri sehingga bisa selalu
rendah hati.
17. Menyadari talenta atau karunia yang Tuhan berikan supaya
tidak rendah diri. Dua hal ini perlu kita lakukan secara seimbang
sebab hanya mengakui keterbatasan saja akan membuat
seseorang tidak mampu mensyukuri berkat Tuhan. Sebaliknya,
hanya menyadari talenta saja, hanya akan membuat seseorang
menjadi tinggi hati.
18. Belajar adalah rekonstruksi mental atau melihat ulang segala
sesuatu dengan konfigurasi yang berbeda, begitu kata teori
Gestalt. Belajar adalah memandang arti dan peristiwa
sedemikian rupa sehingga menimbulkan arti yang baru dan
hubungan yang baru, begitu kata teori Eksistensial. Belajar

3
4

adalah proses di mana orang mengidentikkan diri atau


menirukan perilaku pendudukm begitu kata teori Perkembangan.
19. Kita memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi, dan kita juga
telah bekerja keras untuk mengusahakan agar cita-cita kita
tercapai, tetapi jika kita tidak berhikmat, maka kita sama saja
dengan orang bodoh, yang melakukan usaha yang sia-sia.
Seperti yang diumpamakan oleh Tuhan Yesus di Matius 7: 26
“Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak
melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir.”
20. Dalam cerita St. Lukas, Yesus menolak menjadi “hakim” dalam
perselisihan tentang warisan duniawi. Apa yang diminta oleh
orang kaya kepada Yesus (Luk 12:13-21) adalah sebuah simbol
kesia-siaan. Fokus perhatian si kaya itu yakni lumbung, gandum
dan harta duniawi lainnya.
21. Sesudah itu, ia berorientasi pada “kenikmatan” :istirahat,
makan-minum, bersenang-senang /berfoya-foya. Warisan
duniawi tidak menjadi jaminan untuk orang masuk ke dalam
kerajaan surga. Kekayaan dalam Kristuslah yang menjadi
jaminan dan bekal untuk masuk dalam kerajaan surga.
22. Maka apapun yang menjadi harapan dan cita-cita kita dalam
hidup ini, tidak cukup hanya berharap dengan kata-kata, tidak
cukup juga hanya dengan kerja keras, tetapi lebih dari pada itu
semua hendaklah kita menjadi orang yang bijaksana dengan
menjadi orang yang selalu mau untuk dituntun Tuhan dengan
firmanNya. Oleh Karena itu Hiduplah dalam didikan Tuhan.
SALAM SEHAT…! 5-M
Pdt. Ro Sininta Hutabarat, MTh
JK-SK

4
5

Anda mungkin juga menyukai