Anda di halaman 1dari 15

Lanjutan dasar-dasar

iman Kristen (3)

RAHASIA ESENSI KEPUASAN HIDUP


Diberkatilah mereka yang haus dan lapar akan kebenaran
• Tidak dapat dipungkiri fakta bahwa kita hidup dalam suatu budaya yang mengejar
kebahagiaan diri sebagai tujuan utama. Riset di sebuah negara maju menunjukkan dari
52.000 orang menjawab pertanyaan, “Apakah yang akan membuat kamu bahagia ?”
Jawabannya adalah dicintai, keamanan keuangan, secara fisik lebih sehat dan menarik
dan lebih sukses dalam karir.

• Alkitab tidak pernah mendorong manusia untuk mencari kebahagiaan sebagai titik akhir
pada dirinya. Menurut Tuhan Yesus, kebahagiaan adalah produk samping dari usaha
mencari jalan kehidupan Kerajaan Allah. Ini yang Bapa Agustinus katakan “Kami telah
Engkau buat bagi-Mu, Oh Tuhan. Hati kami tidak akan pernah bisa beristirahat, sampai
menemukannya didalam-Mu”. Jalan mewujudkan kehidupan disiplin “manusia roh”
adalah hidup dengan hanya satu hal yang paling memuaskan, yaitu manunggal dengan
Sang Pencipta.
Identifikasi Masalah : Apakah kepuasan dalam
kehidupan ?
• Petinju legendaris Evander Holyfield adalah bekas juara tinju kelas berat dunia. Dia telah
memenangkan hadiah lebih dari 205 juta dolar sepanjang karirnya. Menikah sebanyak
empat kali, kemudian hidup sendiri didalam istana seluas 5.000 m2 lebih di Fayetteville
Amerika. Seorang kolektor mobil dan kuda yang berharga jutaan dollar. Rumahnya
didalam kawasan pribadi yang memiliki lapangan baseball, track untuk balapan kuda,
balapan motor. Dia juga memiliki restoran dengan namanya di kota Atlanta.

• Dalam posisinya seperti itu, dia masih juga berusaha untuk melanjutkan kariernya sebagai
petinju meski usianya tidak muda lagi. Semua keindahan dan kekayaan dunia nampaknya
tidak bisa mengusir rasa kebosanan dalam hidupnya, hingga ia menginginkan
pertarungan tinju kembali. Inilah yang disebut dengan kekosongan dalam hati manusia.
Salomo juga mengatakan berdasarkan pengalaman kehidupannya dalam dalam
Pengkotbah 3:11, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
• Salomo melihat bahwa Allah telah menciptakan dunia yang besar dan indah dengan
segala yang sangat hebat didalamnya, namun semua itu tidak akan memuaskan
kerinduan terdalam dari hati manusia. Ia berbicara melalui pengalamannya. Ia memiliki
segalanya, tetapi dalam jiwanya tidak pernah tenang yang tidak dapat diisi dengan
kesenangan dunia yang dimilikinya. Salomo menyimpulkan itu terjadi karena Allah telah
menempatkan kekekalan didalam hati manusia. Dengan kata lain, esensi kehausan dan
kelaparan didalam hati manusia adalah perkara spiritual bukan duniawi. Sehingga
berapapun dunia yang kita capai tidak akan pernah cukup.

• Jalan kehidupan Kerajaan Allah bersifat radikal. Yesus mengajarkan sesuatu yang sangat
bertentangan dengan kebijaksanaan yang selama ini telah kita terima. Contohnya : siapa
yang menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya ; tetapi siapa yang
kehilangan nyawa, ia akan memperolehnya ; Yesus mengatakan, kamu telah mendengar
bencilah musuhmu, tetapi Aku mengatakan kasihilah musuhmu ; Doakan mereka yang
menganiaya kamu ; Yesus juga berkata, kalau kamu menginginkan yang tinggi di Kerajaan
Allah maka layanilah semua orang.
• Dalam Sabda Bahagia, Yesus mengatakan, diberkatilah mereka yang miskin, diberkatilah
mereka yang berdukacita, diberkatilah mereka yang lemah lembut. Tentu kita akan
menentangnya, tidak, tidak. Tidak seharusnya kita membiarkan orang merendahkan diri
kita. Diberkatilah mereka yang sukses, yang penuh percaya diri, tegas. Setiap orang tahu
bagaimana cara yang harus dilakukan yang membuat kita bisa menang dalam
pertarungan di dunia ini.

• Yesus mengajarkan bahwa miskin dalam “manusia roh” itu berarti tanpa Allah, kita
tehilang dan miskin secara rohani. Saat Yesus berkata, berbahagialah mereka yang
berdukacita, Ia berbicara tentang berdukacita karena realita dosa kita yang memisahkan
dengan Allah. Kerusakan “manusia roh” kita membawa pada penderitaaan kesedihan
Illahi yang mendorong manusia untuk menangis memohon belas kasihan Allah. Saat
Yesus berkata, “berbahagialah mereka yang lemah lembut”, Ia menekankan tentang
pentingnya memiliki sikap yang menempatkan diri dibawah otoritas Allah. Namun secara
umum dalam Sabda Bahagia, Yesus menekankan akar persoalan manusia adalah
kepentingan diri (self-center), berpusat pada diri sendiri. Dan manusia perlu dibebaskan
dari hal itu.
• Apa sebenarnya yang salah dengan dunia ini ? Ya yang salah adalah saya (manusia)
sendiri.
• Jika saudara bisa meminta satu permintaan saja dan pasti akan dikabulkan, apa
permintaan saudara ? Apakah yang bisa dilihat dari permintaan kita tentang tata nilai
hidup kita ?
• Lakukan untuk membantu melihat apa yang sesungguhnya selalu kita inginkan.
• Aktifitas : Sediakan sebuah majalah pada setiap orang. Mintalah memilih artikel, gambar,
foto yang menggambarkan apa yang mereka inginkan dalam hidup. Berikan setiap orang
untuk menjelaskan pilihan mereka.
• Bacalah Matius 5:6. Apakah menurut saudara yang dimaksud dengan lapar dan haus akan
kebenaran ? Mengapa hal ini sangat esensi bagi mewujudkan kedisplinan “manusia roh” ?
1. Yesus memerintahkan kita untuk menginginkan kebenaran.
• Yesus mengundang kita berpindah dari berpusat pada diri sendiri, kepada memulai hidup dengan
pusat pada Allah, saat Ia berkata, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan”. Manusia yang lapar dan haus akan kebenaran adalah mereka yang
menyadari bahwa dosa dan pemberontakan telah memisahkan mereka dari Allah, dan mereka
membutuhkan untuk dibebaskan dari hidup yang didominasi oleh kuasa dosa agar memiliki
hubungan yang benar dengan Allah.

• Menurut Alkitab, kebenaran memiliki paling tidak dua dimensi. Pertama dimensi hukum/legal.
Menurut Alkitab, ketika kita didalam Kristus, kita dibenarkan dihadapan Allah. Rasul Paulus
menyatakan di Roma 5:11, “Sebab itu, kita yang dibenarkan oleh iman, kita hidup dalam damai
sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.

• Kebenaran bukan sesuatu yang kita hasilkan dari diri kita, tetapi anugerah dari Allah. Oleh
anugerah kita mendapat bagian dalam kehidupan kekal. Tidak peduli apa yang telah kita lakukan di
masa lalu, saat kita datang pada Kristus maka darah-Nya akan menutupi semuanya itu, dan
kebenaran Kristus diberikan kita sehingga secara hukum kita benar dihadapan-Nya.
• Kedua, adalah dimensi moral dari kebenaran yang disebut kekudusan. Kekudusan adalah
proses bertumbuh menjadi serupa Kristus. Kekudusan disatu sisi, adalah berbalik dari
dosa, dari sesuatu yang mendukakan Allah, dan menuju pada kehidupan suci dan murni.
Di sisi lain, kekudusan berarti kehidupan yang semakin serupa Kristus dalam sikap dan
perilaku dengan kuasa Roh Kudus didalam diri kita.

• Saat Yesus berbicara tentang lapar dan haus akan kebenaran, Ia menggunakan kata
Yunani Pienao dan dipsao yang paling kuat tentang sesuatu yang sangat mendesak. Yesus
berbicara tentang mengembangkan sikap yang sangat lapar dan sangat haus pada
sesuatu dari Allah.

• Musa mengalami saat dimana kehausan dan kelaparan yang sangat pada Allah. Ia telah
berbicara dengan Allah pada semak yang terbakar. Ia juga melihat kehebatan kuasa Allah
membelah laut Merah. Setiap hari ia menyaksikan tiang awan dan tiang api. Ia juga
menerima roti mana setiap hari. Bahkan Allah berbicara kepada Musa dengan
berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya (Keluaran 33:11).
• Musa begitu dekat dengan Allah dan sangat merindukan memandang kemuliaan Allah,
dalam Keluaran 33:18, “Perlihatkanlah kemuliaan-Mu kepadaku”. Meski karena itu Musa
sadar ia akan mati tetapi jika ia mati, ia akan berada dalam keadaan sangat berbahagia.

• Daud seorang yang sangat dekat dan dikasihi Allah mnyampaikan rasa haus untuk
merasakan lebih banyak lagi Allah dalam Mazmur 63:1, “Ya Allah, Engkaulah Allahku,
akau mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah
yang kering dan tandus tiada berair”.

• Paulus mengungkapkan kehausannya akan Allah di Filipi 3. Paulus menyampaikan bahwa


ia meninggalkan usahanya sendiri untuk meraih Allah melalui kebenarannya sendiri,
sebab ia telah belajar tentang sebuah kebenaran yang diperoleh hanya melalui iman.
Tetapi itupun belum cukup. Ia merindukan yang lebih lagi. Paulus mengatakan “Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”. Paulus
menyatakan dalam Filipi 1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan”.
• 1. Apakah saudara pernah mengalami secara fisik haus dan lapar secara ektrim –
mungkin saat sakit atau saat bekerja sangat keras, atau pada saat cuaca ektrim panas ?
Coba gambarkan pengalaman saudara itu ?
• 2. Bacalah Mazmur 63:1 lagi. Pernahkan kita mencari Allah sedemikian rupa ? Kalau
pernah, motivasinya apa ?
• 3. Menurut kita apa yang dimaksud Paulus dalam Filipi 3:10 ? Kita sudah milik Kristus,
sehingga apa yang sebenarnya lebih lagi dirindukan Paulus ?
2. Tindakan kita jika kita merindukan kebenaran Allah.
• Apakah yang sebenarnya menjadi kerinduan saudara, hal-hal dari Allah yang
terkait dengan hubungan kita dengan Dia dalam menjalani kehidupan
“manusia roh” ? Mungkin beberapa akan menjawab, “Kerinduan saya
tentang Allah adalah ‘kesehatan’,’keuangan’. Baru kemudian saya akan mulai
menikmati persekutuan dan kemanunggalan dengan Allah, dan ini yang akan
jauh lebih dalam maknanya, menjadi dekat dengan Allah, kemanunggalan
dengan Allah.

• Sebagian lain akan berkata, kehidupan “manusia roh” saya sangat lemah
belakangan ini. Saya sudah tidak rutin berdoa, tidak ingat lagi kapan terakhir
saya membaca Alkitab. Sebuah penanaman pola pikir hubungan ibadah
adalah sikap ambil-atau tinggalkan. Kita melakukan bila itu menyenangkan
dan meninggalkan bila memiliki kesibukan yang lain. Keadaan yang sangat
tidak pantas, karena menyamakan posisi manusia dengan Allah.
• Atau mungkin kita merasakan kekosongan secara rohani. Kita seolah merasa terpisah,
sendiri dan frustasi dalam menjalani kehidupan. Hal-hal yang sangat kecil bisa menggugah
kemarahan dan rasa putus asa kita. Meski sebenarnya kita tidak menemukan alasan
untuk tidak bahagia, tetapi kita tetap tidak bisa untuk berbahagia. Ini adalah tanda-tanda
‘sekarat’ atau ‘kelaparan’ “manusia roh” kita, dan harus segera diberi makan dan minum.

• Dalam Yeremia 2, Allah memerintahkan Yeremia untuk mendatangi umat Israel. Mereka
telah meninggalkan hubungan dengan Allah, dan Allah menghendaki memanggil mereka
kembali dalam persekutuan. Dalam ayat 2 Allah mengatakan, “Aku teringat kepada
kasihmu dan masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin”.

• Secara mendasar Allah berkata, “Persekutuan antara umat Israel dan Allah dulu sangat
baik dan penuh”, tetapi kemudian Israel telah memalingkan wajahnya dari Allah. Dalam
ayat 13, Allah berkata, “Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat : mereka meninggalkan
Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang
bocor, yang tidak dapat menahan air”
• Bacalah : Yeremia 2:1-13.

• 1. Apakah pasal ini juga menggambarkan kehidupan kerohanian saudara ?


Apakah pernah dalam kehidupan “manusia roh” saudara begitu dekat
dengan Allah tetapi kemudian saudara meninggalkannya ? Coba ceritakan
pengalaman saudara ini.
• 2. Apabila itu pengalaman masa lalu, apakah yang membawa saudara
kembali pada Allah ?
• 3. Apa yang berubah dalam keinginan dan tindakan saudara saat
memutuskan kembali ? Atau apabila saudara ingin kembali, perubahan apa
didalam diri saudara yang dibutuhkan ?
• 4. Bagaimana cara kita merubah hasrat, keinginan, gairah kita ?
• Bacalah apa yang dikatakan Paulus dalam Filipi 3:7-8.

• 5. Apa yang dimaksud Paulus saat mengatakan segalanya adalah kuanggap


rugi ?

• Bacalah Yohanes 6:35.


• 6. Menurut ayat ini, apakah satu-satunya yang akan memuaskan kelaparan
dan kehausan kita ?
• 7. Apakah yang akan menarik kita kembali dari menemukan, menikmati
kepenuhan dalam Kristus ?

• - Saya tidak memiliki waktu untuk memikirkannya.


• - Saya menyukai kehidupan saat ini, saya tidak ingin berubah.
• - Saya khawatir akan konsekuensi perubahan yang terjadi.
• - Saya tidak benar-benar percaya pada Allah.
• - Alasan lain, jelaskan.
Penerapan
• Hubungan yang salah dengan kesenangan dunia yang awalnya menggetarkan hati kita
berujung pada akhir sampah, perasaan bersalah, kosong dan hancur. Kesenangan dunia
yang kita pikir menyembuhkan kesusahan kita ternyata tidak pernah membawa kita
keluar, tetapi terus kembali pada kehidupan yang penuh persoalan lagi. Mainan baru
yang kita pikir memberikan banyak kebahagiaan dan gairah, telah membosankan dan
menciptakan lebih banyak persoalan-persoalan baru yang lebih rumit. Kita telah
membenamkan kehidupan kita kedalam wadah yang rusak/bocor. Jiwa kita terus haus
dan hati kita kelaparan pada air hidup yang hanya akan dapat diperoleh dari Allah.
• Jika saya tidak dapat menemukan satu halpun yang dapat memuaskan kehidupan saya,
maka saya harus menemukannya di dunia yang lain. Benarlah memang demikian.
• Inilah yang terjadi dalam kehidupan Muhamad Ali, petinju legendaris dunia. Di tempat
latihan tinjunya yang digunakan untuk berlatih keras untuk meraih kejuaraan kelas berat
dunia itu. Pada dindingnya ditemukan banyak sekali bekas-bekas tempelan foto-fotonya,
yang tinggal noda-noda yang tertinggal ditembok saja. Suatu hari Ali menjelaskan
alasannya menurunkan semua gambar-gambar itu : “Sayalah yang menurunkan semua
gambar-gambar itu, saya memiliki dunia ini, dan itu semua tidak ada artinya lagi. Lihatlah
diri saya saat ini”. Saat Ali menderita Parkinson di masa tuanya.

Anda mungkin juga menyukai