Anda di halaman 1dari 3

HIDUP ADALAH UNTUK KRISTUS, 2 Korintus 5:1-10

Sdr sdri serta anak anak yang terkasih dalam Tuhan.


Kematian adalah momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Banyak orang tidak
siap ketika diperhadapkan dengan yang namanya kematian. Akibatnya, keterpisahan dengan
keluarga, hilangnya rasa nikmat dunia, dan limpahan harta kerapkali dijadikan dalih atas
ketakutannya. Ketakutan dan ketidaksiapan orang dalam menyambut kematian juga tak jarang
tersembunyi dalam ungkapan tak tega meninggalkan keluarga.
Saudara, entah kehidupan ataupun kematian sesungguhnya adalah bagian dari anugerah
semata. Jika kita coba lebih teliti, maka sesungguhnya kematian akan jauh lebih nikmat
dibandingkan dengan kehidupan.
Mengapa saudara? Karena Allah memberikan satu gambaran kepada kita bahwa
kematian sesungguhnya adalah suatu keindahan. Sementara kehidupan adalah kewajiban.
Bisa dibayangkan saudara sejak seseorang dilahirkan ke dalam dunia, saat ia
menunjukkan wajahnya di dalam dunia, yang bisa ia lakukan hanyalah menangis.
mengapa ia menangis? Secara medis kalau bayi baru lahir tidak menangis, atau
menangis tidak keras, atau menangis terlambat artinya paru-paru bayi itu tidak mengembang
dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi fungsi-fungsi yang lain seperti jantung, pembuluh
darah, otak, ginjal dan organ vital yang lain.
Dari sisi Sosiologi, bayi menangis adalah cara untuk berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya. Karena bayi belum mampu berkata-kata, maka tangisan adalah cara
yang bisa mereka gunakan untuk menyampaikan apa yang diinginkan dan dirasakannya.
Tetapi secara rohani, seorang banyi menangis bukan hanya karena ia membawa
natur dosa di dalam dirinya. Tetapi ia juga menangis karena pada hakekatnya ia harus masuk ke
dalam dunia yang penuh dengan penderitaan. Oleh karena itu bagi kita yang percaya, kita tidak
perlu terlalu takut dengan apa yang namanya kematian.
Di sisi yang lain saudara, Hidup di dunia ini memang hanyalah sementara saja. Hidup
kita diperibahasakan seperti seseorang yang singgah untuk sekedar minumKarena itu rumah
kita yang sesungguhnya bukanlah di dunia ini. Sebab di dunia ini kita hanyalah diumpamakan
sedang menginap di sebuah perkemahan.
Kita tahu saudara, Kemah adalah bangunan yang mudah goyah, sifatnya hanya
sementara, lagi pula ia tidak terlalu indah. Hal ini berbeda dengan tempat tinggal yang
disediakan Allah di sorga. Bagi setiap orang yang percaya, Allah telah menyediakan tubuh
kemuliaan yang akan dikenakan di dalam kerajaanNya. Dan itu sifatnya kekal, indah dan tidak
akan menunjukkan tanda-tanda kelemahan atau kerusakkan (Filipi 3:20-21).
Karena itu firman Tuhan ingin mengajarkan kepada kita bahwa fokus hidup kita
bukanlah apa yang ada di dalam dunia ini. Hidup kita adalah untuk Kristus. Hidup yang kita
jalani adalah hidup untuk sesuatu yang akan kita raih di masa depan.
Dan secara iman percaya, Jiwa/Arwah itu adalah bagian yang tidak dapat binasa, yang
tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga (1 Petrus 1:4).
Bagi kebanyakan orang yang tidak mengerti akan panggilan hidupnya, hidup adalah
untuk mengejar materi atau kekayaan, mengutamakan diri sendiri, serta memuaskan segala
keinginan daging. Akhirnya kematian bukan lagi sebagai bagian dari keuntungannya, tapi
sebagai musibah dan malapetaka. Oleh sebab itu bila ada diantara kita yang perjuangan
hidupnya hanya untuk dunia ini maka yang diperolehnya hanyalah kebinasaan.
Karenanya tidak heran saudara, manusia pada umumnya selalu ketakutan menghadapi
kematian, bahkan menyebut dan membicara-kannya saja mereka enggan.
Tetapi bagi orang percaya, yang merespons panggilan hidupnya sebagai kesempatan
kewajiban dan melayani Kristus, bahkan memberi buah bagiNya dan memuliakanNya melalui
perkataan dan perbuatan, mereka akan berkata bahwa kematian adalah keuntungan.
Dalam hal inilah firman Tuhan mengingatkan kepada kita "Karena kami tahu, bahwa
jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu
tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat
oleh tangan manusia." (ayat 1).
Dengan kata lain saudara, apa yang ada dalam kehidupan kita yang sekarang ini tidaklah
kekal, sifatnya hanya sementara saja.
Bagaimana kita tahu? Sebab Allah telah telah memberitahukan kepada kita segala yang
perlu kita ketahui di dalam firmanNya.
Ketika orang percaya meninggal, tubuhnya dikuburkan, tetapi rohnya kembali kepada
Allah yang telah mengaruniakannya (Pengkhotbah 12:7). Pada waktu Tuhan Yesus kembali
untuk menjemput orang-orang kepunyaan-Nya, Ia akan membangkitkan tubuh rohaniah yaitu
tubuh kemuliaan yang sesuai dengan natur sorgawi (1 Korintus 15:44-57).
Pertanyaannya saudara, siapa diantara kita yang hadir disini yang tidak pernah
mengeluh? Semua orang pastinya pernah mengeluh bukan?
Sewaktu kita mengalami kehidupan yang sementara di dunia, bukankah mengeluh
keberatan, merintih, mengerang, iri hati, dendam, dukacita dan kesedihan akan selalu menjadi
"menu" kita? Kita lupa bahwa hidup kita ini hanya sementara sehingga kita dengan spontan saja
kita mengeluh keberatan, merintih, mengerang, iri hati, dendam, dukacita dan kesedihan.
Kita akan mengeluh apabila ada hal yang kita anggap buruk sedang terjadi dalam
kehidupan kita: kehilangan handphone, dompet, kita ngeluh (siapa yang tidak?); Kita akan
berduka ketika ada seseorang yang meninggalkan kita termasuk ibu L.Bariatun (siapa yang
tidak?)....
Dengan demikian, sejauh orang percaya masih tinggal di dalam kemah ini yaitu darah
dan daging - mereka pastinya mengeluh di bawah beban yang berat.
Namun demikian, Allah tidak menginginkan kita kehilangan pengharapan. Sebab Allah
justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai
jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita (Ayat 5).
Saudara ini semua terjadi bukan karena kita mengimaninya baru kita mendapatkan
kepastian. Tetapi Allah sendiri menjanjikannya kepada kita. Allah telah mempersiapkan kita
untuk sesuatu yang mulia itu dan Ia melimpahkannya di dalam Roh Kudus, yang tinggal diam di
hati kita. Ia adalah jaminan dari kemuliaan yang akan datang sebelum kita memilikinya secara
penuh.
Dalam hal inilah dikatakan saudara, bahwa hidup kami ini adalah hidup karena percaya,
bukan karena melihat atau berdasarkan pada penampilan sesuatu.
Oleh sebab itulah Firman Tuhan mengingatkan kepada kita hari ini, untuk kita memiliki
sebuah kehidupan yang tabah, meskipun kami sadar bahwa selama kami mendiami tubuh ini,
kami masih jauh dari Tuhan (ayat 6).
Memiliki hati yang tabah, kuat, dan berani untuk bangkit dari keterpurukan memang
tidaklah mudah untuk dilakukan.
Saya menyadari, pastinya akan terasa sulit bagi keluarga ini untuk menjalani kehidupan
tanpa disertai istri atau ibunya anank anak yang kekasih.
Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak perlu kuatir, sebab kita tidaklah sendirian.
Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita, akan senantiasa memberikan kita kekuatan untuk
menanggung segala sesuatu (Filipi 4:13).
Hanya masalahnya kita harus berusaha untuk memiliki kehidupan yang berkenan
kepadaNya (Band. Ayat 9). Pengalaman hidup Paulus setelah ia menerima kehadiran Kristus
menjadikannya seorang yang begitu mengandalkan Kristus sebagai sosok yang begitu penting
dalam kehidupannya.
Ia tidak gampang diombang-ambingkan oleh hal-hal keduniaan yang ada di sekitarnya.
Tidak peduli seberat apapun tantangan atau penderitaan yang dihadapi dan dialaminya, Ia tetap
berdiri tegak pada dasar imannya yakni Tuhan Yesus Kristus.
Kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan Paulus memberikan sebuah jaminan bahwa
Allah berkarya di dalam dirinya, meski ia sedang dalam keadaan susah. Maka di dalam segala
keadaan, Paulus selalu berusaha untuk hidup menyenangkan hati Allah. Terutama karena
kesadaran bahwa suatu saat, semua orang akan menghadap takhta pengadilan Kristus untuk
memper-tanggungjawabkan segala sesuatunya.
Demikianlah halnya kehidupan kita sekalian, Allah menghendaki kita memiliki
kehidupan yang kuat di dalam iman, sambil menyadari bahwa masing-masing kita memiliki
tanggung jawab untuk mempertanggung jawabkan kehidupan kita di hadapan Allah.
Saudara yang kekasih,
Apakah saudara menyadari bahwa setelah kehidupan kita selesai, kita akan menghadapi
pengadilan Allah atau menghadap takhta pengadilan Kristus (5:10)? Bacaan hari ini
menjelaskan bahwa saat menghadap takhta pengadilan Kristus, kita harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita, "baik atau jahat" atau lebih tepatnya sesuatu
yang "bernilai atau tidak bernilai".
Bila kita melakukan hal-hal yang bernilai kekal, maka kita akan mendapat upah.
Sebaliknya bila kita tidak melakukan hal-hal yang mengandung nilai kekekalan, maka kita akan
merasa malu saat menghadap takhta pengadilan Kristus karena kita tidak menerima apa pun.
Bila Saudara yakin bahwa saudara akan sanggup mempertanggung-jawabkan semua
perbuatan saudara di hadapan Allah, maka Saudara akan menghadapi takhta pengadilan
Kristus dengan sikap yang optimis, karena Saudara akan dibebaskan dari semua kesusahan
yang saat ini Saudara alami (2 Korintus 5:1-5).

Tetapi bila Saudara merasa takut menghadap takhta pengadilan Kristus, Saudara harus
mengevaluasi diri apakah Saudara sungguh-sungguh telah mempercayai Tuhan Yesus sebagai
Juruselamat dan telah memperoleh kehidupan yang baru di dalam Kristus?

Sebab bila Saudara sungguh-sungguh mempercayai Tuhan Yesus berarti Saudara berada
di dalam Kristus dan Saudara tidak akan mengalami penghukuman (Roma 8:1). Hal ini berarti
bahwa takhta pengadilan Kristus yang dibicarakan dalam bacaan hari ini adalah pengadilan
yang khusus berkaitan dengan upah yang akan diterima oleh setiap orang yang percaya
Pertanyaannya bagi kita, yang masih diberikan kesempatan untuk hidup sampai detik
ini, sudahkah kita mengisi hari-hari kita dengan takut akan Tuhan dan mempersembahkan
hidup yang terbaik bagi Dia?

Khususnya bagi keluarga P,ngadino dan anak-anak. Saya percaya perjalanan hidup
keluarga ini masih panjang. Masih banyak urusan-urusan yang pastinya akan terasa berbeda
karena tidak lagi disertai oleh ibu lucia Bariatun yang kekasih,

Perjalanan kehidupan tanpa lagi disertai Ibu L.Bariatun pastinya akan terasa berbeda.
Bp.Ngadino sudah akan terus menjadi seorang Ibu sekaligus sebagai Ayah bagi anak-anak.
Tetapi percayalah kepada Allah yang senantiasa memberikan kekuatan kepada kita.

Jangan putus asa saat mengalami kesusahan dan penderitaan. Ingatlah, bahwa Tuhan
tidak akan melupakan apa yang kita kerjakan bagi Dia (Ibrani 6:10). Sebaliknya hiduplah bagi
Kristus, supaya melalui kehidupanmu, nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

http://catatandavekiasy.blogspot.co.id/2016/01/hidup-adalah-untuk-kristus.html

Anda mungkin juga menyukai