Sukacita, itu membuat orang-orang ingin tahu apa rahasia Anda. Namun, sukacita bukanlah merupakan
rahasia bagi orang Kristen yang percaya. Ketika kita memilih untuk bertumbuh lebih dekat kepada Allah,
tinggal dalam karakter dan ketetapan-Nya, sukacita akan ditumpahkan ke dalam hidup kita sehingga orang
lain tidak dapat berbuat apa-apa selain memperhatikannya.
Apakah Anda ingin menjadi seseorang yang penuh dengan sukacita? Pertanyaan yang konyol, bukan? Kita
ingin hidup di atas semua persoalan-persoalan kita. Atau, memiliki sikap yang sangat baik. Atau, banyak
tertawa. Namun, sukacita melampaui semua hal itu. Mari kita belajar dari firman Tuhan mengenai aspekaspek yang menarik dari sukacita:
1.
Sukacita adalah buah-buah dari Roh Kudus. Lebih dari sekadar perilaku yang hebat atau semangat
pantang menyerah, sukacita berasal dari Allah (Galatia 5:22). Sukacita kita bertambah seiring kedekatan
kita dengan Kristus. Dan ketika dosa menjauhkan kita dari hubungan tersebut, dosa juga merampas
sukacita kita (Mazmur 51:8,12).
2.
Sukacita tidak bergantung pada keadaan. Paulus menulis surat yang sering kali disebut orang-orang
Filipi sebagai "buku sukacita", dari sel penjara. Ia dikritik, dibuat lelah, dan tidak dimengerti. Namun,
dibanding membiarkan keadaannya yang mengerikan itu menghambat firman Tuhan dan Roh Kudus
(seperti yang sering disebutkan dalam Markus 4:19), Paulus memilih untuk berfokus pada sukacita akan
pengenalan Kristus (Filipi 2:17). Suatu saat jika Anda membaca Filipi, gambarkan sel penjara Paulus ...
dan wajahnya.
3.
Sukacita adalah sebuah pilihan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila
kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan." (Yakobus 1:2) Beginilah kenyataannya, bacalah
dengan hati-hati. Pencobaan-pencobaan yang menyakitkan dalam hidup memang tidak
menggembirakan, namun ketika kita berjalan melaluinya, kita seharusnya dipenuhi dengan sukacita.
Mengapa? Karena Allah yang baik sedang bertumbuh di dalam kita dan dalam situasi tersebut. Kita
dapat mengalami sukacita yang sejati ketika kita berada dalam badai yang paling menakutkan, ketika
kita mengisi hati dan pikiran kita dengan kebenaran tentang Allah.
Sukacita menjadi transaksi antara Anda dan Allah sehingga orang lain tidak dapat berbuat apa-apa selain
melihatnya. Ini adalah kehidupan Allah yang meluap melebihi batas kehidupan Anda dan mengalir kepada
kehidupan orang lain. Ketika Anda memercayai Kristus dengan segenap hidup Anda, Anda akan mengalami
hidup-Nya dalam kelimpahan besar, dan hal itu tidak dapat berbuat apa-apa selain memberi Anda alasan
untuk tersenyum.
Pengkhotbah terkenal, F.B. Meyer, pernah bertanya kepada penginjil D.L. Moody, "Apa rahasia keberhasilan
Anda?" Moody menjawab, "Selama bertahun-tahun, saya tidak pernah memberikan alamat tanpa kesadaran
bahwa Tuhan datang sebelum saya selesai."
Salah satu pengajaran di dalam Alkitab yang paling menyemangati adalah bahwa Tuhan datang kembali ke
dunia. Karena Tuhan sudah hampir menggenapi wahyu itu, Dia terus mengingatkan, mengatakannya dengan
kata-kata Kristus sendiri, "Aku akan segera datang."
Firman Allah itu mengingatkan kita bahwa Dia akan kembali lagi untuk kita. Dengan jaminan yang
sungguh-sungguh yang menggenapi apa yang tertulis di Alkitab ini, kita bisa terus berharap di dalam hati.
Harapan untuk bisa bertemu dengan Juru Selamat kita, menjadi serupa dengan-Nya, dan bersama Dia kekal
selamanya seharusnya mendorong kita untuk melayani Tuhan, seperti yang dilakukan Moody.
Di dunia yang penuh dosa ini, kita mudah untuk kehilangan harapan. Tetapi harapan bahwa Kristus akan
kembali harus terus membara di dalam hati kita. Rasul Paulus menyampaikan hal ini saat dia mengatakan,
"Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus
sebagai Juruselamat." (Filipi 3:20)
Harapan dalam kata-kata terakhir-Nya, "Aku akan segera datang," seharusnya memotivasi kita semua untuk
hidup dalam pelayanan yang suci.-- PRV
Harapan yang diberkati, janji kebahagiaan
penuhilah hati kami dengan sukacita abadi
hari demi hari, sambutlah kedatangan-Nya
kemuliaan-Nya agung akan selalu bersinar (Camp)
Harapan kemuliaan membawa kita pada pentingnya kesucian.
Pelayanan
"... Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya." (1 Korintus 7:22)
Sebagai seorang misionaris baru, kami menerima banyak nasihat tentang melayani. Hingga akhirnya Yun Ssi
berada di rumah kami, di Korea, selama 6 tahun. Dari pembantu wanita kecil yang tidak pernah bersekolah
ini, saya belajar tentang pelayanan.
Kegagalan Yun Ssi melahirkan anak membuat dia harus mengakhiri pernikahannya dengan pria yang dia
cintai. Secara hukum, dia dapat mengangkat anak-anak suaminya, tetapi dia memilih untuk tidak menyakiti
ibu mereka. Sebaliknya, dia mencurahkan naluri keibuannya kepada keempat anak kami. Kesabarannya bisa
membuat anak-anak kami manja.
Ketika saya pulang dari rumah sakit setelah melahirkan anak ketiga kami, dia berkata, "Saya tadinya
berharap Anda memunyai anak kembar, satu untuk Anda dan satu untuk saya," tanpa memikirkan popok
tambahan yang akan diperlukannya.
Sesegera mungkin, dia menggendong bayi kami di punggungnya, gaya "obo", sambil mencuci piring dan
mengepel lantai. Kata pertama yang diucapkan Bobby, bayi kami, adalah "obo".
Suatu ketika saya dan suami saya ke luar negeri selama sebulan. Teman-teman misionaris dengan sukarela
menjaga anak-anak dan bayi kami. Yun Ssi terlihat sangat terluka. Kami meninggalkan Beth, anak kami
yang berusia 2 tahun, bersamanya. Bahkan, untuk masalah kecil seperti masalah iritasi karena popok, Yun
Ssi memanggil seorang sopir untuk mengantarkannya dan Beth ke seorang dokter misionaris.
Yun Ssi meminta maaf karena tidak bisa berbahasa Inggris. "Itu lebih baik," kata kami kepadanya. "Engkau
membantu kami belajar bahasa Korea." Jadi, ketika seorang anak kami minta minum, Yun Ssi
mengulanginya dalam bahasa Korea yang sama artinya namun dalam bentuk lagu, dia menolak memenuhi
permintaan itu hingga anak kami meminta lagi dalam bahasa Korea. Di luar rumah, dia membuat permainan
menghitung tonggak pagar. Dia berbicara ketika anak-anak membantu dia memasak. Ketika kami tidak
mengerti, dia mengulangi lagi sampai kami mengerti. Dia menjelaskan budaya Korea dan menengahi kami
ketika kami salah.
Bila ada piring yang pecah, Yun Ssi akan jujur mengatakannya kepada saya. Dia tidak pernah mengambil
apa pun dari kami, meskipun rumah kami tampak kaya. Tugas-tugas rutin dan yang tidak menyenangkan
menjadi pelayanannya. Ketika listrik padam, dia mencuci pakaian kami di sungai. Dia menggosok lantai
vinil kami setiap hari untuk menghilangkan jelaga. Setelah air kamar mandi mati berhari-hari dia
membersihkan kamar mandi dengan ceria.
Yun Ssi selalu ada jika dibutuhkan dan pekerjaannya selalu selesai. Bila dia tidak yakin tentang sesuatu, dia
bertanya. Dia tidak mengambil perasa makanan untuk kue apel atau menggunakan satu kaleng lilin impor
untuk membersihkan lantai sekaligus, seperti yang dilakukan oleh para pembantu lainnya.
Yun Ssi menyaksikan kekurangan-kekurangan dalam keluarga yang biasanya menjadi gosip murahan,
namun dia menceritakan tentang kami secara lebih baik dari yang seharusnya kami terima.
Imannya sederhana, personal, dan nyata. Dia dengan rajin membuka Alkitabnya setiap hari, untuk membaca
"kata-kata Yesus untuk saya," meskipun dia hanya mendapat sedikit pelajaran membaca saat masih kecil dari
seorang guru yang patut dihormati. Orang tuanya berkata, "Kamu harus belajar membaca, meskipun kamu
adalah seorang gadis."
Ketika keluarga kami pulang pada Sabtu tengah malam setelah pelayanan sosial misi, coklat panas telah
menunggu kami. Ketika kami pergi berlibur selama musim hujan dengan bayi kami yang terkena disentri,
Yun Ssi menyetrika popok bayi kami supaya kering. Lama ketika kami kembali lagi ke Korea, dia tidak bisa
meninggalkan majikan barunya, tetapi setiap beberapa minggu, setelah bekerja seharian, dia datang ke
rumah kami dengan naik bus -- dan mencuci piring dan membuat kue sambil berbincang-bincang.
Tidak lama sebelum kami meninggalkan Korea, Yun Ssi memandang kami dan menjelaskan, "Saya tidak
akan ikut ke bandara karena saya akan menangis." Bahkan ketika dia berbicara, air mata mulai menetes -dan dia mulai terisak. Ketika dia melepas kaos kakinya untuk mengusap air matanya, saya mengulurkan
saputangan kusut saya kepadanya dan meyakinkan dia bahwa saya memahaminya. Tetapi di bandara dia
menyelipkan sapu tangan yang telah dicuci bersih ke tangan saya dan mengikuti kami selama masih
diperbolehkan. Air mata dan pelukan berbaur menjadi satu. Tidak seorang pun dari kami akan pernah
melupakan Yun Ssi. Perasaannya pada kami adalah kasih yang sejati, pengabdian yang sejati, pelayanan
yang sejati.
Yun Ssi adalah sahabat yang baik. Perjanjian Baru sendiri memberikan contoh tokoh-tokoh yang melayani
Kristus, seperti Paulus, Timotius, Titus, Musa, Yakobus, Petrus, dan Yohanes. Kristus yang menjadikan diriNya sendiri "sebagai seorang hamba". Suatu hari saya berharap akan mendengar, dengan Yun Ssi, "Baik
sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia."
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Pelayanan seperti apakah yang sudah dipertontonkan oleh Yun Ssi?
2. Bagimana caranya agar kita bias memiliki pelayanan yang sejati seperti Yun Ssi?
Kemenangan Kasih
Biasanya ketika seseorang berbicara tentang kasih Kristus, segera pembicaraan itu akan diarahkan kepada
kayu salib, karena di kayu salib itulah kasih Allah dinyatakan secara luar biasa dengan menyerahkan Anak
Tunggal-Nya sebagai kurban untuk pengampunan dosa manusia. Di kayu salib itu pun, Anak Allah karena
kasih-Nya rela tunduk dan taat kepada kehendak Bapa untuk menumpahkan darah, memecahkan tubuh, dan
menyerahkan nyawanya demi keselamatan manusia.
Kasih Kristus di kayu salib dikatakan sebagai kasih terbesar sepanjang sejarah. Kurban termahal, darah sang
Anak Allah, dicurahkan bukan untuk sosok yang pantas menerimanya, melainkan untuk mereka yang justru
telah menyebabkan Tuhan harus disalibkan. Seperti yang Paulus katakan, Dia telah mati bagi kita, ketika
kita masih hidup di dalam dosa, tidak peduli dengan Dia, bahkan masih seteru, melawan dan memberontak
terhadap-Nya. (Roma 5:6-10)
Paulus juga berkata, untuk seorang yang baik, mungkin ada orang yang rela mati. Untuk orang yang benar,
ada saja yang rela berkorban. Tetapi untuk orang jahat, pembunuh, pemerkosa, perampok, pembuat
keonaran, dan berbagai penderitaan untuk manusia, siapakah yang rela mati? Karena itu, Kristus rela mati
untuk mereka yang bahkan menyalibkan dan membunuh Dia.
Bagi banyak orang, salib adalah bukti kasih yang sejati, terbesar, dan termulia. Namun, apakah kasih di kayu
salib efektif untuk menyelamatkan manusia? Bukankah banyak orang yang mengatakan bahwa kayu salib
adalah kebodohan? Apa gunanya mati seperti itu? Bagaimana mungkin kematian seperti itu membawa
faedah bagi orang yang dikasihi-Nya? Bukankah kematian di kayu salib adalah kekalahan?
Paulus menjelaskan dalam 1 Korintus 1:18-25 bahwa bagi manusia berdosa, kayu salib adalah kebodohan.
Bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi, kayu salib bukan hal yang pantas diperhitungkan. Orang Yahudi
mencari tanda. Mereka mencari Mesias yang gagah perkasa, pahlawan yang akan berjuang untuk
mengalahkan dan mengusir penjajah Romawi dari tanah mereka. Mesias yang lemah lembut, bukanlah figur
yang tepat untuk menjadi Juru Selamat mereka. Mereka tidak butuh Mesias seperti itu.
Bagi orang bukan Yahudi, yang diwakili oleh kaum intelektual dari Yunani, salib adalah kebodohan karena
tidak masuk akal. Mereka mencari hikmat manusia yang berpusatkan pada akal budi atau filsafat yang
menjelaskan segala sesuatu. Mereka tidak bisa menerima alasan yang sederhana yaitu karena kasih Allah
mengutus Anak-Nya untuk mati menebus dosa. Bagi mereka, keselamatan adalah masalah pengetahuan
hikmat yang hanya di dapat melalui pemikiran mendalam yang filosofis mengenal arti dan hakikat
kehidupan.
Bagi manusia masa kini yang berpikiran praktis dan pragmatis, kasih kayu salib paling efektif hanya
menggugah perasaan seseorang, yang kepadanya kasih itu ditujukan. Yesus mati untuk orang berdosa, lalu
apakah kematian-Nya membuat orang tersebut menjadi tidak berdosa? Ya, kalau orang tersebut merespons
kasih di kayu salib itu dengan keharuan yang sedemikian, sehingga ia bertekad untuk mengubah hidupnya
dan tidak lagi mau mengecewakan orang yang sangat mengasihinya itu. Kasih seperti itu efektif hanya
sebatas menggugah orang yang dikasihinya untuk berubah, tetapi belum tentu efektif untuk perubahan yang
sejati atau permanen.
Dongeng seperti ini mungkin membuat pemahaman di atas menjadi lebih jelas. keluarga katak, yang terdiri
dari ibu dan anak tinggal di tepi sungai. Jika hujan deras, airnya meluap menggenangi batas bantaran sungai
tersebut. Ibu katak itu sangat mengasihi anaknya. Ia selalu menasihati anaknya untuk kebaikannya. Namun,
anak katak itu sangat nakal dan selalu membantah perkataan sang ibu. Kalau si ibu menyuruh anaknya untuk
tidak bermain di pinggir sungai, anak itu sengaja bermain di sana. Akhirnya, si ibu sakit keras dan menjelang
mati ia memanggil anaknya. Pesan terakhir ibu tersebut adalah agar saat ia mati, anaknya mengubur
jenazahnya di tepi sungai. Ibu itu sengaja berbuat demikian, karena ia tahu anaknya akan melakukan hal
yang berlawanan dengan pesannya. Namun, anak itu sangat terharu dan menyesal karena selama ibunya
hidup, ia tidak pernah mematuhi nasihatnya. Maka ia bertekad kali ini, ia akan mendengarkan perintah
ibunya. Maka ia pun menguburkan ibunya di tepi sungai.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan sebab kasih Kristus di kayu salib efektif bukan semata-mata menggugah
kasih orang kepada-Nya, tetapi efektif dalam mengampuni dosa dan memberikan hidup kekal untuk setiap
orang yang percaya pada karya kayu salib-Nya. Apa bukti keefektifan kasih kayu salib? Kebangkitan Kristus
menjadi buktinya.
Di kayu salib, Kristus mati untuk menebus dosa. Kebangkitan-Nya membuktikan dosa sudah dikalahkan. Di
kayu salib, Kristus mati agar orang percaya beroleh hidup kekal. Kebangkitan-Nya membuktikan kuasa
maut sudah dikalahkan. Di kayu salib, kasih Kristus dinyatakan untuk menyelamatkan manusia.
Kebangkitan Kristus membuktikan karya kayu salib Kristus tidak sia-sia. Pengurbanan-Nya membuahkan
keselamatan kekal untuk mereka yang menerima-Nya. Kasih-Nya tidak sia-sia!
Bagaimana membuktikan bahwa kasih kayu salib tidak sia-sia untuk kita? Hiduplah sedemikian rupa
sehingga kuasa kebangkitan-Nya nyata di dalam hidup kita. Nyatakanlah hidup yang sudah dimerdekakan
dari dosa. Tunjukkanlah hidup yang memiliki pengharapan bahwa kelak akan dibangkitkan pada akhir
zaman untuk menerima hidup kekal. Praktikkan kasih kepada sesama secara nyata dan konkret. Maka Tuhan
tidak malu menyebut kita anak-anak-Nya, dan kita tidak malu menyatakan Kristus kepada orang lain.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Salib. Apa yang pertamakali ada di benak saudara ketika mendengar kata Salib? Apa makna salib bagi
saudara?
Apa saja yang terjadi, janganlah menunggu untuk menjadi suci, barulah mempersembahkan dirimu kepada
cinta, seandainya demikian engkau tidak akan pernah berhasil mencintai-Ku. Pergilah!"
Aku hanya memintamu untuk mencintai-Ku seperti apa adanya engkau.
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa balasan untuk cinta Kritus yang telah anda terima?
Kunci
"Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang
ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus." (Kolose 1:20)
Korsase, kamera, dompet, dan jaket! Ya, kami berangkat untuk menghadiri pesta penghargaan yang
istimewa -- malam yang mengesankan. Mengesankan karena kami melupakan satu benda kecil -- kunci!
Tidak ada yang lebih mengesankan dari memanjat jendela tinggi dengan mengenakan pakaian pesta.
Kehilangan kunci membuat kita sangat frustrasi. Peristiwa yang menyedihkan seperti ini bisa membuat Anda
merasa kalut, labil, dan putus asa. Dalam masyarakat kita yang menerapkan "keamanan ketat, kunci berlapis
ganda", kunci melambangkan perlindungan dan kekuatan.
Selama bertahun-tahun, saya merasa frustrasi dan labil ketika mencari sebuah kunci penting dalam
kehidupan saya -- kunci keselamatan. Saya memunyai jawaban teologis yang berdasarkan Kitab Suci, tetapi
pengetahuan dan pengalaman saya kurang memadai untuk dijadikan kunci pas, pembuka pemahaman yang
mendalam. Saya dibesarkan di lingkungan Kristen dan bersekolah di sekolah Kristen yang baik, tetapi saya
masih belum memunyai kunci pembuka hubungan dengan Kristus yang bermakna penuh.
Tetapi, saya sekarang berdiri di kaki salib-Nya dan mendapatkan kunci untuk menjawab segala pertanyaan
saya. Salib itu adalah fokus utama pemahaman saya tentang Alkitab.
1.
2.
3.
Saya sekarang memahami bahwa salib dengan keindahannya adalah kabar sukacita yang dapat mengubah
kehidupan seseorang; pada salib [Kristus] saya menemukan pengampunan, pengenalan terhadap diri saya
sendiri, harkat diri yang kokoh, dan kekuatan yang dapat mengubah cara pandang. Salib membukakan
lumbung berkat dan pengetahuan rohani. Bersama Isaac Watts saya bisa bernyanyi, "Di salib-Nya, salibNya, awal aku melihat cahaya."
Pertanyaan untuk diskusi:
1.Apa kunci rahasia kehidupan saudara untuk bisa bertahan dalam mengasihi Tuhan dan sesama?
Kemarahan
"Gadis Kristen yang baik tidak pernah marah" adalah sebuah kalimat yang pernah saya dengar ketika masih
kecil. Orang-orang Kristen tidak pernah marah. Jadi jika saya merasa kesal, saya akan memendamnya. Saya
ingat saat sedang bekerja, fotografer berita saya tidak mendapatkan jumlah gambar yang cukup untuk berita
yang akan saya bawakan pukul 6. Saya sangat marah. Apakah saya mengatakan padanya, "Saya sangat
kecewa. Lain kali, saya akan sangat menghargai jika kamu bisa mendapatkan jumlah gambar yang cukup
tanpa saya minta. Saya akan mencoba mengingatkanmu, tapi saya kecewa karena berita saya jadi tidak
sebagus yang seharusnya."
Tidak. Sebaliknya, saya mengambil dompet, mengeluarkan uang receh, dan dengan segera pergi ke sebuah
mesin penjual permen dan mengisap lima permen.
Saya sedang mencoba mengatasi kemarahan dengan makan sesuatu sebanyak-banyaknya dan melarikan diri,
namun hal ini hanya meningkatkan kemarahan saya terhadap diri saya sendiri. Saya merasa sangat bersalah
karena telah lepas kendali. Saya telah belajar bahwa kemarahan adalah salah satu emosi pemberian Tuhan.
Jika saya marah, saya harus mengekspresikan dan melepaskannya.
Alkitab tidak berkata, "Jangan marah." Alkitab berkata, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa." Dengan kata lain, jangan memendam kemarahan. Hadapilah dan kemudian tidurlah.
Wanita yang baik bisa marah.
Bagaimana Anda menghadapi kemarahan dari hari ke hari? Jika Anda merasakan emosi tersebut keluar,
bicarakan hal itu. Hadapilah kemarahan Anda.
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa:
janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." (Efesus 4:26)
Kesehatan
1 Korintus 13
Boleh jadi saya seorang ilmuwan terkenal atau dokter ahli dan ruangan kantor saya penuh dengan ijazahijazah dan diploma, mungkin saya dikenal sebagai guru yang andal dan pembicara yang menakjubkan, tetapi
apabila saya tidak memunyai kasih, maka semuanya itu hanya bagaikan gong atau bel yang nyaring
bunyinya.
Mungkin saya diberi kemampuan sebagai dokter ahli riset, membuat diagnosa yang sulit dan mengerti
semua misteri tubuh manusia, dan saya bisa berkomunikasi dengan para pasien, memberitahukan agar
mereka memilih cara hidup yang lebih baik, tetapi apabila saya tidak memunyai kasih, saya adalah seorang
yang tidak berarti.
Saya bisa menginventasikan semua uang saya untuk membangun fasilitas-fasilitas yang terbaik dan membeli
peralatan canggih, saya bisa menyediakan staf yang terbaik untuk melayani pasien, saya bisa mengorbankan
semua waktu saya untuk mereka bahkan mengabaikan diri dan keluarga, tetapi bila saya tidak memunyai
kasih, itu tidak berguna sama sekali. Kasih adalah obat alami. Kasih itu alami dan tidak menurunkan sistem
kekebalan tubuh, tetapi menaikkannya.
Kasih bisa dicampur dengan obat-obat lain; kasih adalah katalisator terkenal. Kasih menyembuhkan rasa
sakit dan memberikan hidup yang terbaik. Kasih bisa diterima oleh siapa saja, ia tidak menimbulkan reaksi
alergi. Obat-obat baru bermunculan dan lenyap. Apa yang kemarin dianggap baik, mungkin hari ini tidak
ada gunanya. Apa yang hari ini manjur, mungkin besok tidak ada manfaatnya. Tetapi kasih telah melewati
tes waktu; kasih selalu bermanfaat.
Kita sekarang mengerti sesuatu hanya sebagian-sebagian saja, dan terapi sering hanya merupakan bahan
percobaan, karena bakat pengetahuan dan penemuan-penemuan hanya sebagian-sebagian. Apabila segala
sesuatu bisa dimengerti, maka kita akan menyadari nilai kasih yang sebenarnya. Kasih adalah sumber yang
terbaik yang bisa membentuk hubungan antarpasien, kerabat, dan sahabat-sahabat. Kasih akan menolong
kita berperilaku tidak seperti anak-anak, tetapi sebagai orang dewasa yang matang.
Sekarang ini banyak kebenaran yang tampak samar-samar bagi para profesional kesehatan. Kita masih
belum mengerti bagaimana Roh Kudus bekerja dalam kehidupan kita. Tetapi pada suatu hari nanti, kita akan
melihat segala sesuatunya dengan jelas.
Tetapi di dalamnya tetap ada tiga pengobatan dasar, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling
besar di antaranya adalah kasih.
Manusia berusaha mendapatkan. Allah berusaha memberi. Memberi adalah cara-Nya Tuhan. Hidup dalam
jalan-Nya Tuhan berarti menjadi seorang pemberi. Cara dunia untuk mengumpulkan dan meningkatkan
uang, pakaian, harta miliki, rumah, tanah dan bisnis adalah dengan MENDAPATKAN.
Matius 6:31-33, "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah
yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. TETAPI
CARILAH dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN
KEPADAMU."
Dalam kerajaan Allah, Yesus Kristus kelihatannya tidak punya masalah kalau kita memunyai segala hal yang
di sebut di atas.
Akan tetapi Dia memberikan pernyataan bagaimana caranya untuk memperoleh semua itu, bukan dengan
MENDAPATKAN tetapi dengan MEMBERI.
Memberi adalah memberi.
Memberi itu bukan membayar seseorang untuk apa yang sudah dikerjakannya.
Memberi itu bukan menaruh sesuatu di tangan seseorang dengan ketentuan dia harus melakuan sesuatu.
Memberi itu bukan meminjamkan.
Memberi itu adalah melepaskan sama sekali kendali tentang sesuatu hal kepada orang lain, sehingga mereka
bisa melakukan apa pun yang mereka suka kepada barang yang diberikan.
Kekayaan sejati tidak diukur dari apa yang yang dipunyai seseorang, tetapi bagaimana mereka memberi
dibanding apa yang mereka miliki.
Semua orang bisa memberi sesuatu. Kita termasuk orang kaya kalau kita bisa memberi sesuatu. Bahkan
benda yang paling sederhana pun bisa menjadi suatu pemberian bagi orang lain. Kalau kita bertemu dengan
orang yang tidak bisa tersenyum, kita bisa memberikan senyum kita kepadanya.
Hidup kita akan menjadi petualangan dalam memberi, bukannya pergumulan untuk mendapat.