0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
589 tayangan2 halaman
Teks ini membahas tentang percakapan Yesus dan murid-Nya saat Perjamuan Malam sebelum kematian Yesus. Yesus memperingatkan murid-Nya bahwa mereka akan mengalami ujian iman yang berat setelah kepergian-Nya, seperti gandum yang ditampi untuk memisahkan biji dari sekam. Ia mengajak murid-Nya untuk tetap kuat dalam iman meski menghadapi cobaan.
Teks ini membahas tentang percakapan Yesus dan murid-Nya saat Perjamuan Malam sebelum kematian Yesus. Yesus memperingatkan murid-Nya bahwa mereka akan mengalami ujian iman yang berat setelah kepergian-Nya, seperti gandum yang ditampi untuk memisahkan biji dari sekam. Ia mengajak murid-Nya untuk tetap kuat dalam iman meski menghadapi cobaan.
Teks ini membahas tentang percakapan Yesus dan murid-Nya saat Perjamuan Malam sebelum kematian Yesus. Yesus memperingatkan murid-Nya bahwa mereka akan mengalami ujian iman yang berat setelah kepergian-Nya, seperti gandum yang ditampi untuk memisahkan biji dari sekam. Ia mengajak murid-Nya untuk tetap kuat dalam iman meski menghadapi cobaan.
Jemaat yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus, Syair lagu KJ.34 “Di Salib Yesus di Kalvari” (bisa juga dinyanyikan oleh khadim): Di salib Yesus di Kalvari kus’rahkan dosaku yang keji. Oleh darahNya aku bersih! Puji nama-Nya!. Lirik lagu ini hendak menyatakan bahwa hanya dengan karya penyelamatan Yesus Kristus di kayu salib, dimana darah-Nya yang tercurah, maka setiap manusia yang berbuat dosa akan memperoleh keselamatan. Oleh karena itu, maka tidak ada alasan untuk kita tidak mengucap syukur atas karya Yesus Kristus tersebut. Di hari ini kita sudah berada di minggu ketiga penghayatan kita akan makna sengsara Tuhan Yesus Kristus. Saudara-saudaraku yang kekasih. Tema perenungan sepanjang minggu berjalan ini: Iman Jangan Gugur Ketika Ditampi yang diangkat dari pembacaan Firman Tuhan dalam Lukas 22:24- 38, merupakan bagian yag tak terpisahkan dari kisah “jalan sengsara” Tuhan Yesus menuju ke Bukit Golgota tempat Ia disalibkan. Lukas pasal 22 dimulai dengan rencana para Imam Kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap kemudian membunuh Yesus. Rencana mereka itu dapat berjalan dengan mulus melalui salah seorang murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot setelah diberi sejumlah uang. Yesus tetap menjalankan aktivitas-Nya bersama para murid-Nya, antara lain merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi yang ditandai dengan makan bersama. Makan bersama menjadi sebuah tradisi bagi umat Israel apalagi menjelang hari-hari besar, hal ini juga yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Ketika mereka sedang makan, maka Yesus banyak memberikan pengajaran termasuk memberitahukan tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Selanjutnya Yesus bergumul sendirian di taman Getsemani, Ia kemudian ditangkap dan diadili, menerima hukuman mati dengan cara disalib, mati serta bangkit. Lukas 22:24-38 ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul “Percakapan waktu Perjamuan Malam”, ada beberapa hal yang diungkapkan, yakni: Pertama, dalam percakapan waktu Perjamuan Malam menjelang kematian Yesus Kristus, para murid bertengkar soal kedudukan dan peran mereka sebagai pengikut Yesus Kristus. Ternyata pertengkaran ini sudah muncul sebelumya yang dicatat dalam Lukas 9:46-48, dimana Yesus mengambil seorang anak kecil untuk memberikan pengajaran kepada para murid-Nya dengan ungkapan: “karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” (Luk 9:48b). Pemahaman para murid yang “terbesar” adalah menjadi yang paling besar, lebih berharga, lebih kuat, lebih tinggi yang berkaitan dengan popularitas, prestise dan gengsi. Tetapi Yesus memberikan pemahaman yang terbalik dengan pemikiran para murid-Nya, bahwa yang “terbesar” itu ialah mereka yang menjalankan fungsinya sebagai “pelayan” (Yun. Diakoneo). Tugas dari pelayan adalah membantu, mengurus dan melayani orang lain. Jemaat yang diberkati oleh Tuhan. Hal kedua, adalah Yesus juga memberikan pengajaran yang spesifik kepada para murid-Nya lebih khusus kepada Simon Petrus bahwa nantinya mereka akan mengalami pertarungan iman yang sangat besar, yakni akan di “tampi”, seperti orang menampi gandum. Menampi (Yun. Siniazo) adalah suatu proses untuk memisahkan biji gandum dari sekam dengan cara menghamburkan gandum ke udara dengan menggunakan garpu penampi, sehingga gandum akan jatuh dan sekam tertiup angin. Ditampi seperti gandum menggambarkan sebuah goncangan yang hebat dan ujian iman yang sangat berat melalui proses pembersihan dan pemisahan. Adapun iblis menampi dengan cara memperdaya (band. 2 Kor11:3), mengintimidasi dan menelan (band. 1 Ptr 5:8). Menghadapi situasi seperti ini, maka para murid-Nya hendaknya memiliki iman yang teguh kepada Yesus Kristus. w Ketiga, ketika Yesus mengutus para murid-Nya yang dicatat dalam Lukas 9:1-6, mereka tidak membawa apa-apa namun mereka tidak kekurangan sesuatu apapun, namun dalam perikop yang kita baca saat ini, Yesus berbicara secara figuratif (arti kiasan) bahwa para murid akan mengalami situasi yang sukar dan berat. Yesus menghendaki para murid-Nya untuk berjaga-jaga dan berhati-hati serta mempersiapkan diri untuk mampu menghadapi situasi yang sulit dan berat. Yesus juga sebenarnya sedang mempersiapkan para murid-Nya untuk menghadapi melalui sengsara dan kematian-Nya yang tragis demi menggenapi karya penyelamatan Tuhan Allah, yakni: “Ia akan terhitung di antara pemberontak- pemberontak” (ay. 37). Bapak, Ibu saudara jemaat yang dikasihi Tuhan … Kita sering mendengar ungkapan “Pemimpin adalah Teladan, Pemimpin yang melayani dan Melayani bukan untuk Dilayani”, apakah ini hanya skedar slogan untuk pencitraan diri atau untuk mencari simpati orang banyak ataukah benar-benar sebuah pemberian diri untuk melayani banyak orang? Tentunya bagi kita sebagi orang percaya, kita akan dengan yakin mengatakan bahwa ketika dipercayakan sebagai “pemimpin” diberbagai organisasi kita mau melakukan yang terbaik dan melayani banyak orang. Apalagi bila dipercayakan sebagai hamba Tuhan/Pelayan Khusus (Diaken, Penatua, Guru Agama dan Pendeta). Yesus Kristus sudah memberikan contoh untuk melayani dengan sepenuh hati bahkan siap dan rela berkorban untuk umat manusia dengan menderita sengsara serta matidi kayu salib. Jadilah pemimpin yang takut akan Tuhan dan lakukanlah tindakan-tindakan yang konkrit untuk kesejahteraan banyak orang. Kata “ditampi atau menampi” dalam Bahasa Manado artinya proses untuk memisahkan padi dari sekam atau memilih beras supaya bersih, biasanya memakai “sosiru” cara ini disebut “ba tapis beras”. Melalui proses ini dihasilkanlah padi yang siap untuk digiling menjadi beras dan beras yang siap untuk dimasak. Proses menampi atau memisahkan ini sangat berat tapi hasilnya akan maksimal, demikian juga dengan kehidupan sebagai orang percaya, kita sementara juga di “tampi”. Apakah kita akan menjadi seperti beras yang berisi atau hanya sebagai sekam yang mudah ditiup angin. Menjadi orang percaya yang benar-benar “berisi” (iman yang teguh kepada Tuhan”, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh iblis dan akhirnya jatuh ke dalam dosa. Jadilah pribadi-pribadi yang kuat dan teguh, andalkan Tuhan dalam segala hal. Teruslah bertekun dalam doa baik itu doa pribadi, keluarga dan dalam persekutuan umat Tuhan di Kolom, BIPRA dan Jemaat. Jemaat Maha Tuhan … Kita akan mengalami tantangan dan pergumulan yang berat, Firman Tuhan saat ini mengajarkan kepada kita untuk sadar dan berjaga-jaga supaya dapat mengalahkan segala tipu daya iblis (1 Ptr 5:8-9) serta gunakanlah selalu segenap perlengkapan senjata Allah (Ef. 5:11-17). Bila kita setia di dalam Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, maka yakinlah kita akan menang dalam pertandingan iman di dunia ini dan memperoleh mahkota kehidupan. Soli Deo Gloria, Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Allah. Amin.