Anda di halaman 1dari 85

Gema PWGT edisi 98 Page 1

Gema PWGT edisi 98 Page 2


Gema
PWGT
Edisi 98 Tahun 2023

Tema:
“Bangkit Untuk Berkarya”
(Lukas 24:36 -49)

Diterbitkan oleh:
PENGURUS PUSAT PWGT
Jln.Sam Ratulangi No.80 Rantepao
Toraja Utara

Gema PWGT edisi 98 Page 3


Gema
PWGT
Edisi 98 Tahun 2023

Rantepao, Maret 2023

Setting & Layout : Sisilia Malla’ Rengke’, SPd


Desain Sampul : Julianto Rurubua’

Dicetak oleh: PT Sulo


Jl. Sam Ratulangi 66 Rantepao 91831
Toraja Utara – Sulawesi Selatan
Gema PWGT edisi 98 Page 4
DAFTAR ISI

Daftar isi ...................................................................................

Kata Pengantar ........................................................................

Khotbah Syukur ........................................................................

Khotbah Penghiburan ...............................................................

Liturgi Paskah PWGT ..............................................................

Khotbah Paskah PWGT .............................................................

Artikel .......................................................................................

Ulelean Pare .............................................................................

Daftar Penulis Gema 98 ............................................................

Gema PWGT edisi 98 Page 5


KATA PENGANTAR

Salam sejahtera dalam Tuhan

Puji syukur kita persembahkan kepada Tuhan yang yang


maha kuasa atas segala kasih dan tuntunanNya sehingga Gema
PWGT edisi 98 ini boleh terbit dan hadir menyapa kita dengan
tema: “Bangkit Untuk Berkarya” (Lukas 24: 36 - 49”).
Semoga melalui tema Gema PWGT edisi ini dan kebangkitan
Kristus, menyemangati semua anggota PWGT untuk tetap
bangkit dan berkarya dalam pelayanan, menghasilkan buah
dan menjadi berkat bagi sesama. Jayalah PWGT dan Tuhan
semakin dimuliahkan.

Salam kasih
Pengurus Pusat PWGT

Gema PWGT edisi 98 Page 6


Khotbah Syukur

”KASIH SAYANG ORANG TUA KEPADA ANAK”


(Mazmur 127 : 3-5)

Kadang kita mendengar ungkapan mengatakan: ”anak adalah


titipan Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan.” Ungkapan itu
punya makna bahwa Tuhan memberi mandat kepada orang tua
yang ”diperkenankan dipakai” Tuhan untuk menitip hadirnya buah
hati atau anak dalam Rumah Tangga harus di punya tanggung
jawab yang besar terhadap anak-anaknya: menjadi pandu rohani
dan spiritual, mendidik, mengajar, menasehati, menghidupi,
merawat, melindungi, dan mencerdaskannya serta mencukupkan
kebutuhannya. Hal itu juga ditegaskan oleh pemazmur dalam
bacaan kita Mazmur 127:3 dengan menyebutkan anak sebagai
“milik pusaka dari pada TUHAN”, kata pusaka bermakna “hal atau
sesuatu yang amat sangat berharga dari TUHAN yang dititpkan
kepada orang tua.” Ibarat barang-barang berharga dan bersejarah
yang kadang dititip kepada orang yang kita percaya dan punya
hubungan emosional yang dekat. Demikian juga ditegaskan dalam
Amsal 22 : 6 bahwa orang tua punya tanggungjawwab untuk
mendidik anak-anak pada masa mudanya agar tidak menyimpang
pada masa tuanya.
Ada kisah ibu yang amat menyayangi anak semata
wayangnya, tetapi karena kesibukan karir dan jabatan,
membatasinya untuk melaksanakan tanggung jawabnya mendidik
dan merawat anaknya. Demikian cerita singkatnya: Rani, sebut saja
begitu namanya. Ia seorang yang berotak cemerlang dan memiliki
idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya
sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun
profesi yang akan digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu,
mengutip seorang mantan presiden Amerika. Ketika Universitas
mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di
Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuksalah satunya.
Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel'', sama-sama
berprestasi, meski berbeda profesi.
Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai
staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD.
Gema PWGT edisi 98 Page 7
Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu
diambil dari huruf pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'',
jadilah nama yang enak didengar: Alifya.
Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud
menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir. Ketika Alif,
panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin
menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke
kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya
pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-
tinggal? ''Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah
mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK !'' Ucapannya itu
betul-betul ia buktikan.
Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara
profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadwal
Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah,
cerdas dan gampang mengerti. Kakek-neneknya selalu
memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu,
tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar,
tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. ''Contohlah
ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu nenek Alif,
ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta
adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan
suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka
belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif.
Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang tuanya. Buktinya, kata
Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi
karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya
kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani,
Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka,
Rani menyapanya ''malaikat kecilku''. Sungguh keluarga yang
bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap
tumbuh penuh cinta.
Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah
mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda
mandikan,'' ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke
detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik
permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan
Gema PWGT edisi 98 Page 8
keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar
mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif
dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut. Peristiwa
ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!'' kian
lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir,
mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya
agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa
ditinggal juga.
Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang
baby sitter. "'Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di
Emergency.'' Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too
late. Tuhan sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu
dipanggil pulang oleh-Nya. Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang
meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah,
satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah
pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan
komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri. Dan siang
itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku.
''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih, di tengah
jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari
sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih
berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang
tegar itu, berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di
sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia
pergi juga kan?'' Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu
hiburan dari orang lain.
Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias,
tatapannya kosong. ''Ini konsekuensi sebuah pilihan,'' lanjut Rani,
tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja
meniupkan aroma bunga kamboja. Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku
ibunyaaa !!!'' serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru
kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang
meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri
kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'' Rani merintih
mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan
tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang
menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.
Gema PWGT edisi 98 Page 9
Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong. Hal
yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan
kehilangan yang amat sangat. Sering kali orang sibuk 'di luaran', asik
dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang2
di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada waktu 'nanti' buat
mereka, jadi abaikan saja dulu. Sering kali orang takabur dan
merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diterimanya
tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka
menyayanginya dan tetap akan ada. Pelajaran yang sangat
menyedihkan yang dialami ibu Rani, semoga yang tidak menimpa
kita juga.
Ingat Firman Tuhan mengatakan bahwa adalah titipan
TUHAN kepada orang tua (Maz 127:3). Anak ibarat “anak-anak
panah” di tangan pahlawan (orag tua), mereka akan melesat
kedepan meraih masa depan yang baik ketika orang tua memberi
hatinya berserah kepada TUHAN dituntun dan dibimbing
mendidik, menasehati, mengajar dan merawat anak-anak dengan
kasih sayang dan tanggung jawab kepada TUHAN. Ingat: mendidik
anak merupakan kewajiban kasih sayang orang tua kepada anak.
Jangan biarkan hal tidak baik mengisi hati anak-anak kita. Ibu-ibu
PWGT punya peran penting mendampingi suami sebagai “imam
dalam keluarga” dalam mendidik dan menyayangi anak-anak.
Selagi masih ada waktu, marilah kita saling menyanyangi dan
memperhatikan. (Carvei diem: Petiklah hari). Amin
Pdt.H.L

Gema PWGT edisi 98 Page 10


Khotbah Syukur

“LA TONTONGKI MA’KURRE SUMANGA’”


(Mazmur 105:1-11)
Torroan indo’ tu nakamasei Puang Yesu....

Yake ma’rangki ta iru’i tu wai tantu masannangki’, payaki, sia


melo tasa’ding. Apa biasa, ya ke mangkami tairu’, paya sia
masannang miki’, biasa tae’ bangmo ta kilalai mindara bengki’ te
wai, minda mpasadiangki, sia umbara nani sae.
Susi dukamoto tu ma’kurre sumanga’ lan katuoanta, yanna
mane didaka’, mane, dikarang biasa ta parri-parri ba’tu
dipatu’gunni undaka’ pa’tulungan jo mai padanta to lino, sia
matuttuki’ umpassambayanganni langngan Puang umpalakui kumua
denoupa’ nadadi melo, mangka melo’. Apa biasa yanna mangka
melomo tae’bangmo na disaile, kumua minda untunduiki’, ya
pissan raka tu lama’kurre sumanga’. Biasa nakua to mangngura lupa
kacang akan kulitnya.
Ia te pa’basanta Papudian 105:1-11 umpakilalai tu to Israel
latontong ma’bulo lollong ma’tallang tangkelesoan, lama’kurre
sumanga’ langngan Puang. Belanna napa’pekitanan tongan Puang
tukamaturu-turuanna, kakuasanna, pa’kaboro’na lako to Israel
tonna di pali’, jo tondok Mesir, sia napasadian silasanna nakande,
ullendui Yusuf tonna attu karorian, sia tontong na kilalai tu basse
mangka napokada lako nenek to dolona, yamoto nakuai te to
ma’pudi makada lan pabasanta kumua;
1) Penanianni sia pakendekani pa’pudian tu Puang[2] Pokadai tu
sininna penggauran kalle-kalleanna.
2) Massattuan komi diona sanga maserona[3]
3) Angga’i tu Puang sia tuntun ni tu mamasena[4]
4) Latontong komi ndaka’i ammi penombai oloNa[4]
5) Kilalai tu mintu tanda memangngan mangka napogau[5]

Ya nasangmo te tu lamendadi pentoean matoto’ (alasan)


ma’apari na la tontong ma’kurre sumanga tu to Israel, langngan
Puang Matua.
Susi dukamo lako kita sola nasang’ tu digente to

Gema PWGT edisi 98 Page 11


ma’patongan, paralluki’ tu latontong ma’kurre sumanga’, belanna
tangdikemba urrekenrekenni tu pandarananna sia pa’kamaseanna
Puang lako kita sola nasang.Ya tu kurrean sumanga’ tangngia
manna kumua belanna buda te apa melo tatarima, sangngadina
moi raka namabanda’ tu katuan apa tontong Puang ma’dioren
ussaladanki, napamatoto’ki umpassanni tu mintu’ parri’ta ya
nasangmo to tu dikurre sumanga’, nakua lan penanian
Kombongan 450, lamatana la masussa tontongki’ makurre sumanga
yamo naanga’ Puang. Lan kurrean sumanga’ta den da’dua tu
a’gan tu totong lata nanung yato tu;
1. Yatu to ma’kurre sumanga’, to umpamadioangan penaanna,
kumua iate mintu’ apa dadi sia kutarima lan katuangku, tannia
belanna kapaissananku,kapabukuangku misa misa sangadinna
ya ri nadadi belanna Puang undoloanna, ya moto na sule
balla’ pani’na jo olo mala’bina Puang kumua kurre sumanga
Puang.
2. Ia tu to makurre sumanga’ nakanasai sia naakui kumua den tu
Puang tu untoi garonto’na katuan. Kita te ma’rencana bangriki’
apa Puang ya mpamatantui
yamo to na tontong massatuan lako kaleNa. Nadaka’ sia
nakamali’ tu Puang belanna nakanassai kumua Puang
umpoissanni tu mintu’ angge maritik. Yamoto mai mokomi ta
tontong makurre sumanga’ lan mintu’ tengka kede’ta.
Haleluya AMIN.

Pdt. EPS

Gema PWGT edisi 98 Page 12


Khotbah Penghiburan:

“KEMATIAN BUKANLAH AKHIR HIDUP ORANG PERCAYA”


(Roma 8 : 1-11)

Bapak/Ibu, Saudara- saudara yang kekasih dalam Tuhan…...


Hidup dan mati adalah dua sisi dari keseluruhan
fakta/kenyataan keberadaan umat manusia yang sulit untuk
dipisahkan. Keduanya saling terkait/berhubungan. Bahkan kedua
hal tersebut secara bergantian mewarnai kisah perjalanan hidup
seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia di atas muka bumi
ini.
Kematian bukan hal yang asing, namun kematian selalu saja
membawa kesedihan, dukacita bahkan keterpurukan. Iake kita
Toraya dikua iamo ma’indo’na pa’di’. Duka diatas duka.
Pertanyaannya ialah, masih adakah sesuatu yang bisa kita
harapkan dibalik kematian orang yang kita kasihi? Firman Tuhan
memberi kesaksian bahwa ada sisi lain yang bersifat menjanjikan
dan menjadi pengharapan dalam menghadapi peristiwa kematian,
yaitu kehidupan kekal, kebangkitan kembali. Kematian bukanlah
akhir. Kehidupan kekal itu merupakan anugerah.
Dalam bagian ini melalui suratnya kepada Jemaat di Roma
Paulus menguraikan tentang adanya janji dari Allah mengenai
kenyataan yang akan dialami oleh orang percaya dibalik peristiwa
kematian. Sebagai orang yang sudah hidup dan mati di dalam
Kristus baginya tersedia kehidupan kekal. Sebab Roh yang
menghidupkan telah memerdekakan setiap orang di dalam Yesus
Kristus dari hukuman dosa dan maut. Janji itu mematahkan segala
kekuatiran dan keputusasaan yang ditimbulkan oleh perkara
kematian.
Dari perikop pembacaan kita saat ini ada dua hal penting
yang hendak ditekankan oleh Rasul Paulus, yakni :
1. Bahwa setiap orang akan mengalami hal yang sama yaitu proses
kematian tubuh yang fana akibat dosa (a.10), namun akan
dibangkitkan kembali sebagaimana juga Kristus sudah
dibangkitkan dari antara orang mati (a.11).
Dalam Pengakuan Iman kita Gereja Toraja Bab IV Pasal 8
”Yesus Kristus yang bangkit, telah naik ke sorga menjadi
Gema PWGT edisi 98 Page 13
Pengantara dan dilantik menjadi Raja. Kepada-Nya telah
diserahkan segala kuasa, baik di sorga maupun di bumi. Sebagai
Pengantara Ia menjadi Juru Syafaat kita, menyediakan tempat
bagi kita dan merupakan jaminan kebangkitan manusia
seutuhnya. Dari sana Ia akan datang kembali sebagai Hakim”.
Dalam hal ini kita harus mempersiapkan diri dan hidup kita
untuk menanti penghakiman dari Tuhan.
2. Hanya orang beriman kepada Kristus saja yang akan menikmati
kehidupan kekal dalam suasana sorgawi (a.10). kita perhatikan
kata “jika” (iake) ini menunjukkan adanya kriteria kehidupan
kekal itu. Bahkan Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 14: 6 “
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun
yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”Karena itu
kehidupan keberimanan kepada Allah di dalam Yesus Kristus
adalah nilai kehidupan kita.
Kita adalah orang Kristen, tetapi apakah kita hidup beriman?
Banyak orang Kristen tetapi bukanlah orang beriman. Tongan
raka to? Ada orang yang menyandang sebagai orang Kristen
tetapi tidak menghidupi iman kekristenannya. Moi male
ma’gereja tae’ duka, male sipulung tae’, katuoanna situru’ ia
pa’poraianna. Yang diselamatkan adalah orang beriman. Ta
nannungngi, to sarani ma’patongan siaki’ raka? Ba’tu to sarani
punnala bangriki’ raka..

Bapak/Ibu, Saudara- saudara yang kekasih dalam Tuhan…...

Menghadapi situasi hidup seperti ini, ditinggalkan orang yang


kita cintai dan telah menyayangi kita, apakah kemudian kita harus
larut dalam dukacita dan tidak mau bangkit lagi? Memang sebagai
manusia pastilah kita bersedih, menitikkan air mata. Itu adalah
wajar dan manusiawi. Tetapi sebagai orang yang beriman, orang
yang punya pengharapan janganlah dukacita itu membuat kita tak
berdaya.
Firman Tuhan yang kita baca dan renungkan saat ini
memberikan uraian yang sangat jelas tentang makna terpenting
dibalik fakta kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Melalui
peristiwa kebangkitanNya, maut dikalahkanNya menjadi jaminan

Gema PWGT edisi 98 Page 14


dan penuntun bagi semua orang untuk bisa melihat keabadian
hidup. Karena itu bukalah hati kita untuk terus menaruh percaya
kepada Kristus dan hidup dalam kehendak Allah. Sebab jika kita
hidup dalam kehendak Allah maka Roh Allahpun berdiam di dalam
diri kita, maka kitalah yang berhak menjadi pewaris dari janji Allah
karena kita disebut anak-anak kepunyaan Allah (a17). Artinya
kitalah yang berhak menerima kehidupan yang kekal dari Allah
sekalipun sudah menempuh alam maut/kematian. Itulah janjiNya
dan itulah pengharapan kita.
Adapun kita yang masih hidup sekarang ini akan senantiasa
dikuatkan dan dihiburkan oleh Tuhan. Oleh karena itu mari
senantiasa mendekatkan diri kepadaNya di dalam doa dan
pengharapan, sambil berjaga-jaga. Menjadi orang yang bukan
hanya orang Kristen tetapi hidup dalam iman Kristen itu. Roh
Kudus senantiasa menghibur dan menguatkan kita sekalian. Amin

Pdt. E.S

Gema PWGT edisi 98 Page 15


MEMANDANG PADA KEBANGKITANNYA
(Yohanes 20:11-18)
Ibu, ibu yang kekasih...

Masih dalam suasana dukacita atas kematian Tuhan Yesus.


Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih
gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa
batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon
Petrus dan Murid yang lain yang dikasihi Yesus dan berkata kepada
mereka : “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak
tahu dimana Ia diletakkan” (Yohanes 20:1,2), Yesus mati dan tiba-
tiba jenazahnya hilang. Sungguh menggemparkan orang-orang
terdekat Yesus, tak terkecuali Maria Magdalena. Menurut Injil Lukas
8:2-3, Maria Magdalena adalah seorang dari perempuan-
perempuan yang ikut serta dalam pewartaan-pewartaan Yesus
dengan topangan kekayaan yang dimiliki dan bersama dengan
beberapa orang perempuan lainnya yang kerasukan tujuh roh jahat,
Maria Magdalena disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Jadi tentu Maria
Magdalena sangat merasakan kehilangan.

Kehilangan orang yang dikasihi tentu membawa kesedihan.


Kesedihan yang mewujudkan pada tangisan. Demikianlah yang
dialami oleh orang-orang yang mengasihi Yesus Kristus. Yesus mati,
dikuburkan, namun mayat tidak ada ditempat membaringkanNya,
membawa kesedihan yang teramat dalam bagi seorang Maria
Magdalena. Sambil berdiri di dekat kubur Yesus, Maria menangis
(Ayat 11a). Segera tampaklah dua orang Malaikat dan bertanya
kepada Maria : “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria
pada Malaikat-Malaikat itu : “Tuhanku telah diambil orang dan aku
tidak tahu dimana Ia diletakkan”. (Ayat 13). Tak lama sesudah itu,
Yesus juga berada di tempat itu. Namun Maria Magdalena tidak
tahu jika itu adalah Yesus. Malah Maria Magdalena menyangka jika
orang itu adalah penjaga taman, lalu berkata kepada-Nya : “Tuan,
jikalau tuan yang mengambil Dia. Katakanlah kepadaku, dimana
engkau meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya (ayat.

Gema PWGT edisi 98 Page 16


15). Begitu dalam perasaan duka dan kehilangan yang dialami oleh
Maria Magdalena, sehingga kehadiran Yesus Kristus yang
jenazahnya ia cari tidak diketahui jika sosok yang ada di depannya
itu adalah Yesus Kristus.

Ibu, ibu yang kekasih...

Sama seperti yang dialami oleh Maria Magdalena, kita pun


seringkali terjebak dengan situasi yang kita alami, terjebak pada
kesedihan, kematian, tangisan, duka, kekecewaan yang
mengakibatkan kita sulit mengenali dan merasakan kehadiran Yesus
Kristus dalam kehidupan kita bahkan kita sulit merasakan kehadiran
Yesus dalam dukacita yang menghampiri. Kita hanya berfokus pada
kondisi yang kita alami walau tak dapat disangkali, jika kita dalam
suasana dukacita dan kehilangan orang yang kita kasihi dan
mengasihi kita. Memang ada kesedihan, ada air mata, dan tentu hal
ini wajar-wajar saja. Namun sekiranya perasaan seperti ini tidaklah
melebihi iman dan pengharapan pada Yesus. Yesus Kristus yang
dicari oleh Maria Magdalena telah bangkit dari kematian, bukankah
kebangkitan Yesus Kristus adalah tanda kemenangan atas maut,
tanda kemenangan bagi semua yang percaya padaNya. Bahwa
setiap orang yang percaya padaNya, dalam kematianNya juga akan
mengalami kebangkitanNya (bnd. 1 Tesalonika 4:14). Maka
demikianlah kehidupan dan kematian orang-orang yang percaya
dan memercayakan diri pada Yesus Kristus akan mengalami hal
yang sama dengan Yesus Kristus yakni kebangkitan, bangkit dari
kematian. Jadi Almarhum/Almarhumah yang telah ‘pergi’ yang kita
tangisi dan membawa keluarga larut dalam dukacita tentu juga
akan mengalami kebangkitan. Karena itu, bagi segenap keluarga
dan bagi kita sekalian. Marilah kita datang pada-Nya, berserah
kepada-Nya, mengandalkan kuasa-Nya dan hidup beriman kepada-
Nya.
Kita melihat dalam bacaan kita ini, dalam kondisi Maria
Magdalena yang larut dalam dukacita, ia baru sadar ketika Yesus
memanggil namanya : Maria. Maria mengenal Yesus dan membalas
panggilan Yesus : Guru! (Bnd. Yohanes 10:3). Sangat menarik,
Gema PWGT edisi 98 Page 17
Maria Magdalena kenal betul suara yang memanggilnya, yang
langsung juga diresponnya. Disinilah nyata hubungan dan
kedekatan itu, mengenal dan dikenal. Mengenal Yesus dan dikenal
oleh Yesus dan dalam perjumpaan Yesus yang bangkit, Maria
mengalami hidup baru. Kesedihannya dan tangisannya berubah
menjadi kesiapan untuk pergi memberitakan tentang kebangkitan
Yesus Kristus. Ayat 18 bacaan ini, Maria Magdalena pergi dan
berkata kepada murid-murid “Aku telah melihat Tuhan” dan juga
bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. Maria
Magdalena menjadi pewarta kebangkitan Tuhan Yesus, jadi tidak
ada lagi kesedihan dan dukacita yang dialaminya. Kini hanyalah ada
sukacita oleh Yesus Kristus yang sudah bangkit dan menang.

Ibu, ibu yang kekasih...


Dalam setiap hal yang kita alami dukacita sekalipun,
pandanglah pada Yesus yang bangkit itu rasakan dan dengarkanlah
panggilanNya. Dialah sumber kekuatan dan penghiburan sejati.
Jadilah pewarta kebangkitan-Nya, jadilah saksi-Nya. Agar semua
orang tahu Yesus sudah bangkti dan mengalami hidup baru di
dalam Yesus Kristus, Roh Kudus menolong kita. Amin
Pdt. Y.P

Gema PWGT edisi 98 Page 18


“BERSERULAH DAN DATANG PADANYA”
(Metambako Murampo Lako KaleNa)
(Markus 10:45-52)

Pendahuluan

Situasi seperti apa yang biasanya membuat seseorang harus


berseru? Seseorang biasanya mengeraskan suaranya (berseru) jika
teman bicaranya terhalang sesuatu atau jaraknya cukup jauh. Selain
itu suasana emosional terkadang juga membuat sesorang
mengeraskan suaranya atau berseru.

Bartimeus berseru, bahkan dapat dikatakan ia berseru-seru.


Bartimeus baru mau berhenti berteriak sampai ia tahu bahwa Yesus
telah berhenti berjalan karena Yesus mendengar teriakannya.
Mengapa ia melakukan itu? Keyakinan sebesar apa yang dimiliki
seorang Bartimus sehingga pada akhirnya ia berseru dengan kuat?

TEKS DAN PENERAPAN :

1. Kesempatan (Tuhan menginginkan kita optimis)


Penjelasan: Bagian ini merupakan penyembuhan terakhir
sebelum Yesus Kristus memasuki Yerusalem untuk menyerahkan
diriNya dikurbankan. Kalau dibandingkan dengan Injil yang
lain maka terdapat perbedaan narasi; Matius dan Markus
mengatakan bahwa mujizat ini terjadi ketika Yesus keluar dari
Yerikho; Lukas mengisahkannya terjadi waktu Yesus hampir
tiba di Yerikho (Luk. 18:35). Namun sesungguhnya cerita ini
saling melengkapi, yakni terjadi pada saat Yesus meninggalkan
Yerikho yang lama dan memasuki Yerikho yang baru. Kejadian
ini merupakan kesempatan yang sangat istimewa bagi
Bartimeus seorang buta, dan rupanya ia lahir dari ayahnya
yang buta pula, yakni Timeus. Ia bukan saja lahir dalam
keadaaan buta tetapi juga dilahirkan dari keturunan buta.
Keadaannya amat buruk namun kesembuhannya sungguh ajaib.
Kejadian ini lebih jelas menggambarkan kesembuhan rohani

Gema PWGT edisi 98 Page 19


yang benar-benar dikerjakan oleh anugerah Kristus. Mata
penglihatannya memang buta, tetapi mata imannya sungguh
melihat, sehingga ketika ia mengetahui bahwa yang melintas
lewat adalah Yesus Sang Mesias itu, ia segera memohon belas
kasihanNya. Ia berteriak dengan suara nyaring di tengah
keriuhan orang banyak. Orang lain melihat hal itu sebagai
sesuatu yang sia-sia saja, bahkan dianggap mengganggu. Orang
lain berpendapat supaya ia tidak perlu berpikir mendapat belas
kasihan Yesus, namun walaupun orang lain menegornya
supaya diam tetapi justru ia berseru makin kuat, “Anak Daud,
kasihanilah aku!” Ini jelas seruan seorang yang beriman. Ia tahu
dan meyakini bahwa akan datang seorang dari keturunan Daud
membawa pembebasan dan itulah Yesus Kristus. Keyakinan
yang amat kuat itu melampaui tekanan dari luar yang
menyuruhnya pasrah saja pada keadaannya.
Penerapan: Seberapa kuatkah kita berseru kepada Tuhan
menghadapi banyaknya tantangan dalam hidup? Seberapa
teguhkah iman kita melampaui tekanan dari luar yang sering
membuat kita pasrah saja akan keadaan? Bila tantangan dan
keadaan serasa lebih besar dari kekuatan dan keteguhan kita
berharap kepada Tuhan, maka jangan pernah behenti berseru.
Sebab tantangan dan tekanan yang sedang kita alami tidak
pernah lebih besar dari kekuatan Tuhan yang kita percayai. Bila
kita harus berseru lebih keras bukan berarti Tuhan tidak
mendengar atau pura-pura tidak tidak peduli, melainkan
supaya keyakinan kita makin dibentuk menjadi pribadi yang
tangguh. Bukankan kepiawaian seorang atlet terbentuk dari
besarnya tantangan yang harus ia lalui dalam masa-masa
latihannya. Tantangan dan pergumulan dapat merupakan
latihan rohani kita, bahwa semakin banyak latihan yang kita
lalui maka makin mantap pula kita menyelesaikan
pertandingan-pertandingan iman yang akan kita temui. Satu
yang pasti bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita
menghadapi pergumulan yang melampui kemampuan kita.
Tinggalkan pikiran dan perasaan yang selalu pasrah dengan

Gema PWGT edisi 98 Page 20


keadaan. Tuhan mau kita bangkit dari setiap keterpurukan.
Mulai langkah itu dengan berseru kepadaNya dalam doa dan
penyembahan.

2. Peluang (Tuhan peduli keadan kita)


Penjelasan: Benar saja bahwa Tuhan Yesus berhenti, bukan saja
karena teriakan Bartimeus tetapi karena Ia memang mau
menyembuhkannya. Ia sungguh mendengar dan amat peduli.
Ia mau orang di sekitarnya turut peduli dan mau
memanggilnya datang kepada Yesus, supaya orang-orang yang
tadi menegornya tahu bahwa orang yang berusaha dengan
sungguh-sungguh tidak akan dikecewakan, bahwa Yesus
ternyata mempedulikan keadaannya. Ketika pesan itu datang
kepadanya, Bartimeus segera merespon, bahkan ia tidak mau
ada yang menghalanginya datang segera kepada Yesus. Ia
menanggalkan jubahnya yang melindunginya dari panas terik,
dan yang memberinya kehangatan di musim dingin, jubah itu
adalah miliknya yang paling berarti, tetapi ia tahu Yesus akan
memberinya hal yang lebih berarti lagi. Ia menanggalkan segala
sesuatu yang bisa membahayakan dia dengan membuatnya
jatuh, yang bisa menghalangi dia untuk menemui Kristus, atau
yang bisa memperlambat gerakannya. Lalu ia berdiri dan pergi
mendapatkan Yesus. Kepada Bartimeus, Tuhan Yesus kembali
mempertegas kepadanya, apa sesungguhnya yang ia perlukan.
Bisa saja Bartimeus meminta harta atau sedekah sebagai
seorang pengemis, tetapi hal yang paling ia butuhkan adalah
kesembuhan dari kebutaannya. “Rabuni, supaya aku dapat
melihat.” Kebaikan khusus yang dimintanya adalah supaya
matanya bisa melihat, sehingga ia dapat bekerja untuk
membiayai hidupnya, dan tidak lagi menjadi beban bagi orang
lain.
Lalu kata Yesus, "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan
engkau.” Iman kepada Kristus sebagai Anak Daud, dan belas
kasihan dan kuasa-Nya. Bahwa kesembuhan itu bukan hasil
kesusahannya, tetapi iman, yang membuat Kristus bekerja, atau

Gema PWGT edisi 98 Page 21


lebih tepatnya, Kristus membuat iman itu bekerja. Inilah
pertolongan yang paling menghibur adalah yang datang oleh
iman kepada Tuhan. Bartimeus sembuh dan sebagai respon
syukurnya ia segera mengikut Yesus karena ia membutuhkan
petunjuk-petunjuk bagaimana menjalani hidup sesudah
kesembuhannya. Bahwa mereka yang mempunyai penglihatan
rohani dapat melihat keindahan di dalam Kristus yang akan
membawa mereka mengikuti Dia.
Penerapan: Allah yang kita sembah adalah Allah yang amat
peduli keadaan kita. Ia mau kita datang dan dekat kepadaNya.
Untuk dapat sampai kepada Yesus setiap orang harus
menanggalkan jubah rasa cukupnya, harus mengosongkan
dirinya dari semua kesombongan, dan harus menanggalkan
setiap beban dari diri mereka, dan dosa seperti jubah yang
panjang. Akan tetapi kenyataannya seringkali kita menghalangi
diri dengan sejumlah jubah penghalang. Kesibukan yang
berlebihan membuat kita lupa bersekutu dengan Tuhan.
Jabatan, harga diri bahkan tidak jarang pergumulan berat yang
menyelimuti diri membuat kita terkungkung di dalamnya.
Diperlukan kesediaan menanggalkan beban itu dengan cara
mau datang kepada Yesus, bersedia mengosongkan diri.
Artinya datang dengan penuh kerendahan hati bahwa kita
bukanlah siapa-siapa yang memohon belas kasihan Tuhan.
Datang dengan penuh pengharapan bahwa mengandalkan
Tuhan pasti Ia menuntun dan membuka mata iman kita
melihat karya yang agung dibalik derita yang sedang kita alami.

Penutup.
“Berserulah dan datang kepadaNya!” Hal ini mengajak kita
bahwa jangan berhenti berseru kepada Tuhan. Sebab Ia sungguh
mendengar dan sungguh peduli setiap keadaan kita. Bahkan Ia tahu
keadaan kita lebih dari yang kita tahu. Berseru dengan iman adalah
berseru dengan penuh pengharapan bahwa kita tidak berdaya apa-
apa tanpa Tuhan. Berseru dengan iman, sebab berseru dengan iman

Gema PWGT edisi 98 Page 22


pasti menggerakkan kita untuk mau mengikuti segala petunjuknya,
bukan mengikuti kemauan hati kita.
Bila menghadapai pergumulan karena kehilangan orang
yang dikasihi, maka dengan mata iman kita dapat melihat hal
tersebut sebagai bagian dari latihan atau pertandingan iman. Hal itu
sedang memperlengkapi kita makin mahir bagaimana menghadapi
latihan untuk pertandingan iman berikutnya. Yakinlah Yesus Kristus
pelatih yang paling tahu pertandingan hidup ini akan menuntun
bagaimana menyelesaikan pertandingan-pertandingan iman kita,
sehinggap pada akhirnya kita akan diberikan mahkota sebagai
pemenang.

Berseru dan datanglah senantiasa kepada Tuhan,


sebab pasti Ia mendengar dan peduli keadaan kita.
Roh Kudus menolong kita.
Amin
Pdt. Y.T

Gema PWGT edisi 98 Page 23


Khotbah Penghiburan

KEHIDUPAN DI PENGHUJUNG DUKA


(Lukas 7 : 11 – 17)

Sidang Penghiburan yang kekasih di dalam Tuhan

Kematian bukan hal baru dalam realitas hidup manusia. Bahkan


boleh dikata setiap hari tanpa kematian. Sekalipun demikian, ketika
kematian itu terjadi dipastikan membawa dukacita dan kesedihan
yang dalam. Siapapun yang meninggal entah suami, istri, orang
tua, anak, cucu, saudara serta kerabat atau sahabat. Kalau tidak
dukacita terhadap kematian, saya kira itu sesuatu yang aneh, diluar
kodrat manusia yang punya rasa dan perasaan. Ya..suatu saat kita
akan kehilangan atau orang disekitar kita akan merasa demikian
karena kita. Teringat sebuah ungkapan bijak : kalau tidak mau
kehilangan, jangan pernah memiliki.

Saudara-saudara….Kematian bisa dianggap peristiwa memilukan


hati dari berbagai posisi kemanusiaan kita. Pembacaan kita hari ini
adalah kisah yang begitu memilukan tentang seorang janda dimana
anak satu-satunya yang disebutkan meninggal dan sementara
diusung menuju ke tempat pemakaman. Ketika kita di pemakaman
itu kita menyaksikan seorang ibu yang janda yang kehilangan
segala-galanya. Kesedihan dan tangisan seorang ibu terhadap anak
yang satu-satunya. Rasanya jiwa berontak, bertanya, protes :
mengapa, mengapa, mengapa kematian sedemikian menghacurkan
semua asa dan harapan baik kepada sang ibu itu dan juga kepada
sang anak laki-laki itu ? Harapan kandas karna kematian bahkan
musnah sama sekali. Apakah tidak ada pertimbangan kemanusiaan
dari Tuhan terhadap sang ibu itu ?
Anak Tunggal itu adalah kekayaan luar biasa bagi sang Ibu yang
janda. Tentu semua dikorbankan untuk masa depan anaknya. Dia
akan bekerja setiap hari entahkah dia seorang janda kantoran, atau

Gema PWGT edisi 98 Page 24


pekerja ladang atau seorang upahan yang bekerja sebagai tukang
cuci pakaian, juru masak dari keluarga terpadang atau apalah.
Entahlah siapa dan apa pekerjaan janda itu yang jelasnya
tanggungajwabnya besar sebagai seorang ibu sekaligus seorang
bapak bagi anak tunggalnya. Yang jelas kasih sayang seorang ibu
akan dicurahkan sepenuhnya bagi anaknya. Dia mungkin saja
seorang ibu yang rela tidak makan demi anaknya. Dia juga pastinya
adalah ibu pendoa. Dia pastinya adalah seorang ibu yang baik hati
kepada semua orang di Nain. Buktinya banyak orang yang simpati
dan berempati terhadap janda itu. ….dan banyak orang dari kota
itu menyertai janda itu (ay 12). Rasanya orang banyak pun tidak
rela kehilangan. Harapan sang ibu anaknya suatu saat akan berhasil
dan menjadi bangga menjadi seorang ibu yang walaupun janda
tetapi mampu mengantar anaknya berhasil. Harapan sang ibu akan
menikmati hidup dimasa tua dengan tenang dan bahagia tinggal
mimpi. Kematian telah merenggut semua dari padanya. Bagaimana
dia akan sebatang kara menjalani hidup. Sang ibu yang dengan
kasih selama ini memanggil nama anaknya tidak akan terdengar
lagi. Sebaliknya pun dia tidak akan pernah lagi mendengar suara
anaknya memanggilnya sebagaimana biasanya… Suasana yang
benar-benar berubah. Sepi, sunyi, sedih akan menjadi bagian
hidupnya entah sampai kapan….
Hal yang sama pun dapat kita katakan tentang anak tunggal itu. Ia
mati diusia yang masih sangat muda yang seharusnya diberi
kesempatan untuk menikmati hidup termasuk kesempatan
mengabdi dan membahagiakan ibunya. Ah… kematian memang
ternyata tak mengenal usia.

Saudara-saudara yang sepengharapan di dalam Tuhan,

Pembacaan kita menerangkan perjumpaan Yesus dimana orang


banyak menyertai-Nya berbondong-bondong dengan rombongan
pelayat (To lamale ma’kaburu’). Entahkah ini kebetulan atau ada

Gema PWGT edisi 98 Page 25


sesuatu yang secara sengaja Yesus ingin perlihatkan kepada orang
banyak yang mengikuti Dia dari Kapernaum dimana di sana Yesus
baru saja menyembuhkan hamba seorang perwira sekalipun tidak
menyentuh orang sakit itu secara langsung (7:19) dan juga kepada
para pelayat. Perjumpaan itu ternyata adalah perjumpaan yang
mengubahkan. Di awali dengan rasa kasihan/simpati melihat janda
itu lalu Yesus (di dalam pembacaan dikatakan : Tuhan di ay.13
menjelaskan bahwa Yesus adalah Tuhan sendiri) menyatakan
simpati dan penguatan atau penghiburan. Ia mendekat lalu dengan
cinta kasih-Nya IA mengatakan : “jangan menangis”. Pernyataan ini
bukan pernyataan yang terbatas dan sebatas itu saja. Sama seperti
kita hanya bisa berkata demikian saat melayat untuk menenangkan
orang yang berdukacita (agimoto…malemoya sola Puangna…
matoto’komi dll). Tetapi lebih daripada itu Yesus menghampiri
usungan tempat jenazah anak muda itu. Ia menyentuh usungan dan
orang mati itu (kata menyentuh untuk menyatakan bahwa bagi
Yesus tidak ada yang najis -sebab tradisi Yahudi bahwa menyentuh
orang mati disengaja atau tidak adalah sesuatu yang najis). Yesus
melanjutkan rasa belas kasihannya dengan tindakan dan berkata :
“Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”.
Saudara-saudara… Yesus adalah kasih dan sumber kasih. Belas kasih-
Nya sangat jelas kepad ibu janda itu. Ada banyak hal yang bisa
dikatakan dengan keberpihakan Yesus pada ibu janda itu.
- Bisa karena pertimbangan kemanusiaan seperti yang saya
katakan diawal tadi tentang harapan sang ibu terhadap anak
laki-lakinya, anak yang satu-satunya.
- Bisa juga karena ada satu tradisi Israel bahwa seorang janda
yang tidak mempunyai anak laki-laki maka warisan suaminya
di berikan ke anak perempuan. Dalam siatuasi janda di Nain
ini anak yang meninggal anak tunggal, sehingga sekiranya ada
warisan yang ditinggalkan suaminya akan jatuh ke tangan
saudara dari suami janda itu.

Gema PWGT edisi 98 Page 26


Namun jauh lebih penting untuk melihat kehadiran Yesus sebagai
Tuhan yang berkuasa atas hidup dan kematian. “… segala sesuatu
telah diletakkan-Nya dibawah kaki Kristus (Ef 2 : 22)”. Anak muda
itu bangkit dari kematian. Ia yang sebentar lagi akan dikuburkan
bangkit, dihidupkan kembali. Kini ibu janda dan anaknya punya
harapan yang jauh lebih baru. Di depan pintu gerbang kematian,
mereka mendapatkan kehidupan masa depan. Mereka akan
berbalik arah yang semula akan melewati pintu gerbang menuju
kematian dan akan kembali nantinya dalam dukacita yang dalam,
kini mereka kembali dengan kehidupan. Semua pelayat kini jadi
saksi kebangkitan dalam ketakutan mereka, mereka memuliakan
Allah dan berkata : “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-
tengah kita” ay.16. Mazmur 30 : 11 “Aku yang meratap telah
Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah
Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita…”.

Saudara-saudara dan keluarga yang berduka….


Suara Yesus kedengaran sampai kepada orang yang sudah mati
sekalipun. Ia adalah kebangkitan dan hidup. Ia tidak hanya
berkuasa atas hidup, tetapi sampai diliang kubur pun Ia ada. Yesus
menjadi penghibur kita dalam hidup yang berduka, dan Ia juga
mau berkorban dalam kematian agar kita menerima kehidupan
kembali daripada-Nya yaitu keselamatan dan kehidupan kekal.
Tegarlah dan kuat di dalam Kristus. Amin.
Pdt. SP

Gema PWGT edisi 98 Page 27


TATA IBADAH PASKAH TAHUN 2023
PERSEKUTUAN WANITA GEREJA TORAJA
“ Bangkit Untuk Berkarya “

BERHIMPUN MENGHADAP ALLAH


 Persiapan

Hari ini kita kembali dikumpulkan untuk mengenang kembali


peristiwa akbar dimana Yesus bangkit dari kematian
mengalahkan dosa dan dunia maut. Nubuatan FirmanNya
digenapi, tatkalah ia berkata “Hai maut dimanakah
kemenanganmu, hai maut dimanakah sengatmu ” Kuasa maut
dikalahkan oleh kebangkitanNya…..

Saudaraku, mari kita menyambut hari kebangkitan


Kristus,marilah kita bersukacita dan mengumandangkan
Mazmur pujian bagiNya : Hatiku siap, ya Allah, aku mau
menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku,
bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan
fajar. Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-
bangsa, ya TUHAN, dan aku mau bermazmur bagi-Mu di
antara suku-suku bangsa; sebab kasih-Mu besar mengatasi
langit, dan setia-Mu sampai ke awan-awan. Tinggikanlah diri-
Mu mengatasi langit, ya Allah, dan biarlah kemuliaan-Mu
mengatasi seluruh bumi.
 Prosesi (Berdiri)
Menyanyi : “ Kristus Bangkit Soraklah “ KJ 188 : 1,4

Kristus bangkit! Soraklah: Haleluya!


Bumi, sorga bergema: Haleluya!
Berbalasan bersyukur: Haleluya!
Muliakan Tuhanmu! Haleluya!

Hidup Raja mulia: Haleluya!


kita s’lamat OlehNya. Haleluya!
Maut, di mana jayamu? Haleluya!
Gema PWGT edisi 98 Page 28
Kubur, mana kuasamu? Haleluya!

 Votum (Berdiri)
PF : Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang
menjadikan langit dan bumi.
J : Amin.
 Salam
P : Selamat Paskah ! Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai
kamu sekalian.
J : Menyanyikan Refrein KJ 64
Maka jiwaku pun memujiMu
sungguh besar Kau Allahku
Maka jiwaku pun memujiMu
sungguh besar Kau Allahku
 Bermazmur
PL+J: Membaca Mazmur 114 : 1-8 (Berbalasan)
J : Menyanyi Mazmur 136
Puji Tuhan semesta kar’na kebajikannya
sampai slama-lamanya kasih perjanjianNya
Kita bebaslah penuh dari tangan seteru
sampai slama-lamanya kasih perjanjianNya

 Pengakuan Dosa dan Berita Anugerah (Duduk)

PF : Marilah dalam kerendahan diri kita datang pada


Tuhan mengaku segala dosa dan kesalahan kita...Ya
Allah pengasih, betapa seringnya kami menyakiti
hatiMu, kami sering kali lalai melakukan
kehendakMu, karena itu kami mohon
pengampunanMu.

J : (Dinyanyikan)
Tuhan, kami berlumuran dosa.
Tuhan, sudilah ampuni kami.

Gema PWGT edisi 98 Page 29


PF : Ya Bapa Yang Rahmani, sering kami tidak melakukan
kehendakMu. Kami lupa akan tugas- tugas kami
sebagai anak-anakMu, kami lebih banyak larut dengan
kehidupan dunia ini, karena itu kami mohon
pengampunanMu

J : (Dinyanyikan)
Tuhan, kami berlumuran dosa.
Tuhan, sudilah ampuni kami.

PL : Baharuilah kami ya Tuhan, sebab dengan kekuatan


kami sendiri, kami tidak sanggup. Ampunilah kami ya
Tuhan, demi penebus Yesus Kristus yang berkorban
untuk keselamatan kami. Kami percaya, hanya
didalam Yesus Kristus ada pengampunan

PF : Dengarkanlah berita Anugerah: Tetapi sesungguhnya,


penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita
mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi
sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-
masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi
TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian. Yesaya 53 : 4 – 6

 Menyanyi Kidung Pujian : “ Besar AnugrahMu “


Ku ada sebagaimana ‘ku ada
Berdiri menghadap tahta-Mu Bapa
Semua kar’na Anug’rahMu Yang t’lah s’lamatkanku

Gema PWGT edisi 98 Page 30


Ku hidup dalam s’gala kelimpahan
Ku layak untuk melayani Tuhan
Semua kar’na anug’rah-Mu tercurah bagiku
Reff : Besar anug’rah-Mu , berlimpah kasih-Mu
Semakin hari, s’makin bertambah
Besar anug’rah-Mu

 Petunjuk Hidup Baru

PF : Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan


baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang. 2 Korintus 5 : 17

PEMBERITAAN FIRMAN
 Doa Pembacaan
 Pembacaan Alkitab
PF : Lukas 24 : 36 - 49
Jem : Menyanyikan ”Sabdamu Abadi” KJ 50
Sabdamu abadi sulung langkah kami
Yang mengikutinya hidup sukacita

 Khotbah : “ Bangkit Untuk Berkarya “


 Menyanyi “Yesus telah bangkit” PKJ 86

Yesus telah bangkit di dalam kemuliaanNya


Haleluyah haleluyah
Kita bersyukur menghayati kemenanganNya
Haleluyah haleluyah
Ref :
Haleluyah, haleluyah haleluyah Haleluyah

Kasih besar Allah berwujud dalam anakNya


Haleluyah haleluyah
Kita dijadikannya warga kerajaan Nya
Haleluyah haleluyah…. Ref

Gema PWGT edisi 98 Page 31


RESPON JEMAAT

 Persembahan Syukur
PL : Marilah dengan sukacita dan ketulusan hati orang-orang
yang bersyukur, kita membawa persembahan hidup kita
yang lahir dari batin yang terbaharui olehberita paskah.
Seperti pemazmur, biarlah kita menyatakan:
J : Tuhan, betapa agung karyaMu bagi kami. Engkau Allah
yang tiada taranya. Rencana kasihMu baik adanya bagi
setiap kami. Kini bagaimana akan ku balas kepada
Tuhan segala kebajikanNya kepadaku?
S : Menyanyi : “ Dikau, Yang Bangkit, Mahamulia” KJ 194
Dikau, Yang Bangkit, mahamulia! Dikaulah abadi jaya
dan megah!
Turun malak sorga putih cemerlang; kubur ia buka,
tanda Kau menang.
Dikau, Yang Bangkit, mahamulia! Dikaulah abadi jaya
dan megah!

Lihatlah Dia, Yesus, Tuhanmu! Dialah Mesias; yakinlah


teguh!
Mari, umat Tuhan, bergembiralah! Bertekun
maklumkan kemenanganNya!
Dikau, Yang Bangkit, mahamulia! Dikaulah abadi jaya
dan megah!

Tuhanku hidup takut pun lenyap. Dia Junjunganku,


Damaiku tetap.
Yesuslah Kuatku, Kemenanganku, Yesus Hidupku,
Kemuliaanku!
Dikau, Yang Bangkit, mahamulia! Dikaulah abadi jaya
dan megah!
 Doa Syafaat dan Doa Bapa Kami

PENGUTUSAN DAN BERKAT

Gema PWGT edisi 98 Page 32


 Pengutusan (Berdiri)
PF : Kemenangan Kristus atas maut telah kita ingat dan
rayakan dengan untaian kata, lagu dan doa dalam
kebersamaan kita. Marilah dengan sukacita paskah,
kita bangkit untuk berkarya, senantiasa
menghadirkan damai dan cinta kasih paskah kepada
setiap orang yang ada di sekitar kita. Menciptakan
dan memelihara persaudaraan yang rukun dengan
dengan senantiasa mau memberi diri diperbaharui
dan tetap berpengharapan di dalam Yesus Kristus
yang telah mati dan bangkit untuk kita.
J : Ya, kami akan bangkit untuk berkarya bagi sesama
 Menyanyi “Kasih Karunia Tuhan Yesus” NJNE 123
Kasih karunia Tuhan Yesus, ya kasih Allah dan Roh Kudus,
beserta kita sampai slamanya. Amin.
 Berkat
PF : Tuhan memberkati engkau dan melindungi
engkau’,Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya
dan memberi engkau kasih karunia.Tuhan
menghadapkan wajaNya kepadamu dan memberi
engkau damai sejahtera.
J : 3 . 2 .|1 . 7 . |y 2 1 u | 1
A - min a - min a - min.
 Menyanyi “Ku Menang-Ku Menang”.
Ku menang - kumenang bersama Yesus Tuhan
Ku menang - ku menang Di dalam peperangan
Ku menang - ku menang atas segala setan
Haleluya-haleluya Ku menang Haleluya Dia bangkit
Haleluya Dia hidup Haleluya Dia naik Roh’ul Kudus
turun.

Gema PWGT edisi 98 Page 33


Bahan Khotbah Paskah PWGT tahun 2023

“Bangkit untuk Berkarya”


(Lukas 24 : 36 – 49)

Kalau kepada kita disodorkan pertanyaan, “Perasaan apa


yang paling saudara tidak sukai?” Mungkin jawaban orang berbeda-
beda. Mungkin ada yang menjawab: Takut, sedih, gelisah, kecewa,
sakit hati, rasa bersalah, malu, ragu dan berbagai perasaan lain ?
Apa yang dialami oleh para murid setelah kematian Kristus bisa jadi
mencakup semua rasa itu. Para murid sedang berada dalam situasi
dan perasaan yang sangat tidak menentu karena mereka
menyaksikan peristiwa yang sangat tragis dan di luar ekspektasi
mereka. Namun itulah kenyataannya. Dalam keadaan ketakutan itu
tidak ada di antara mereka yang dapat menjadi penghibur apa lagi
menjadi seorang pembawa damai. Dalam diri mereka ada rasa
takut kepada dua lapis kekuatan yaitu orang-orang Yahudi dan
terlebih orang-orang Romawi. Mereka sedih karena merasa
kehilangan sosok guru yang selama 3 tahun bersama mereka. Rasa
bersalah karena tidak mengenali Yesus dalam perjalanan ke Emaus.
Malu karena sudah memutuskan menjadi pengikut Yesus. Ragu
dengan kehidupan yang akan datang setelah kematian Kristus.
Gelisah karena telah menjadi pengikut Yesus dan sekarang tidak ada
lagi. Jadi mereka benar-benar terpuruk.

Dalam keterpurukan itu Kristus hadir di tengah tengah mereka


dengan sapaan “Damai sejahtera Bagi Kamu”. Sayangnya mereka
menyangka bahwa itu hantu. Tetapi Yesus menegur dan
meyakinkan mereka tentang diriNya "Mengapa kamu terkejut dan
apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah
tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,
karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu
lihat ada pada-Ku” (ay 38-39). Selanjutnya kepada mereka
ditegaskan bahwa “Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku

Gema PWGT edisi 98 Page 34


akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi
kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi
dengan kekuasaan dari tempat tinggi." (ay 48-49). Dari sinilah
muncul tema “Bangkit untuk berkarya”, bahwa dengan sapaan
Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati, para murid
dipanggil untuk bangkit dan berkarya. Kita pun mendapat
panggilan yang sama untuk bangkit dan berkarya. Namun
pertanyaan pentingnya adalah ketika kita dalam keterpurukan,
bagaimana agar kita bisa bangkit untuk berkarya?

1. Meyakini bahwa Allah sangat mengasihi kita. Dalam Yesus


Kristus, jalan deritapun Dia tempuh bahkan mengalami
kematian demi menyatakan cintanya kepada kita. Bukan itu
saja, dalam situasi apapun, Tuhan senantiasa hadir untuk
memberikan kekuatan dan penghiburan kepada kita. Dalam
suasana hati para murid diwarnai keraguan dan ketakutan,
Kristus hadir dan menyapa.
2. Menyadari bahwa Kristus tidaklah menjanjikan jalan hidup
yang selalu dalam kenyamanan. Sapaan “Damai Sejahtera bagi
kamu” bisa saja diprotes para murid dengan pertanyaan:
Bagaimana mungkin ada “damai” jika kami sedang dalam
ketakutan kepada orang Yahudi dan orang Romawi.
Bagaimana mungkin ada “sejahtera” jika kami telah
meninggalkan pekerjaan kami sejak tiga tahun lalu mengikut
Yesus ? Namun disitulah keunikan damai sejahtera yang
dijanjikan Tuhan. Dalam Bahasa Yunani, kata damai sejahtera
diterjemahkan dari kata Eirene. Itu Cuma 1 kata. Jadi kata
Damai Sejahtera tidak bisa dipisahkan menjadi damai dan
sejahtera. Kata Eirene ini adalah suasana hati. Bukan kondisi
yang dihdapi. Bagi orang beriman, dia tetap bisa bangkit dan
berkarya meski dimusuhi orang lain karena hatinya akan selalu
merasa eirene. Orang beriman tetap bisa bangkit dan berkarya
meski dia bukanlah orang yang sejahtera secara materi, karena
hatinya akan selalu diliputi Eirene. Karena itulah, dalam Yoh
14:27 “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang
Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.

Gema PWGT edisi 98 Page 35


3. Meneguhkan hati bahwa kita adalah saksi dan di dalam diri
kita sesungguhnya ada kuasa yang besar yang dikaruniakan
Tuhan oleh karya Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus itu akan
membuka mata, pikiran dan hati kita untuk semakin mengenal
Tuhan dan kehendak Allah. Dalam ayat 49 dikatakan bahwa
para murid akan diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat
tinggi.’
Hidup yang kita jalani ini bisa silih berganti keadaannya. Kristus
akan selalu hadir, memberikan Eirene dalam hati, dan
meneguhkan kita dengan kuasaNya. Amin

Pdt. M.T

Gema PWGT edisi 98 Page 36


Artikel:
Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Penulis : Prof.DR.dr. Daniel Sampepajung, SpB (K) onk; dr. Elridho Sampepajung,
SpB (Onk);dr. Yusfitaria Alvina, SpB, MARS, MKes Divisi Bedah Onkologi
Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Kanker Payudara menempati urutan pertama terbanyak di


dunia dibandingkan dengan jenis kanker lain. Berdasarkan data dari
Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2020
dinyatakan bahwa insidensi pada wanita di dunia dengan jumlah
lebih dari dua juta orang setiap tahunnya, hal serupa terkait bahwa
kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada
wanita diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI, 2018; Pangribowo, 2019).
Data yang dipaparkan oleh Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI (2020)
mengungkapkan bahwa angka kejadian tertinggi untuk perempuan
adalah kanker payudara yaitu 1,4 per 1000 penduduk pada tahun
2013 meningkat menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018
(Kemenkes RI, 2018; Pangribowo, 2019).
Penelitian yang dilakukan di RS Wahidin Sudirohusodo
Makassar Sejak Januari 2002 – 2019 menyatakan dari jumlah 7824
pasien Kanker yang terbanyak didapatkan pada jenis kelamin
perempuan sebanyak 3339 orang (42,7%), dengan kasus tertinggi
pada usia 40- 49 tahun sebanyak 2035 orang (26%) dan kasus
yang tertinggi adalah kanker payudara sebanyak 1008 pasien
(12,9%). (Prihantono, no date) Terjadinya peningkatan kasus ini
perlu adanya upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pencegahan hingga deteksi dini kanker payudara.
Faktor-faktor risiko yang berkaitan erat dengan
meningkatnya angka kejadian kanker payudara antara lain jenis
kelamin perempuan, usia> 50 tahun, riwayat keluarga dengan
keganasan dan mutasi genetika, riwayat penyakit payudara
sebelumnya, serta riwayat menstruasi dini (kurang dari 12 tahun)
atau menstruasi lambat (lebih dari 55 tahun). Selain itu, riwayat
reproduksi seperti tidak memiliki anak dan tidak menyusui, paparan
Gema PWGT edisi 98 Page 37
hormonal misal pada penggunaan kontrasepsi, obesitas atau
kegemukan, konsumsi alcohol dan merokok, rendahnya konsumsi
serat seperti sayuran dan buah yang mengandung antioksidan yang
tinggi, riwayat radiasi di area dinding dada atau payudara, dan
faktor-faktor lingkungan yang terkait seperti polusi udara
(Tarannum et al., 2019).
Menstruasi di usia muda dikaitkan dengan peningkatan
risiko paparan hormone yang lebih tinggi, sedangkan paritas yang
didefinisikan sebagai berapa kali seorang wanita melahirkan janin
dengan usia kehamilan 24 minggu atau lebih, terlepas dari apakah
anak tersebut lahir hidup atau lahir mati juga dikaitkan dengan
frekuensi dan lama waktu paparan hormonal pada wanita (Chloe
et al., 2014). Masyarakat banyak yang belum mengetahui bahwa
nyatanya menyusui dapat bertindak sebagai pelindung melalui
mekanisme hormonal (Ningrum and Rahayu, 2021; Tarannum et
al., 2019)
Pengendalian dan pencegahan dengan deteksi dini menjadi
salah satu upaya untuk menurunkan anacaman kanker payudara
sesuai dengan program pemerintah. Pada wanita usia subur (WUS)
kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan dapat dilakukan
dengan teknik Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri) (W et al.,
2019; Utama Saputra, 2019), akan tetapi dalam pemeriksaan
SADARI terkadang wanita merasa kurang percaya diri dan
seringkali kejanggalan terlewatkan sehingga terdapat pemeriksaan
payudara yang sifatnya klinis atau dikenal dengan SADANIS
(Kebayantini et al., 2017; Utama Saputra, 2021) dalam prosesnya
SADANIS dibantu oleh petugas kesehatan seperti dokter. Walaupun
demikian, kedua pemeriksaan tersebut bersifat subjektif (Kemenkes,
2019).
Deteksi dini menggunakan pencitraan seperti mamografi
dan USG dinyatakan cukup kuat untuk mendeteksi awal terjadinya
kanker payudara, akan tetapi pada negara- negara berkembang
yang memiliki sumber daya yang terbatas, ketersediaan mamografi
kurang dan juga belum tentu bisa dilakukan. Selain itu, tingginya
harga dalam perawatan dan perlu pelatihan yang memakan waktu
dan biaya yang tidak sedikit bagi radiolog maupun radiografer,
sehingga USG yang pada awalnya digunakan sebagai tambahan
pemeriksaan mamografi dapat digunakan sebagai deteksi dini pada
Gema PWGT edisi 98 Page 38
negara berkembang. Pada situasi tersebut keberadaan USG menjadi
lebih serbaguna dan hemat biaya. Ditemukan bahwa pemeriksaan
USG juga efektif dalam mengungkap pencitraan benjolan yang
teraba pada payudara (Sood et al., 2019; Ginsburg et al., 2020;
Pashayan et al., 2020).
Khususnya pada populasi wanita Asia dimana memiliki
kecenderungan jaringan payudara yang lebih padat dan insidensi
kanker payudara pada usia yang relatif lebih muda dengan gejala,
penggunaan USG lebih akurat dan lebih disarankan, Hingga saat ini
pertimbangan yang digunakan di Indonesia, pada wanita berusia
dibawa 40 tahun penggunaan USG lebih disarankan sedangkan
pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun, deteksi dini dengan
menggunakan mamografi lebih efektif dan disarankan (Sood et al.,
2019; Yang et al., 2020).
Deteksi dini yang pada tidak murah dan mudah di negara
berkembang seperti Indonesia, menjadikan sebagai satu langkah
konkret yang dapat dilakukan oleh wanita Indonesia. Pencegahan
dimulai dari mengenali faktor resiko yang terlibat seperti obesitas,
para wanita dapat menjaga berat badan yang ideal dengan
mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, buah dan sayur yang
tinggi antioksidan, tidak mengonsumsi alkohol, dan menghindari
paparan asap rokok, wanita yang merokok beresiko lebih tinggi
mengalami kanker payudara, stres meningkatkan jumlah wanita
perokok aktif. Penggunaan masker pada aktivitas di luar ruangan
juga baik untuk mengurangi paparan polusi seperti asap kendaraan
maupun asap rokok (Howell et al., 2014 ; Sauter, 2018).
Inaktivitas pada wanita yang rentan mengalami obesitas
dapat dihindari dengan olahraga teratur, menghindari penggunaan
alat kontrasepsi yang sifatnya hormonal atau memilih yang selektif
hormone juga baik untuk mencegah terjadinya kanker payudara.
Kehamilan pertama diantara usia 20-35 tahun juga ditemukan
menurunkan resiko terjadinya kanker payudara. Pada wanita usia
menopause ditemukan bahwa menjaga berat badan tetap ideal dan
olahraga memiliki fungsi protektif terhadap kejadian kanker
payudara, restriksi energi khususnya pengurangan konsumsi
makanan berlemak terutama lemak jenuh, hal-hal terkait modifikasi
diet, olahraga teratur, menghindari konsumsi alkohol dan rokok,
pemilihan kontrasepsi selektif hormon termasuk pada pencegahan
Gema PWGT edisi 98 Page 39
primer kanker payudara (Howell et al., 2014; Sauter, 2018).

Gema PWGT edisi 98 Page 40


Referensi

Chloe, B., Colin, T., John, C., 2014. Gravidity and Parity
Definitions ( and their Implications in Risk Assessment ).
Patient 91, 1–4.
Ginsburg, O., Yip, C.H., Brooks, A., Cabanes, A., Caleffi,
M., Yataco, J.A.D., Gyawali,B., McCormack, V., de
Anderson, M.M.L., Mehrotra, R., Mohar, A., Murillo,
R., Pace, L.E., Paskett, E.D., Romanoff, A., Rositch,
A.F., Scheel, J.R., Schneidman, M., Unger-Saldaña, K.,
Vanderpuye, V., Wu, T.Y., Yuma, S., Dvaladze, A.,
Duggan, C., Anderson, B.O., 2020. Breast Cancer
Early Detection: A Phased Approach to
Implementation. Cancer 126, 2379–2393.
https://doi.org/10.1002/cncr.32887 Howell, A.,
Anderson, A.S., Clarke, R.B., Duffy,S.W., Evans, D.G.,
Garcia-Closas, M.,Gescher, A.J., Key, T.J., Saxton, J.M.,
Harvie, M.N., 2014. Risk determination and prevention of

Gema PWGT edisi 98 Page 41


breast cancer. Breast Cancer Res. 16, 1–19.
https://doi.org/10.1186/s13058-014-0446-2

Kebayantini, N.L.N., Punia, I.N., Zuryani, N., Nugroho,


W.B., Kamajaya, G., S.M, N.M.A., 2017. Sadari dan
perilaku hidup sehat sebagai upaya pencegahan kanker
dikalangan mahasiswi UNUD (sebuah laporan
pengabdian masyarakat). J. Ilm. Widya Sosiopolitika
3, 107–116.

Kemenkes RI. (2018).


Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf.
NIngrum, M.P., Rahayu, R.S.R., 2021.
Determinan Kejadian Kanker Payudara pada Wanita
Usia Subur (15-49 Tahun). Indones. J. Public Heal.
Nutr. 1, 362–370.

Pangribowo, S. (2019). Beban Kanker di Indonesia.


Pusat Data Dan Informasi Kemeterian Kesehatan RI,
1–16

Pashayan, N., Antoniou, A.C., Ivanus, U., Esserman, L.J.,


Easton, D.F., French, D., Sroczynski, G., Hall, P., Cuzick,
J., Evans, D.G., Simard, J., Garcia-Closas, M.,
Schmutzler, R., Wegwarth, O., Pharoah, P., Moorthie,
S., De Montgolfier, S., Baron, C., Herceg, Z., Turnbull,
C.,Balleyguier, C., Rossi, P.G., Wesseling, J., Ritchie, D.,
Tischkowitz, M., Broeders, M., Reisel, D., Metspalu, A.,
Callender, T., de Koning, H., Devilee, P., Delaloge, S.,
Schmidt, M.K., Widschwendter, M., 2020. Personalized
early detection and prevention of breast cancer:
ENVISION consensus statement. Nat. Rev. Clin.
Oncol. 17, 687–705.
https://doi.org/10.1038/s41571-020-0388-9 Sauter,
E.R., 2018. Breast Cancer Prevention:

Gema PWGT edisi 98 Page 42


Current Approaches and Future Directions. Eur. J.
Breast Heal. 64–71.
https://doi.org/10.5152/ejbh.2018.3978

Sood, R., Rositch, A.F., Shakoor, D., Ambinder, E., Pool,


K.L., Pollack, E., Mollura, D.J., Mullen, L.A., Harvey,
S.C., 2019.

Ultrasound for breast cancer detection globally: A


systematic review and meta- analysis. J. Glob. Oncol.
2019, 1–17. https://doi.org/10.1200/JGO.19.00127

Tarannum, J., Manaswini, P., Deekshitha, C., Gaju, R.K.,


Shyam Sunder, A., 2019. Reproductive Factors and
Breast Cancer Risk. Int. J. Med. Rev. 6, 40–44.
https://doi.org/10.29252/ijmr-060203

Utama Saputra, A., 2021. Efektivitas Beberapa Metode


Pendidikan Kesehatan Program Pencegahan Kanker
Payudara Terhadap Pengetahuan dan Sikap dan
Tindakan Remaja tentang SADARI (Systematic review).
Masters Thesis, Univ. Andalas 1– 12.

W, W., Rahayuwati, L., Purnama, D., 2019. Pendidikan


Kesehatan Deteksi Dini Kanker Payudara sebagai
Upaya Promosi Kesehatan Wanita Pasangan Usia
Subur. Media Karya Kesehat. 2, 119–127.
https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.22616

Yang, L., Wang, S., Zhang, L., Sheng, C., Song, F., Wang,
P., Huang, Y., 2020.

Performance of ultrasonography screening for breast cancer:


A systematic review and meta-analysis. BMC Cancer 20,
1–15. https://doi.org/10.1186/s12885-020-06992- 1

Gema PWGT edisi 98 Page 43


Terinfeksi HIV
Bukanlah Akhir Dari Segalanya

Sepenggal kisah

“ Salam sehat penuh semangat dari Bali untuk k.Enny di


Toraja...Hari ini saya mengucapkan selamat kepada diriku sebagai
ODHIV yang tetap mampu bekerja seperti non Odhiv setelah
mengakui ke-HIVanku 18 tahun yang lalu. Koq bangga jadi
ODHIV? Ini bukan tentang kebanggan tetapi lebih kepada
bagaimana menghargai, bagaimana saya menjalani hidup bersama
putri tunggalku yang negativ HIV. Bukan dalam keadaan senang
saja namun bagaimana menyikapi hal-hal terburuk sebagai berkat
dalam hidup.Saya sangat berusaha agar bisa bermanfaat bagi
sesama.Dengan HIV saya bisa share agar keluarga, sahabat dan
orang-orang disekitar saya bisa lebih aware akan dirinya sendiri.
Pengakuan sebagai ODHIV sudah menjadi identitas bagi saya.
Ketika orang mempertanyakan dimana kerja, sudah menikah dll
maka ujung-ujungnya saya pasti memperkenanlkan diri sebagai
ODHIV.Supaya? orang lebih curious dan bertanya lebih banyak hal
dengan demikian mereka paham bagaimana memperlakukan
teman-teman ODHIV dan menjaga diri mereka sendiri supaya tidak
terinfeksi. Terimakasih Tuhan, terimakasih sahabat, siapun orang-
orang terdekat dan terjauh, yang berbela rasa ..sampai yang gak
baik sekalipun kepadaku. Than’s to my beloved.
Eh...hampir lupa kk.Enny, saya sudah 15 tahun TDTL.

Ini adalah salah satu kisah dari sekian banyak kisah ODHIV yang
akhirnya berdaya dan menginspirasi banyak orang.

Apa yang perlu diketahui tentang HIV, AIDS dan ODHIV ?

HIV (Human Immunedeficiency Virus), virus yang


menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga
lebih mudah terserang penyakit. AIDS ( Acquired= didapat, bukan
keturunan; immune= terkait sistem kekebalan tubuh ;
deficiency=kekurangan; syndrome= penyakit dengan kumpulan

Gema PWGT edisi 98 Page 44


gejala). AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau
kelemahan sistem kekebalan tubuh .
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat saja terlihat sehat dan
mungkin tidak menyadari bahwa dia telah terinfeksi selama
beberapa tahun. Namun meskipun terlihat sehat ia dapat
menularkan virusnya kepada orang lain. HIV secara perlahan
merusak sistem kekebalan tubuh yang menyebabkannya jatuh sakit
karena tubuh tak dapat lagi bertahan akibat imun menurun. HIV
juga dapat merusak otak dan menyebabkan perubahan pada
perasaan dan suasana hati bahkan membuat ODHIV sulit berpikir
jernih.

Gejala infeksi HIV nampaknya mirip dengan banyak gejala


penyakit umum lainnya, antara lain pembengkakan kelenjar,
mudah lelah, kehilangan berat badan, demam atau diare. Namun
gejala ini ternyata tidak sama untuk semua ODHIV.

Penularan

HIV bisa hidup dalam cairan tubuh seperti darah, air mani,
cairan vagina dan ASI. Ada resiko menularkan jika salah satu cairan
itu masuk kedalam tubuh orang lain. Tes darah merupakan satu-
satunya cara untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi HIV.
Secara umum penularan dapat melalui transfusi darah tanpa
screening, hubungan sexual, penggunaan jarum suntik dan pisau
cukur secara bergantian, dari ibu ke bayinya sebelum atau saat
proses melahirkan dan melalui pemberian ASI. Namun daya
menularnya sangat tergantung pada VL (jumlah virus) dalam cairan-
cairan tersebut.

Anti Retroviral (ARV/ART)

ARV/ART (Anti Retroviral) adalah obat-obatan yang dapat


membantu ODHIV meningkatkan kualitas hidup, menurunkan viral
load serta melawan infeksi yang disebabkan oleh HIV. Minum ARV
secara teratur setiap hari sesuai dosis disertai pola hidup sehat dan
seimbang, terhindar dari stigma dan diskriminasi diri/lingkungan
terbukti dapat mencegah HIV masuk ke fase AIDS.
Gema PWGT edisi 98 Page 45
Sebuah penelitian yang disebut HPTN 052 menemukan bahwa ARV
dapat mengurangi resiko penularan pada pasangan tetap
(suami/istri) sebesar 96 %.

Viral Load

Pemeriksaan viral load (VL) adalah pemeriksaan yang


dilakukan untuk mengetahui jumlah virus dalam darah ODHIV. Hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui keberhasilan terapi
(pengobatan) ARV yang sedang dijalani. VL tidak terdeteksi berarti
pengobatan efektif dan itu dapat menurunkan resiko penularan.
Pemeriksaan VL sebaiknya dilakukan pada ODHIV yang sudah
menjalani terapi ARV minimal 6 bulan atau 12 bulan pertama dan
sedapat mungkin dilakukan sekali atau 2x per tahun. Penularkan
HIV terkait erat dengan jumlah VL. Terapi ART dapat membantu
ODHIV untuk mencapai titik: Tidak Terdeteksi Tidak Menularkan
(TDTL).
Pada bulan Juni 2022 sebanyak 42 ODHIV yang didampingi oleh
Komisi HIV, AIDS Gereja Toraja menjalani tes VL dan hasilnya
adalah 22 orang diantara mereka tidak lagi terdeteksi.

Berapa lama masa hidup ODHIV?

Berapa lama ODHIV bertahan hidup, bisakah diterima untuk


bekerja?, dapatkah mereka bekerja seperti non ODHIV, apakah
tidak berbahaya bagi yang lain?

Banyak sekali pertanyaan tentang ini....mengutip tulisan


seorang sahabat ODHIV, “Bukan mau self promoting, tapi wahai
para nakes , tiktokers dan youtubers atau yang berhalusinasi jadi
influencer yang sering mengatakan ODHIV takkan berumur panjang
dan bisa bertahan paling lama 15 tahun. Alahamdulillah ...usia saya
sekarang sudah menjelang 60 tahun. Teman-teman ODHIV, kita
mampu melawan HIV dengan ARV, ayo terus melawan stigma dan
diskriminasi dengan pembuktian capaian kita. Hidup dengan HIV
bukanlah akhir segalanya kecuali jika kita sendiri membiarkan
ketakutan dan orang lain menghalangi langkah dan kebahagiaan
hidup kita”.
Gema PWGT edisi 98 Page 46
Kematian dapat datang kapan saja. Tak ada yang dapat
memprediksi masa hidup seseorang. ODHIV pun dapat bertahan
sepanjang mereka optimis, hidup sehat, disiplin menjalani terapi
ARV dan teratur memeriksakan kondisi kesehatannya.
Sedapat mungkin setiap ODHIV dapat merawat diri sendiri,
mengatur rencana sendiri, membuat keputusan sendiri juga
membuat program olahraga dan lain-lain secara mandiri.
Kisah yang lain, “Alhamdulillah kk En...saya kembali lolos
untuk kontrak 5 tahun di kapal pesiar Canada. Semakin yakin
bahwa dengan optimis, disiplin minum ARV; tepat waktu tepat
dosis kesehatanku akan baik-baik saja. Matur nuwun supportnya
selalu yaa kk”.
Mari bersama-sama mendukung ODHIV dan keluarga mereka
dengan menyebarkan informasi positiv sehubungan dengan ODHIV
berdaya dan keberhasilan terapi ARV.

Catatan akhir
Tidak perlu menjadi tenaga kesehatan atau seorang ahli untuk
menjadi pendamping ODHIV. Syarat utama adalah memiliki
empati, punya pengetahuan dasar tentang HIV, AIDS dan ODHIV
serta mampu menjaga rahasia. Terinfeksi HIV dan AIDS masih
menimbulkan stigma dan diskriminasi sehingga amat penting bagi
setiap orang khususnya pendamping dan petugas kesehatan
menjaga kerahasiaan. Tak ada yang berhak menyampaikan status
HIV seseorang, kecuali atas persetujuan yang jelas dari yang
bersangkutan.

Ayo cegah penyebaran HIV dengan “ABCDE”


A = Abstinence Tidak melakukan hubungan sex sebelum menikah.
B = Be Faitfull Saling setia dengan pasangan.
C = Condom Gunakan condom bila berhubungan sex yang
Beresiko.
D = Don’t Drug Hindari NAPZA.
E = Education Pelajari, pahami tentang HIV, AIDS lalu share
kepada orang lain.

Pdt Erny Tonapa, M.Si


Koord.Penanggulangan HIV, AIDS dan NAPZA Gereja Toraja
Gema PWGT edisi 98 Page 47
MENUMBUHKAN RESILIENSI PADA KELUARGA
DENGAN ANAK DISABILITAS INTELEKTUAL
By: Yonan Thadius

A. Pendahuluan

World Health Organization (WHO) menyebutkan disabilitas


intelektual sebagai keadaan perkembangan mental yang tidak
lengkap atau terhambat yang mana digambarkan bahwa orang
tersebut dapat mengalami kesulitan memahami, belajar, dan
mengingat hal-hal baru, dan dalam menerapkan pembelajaran
tersebut ke situasi baru (WHO, 2011). Dengan demikian, disabilitas
intelektual merupakan suatu kondisi di mana individu memiliki
masalah dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya. Jadi,
penyandang disabilitas intelektual akan banyak mengalami kesulitan
dalam kehidupan sehari-hari (Bjorgen, Gimse, & Sondenaa, 2019),
keterbatasan dalam fungsi umum (Rubin, 2014), bahkan cenderung
menjadi korban viktimisasi (Evans, 2013).

Survei Penduduk Antar-sensus atau Survei Penduduk Antar-


sensus BPS pada tahun 2018 menyebutkan bahwa jumlah
penyandang disabilitas di Indonesia sebanyak 21,8 juta jiwa (BPS,
2018). Adapun, berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat
Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai
22,5 juta jiwa. Perkiraan angka ini terus bertambah dan mencapai
23 juta jiwa sekarang. Hal ini mengindikasikan bahwa prevalensi
penyandang disabilitas di Indonesia menunjukkan adanya
kecenderungan pertambahan dari tahun ke tahun.

Anak dengan disabilitas intelektual merupakan anak yang


memiliki hambatan dalam kognitif, afektif, psikomotorik, maupun
sosial. Secara kognitif, anak dengan disabilitas intelektual memiliki
fungsi intelektual di bawah rata-rata (Albrecht, Seelman, & Bury,
2001). Selanjutnya disebutkan bahwa keterlambatan perkembangan
yang terjadi pada anak disabilitas intelektual bukan hanya pada
kemampuan intelektual, namun juga pada kemampuan bahasa, segi
emosi, mental, dan sosial. Maka hal ini dapat menyebabkan
Gema PWGT edisi 98 Page 48
sulitnya untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, dan banyak
bergantung pada orang lain (Desiningrum, 2016).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, disabilitas


intelektual adalah terganggunya fungsi pikir karena tingkat
kecerdasan dibawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas
grahita dan down syndrome. Hallahan dan Kauffman, (1944),
menyebutkan bahwa disabilitas intelektual merupakan istilah lain
dari tunagrahita yang merupakan keterbatasan yang signifikan
dalam berfungsi, baik secara intelektual maupun perilaku adaptif
yang terwujud melalui kemampuan adaptif konseptual, Sementara
itu, (Rubin & Divon, 2014) memberi defenisi disabilitas intelektual
meliputi, keterbatasan fungsi intelektual, keterbatasan
menyesuaikan perilaku dalam semua aspek, dan disabilitas
intelektual tersebut terjadi sebelum usia 18 tahun.

Minnes sendiri mengemukakan bahwa anak-anak dengan


disabilitas intelektual mengalami kesulitan berkomunikasi,
mengelola keterampilan hidup, dan memahami konsep abstrak
(Minnes, 1998). Di sisi lain, menurut buku manual diagnostik dan
statistik gangguan mental edisi kelima (DSM-5; American
Psychiatric Association [APA], 2013), Kriteria diagnostik disabilitas
intelektual menurut DSM-V adalah: Ditemukan defisit dalam
kemampuan mental secara umum dan gangguan dalam fungsi
adaptif sehari-hari dibandingkan dengan usia sebaya, gender dan
rekan sosial sesamanya. Adanya defisit dalam fungsi adaptif
merujuk pada seberapa baik seseorang memenuhi standar
komunitas tentang kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial
dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama dan latar
belakang sosial budaya. Terjadi defisit intelektual dan adaptif
selama periode perkembangan.

Selanjutnya, Hallahan dan Kauffman memaparkan (dalam


Mangunsong, 2009) bahwa defisit yang dialami anak disabilitas
intelektual mencakup beberapa area utama, antara lain :

Gema PWGT edisi 98 Page 49


a. Atensi atau perhatian.

Anak disabilitas intelektual atau tunagrahita acapkali


memusatkan perhatian pada benda yang salah serta kesulitan
mengalokasikan perhatian dengan tepat.

b. Daya ingat.

Pada umumnya anak dengan disabilitas intelektual mengalami


kesulitan dalam mengingat suatu informasi. Acapkali masalah
ingatan yang dialami adalah yang berkaitan dengan working
memory, yaitu kemampuan menyimpan informasi tertentu dalam
pikiran sementara melakukan tugas kognitif lain.

c. Perkembangan bahasa.

Secara umum anak disabilitas intelektual atau tunagrahita


mengikuti tahap-tahap perkembangan bahasa yang sama dengan
anak normal, tetapi perkembangan bahasa pada umumnya
terlambat muncul, lambat mengalami kemajuan dan berakhir pada
tingkat perkembangan yang lebih rendah. Anak mengalami masalah
dalam memahami dan menghasilkan bahasa.

d. Regulasi Diri.

Anak-anak dengan disabilitas intelektual mengalami kesulitan


dalam regulasi diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur
tingkah lakunya sendiri. Selain itu mengalami kesulitan dalam
menentukan strategi regulasi diri, seperti mengulang suatu materi
serta mengalami kesulitan dalam metakognisi yang berhubungan
erat dengan kemampuan regulasi diri.

e. Perkembangan sosial.

Anak tunagrahita cenderung sulit mendapat teman dan


mempertahankan pertemanan karena dua hal. Pertama, mulai usia
pra sekolah anak tersebut tidak tahu bagaimana memulai interaksi
sosial dengan orang lain. Kedua, bahkan ketika anak tidak sedang
berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain, anak menampilkan

Gema PWGT edisi 98 Page 50


tingkah laku yang membuat teman-temannya menjauh seperti
perhatian yang tidak fokus dan mengganggu.

f. Motivasi.

Anak seringkali memunculkan perasaan bahwa seberapapun


besar usaha yang dilakukan, pasti akan menunjukkan kegagalan.
Akhirnya, anak akan cenderung mudah putus asa ketika dihadapkan
pada tugas yang menantang.

g. Prestasi akademis.

Karena ada hubungan yang erat antara inteligensi dengan


prestasi seseorang, maka akan menghambat semua prestasi
akademis dibandingkan dengan anak-anak normal. Performa anak-
anak dengan disabilitas intelektual pada semua area kemampuan
akademis berada di bawah rata-rata yang seusia dengannya. Anak
juga cenderung menjadi underachiever atau pencapaian rendah
yang berkaitan dengan harapan-harapan yang didasarkan pada
tingkat kecerdasan.

B. Problematika yang dihadapi keluarga yang memiliki ABK


Diagnosis Disabilitas Intelektual

Masalah dan kesulitan adalah keniscayaan yang ada pada


setiap individu. Tak satu pun dari individu di dunia ini hidup tanpa
atau steril dari masalah dan kesulitan. Problematika yang hadir dan
dihadapi oleh setiap keluarga ada yang predictable dan ada juga
yang unpredictable. Dalam realitas di lapangan, respon keluarga
dengan anak disabilitas mengindikasikan bahwa kehadiran anak
berkebutuhan khusus dalam suatu keluarga menghadirkan
tantangan yang tidak mudah dihadapi. Bahkan dapat menimbulkan
sejumlah problematika bagi keluarga tersebut. Misalnya bagi
keluarga yang memiliki anak disabilitas intelektual, permasalahan
yang bisa saja muncul menurut hasil penelitian Azar dan Bard
(dalam Durr & Greeff, 2020) antara lain: fear of the prognosis,
kekuatiran dan kecemasan akan masa depan si anak, rasa malu, rasa
bersalah, stigmatisasi dan penolakan sosial. Selanjutnya stressor
Gema PWGT edisi 98 Page 51
yang bisa saja muncul membebani keluarga dengan anak disabilitas
intelektual, financial expenses, gangguan tidur, unemployment and
social isolation (Davis & Honeyman, 2013).

Sejalan dengan itu, keluarga dengan anak disabilitas, orang


tua sang anak boleh jadi berada dalam kondisi tekanan yang sangat
kuat bahkan bisa saja mengarah kepada suatu kondisi serious
adjustment disorder (Tkach & Ortega, 2020). Selain itu, semua
permasalah yang muncul dalam keluarga dengan anak disabilitas
intelektual tidak hanya berdampak kepada ayah dan ibu tetapi juga
kepada saudara hingga anggota keluarga yang lain (extended
family).

Selanjutnya, seperti apa anak dengan disabilitas intelektual


diperlakukan dalam keluarga, kultur dan latar belakang budaya juga
ikut andil memengaruhi persepsi keluarga terhadap anak dengan
disabilitas tertentu. Hal tersebut senada dengan apa yang
ditekankan oleh Neely-Barnes & Dia (2008) yang menyebutkan
bahwa latar belakang budaya memengaruhi pandangan keluarga
terhadap disabilitas . Sementara itu, di berbagai wilayah pedesaan
di Indonesia, khususnya masyarakat daerah pedalaman di mana
kebanyakan penduduknya berpendidikan rendah dan dengan
kondisi ekonomi yang sangat terbatas, ditambah lagi sangat
minimnya sumber informasi tentang disabilitas sehingga berpotensi
menimbulkan konsep yang keliru dan akibatnya memunculkan
persepsi yang salah tentang kondisi anak-anak dengan disabilitas
intelektual. Bahkan bisa saja memunculkan berbagai pelabelan yang
sangat melukai, mendiskreditkan dan pada akhirnya keluarga
merasa mendapatkan perlakuan diskriminasi, viktimisasi oleh
lingkungan. Semua itu tentu berpengaruh pada bagaimana anak
dengan disabilitas tertentu diperlakukan dalam keluarga sendiri atau
oleh lingkungan sekitar. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa
masih sempitnya pandangan masyarakat terhadap penyandang
disabilitas tertentu. Dengan demikian, pada akhirnya pengetahuan
yang terbatas terhadap anak dengan disabilitas intelektual akan

Gema PWGT edisi 98 Page 52


menyebabkan kebingungan dan kerentanan untuk terpapar segala
macam pengetahuan (Lidanial, 2014).

Heiman (dalam Lidanial, 2014) menyebutkan bahwa


kebanyakan orang tua cenderung bereaksi dengan cara yang
negatif, baik secara emosional maupun fisiologis terhadap diagnosis
disabilitas anak mereka. Bahkan selanjutnya ditambahkan pula
bahwa kehadiran seorang anak dengan disabilitas tertentu di
tengah-tengah sebuah keluarga, bukan hanya berdampak terhadap
kehidupan orangtua anak tersebut, tetapi seluruh anggota keluarga
(Lidanial, 2014). Selanjutnya oleh Kendal dan Merrick (dalam
Lidanial, 2014) menyebutkan bahwa perasaan bersalah orang tua
merupakan salah satu reaksi yang paling sering dirasakan oleh
orangtua dengan kehadiran seorang anak dengan disabilitas.
Bahkan tidak jarang dilihatnya sebagai akibat dosa-dosa masa lalu.
Namun demikian, Jandric dan Kutovic memberi awasan atas
problematika yang dihadapi oleh keluarga-keluarga yang memiliki
anak berkebutuhan khusus diagnosis disabilitas intelektual bahwa
kesejahteraan anak-anak yang mengalami disabilitas intelektual
sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan orangtua mereka (Jandric &
Kurtovic, 2021).

Beberapa hasil studi, antara lain yang mengemuka dari Gupta


dan Kaur serta Mbugua dan kawan-kawan (dalam Lidanial, 2014)
mengungkapkan bahwa stres, depresi yang intens, dan dalam
berbagai tingkatan dari parah sampai ringan dialami oleh para
orangtua dari anak-anak dengan disabilitas intelektual. Bahkan oleh
Rogers (dalam Lidanial, 2014) menegaskan bahwa perasaan tidak
berdaya dan depresi yang intens pada diri orangtua dari anak-anak
dengan disabilitas akan melumpuhkan mereka dalam beberapa
aspek kehidupan. Dengan kata lain, keluarga mengalami semacam
transisi disruptif atau gangguan yang selalu ada (Walsh, 2016).

Gema PWGT edisi 98 Page 53


C. Resiliensi keluarga yang memiliki ABK diagnosis Disabilitas
Intelektual

Resiliensi adalah kapasitas untuk bertahan dan pulih dari


tantangan hidup yang mengganggu (Walsh, 2016). McCubbin dan
McCubbin (dalam Faccio, 2018) menggambarkan resiliensi sebagai
seperangkat dimensi dan karakteristik yang membantu keluarga
menjadi tahan terhadap disrupsi dalam menghadapi perubahan
serta adaptif dalam menghadapi situasi krisis. Dengan demikian,
resiliensi merupakan suatu proses dinamis yang mendorong
tumbuhnya adaptasi positif dalam menghadapi kesulitan besar
(Masten & Cicchetti, 2016). Namun demikian, (Walsh, 2016),
mengingatkan bahwa resiliensi itu memerlukan lebih dari sekadar
mengelola kondisi stres, memikul beban, atau selamat dari cobaan
berat. Ini melibatkan potensi transformasi pribadi dan relasional
dan pertumbuhan positif yang dapat ditempa keluar dari kesulitan.
Di kesempatan lain, McCubbin dan McCubbin (dalam Herdiana
dkk. 2017) mengatakan bahwa resiliensi keluarga adalah kombinasi
pola perilaku positif dan fungsi kompetensi yang dimiliki setiap
individu dalam keluarga serta keluarga sebagai satu kesatuan. Sikap
positif dan kompetensi tersebut diperlukan untuk merespon kondisi
stresfull yang merugikan. Ini juga menentukan kemampuan keluarga
untuk pulih dengan mempertahankan integritasnya sambil menjaga
dan meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga dan unit
keluarga secara keseluruhan

Hawley dan DeHaan (dalam Herdiana dkk. 2018)


mengetengahkan konsep resiliensi keluarga sebagai upaya keluarga
yang disertai dengan kemampuan dan tekad untuk berhasil
menghadapi berbagai tekanan, baik masalah yang terjadi di masa
sekarang maupun yang akan terjadi di depan. Keluarga yang resilien
akan mampu merespons kondisi yang dihadapi secara positif
dengan cara yang khas, tergantung konteks, hingga tingkat eskalasi
interaksi antara faktor-faktor risiko dan perspektif keluarga tentang
risiko. Oleh karena itu, Kandel dan Merrick (dalam Lidanial, 2014)
menegaskan bahwa kehadiran seorang anak dengan disabilitas
Gema PWGT edisi 98 Page 54
intelektual akan memunculkan banyak perubahan di dalam
keluarga, sejak kelahiran anak tersebut dan akan terus berlanjut
dalam tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Tugas orangtua
sekarang adalah menyesuaikan diri dengan keadaan anak yang
bukan sebagai sumber kebanggaan, tetapi sebagai sumber
kekecewaan yang besar.

Dalam hal ini, menghadapi kekecewaan dan kesulitan,


pendekatan dan respon keluarga menjadi hal yang sangat penting
menuju resilien (Walsh, 2016). Bahkan sistem transaksional dalam
keluarga harus dipastikan berfungsi dengan baik guna
mengefektifkan fungsi keluarga dalam menangani kondisi buruk
(Lebow & Stroud, 2012). Dengan demikian, dalam konteks inilah
menumbuhkan resiliensi keluarga menjadi hal yang sangat penting
dan krusial sebagai upaya mengefektifkan fungsi keluarga dalam
menghadapi kondisi buruk. Jadi, menumbuhkan resiliensi keluarga
tersebut merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh
keluarga dalam menghadapi tekanan, permasalahan atau konflik
yang timbul. Keberhasilan dari strategi tersebut tergantung dari
bagaimana keluarga menilai permasalahan yang dihadapi
(Herdiana, 2018).

Dalam upaya menumbuhkan resileinsi keluarga, Walsh


(dalam Gomez, 2021) mengajukan konseptualisasi resiliensi keluarga
yang menarik, mengacu pada penguatan kapasitas keluarga dan
pemberdayaannya dalam menghadapi kondisi sulit, tidak seperti
dengan konseptualisasi lainnya yang berfokus pada
mempromosikan faktor-faktor individual dalam menghadapi
kondisi sulit. Selanjutnya, area penguatan yang dimaksud,
dikategorikan dalam tiga kategori area penguatan. Pertama, belief
systems yang mencakup kemampuan keluarga untuk tetap optimis
dan bagaimana melalui keyakinan yang dimiliki memaknai kondisi
yang dialami. Kedua, organizational processes, mencakup
pengorganisasian strategi yang digunakan keluarga untuk
beradaptasi dengan kesulitannya sambil mencari instrument yang
mendukung termasuk dukungan emosional yang dibutuhkan.
Gema PWGT edisi 98 Page 55
Ketiga, problem-solving processes, mencakup strategi yang
digunakan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

D. Bentuk pendampingan pada keluarga yang memiliki ABK


diagnosis Disabilitas Intelektual

Berbagai realitas yang ada di lapangan menunjukkan adanya


kecenderungan fokus pendampingan yang diberikan berorientasi
sebatas kepada anak-anak dengan disabilitas, termasuk anak
berkebutuhan khusus dengan disabilitas intelektual. Hal ini memberi
kesan kuat bahwa pendampingan hanya ditujukan kepada pribadi
dan berfokus pada hambatan anak-anak tersebut. Keluarga
sepertinya minim atau pun belum tersentuh dan mendapat
perhatian serius untuk juga pada gilirannya mendapatkan support,
pendampingan, atau pun layanan dari pihak-pihak terkait. Padahal
tak bisa disangkali bahwa tumbuh kembangnya seorang anak
penyandang disabilitas, apalagi anak dengan disabilitas tertentu
seperti anak berkebutuhan khusus diagnosis disabilitas intelektual,
sangatlah ditentukan oleh lingkungan terdekatnya, yakni keluarga
sendiri.

Menurut Parminder Raina (dalam Fitriyah, 2020) dalam


konklusinya yang menyinggung tentang caregiving process and
caregiver burden menjelaskan, bahwa mengasuh anak penyandang
disabilitas intelektual merupakan tanggung jawab yang besar dan
tergolong sulit dikerjakan. Bahkan tingkat kesulitannya bisa
melebihi mengasuh orang tua non-difabel (manula). Kesulitan
pengasuhan dikarenakan beberapa alasan: Pertama, anak dengan
disabilitas intelektual sering kali mengalami perkembangan mental
yang terhenti atau tidak lengkap. Kondisi ini ditandai adanya
hambatan keterampilan selama masa perkembangan yang
mengakibatkan kesulitan saat bersosialisasi dengan orang lain
seperti berkomunikasi, bersantai, bekerja, dan menjalin hubungan
dengan orang lain (Mustikawati dkk. 2015). Kedua, anak dengan
disabilitas intelektual juga mengalami hambatan pada kemandirian.

Gema PWGT edisi 98 Page 56


Hambatan kemandirian ini berkaitan dengan aktivitas hidup sehari-
hari, seperti saat makan dan minum, mengurus diri sendiri (oral
hygine, mandi, berpakaian), mobilitas, dan kemandirian dalam
toilet training (Suryani dkk. 2016).

Bentuk pendampingan pada keluarga yang memiliki anak


dengan disabilitas dapat dilakukan oleh para konselor profesional,
rohaniwan, keluarga dekat bahkan oleh tetangga serta instansi
terkait, tanpa harus mengabaikan kunci proses menuju resilien
sebagaimana yang diajukan oleh Walsh (2016) yaitu : Pertama,
memaknai kesulitan. Dalam hal ini keluarga dibantu untuk
mengubah persepsi mereka terhadap permasalahan yang dihadapi.
Termasuk semua pandangan yang keliru yang turut mengintimidasi
keluarga. Fokus pendampingan yaitu pada rasa koherensi keluarga,
memandang krisis sebagai tantangan yang bermakna, dapat
dipahami, dan dapat dikelola. Kedua, mengembangkan pandangan
positif. Dalam hal ini keluarga didorong untuk berpengharapan,
optimis dan percaya diri dalam menghadapi tantangan dan
kesulitan. Fokus pendampingan yaitu pada mengaffirmasi kekuatan
keluarga serta potensi yang dimiliki. Ketiga, Spiritualitas keluarga.
Dalam hal ini keluarga didorong untuk menghidupkan dan
mempraktekkan imannya. Fokus pendampingan yaitu mendorong
melakukan transformasi, perubahan dan pertumbuhan positif dari
kesulitan. Keempat, fleksibilitas. Dalam hal ini keluarga di bantu
untuk melakukan rebound, beradaptasi dengan tantangan baru.
Fokus pendampingan yaitu melakukan reorganisasi dan restabilisasi.
Kelima, keterhubungan. Dalam hal ini keluarga didorong untuk
saling mendukung, kerja tim, dan memperkuat komitmen terhadap
keluarga. Fokus pendampingan yaitu bagaimana menghormati
kebutuhan masing-masing anggota keluarga dan mengobati
keluhan. Keenam, memobilisasi sumberdaya sosial dan ekonomi
keluarga. Dalam hal ini keluarga dibantu untuk mendapatkan
dukungan, kerabat, sosial, komunitas. Fokus pendampingan yaitu
menavigasi tantangan dimana keluarga sarat dengan tekanan.
Ketujuh, kejelasan. Dalam hal ini keluarga didorong untuk

Gema PWGT edisi 98 Page 57


memperjelas situasi yang dianggap ambigu dan menemukan
kebenaran. Fokus pendampingan yaitu memperkuat konsistensi
keluarga dalam membangun komunikasi. Kedelapan, terbuka dalam
berbagi perasaan. Dalam hal ini keluarga didorong untuk
mengembangkan interaksi yang positif dimana keluarga bisa saling
menghargai dan mengembangkan pola kebersyukuran. Fokus
pendampingan yaitu mendorong keluarga terbuka dan mau
berbagi perasaan yang menyakitkan. Kesembilan, problem solving.
Dalam hal ini keluarga dibantu untuk belajar dari kemunduran,
tetap fokus pada tujuan, terampil mengambil langkah-langkah
konkrit menuju keberhasilan. Fokus pendampingan yaitu
membangunkan sikap proaktif, kesiapsiagaan serta prefentif.

F. Studi Kasus: Psycological distress keluarga dengan anak disabilitas


intelektual

Dalam UU No 8 Tahun 2016, Penyandang disabilitas memiliki


beberapa hak, yakni: Hak pendidikan; Hak pekerjaan; Hak
kesehatan; Hak politik; Hak keagamaan; Hak keolahragaan; Hak
kebudayaan dan pariwisata; Hak kesejahteraan sosial; Hak
aksesibilitas; Hak pelayanan publik; Hak perlindungan dari
bencana; Hak habilitasi dan rehabilitasi; Hak pendataan; Hak hidup
secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat; Hak berekspresi,
berkomunikasi, dan memperoleh informasi; Hak kewarganegaraan;
Hak bebas dari diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan
eksploitasi; serta Hak keadilan dan perlindungan hukum.

Dengan demikian, keluarga yang memiliki anak disabilitas


tertentu menghadapi banyak konflik peran dan perasaan,
bagaimana memenuhi hak-hak dan kebutuhan sang anak di satu sisi,
sementara itu keluarga sendiri harus berhadapan dengan berbagai
tekanan, mulai dari rasa malu, bersalah, kecewa, bahkan perlakuan
diskriminasi sosial yang sangat mengintimidasi. Jadilah keluarga
menghadapi hari-hari yang sarat tekanan (Walsh, 2016). Bahkan
kondisi yang selalu ada ini mengindikasikan bahwa keluarga berada
pada situasi parenting stress dimana banyak ahli percaya bahwa

Gema PWGT edisi 98 Page 58


kondisi kesusahan psikologis ini erat kaitannya dengan stigma serta
kurangnya pengetahuan tentang itu (Mwale dkk. 2018). Selain itu
keluarga juga harus berhadapan dengan arus diskriminasi serta
hambatan sosial ekonomi (Boyd-Franklin & Karger, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian di Malawi, dilaporkan bahwa


ditemukan adanya beban besar tekanan psikologis di antara orang
tua dari anak-anak disabilitas intelektual. Faktor-faktor yang terkait
dengan kesusahan tersebut meliputi: status sosial-ekonomi rendah,
pengetahuan yang minim tentang disabilitas, kepercayaan diri yang
rendah dalam mengasuh anak disabilitas, meningkatnya beban
perawatan yang dirasakan, dan kurangnya sumber dukungan
psikologis (Mwale dkk. 2018).

Berdasarkan kondisi yang mengemuka sebagaimana hasil studi


yang dilakukan di Malawi, adapun bentuk pendampingan yang bisa
diberikan kepada keluarga dengan anak disabilitas intelektual
adalah memberikan dukungan psikologis keluarga, selain itu
mengedukasi keluarga bagaimana melakukan regulasi emosi,
selanjutnya memberikan stimulasi kepada keluarga bagaimana
meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam mengasuh anak
disabilitas. Selanjutnya membantu untuk menghidari melihat krisis
sebagai masalah yang tidak dapat diatasi. Fakta di Malawi mungkin
sulit diubah tetapi mengubah cara melihat peristiwa yang dialami
mungkin akan membuat suasana menjadi lain dari yang biasanya.

G. Kesimpulan

Kebanyakan orang tua cenderung bereaksi dengan cara yang


negatif, baik secara emosional maupun fisiologis terhadap kondisi
disabilitas anak mereka. Bahkan kehadiran seorang anak dengan
disabilitas tertentu di tengah-tengah sebuah keluarga, bukan hanya
berdampak terhadap kehidupan orangtua anak tersebut, tetapi
seluruh anggota keluarga. Selanjutnya perasaan bersalah orang tua
merupakan salah satu reaksi yang paling sering dirasakan dengan
kehadiran seorang anak disabilitas dalam keluarga. Bahkan tidak
jarang dilihatnya sebagai akibat dosa-dosa masa lalu.
Gema PWGT edisi 98 Page 59
Untuk menumbuhkan resiliensi keluarga dibutuhkan
konseptualisasi penguatan resiliensi keluarga yang mengacu pada
kapasitas keluarga dan pemberdayaan keluarga. Kondisi keluarga
yang memiliki anak dengan disabilitas intelektual tentu tidak mudah
dijalani setiap hari. Keluarga akan cenderung mengalami beban
psikologis yang sangat memberatkan dan melelahkan untuk dipikul.
Selain itu, keluarga mengalami kondisi yang sarat tekanan dan sarat
intimidasi, diskriminasi hingga viktimisasi. Keluarga dimungkinkan
akan mengalami resilien bilamana kapasitas dan pemberdayaan
keluarga dikuatkan. Adapun penekanan penguatan tersebut dititik
beratkan pada system keyakinan yang dianut oleh keluarga, proses
pengorganisasian strategi yang digunakan, serta proses penyelesaian
masalah.

Gema PWGT edisi 98 Page 60


PENGASUHAN POSITIF BERBASIS TONGKONAN
(Keluarga Toraja)
Oleh: Yonan Thadius*

Pendahuluan

Pengasuhan anak bukanlah semata-,mata domestikasi ibu.


Ayah dan ibu dalam hal ini memiliki tanggungkjawab yang setara
meskipun memerankan peran yang berbeda. Pada umumnya
orangtua belajar dari budaya setempat tentang peran yang harus
dilakukannya dalam mengasuh anak. (Mahastuti, 2016). Hal senada
juga dituturkan oleh Wallace (dalam Taryati, 1994), bahwa peran
orang tua dan keluarga melalui pengasuhan tidak bisa terlepas dari
nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam komunitasnya.

Nilai budaya yang menonjol pada komunitas orang toraja


sebagai identitasnya antara lain apa yang acapkali disebut Siri’ Rapu
(Martabat keluarga) atau Siri’ Tongkonan. (Kobong et al. 1992)
menyebutkan bahwa di ungkapan tersebut terungkap akan adanya
tanggungjawab, kerukunan dan kesatuan keluarga yang erat dalam
konteks komunitas toraja. Dengan demikian, nilai kerukunan
keluarga tersebut dalam masyarakat toraja sangatlah dijunjung
tinggi (tae’ nama’din umpoka rara sola buku, artinya tidak
dibolehkan memecah atau memisahkan darah dengan tulang). Nah,
nilai kerukunan inilah sekaligus sebagai jati diri orang Toraja,
tertanam dan hidup di Tongkonan. Selanjutnya, (Kobong et
al.1992) menegaskan bahwa Tongkonan inilah merupakan suatu
kekerabatan yang diikat oleh darah. Tongkonan inilah juga yang
merupakan salah satu identitas Toraja bila dibandingkan dengan
system kekerabatan pada suku bangsa yang lain.

Bilamana suatu ketika pasangan suami-istri membangun


rumah, maka pada prinsipnya sebuah “tongkonan” lahir. Alhasil,
fungsi substantif atau mendasar dan pertama bahkan utama dari
sebuah rumah tongkonan tersebut adalah mengasuh keluarga
(rapu). Jadi bagi orang toraja, tongkonanlah menjadi wadah
sekaligus basis pengasuhan darah-daging atau keluarga yang pada
Gema PWGT edisi 98 Page 61
dasarnya berorientasi pada membina hubungan yang akrab
“salurara salubuku” (kelekatan sedarah-daging). Dengan demikian,
semua anggota keluarga toraja akan terhisap, terlekat dan terikat
erat dengan tongkonannya.

Pengasuhan berbasis keluarga masih sangat terbatas. Padahal


pengasuhan berbasis keluarga inilah diharapkan akan mengambil
peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. (Sumargi
et al. 2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa program
parenting yang dilakukan di negara berkembang termasuk
Indonesia masih sangat terbatas. Selanjutnya dikemukakan bahwa
banyak orang tua di Indonesia masih menggunakan strategi
pengasuhan yang sesungguhnya kurang efektif seperti berteriak
ketika mencoba mengatasi perilaku bermasalah pada anak.

“... fungsi mendasar dan pertama bahkan utama dari sebuah rumah
tongkonan adalah mengasuh keluarga (rapu)… “
Filosofi RumahTongkonan

Menurut Tangdilintin (dalam Mochsen 2018), Tongkonan


berasal dari kata tongkon yang berarti “duduk”, mendapat akhiran
“an” maka menjadi tongkonan yang artinya tempat duduk
bersama. Dalam konteks pengasuhan, tongkonan menjadi tempat
duduk bersama di mana pengasuhan keluarga dibina dan
diwajahkan. Dengan sebutan lain, tongkonanlah menjadi basis
kehidupan dibina dan ditumbuh kembangkan dalam komunitas
orang toraja. Jadi, arti tongkonan secara filosofis bagi masyarakat
tradisional toraja tidak hanya dalam bentuknya yang merupakan
produk budaya secara fisik tetapi tongkonan itu sendiri memiliki
nilai yang sangat kuat yakni kekuatan kohesi keluarga (karapasan).

Seperti yang dituturkan oleh Th. Kobong (dalam Tangirerung


et al. 2020) dalam penelitiannya bersama dengan Institut Teologi
Gereja Toraja, menempatkan kebahagiaan, kedamaian dan
persekutuan sebagai tiga urutan utama yang menjadi dasar
kehidupan keluarga Toraja. Nilai-nilai tersebut dibungkus dalam

Gema PWGT edisi 98 Page 62


istilah karapasan (kohesi keluarga yang mewujud kebahagiaan,
kedamaian, persekutuan yang rukun). Sebagaimana sifat nilai-nilai
hidup atau falsafah hidup, maka karapasan menempati strata
terpenting dari seluruh kehidupan termasuk mewarnai struktur dan
nilai-nilai sosial dalam masyarakat toraja. Setinggi apapun status
sosial, sebanyak apapun materi seseorang dan sebesar apapun
kekuasaan, bahkan serendah apapun status sosial seseorang, nilai-
nilai karapasan selalu menjadi landasannya dalam bermasyarakat
(Kobong, 1983).

Oleh karena nilai karapasan selalu menjadi landasan hidup


orang toraja, maka tidaklah mengherankan bila system kekerabatan
bilateral mendapat ruang untuk direfleksikan dalam pengasuhan
orang toraja. Dalam hal ini Edwind de Jong menyebutnya bahwa
dalam sistem kekerabatan bilateral terdapat unsur-unsur matrifokal
dan patrifokal yang sama di dalam masyarakat (Jong, 2013). Dalam
sebutan lain, peran laki-laki dan perempuan di dalam struktur
masyarakat sama pentingnya. Dengan demikian, dalam bingkai
filosofi tongkonan, peran pengasuhan ayah maupun peran
pengasuhan ibu sama pentingnya. Jadi, dalam perspektif filosofi
tongkonan inilah kekuatan kohesi ayah dan ibu mengakar bahkan
menjadi basis penting dalam mempraktekkan model pengasuhan
co-parenting atau pengasuhan secara bersama-sama (Indrasari dan
Affiani, 2018) dalam rangka tumbuh kembang anak.

“…dalam bingkai filosofi tongkonan, peran pengasuhan ayah


maupun peran pengasuhan ibu sama pentingnya”.
Fungsi Tongkonan Dalam Pengasuhan Keluarga Toraja

Dalam budaya toraja, masyarakat toraja menganggap rumah


tongkonan sebagai simbolisasi ibu, sedangkan alang sura’ (lumbung
padi) sebagai simbolisasi bapak. Rumah Tongkonan dan Alang Sura’
pun saling berhadap-hadapan satu sama lain, karena dianggap
sebagai pasangan suami istri. Alang Sura’ menghadap ke selatan,
sedangkan Rumah Tongkonan menghadap ke utara. Orientasi
rumah tongkonan tersebut selalu menghadap ke utara (ulunna lino
Gema PWGT edisi 98 Page 63
atau hulu bumi) sebagai simbol penghormatan pada Puang Matua
(Allah Pencipta semesta Sang Sumber Kehidupan).

Jadi, sebagaimana fungsi mendasar, pertama dan utama dari


tongkonan adalah mengasuh keluarga, maka dengan sendirinya
fungsi tongkonan sebagai basis pengasuhan menjadi hal yang
menempati peran yang sangat penting. Tugas mengasuh dan
membesarkan anak berbasis keluarga toraja di tongkonan, bukan
hanya domestikasi seorang ibu, tetapi ayah juga memiliki peranan
yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Oleh
karena itu, dalam bingkai fungsi tongkonan, ayah tidak dibolehkan
lepas tanggungjawab dan menyerahkan tugas mengasuh anak
sepenuhnya sebagai peran domestik ibu saja melainkan saling
berperan, melengkapi dan memperkaya. Peran kekompakan ini
oleh Edwin de Jong disebutnya sebagai kekerabatan kognatis atau
bilateral yang menekankan kesetaraan peran laki-laki dan
perempuan. (Jong 2013). Perspektif kesetaraan inilah juga yang
kental dalam fungsi tongkonan di mana berkaitan erat dengan arti
tongkonan itu sendiri (duduk bersama) untuk mendasari peran
orangtua toraja dalam pengasuhan anak dan membina keluarga
yang di dalamnya saling melengkapi dan memperkaya.

“…dalam bingkai fungsi tongkonan, ayah tidak dibolehkan lepas


tanggungjawab dan menyerahkan tugas mengasuh anak
sepenuhnya sebagai peran domestik ibu saja melainkan saling
berperan, melengkapi dan memperkaya”
Pembanding: Fungsi Pendopo Dalam Pengasuhan Keluarga Jawa

Secara filosofis di Pendopo inilah terjadi dialog sanak


keluarga, suatu cerminan dari gaya hidup orang Jawa yang
menunjukkan adanya suasana “guyub rukun” (guyub rukun agawe
sentosa). Disinilah juga peran pendopo menjadi penting sekali
yakni, suatu tempat yang terbuka tapi terlindung dari sengatan sinar
matahari dan merupakan tempat yang cukup luas sangat berperan
kehadirannya untuk memenuhi konsep kerukunan.(Hidayatun,
1999). Dalam keluarga-keluarga Jawa tradisional, seorang anak
Gema PWGT edisi 98 Page 64
diasuh agar menjadi “njawani” yang artinya dapat menempatkan
diri sesuai kedudukannya dan pandai mengendalikan diri (Geertz,
1983). Orang Jawa juga mengembangkan sikap “sepi ing pamrih,
rame ing gawe” yang berarti kerelaan untuk melepaskan
kepentingan-kepentingannya sendiri dan menjalankan tugas atau
kewajibannya untuk kepentingan dan kemajuan masyarakat
(Suseno, 1984), serta kejujuran yang lebih dikaitkan dengan perilaku
menepati janji dan bersikap adil (Suseno, 1984).

Sebagai penyeimbang terhadap berbagai ajaran berperilaku,


anak-anak keluarga Jawa mendapatkan cinta yang tanpa syarat
terutama dari ibu (Geertz, 1983). Dengan demikian, pola
pengasuhan akan lebih banyak diperankan oleh seorang ibu. Jadi,
posisi ibu dalam keluarga Jawa memiliki posisi penting dalam
proses pembentukan karakter anak. Dengan sebutan lain, seorang
ibu menjadi sosok pusat bagi sebuah keluarga Jawa karena memiliki
andil besar dalam tumbuh kembang anak.

Pembanding: Fungsi Rumah Gadang Dalam Pengasuhan Keluarga


Minangkabau (Manjunjai)

Rumah gadang menjadi identitas masyarakat Minangkabau.


Di ranah Minangkabau, terdapat pola asuh berbasis kearifan
local yang disebut Manjujai (mengajak anak berbicara, merangsang
anak lewat harapan dan doa). “Manjujai” yang intinya menjadi
kewajiban semua orang yang berada disekitar anak untuk
memberi stimulasi yang menyenangkan. Manjujai merupakan
kegiatan perangsangan dengan cara bercakap-cakap, bernyanyi
serta bermain dengan anak. Hal ini dapat membantu anak
mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal. Intensitas dan kualitas stimulasi yang diberikan oleh
ibu atau pengasuh dapat juga memperkuat ikatan anak dengan
ibu atau pengasuh (Helmizar, 2018). Bentuk manjujai pun
beragam, mulai dari melantunkan pantun, lagu, idiom atau
ungkapan, permainan sederhana hingga salawat ketika anak sedang
menyusu atau ditimang.

Gema PWGT edisi 98 Page 65


Pembanding: Fungsi Rumah Panjang Dalam Pengasuhan Keluarga
Dayak

Makna filosofis rumah panjang adalah menggambarkan sifat


kebersamaan dan toleransi antar anggota keluarga. Selain itu,
rumah adat ini juga dibangun dengan posisi khusus, yaitu bagian
hulu rumah harus berada di arah timur, sementara bagian hilir harus
mengarah ke barat. Hal ini melambangkan kerja keras dalam
kehidupan, mulai dari matahari terbit (arah timur) hingga matahari
terbenam (arah barat) (Nancy, 2022). Rumah Panjang mempunyai
makna persatuan dan kesatuan antar penghuni yang harus selalu
dijaga. Dalam nilai-nilai kebersamaan dan toleransi serta kerja keras
yang hidup dan tersimbolisasi di rumah panjang, orangtua keluarga
Dayak hadir dan berperan menjadi sosok sahabat bagi anak
(Handoko et al. (2022).

Implementasi Pengasuhan Berbasis Tongkonan pada Keluarga


Toraja

1. Dilellenan

Dilellenan dalam masyarakat tradisionil toraja, diperankan


oleh ibu atau ayah bahkan oleh kerabat yang menggendong anak,
sambil ditimang-timang menyampaikan doa dan harapannya
terhadap si-anak dalam bentuk syair lagu. Untuk anak perempuan,
contoh yang dilantunkan: “mamma’ko, mu madomi’ kasalle mu
male meurang, metodi’ (artinya: tidurlah anakku supaya lekas
besar, dan kelak bila dewasa pergi ke sawah untuk menangkap
udang, atau sejenis udang kecil atau ikan kecil yang ada disawah).
Untuk anak laki-laki, contoh yang dilantunkan: “mamma’ko mu
madomi’ kasalle mu male me lendong - artinya: tidurlah anakku
dan kelak bila dewasa pergi menangkap belut di sawah) . Haparan
dan doa ini dilantunkan dengan ritme yang indah dan harmonis,
sesungguhnya memiliki muatan nilai-nilai bahwa hidup ini kelak
harus terlihat indah dan harmoni serta berguna dan membawa
berkat bagi keluarga dan sesama.

Gema PWGT edisi 98 Page 66


2. Dikaloli’

Dikaloli’ adalah kegiatan memberi kehangatan kepada anak.


Didekap, dibelai, ditemani tidur. Dengan demikian, kehadiran
orangtua senantiasa dirasakan oleh anak di saat tidur bersama
maupun saat bangun, bahkan ketika berinteraksi sehari-hari.
Acapkali juga diisertai dengan Ma’ulelean Pare, silonde, sikarrume.

Ma’uleelan pare adalah kegiatan berceritera kepada anak


yang banyak dilakonkan oleh ayah saat sawah sudah ditanami padi.
Dalam konteks masyarakat Toraja, inilah kesempatan untuk
memberi perhatian lebih kepada anak-cucu. Dalam memerankan
peran edukasi orang tua kepada anak, “ma’ulelean pare”
merupakan sebagai salah satu jalur pendidikan, baik terkait dengan
adat, kebiasaan maupun dengan moral dan nilai-nilai luhur.
(Lebang, 2006).

Bahkan sebagai sarana menumbuh kembangkan dan membina


hubungan yang akrab antara orang tua dan anak. Selain itu, bila
orang tua ingin mengkomunikasikan pikiran atau pandangan
tentang sesuatu hal saat memberikan nasehat, acapkali orang tua
menggunakan “londe” (pantun) atau “karrume” (metafora-main
tebak-tebakan) dalam mengkomunikasikan pesan yang ingin
disampaikan. Menurut (Lebang, 2006), semua ini merupakan
bagaimana leluhur orang toraja menanamkan tentang keindahan
khazanah budaya toraja turun-temurun.

4. Dipopengkita

Dipopengkita adalah momen dimana orangtua merasa sudah


waktunya untuk mengajak anak melihat langsung realitas sosial,
misalnya mengajak anak menyaksikan prosesi adat keluarga (rambu
tuka’ dan rambu solo’), hingga menyertakan anak ke kebun atau ke
sawah. Dipopengkita dalam hal ini menjadi wahana
menumbuhkembangkan sense of belonging (rasa memiliki) sejak
dini dan sense of wonder (rasa mengagumi) anak terhadap milik
keluarga, budayanya dan alam lingkungannya.

Gema PWGT edisi 98 Page 67


5. Dipopenturu’

Dipopenturu’ adalah kegiatan dimana orangtua mengikut


sertakan anak mengambil bagian dalam ritual agama, upacara adat
baik dalam acara kematian kerabat (rambu solo’) maupun acara
kebersyukuran keluarga (rambu tuka’). Dipopenturu’ merupakan
cara orangtua toraja secara sengaja menanamkan nilai-nilai
menyukai kekerabatan yang sifatnya mengikat dan bagaimana anak
kelak memposisikan diri dalam tatanan sosial kemasyarakatan.
Dalam hal ini, orangtua harus selalu memberi model atau teladan
kepada anak.

6. Dipopa’biasa

Dipopa’biasa adalah kegiatan pemandirian anak. Di sini orang


tua berkewajiban menjelaskan batasan-batasan apa yang menjadi
hak dan kewajiban anak dalam aktualisasi kulturalnya sebagai orang
Toraja di tongkonan, bahkan ikut memantau pelaksanaannya.
Dipopa’biasa merupakan nilai memandirikan anak dan memantik
anak belajar mengambil tanggungjawab sosialnya yang berbasis
keluarga di tongkonan.
*Pendeta Gereja Toraja; peminatan pada Isu-Isu Keluarga; pendiri Rumah
Konseling Psikologi dan Assesment Center Toraja dan Layanan Konseling
Online Gita Sahabat; sebagai anggota Asosiasi Konselor Kristen Indonesia;
Komisi Konseling Pastoral Gereja Toraja; Asessor (Assessment Center)

Gema PWGT edisi 98 Page 68


BETERNAK BABI
Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa hal yang penting
untuk diperhatikan dalam berternak babi. Beberapa hal ini sangat
mempengaruhi keberhasilan sebuah peternak babi. Berikut ini saya
akan menguraikannya satu persatu di antaranya:

a. Pembuatan kandang,
Kandang sebagai tempat hidup babi sangat penting
untuk diperhatikan agar babi bisa nyaman hidup di
dalamnya. Yang penting diperhatikan pada kandang adalah
kebersihan dan sirkulasi udara agar babi bisa makan hidup
dan bertumbuh di dalamnya. Hendaknya dibedakan
kandang khusus untuk indukan dan untuk pembesaran atau
penggemukan. Idealnya untuk indukan mestinya satu
kandang satu ekor yang ukurannya paling kecil 1,5Mx2M,
ukuran kandang untuk indukan bisa lebih kecil jika sudah
menggunakan sistim kerangkang, hal ini penting untuk
diperhatikan supaya babi yang baru lahir terhindar dari
kematian akibat kandang yang tidak kondusif. Kemiringan
lantai kandang penting juga di perhatikan supaya kandang
tidak tergenang air saat dicuci. Karena kandang yang
tergenang air membuat kandang jadi kotor yang
menyebabkan anak babi kedinginan sehinggah
mengakibatkan terjadinya berak susu pada anak babi atau
mudah terserang penyakit.
Khusus untuk kandang pembesaran atau penggemukan
idealnya tidak dibuat agak lebar melainkan memanjang
supaya mudah di bersihkan. Untuk kandang ukuran 4Mx2M
bisa menampung 10-15 ekor. Dan setiap kandang baik
indukan maupun pembesaran atau penggemukan dibuatkan
tempat makan dan minumnya agar babi tidak kekurangan
air dan selalu minum air yang bersih.

Gema PWGT edisi 98 Page 69


b. Pemilihan bibit,
Ada beberap jenis babi dan setiap jenisnya memiliki
ciri khas tersendiri. Tidak dapat disangkal bahwa pemilihan
bibit yang baik atau unggul akan mempengaruhi
keberhasilan sebuah peternakan. Ciri-ciri bibit yang unggul
atau baik adalah gesit dan memiliki kulit yang bersih.khusus
untuk indukan disarankan yang memiliki susu lebih banyak
yaitu dua belas ke atas.

c. Pembuatan pakan,
Menurut beberap penelitian kebutuahan ransum
untuk babi dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu Starter,
(anakan),grower(Pembesaran),Fattening atau penggemukan.
Adapun campuranya sebagai berikut:
 Ransum starter. untuk umur 8-10 minggu
1. Karbohidrat 50% (Jagung,Dedak dll)
2. Protein 20% (tepung ikan,kedele Dll )
3. Serat kasar 3% (Rumput,dll)
4. Vitamin 2% (buah-buahan)
5. Mineral 2% (mineral 10 atau, tepung
batuh bata)
6. Lemak 20% (bungkil kelapa, sawit DLL
7. Air sepuasnya

 Ransum grower (pembesaran) sampai umur 5 bulan


1. Karbohidrat 50%
2. Protein 17%
3. Serat kasar 5%
4. Lemak 25%
5. Vitamin 2%
6. Mineral 2%
7. Air sepuasnya

 Ransum Fattening ( penggemukan)


1. Karbohidrat 50%
2. Protein 14,5%
3. Serat kasar 8,5%
Gema PWGT edisi 98 Page 70
4. Lemak 20%
5. Vitamin 5%
6. Mineral 2%
7. Air sepuasnya
Pembagian kategori umur dan persentase ransum di atas
akan membantu kita dalam meracik pakan babi. Kita bisa
membelihnya dari toko-toko pakan karena bahan di atas tersedia di
toko pakan. Namun yang menjadi persoalan bagi peternak babi
yang punya modal terbatas akan sangat kesulitan, karena harga
pakan khususnya di Toraja relatif lebih mahal karena rata-rata
didatangkan dari luar Toraja. Bisa juga dengan memanfaatkan
pakan yang tersedia di sekitar kita untuk menghemat biaya pakan.
Berikut ini saya akan memberikan conton peracikan ransum dengan
sistim fermentasi.

Bahan yang di butuhkan

a. 25 kg jagung, dedak padi, bungkil kedele, Ampas Tahu.


b. 8,5 tepung ikan, tepung keong, tepung darah, dll
c. 25 Kg rumput odot, ubijalar dll
d. 12,5 bungkil sawit,bungkil kelapa, tepung kedele,
e. 1 kg buah pisang masak
f. 1 kg tepung batuh mera atau mineral 10
g. Air,30 %
h. Em4, atau Mikro orgasnisme local (MOL)
i. Gula merah
Cara pembuatan
Giling atau potong rumput odot atau hijauan sehalus
mungkin kemudian campur dengan tepung ikan dan sejenisnya lalu
campur dengan bungkil sawit atau bungkil kelapa kemudian taburi
dengan dedak padi atau jagung dan tepung batu bata atau mineral
lalu semprot dengan EM4 yang telah dilarutkan dengan gulah di
dalam air perkirakan kandungan airnya mencapai 30 persen.
Kemudian, tambahkan buah pisang yang telah matang yang telah di
caca atau telah di jus atau buah apa saja yang biasa dikomsumsi
manusia. Bisa juga dicampur dengan makanan sisah atau sampah
Gema PWGT edisi 98 Page 71
dapur yang bebas dari deterjen atau sabun. Campur dengan merata
semua bahan lalu masukkan ke dalam wadah plastik dan ditutup
dengan rapat selamah kurang lebih 1 minggu. Lalu siap untuk di
berikan kepada babi.
Akan lebih bagus jika rumput atau hijauan tersedia dalam jumlah
yang banyak difermentasi tersendiri di wadah yang lain bersama
dengan dedak. Dengan cara caca atau giling rumput,(hijauan) lalu
taburi sedikit dedak padi lalu semprot dengan larutan EM4, yang
telah di campur dengan gulah merah campur sampai merata,
setelah itu masukkan ke dalam wada plastik, selama kurang lebih
satu minggu. Tujuannya agar kandungan fitamin yang ada dalam
rumput dapat diserap maksimal oleh babi, juga membuat rumput
dapat disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa
mengalami pembusukan.
Demikian pulah dengan buah jika persediaan buah dalam
jumlah yang banyak, bisa difermentasi tersendiri atau dibuat jus.
Bisa ditambah dengan berbagai limbah buah-buahan yg tersedia di
rumah. Caranya, memotong atau mencacah buah-buahan yang
tersedia, campur dengan gulah merah yang telah dilarutkan
bersama EM4 atau MOL, usahakan gunakan air yang tidak
mengandung kaporit. Masukkan kedalam wadah plastik, padatkan
dan tutup dengan rapat kurang lebih satu minggu. Proses ini juga
memaksimalkan nutrisi atau vitamin yang terkandung dalam buah
buahan.
Catatan.
- Untuk mengurangi biaya pakan maka dibutuhkan kreativitas
kita untuk mengolah (meracik) sumber- sumber yang ada di
sekitar kita. Yang penting adalah kita mengetahui nutrisi-
nutrisi yang dibutuhkan oleh babi sehingga mempermudah
kita untuk meracik pakan berdasarkan yang mudah kita
peroleh.
- Sekalipun semua hal di atas telah terpenuhi namun dalam
berternak babi dibutuhkan keseriusan. Babi butuh perhatian
dan sentuhan karena babi merupakan binatang bodoh yang

Gema PWGT edisi 98 Page 72


segalanya harus diurus. Karna itu babi harus diurus dengan
Hati.
- Orang yang mengurus babi dengan serius akan memperoleh
pengetahuan tentang babi. Teruslah belajar dan belajar dari
setiap proses yang kita lakukan karena dengan demikian
akan menambah pengalaman kita. Ingat pengalaman adalah
guru terbesar.

Pdt. K.B.L

Gema PWGT edisi 98 Page 73


Uraian Tugas Pengurus PWGT Jemaat
Uraian tugas (job description) adalah suatu catatan yang sistematis
tentang tugas, wewenang dan tanggung jawab suatu jabatan
tertentu, yang didefinisikan berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Uraian tugas dapat juga diartikan sebagai proses, kebiasaan,
kebijakan, aturan yang mempengaruhi pengelolaan serta
pengendalian suatu organisasi yang diyakini dapat mempengaruhi
pengelolaan suatu organisasi secara epesien dan efektif sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal.

Job Description harus dapat menjelaskan dan berfokus pada tugas


itu sendiri dan bukan kepada personil yang mengisi jabatan
tersebut.

Penyusunan uraian tugas (job descriptio) ini sangat penting,


terutama untuk menghindarkan terjadinya perbedaan pengertian
sehingga dapat menghindari tugas rangkap, serta untuk mengetahui
batas-batas tanggung jawab dan wewenang masing-masing jabatan.

Tugas Umum Pengurus :

 Mewujudkan pelayanan yang solid dan lentur serta


bertanggungjawab mengarahkan semua anggota PWGT
semakin teguh dalam iman percaya kepada Yesus
Kristus.
 Memberitakan Firman Tuhan
 Mendoakan anggota
 Menjaga wibawah orgasisasi PWGT
 Melakukan pengkaderan
 Membalut yang terluka, memulihkan yang tersandung

Uraian tugas :
1. Penasehat
 Memberikan nasehat diminta atau tidak diminta
mengenai organisasi tersebut.

Gema PWGT edisi 98 Page 74


 Memberikan masukan-masukan kepada pengurus
dalam melaksanakan tugas pelayanan dan
pengembangan organisasi kearah yang lebih baik
demi tercapainya tujuan organisasi dan Tuhan
semakin dimuliakan.
2. Ketua


Mengendalikan roda organisasi dan membangun
komitmen pelayanan bersama semua pengurus
 Memimpin pelaksanaan harian tugas umum
organisasi.
 Memimpin/mangatur pelaksanaan rapat bersama
dengan Sekretaris.
 Bersama-sama dengan sekretaris bertanggungjawab
ke dalam dan ke luar organisasi.
 Memberi arahan bagi wakil-wakil ketua(ketua
bidang), sekretaris, bendahara,dan Personalia
pengurus lainnya demi lancarnya dan terarahnya
pelaksanaan tugas masing-masing yang lebih baik
dan efektif.
 Bersama-sama dengan Bendahara bertanggung
jawab dalam pengelolaan keuangan organisasi
 Dalam hal-hal tertentu Ketua dapat mendelegasikan
tugas pimpinan kepada Wakil Ketua atau anggota
pengurus lainnya, termasuk memimpin rapat/sidang
sesuai bidang dan kapasitas masing-masing
3. Wakil Ketua I : Bidang Pengembangan Spiritualitas,
Pekabaran Injil dan Sosial Budaya

 Bersama dengan anggota bidang menyusun konsep


program bidang I untuk dibahas dalam Rapat Kerja.
 Bertanggungjawab atas pelaksanaan program bidang
I
 Bertanggung jawab dalam kelancaran pelaksanaan
Ibadah
 Membuat laporan pertanggung jawaban
pelaksanaan program bidang I dan diserahkan ke

Gema PWGT edisi 98 Page 75


Sekretaris.
 Memimpin rapat sesuai bidang, atas mandat dari
Ketua.
 Dan tugas lainnya berdasarkan penugasan rapat
4. Wakil Ketua II : Bidang Partisipasi Gereja dalam Masyarakat


Bersama dengan anggota bidang menyusun konsep
program bidang II untuk dibahas dalam Rapat Kerja.
 Bertanggungjawab atas pelaksanaan program bidang
II
 Bertanggung jawab untuk pelayanan diakonia
kepada yang sakit, pra sejahtera, yang kena
bencana, dll.
 Merancang dan memotivasi peningkatan
kesejahteraan anggota.
 Memimpin rapat sesuai bidang, atas mandat dari
Ketua.
 Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
program bidang II dan diserahkan ke Sekretaris.
 Dan tugas lainnya berdasarkan penugasan rapat
5. Wakil Ketua III : Bidang Pengembangan Keugaharian dan
Budaya Damai

 Bersama dengan anggota bidang menyusun konsep


program bidang III untuk dibahas dalam Rapat
Kerja.
 Bertanggungjawab atas pelaksanaan program bidang
III
 Bertanggungjawab dalam pendapingan anak dan
perempuan.
 Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
program bidang III dan diserahkan ke Sekretaris.
 Memimpin rapat, atas mandat dari Ketua.
 Menjalin hubungan kerja sama dengan Pengurus
OIG Lainnya dan instasi terkait masalah anak dan
perempuan.
 Dan tugas lainnya berdasarkan penugasan rapat
Gema PWGT edisi 98 Page 76
6. Sekretaris


Menata dan mengelola administrasi sesuai prinsip
dan ketentuan yang berlaku.
 Bersama-sama dengan ketua bertanggungjawab ke
dalam dan ke luar organisasi.
 Bersama dengan ketua memimpin rapat
 Memelihara arsip dan barang milik sekretariat.
 Membuat surat keluar sesuai kebutuhan dan
mendistribusikannya setelah diketahui/ditandatangani
Ketua.
 Mengarsipkan surat masuk dan mendistribusikan
setelah difiat/diketahui Ketua.
 Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
program.
 Mengagendakan surat masuk dan surat keluar
 Mempersiapkan acara/agenda dan pelaksanaan
setiap rapat
 Membuat dan mengembangkan data-data organisasi
yang dibutuhkan. (Misalnya data base anggota, dll)
 Dan tugas lainnya sesuai mandat dari ketua
7. Wakil Sekretaris


Membantu pelaksanaan tugas sekretaris.

Mempersiapkan ruangan rapat

Meliput semua jalannya rapat (sebagai Notulis) dan
dokumentasi.
 Membuat daftar inventaris
 Menggantikan sekretaris apabila sekretaris
berhalangan.
 Dan tugas lainnya sesuai mandat dari ketua
8. Bendahara

 Mengelola dan menata administrasi keuangan


organisasi sesuai prinsip dan ketentuan-ketentuan
Gema PWGT edisi 98 Page 77
keuangan yang berlaku dalam Gereja Toraja,
 Menerima,mengamankan dan menyalurkan dana/
keuangan pada sasaran (pos) sesuai anggaran dan
ketentuan lainnya yang berlaku atas sepengetahuan
Ketua.
 Membuat/mengeluarkan Laporan Keuangan setiap
bulan dan tahunan,ditanda tangani bersama Ketua.
 Menyimpan/mengarsipkan dokumen-dokumen
Keuangan.
 Merancang dan mengkoordinir mengenai
penggalangan dana untuk kebutuhan organisasi
9. Wakil Bendahara


Menggantikan bendahara jika bendahara
berhalangan
 Menangani dana-dana kontra pos
 Bertanggung jawab atas barang-barang inventaris
 Dan tugas lainnya berdasarkan mandat dari ketua
10. Anggota Bidang:

Bersama dengan wakil ketua bidang bertanggung


jawab dalam pelaksanaan program bidang masing-
masing.
 Tugas lainnya sesuai mandat dari Ketua dan Wakil
Ketua .
11. Kordinator Kelompok

 Mewakili pengurus di kelompok


 Mengkoordonir anggota di kelompok
 Mengkoordonir dan memotivasi anggota di
kelompok untuk aktif mengikuti kegiatan
 Mengupayakan kelancaran tugas pelayanan di
kelompok
 Menerima dana-dana di kelompok untuk di teruskan
ke bendahara.

Gema PWGT edisi 98 Page 78


 Tugas lainnya sesuai mandat dari ketua

Catatan: Uraian tugas ini dapat dirubah sesuai keputusan dan kondisi

SMR

Gema PWGT edisi 98 Page 79


Ulelean Pare (Cerita Rakyat)
TEDONG sola LALIN
Den Sangallo namale tu Tedong dio lu to’ uma ungkande
dalame. Natiromi tu Lalin, napa’ kadaimi nakua: “ Apa todara iko
muala inde’te Lalin. Disangako lumingka apa mengguririk -ririk
bangroko inde’te uma Sangtempe’. La mubelarakatu susi aku
mintu’ padang kuolai nasang. Mebali tu Lalin nakua: “ Mutelle-telle
bangna’ dikka’. Dadi moi angku bitti sia tang kubela lumingka. Apa
morai siana’ ussilombangko ma’dondo. “ Natelle-telle pissanmi
Tedong sia nakua: “ Umba tu la tani silomba Lalin, “ Mebalimi Lalin
nakua: “ Iko ia undullui umba tu la tani silomba” Nakuami Tedong:
“ Io, ke’de’ indeki’ to’ uma, talambanni te salu inde dio, takendek
langngan to’ tanete sambali’, tamane sule do mai sae indete to’
uma tanii ke’de’. Mukadoiraka to Lalin?” Mebalimi Lalin nakua : “
Io, kadona’, take’de’mo.”
Iatonna la ke’de’ mo mella’ka’mi tu Lalin lako lentek dolona
Tedong apa tae’ natiroi belanna dongnga’ tu Tedong
umpemaranga lalan tu naolai. Natongannimi ma’dondo tu Tedong
sae lako biring salu, anna tadang sattu’ namekutana : “ Umbamoko
Lalin. “ Ullessuranmi kalena tu Lalin dio mai lentekna Tedong
namebali nakua: “ indemo’ tingayomu ina’pa kusae.” Mangka to
mella’ka pela’omi tu Lalin lako lentek Tedong. Nasanta’ pissanmi
Tedong ma’dondo tuka’ langngan tanete anna tadang sattu’ do
belanna seka-sekamo. Mekutanami nakua “ umbamoko Lalin .”
Lessuranomi kalena tu Lalin dio mai lentekna Tedong anna mebali
nakua. “ Inde’mo tingayomu, ina’pa kusae. Sasaomi tu Lalin
mella’ka lako lentek dolona Tedong. Nasanta’ omi Tedong
ma’dondo do mai tanete la sule rokko to’ uma nanii ke’de. Iatonna
rampomo diong to’ uma nanii ke’de, metambami tu Tedong
nakua: “ Umbamoko Lalin .” Ullessuranmi kalena tu Lalin dio mai
lentekna Tedong anna sasa mebali nakua: “ Indemo’ tingayomu
ina’pa kukampaiko.” Masiri’mi tu Tedong belanna nasanga tongan
nasau’ tira’ Lalin. Mangkato sengkemi nala undokkoki tu Lalin la
napalangngan illongna, apa mallai tu Lalin membuni tama kalo’tok
dio biring uma.

Gema PWGT edisi 98 Page 80


Nilai-nilai yang didapat dari cerita Tedong sola Lalin:
Mintalah kepada Tuhan untuk memotivasi kita rendah hati
sehingga dapat menghargai sesama kita dengan potensi
masing-masing
Orang besar yang angkuh tetapi bodoh
sering dipermalukan oleh orang kecil yang cerdik

Cerita Rakyat (Ulelean Pare) ini disadur dari Buku Ulelean Parena Toraya (Cerita Rakyat
Toraja) oleh Pdt. Junus Bunga Lebang

Gema PWGT edisi 98 Page 81


TULANGDIDI’

Senga’- senga’ ia dadinna laen katibussananna napomarekomo tau


maramba sangbanuanna
anna rampo sangtondokna untiro tampa rupanna anak makalae-laen tu
disanga Tulangdidi’

Tonna tiromi tau te pia mane dadi disanga Tulangdidi’


napa’bisikanmi tau kumua la rongko’ te pia iate sia la umbaa
kamauparan kapua lako mintu‘ rapunna. Bu’tumi tu to
mangimburu anna lekoranni kada sia napomareko lan tondok
kumua ia tu rupa makalaenna Tulangdidi’ iamo napotanda la
napotipalumbang bura padang sia la naporabun tondok ke
tontongi tuo. Budami tau male umparampoanni torroan ambe’ lan
tondok tu iannato, anna ma’kombongantu ambe’ sisola to buda lan
tondok. Disiturui’mi lan kombongan kumua la dipatei tu pia iatu
belanna la naposanggang tondok ke tontongngi tuo. Dipokadammi
ambe’na kumua la dipatei tu Tulangdidi’. Nakuami ambe’na: “ Ia
ke inang ladi patei te anakku akumora umpatei, apa benpa’ attu
sangturan-turan,” Apa iate attu napalaku ambe’na tae’ bangmo tau
ungkilalai. Kapuamira tu Tulangdidi’ namane tau ungkilalai tu kada
mangka dira’ta lan kombongan. Saemi tu ambe’ tondok
umpakilalai tu ambe’na kumua la natikarai umpatei tu anakna.
Napokadami ambe’na lako Tulangdidi’ kumua la
kupateimoko belanna la na posanggangko ade’ tondok. Mebalimi
Tulangdidi’ nakua: “ Bua’ rika ke inang la susimito, apa ma’dinraka
mibenpa’ attu sangpasa’-pasa’ mimane umpateina’. “ Nakadoimi
ambe’na umbenni attu.

Tonna lambi’mi attunna la dipatei tu Tulangdidi’, malemi sola


ambe’na lako padang pangngallaran. Napakinalloimi indo’na misa’
tallo’ manuk anna kale’pe’ bangi Tulangdidi’. Tonna lanmo
pangala’nakutaimi ambe’na nakua : “ Laku pateimokoraka indete? “
Mebalimi Tulangdidi’ nakua: “Daya dayapa ambe’,” Napatarru’
omi tukalingkanna sola duai. Tae’ namasai mekutana omi ambe’na
nakau: “ La kupatei indemorokoka te? “Mebalimi Tulangdidi’:
“Talambi’pi tu inan kasirampunna olo’-olo’ sia manuk -manuk.

Gema PWGT edisi 98 Page 82


“Pakalan na lambi’mi dio biring pangala’ tu misa’ tanete inan
kapemalaran anna melayo sattu’ sola duai. Natiromi Tulangdidi’ tu
serang bu’ku napessisiranni tu tallo’ manukna tama serang bu’ku lan
to’ garonto’ botto’.
Mekutanami tu ambe’na nakau: “ Indemorakate tu la kunii
umpateiko. ”Mebalimi Tulangdidi’ nakua: “ Io, indemote .
“Napateimi ambe’na tu Tulangdidi’ indeto. Mangkato sulemi tu
ambe’na lako banuanna situang rosso inaa. Tae’ namasai ma’
tesseimi tu bu’ku’,natessei dukami tu tallo’ manukna Tulangdidi’ .
anna dadi tu misa’ Manuk Londong . Tu’ tuannmi kasalle te
Londong sia ma’penaa susi tau. Tonna randukmo unnoni denmi
pissan namale undaka’ batik lako tu inan dinii umpatei Tulangdidi’.
Natiromi tu ullina’na Tulangdidi’ tisambo’-sambo’. Unnonimi tu
Londong nakua;
“ Kukkua ‘……. sirampun ko ullina’ Tulangdidi’……,
Kukkua’ ……. sirampunko bukunna Tulangdidi’….,
Kukkua’……… tuoko sule Tulangdidi’.”
Tuo tonganmi sule tu Tulangdidi’. Mangkato, pempiran-
piranpa ma’kukkua’ tu Londongna Tulangdidi’ anna sae tu pakean,
sae tu mintu’ dikandena, sae tu banua sia alang ponno pare sia sae
duka tu tau tu la umpengkaranganni. Dadi ta’pa sugi tu Tulangdidi’
tonna iato. Keallo-keallo mukkun bang tu tau mengkarang sia
ma’lambuk lan tangnga pangala’ tu nanii torro Tulangdidi’.
Den Sangallo anna male tu indo’na Tulangdidi’ la undaka’
utan paku lako randan salu sikandappi’ tu pangala’ nanii
Tulangdidi’. Pakalan natiromi bu’dak tu ta’pian nabaa uai salu lan
mai pangala’. Mangngami tu indok’na Tulangdidi’ anna tikara sule
lako banua umpokadanni ambe’na Tulangdidi’. Sipa’kada-kadami
sola dua nakua: “ Tamalemo umpelalanni ba’tu la mindamo tu to
sugi’ lan pangala’ tu buda pare naampui.” Malemi sola duai
urrundunanni tu salu nanii tassu’ ta’pian lan mai pangala’. Tae’
namasai tiallingmi narangi sola duai tu to ma’lambuk. Napatarru’mi
lumingka anna rampo lako luba’ba banua. Bendan bangmi sola
duai dio biring luba’ba belanna makalidik kalena untiroi tu banua
sola alang sura’ sia iatu mintu’ to mengkarang lendu’ ia budanna.
Iatonna tiromi Tulangdidi’ bendan dio babangan, nasuami tu tau
untambai anna disua unno’ko’ do alang naditoratu. Ta’pa natandai
Tulangdidi’ tu indo’ ambe’na sia tarru’ tilanta’ duka lan penaanna
Gema PWGT edisi 98 Page 83
indo’ ambe’na tu rupanna Tulangdidi’. Tonna mane sipa’kada-kada
nabuni bangpa sia tae’pa napa’ petandan kalena tu Tulangdidi’.
Masai-saimira sipa’kada namane umpa’petandan kalena tu
Tulangdidi’ nakua: “ Akumo te tu Tulangdidi’ tu mangka mipatei
dio biring pangala’, apa mangkamo’ napatuo sule tu Londong dadi
lan mai tu tallo’ manuk napakinalloanna’ indo’ku”. Tiramban sia
lendu’ parannunna tu tomatuanna urrangi anna tarru siraka’ sola
tallui. Tonna makaroenmo dipasakka’mi tu sanda rupanna kande
anna sirampun kumande tu mintu’ to ma’dioren sisola kaparannuan
kapua.
Apa den pissan anna la ma’ marua’-rua’ tu Tulangdidi’.
Mengkarang sia ma’lambukmi tu mintu kaunanna. Mendolo-
dolomi tu Londongna Tulangdidi’ dio to’ issong anna sambakki
barang to ma’lambuk. Ma’parampomi Londong lako Tulangdidi’,
nakua : “ La malemo ‘ aku belanna mangkana’ nasambakki barang
tau lan to’ issong.” Nakuami Tulangdidi’: “ Umba-umba munii
male, ia duka la kunii male unnula’ko.” Mettia’mi te Londongna
Tulangdidi’ langngan langi’ anna mentoe dio to’ tarana tu
Tulangdidi’ tarru’ mentama bulan dao langi’. Iatonna la malemo
napasanpa Tulangdidi’ tu to matuanna nakua : “ Iake mamali’komi,
tiro bangmokan sola Londongku lan bulan belanna la kaanankan
ditiro keattu taro-tarona bulan (bulan sampebarani ).” Torromi tu
Tulangdidi’ sola Londongna lan bulan, anna torro tu indo’ ambe’na
lan lino sola mintu’ taunna sia pa’barang-baranganna Tulangdidi.

Nilai-nilai yang didapat dari cerita Tulangdidi’:


“Hidup anugrah Tuhan sangat berharga,peliharalah dan
nikmatilah dalam hubungan yang benar dengan Tuhan.
Karena begitu berhaganya hidup, maka harus dimaknai
dengan menyatakan kesetiaan, konsistensi dalam
ketulusan, dan kejujuran”
Cerita Rakyat (Ulelean Pare) ini disadur dari Buku Ulelean Parena Toraya (Cerita Rakyat
Toraja) oleh Pdt. Junus Bunga Lebang

Gema PWGT edisi 98 Page 84


PENULIS GEMA PWGT EDISI 98

 Pdt. Hans Lura, M.Th


 Pdt. Esti Podang Sakkung, S.Th
 Pdt. Mioko Tandilolok, S.Th
 Pdt. Sion Pamangin, M.Th
 Pdt. Elieser Somba, S.Th
 Pdt. Yulianus Tandisau’, S.Th
 Pdt. Yusnaeni Puntu, S.Th
 Pdt. Kornelius Banne La’bi’, STh.
 Pdt. Yonan Thadius, S.Th, M.A
 Pdt. Erni Tonapa, M.Si
 Prof.DR.dr. Daniel Sampepajung, SpB (K) onk
 dr. Yusfitaria Alvina, SpB, MARS, MKes
 dr. Elridho Sampepajung, SpB (Onk)
 Sisilia Malla’ Rengke’, S.Pd.

Gema PWGT edisi 98 Page 85

Anda mungkin juga menyukai