Anda di halaman 1dari 35

ReHaT

Renungan Hari Toraya


Edisi Januari – April 2024

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 1


Renungan Harian Toraya

Diterbitkan dalam Bahasa Indonesia (untuk kalangan sendiri oleh):


BADAN PEKERJA SINODE GEREJA TORAJA
Jalan Ahmad Yani 45 Rantepao, 91831, Toraja Utara, Sulawesi Selatan
Surel: bpsgetor@gmail.com
Situs: www.bps.gerejatoraja.org

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 2


Penulis ReHaT Edisi Januari-April 2024
(berdasarkan abjad)

Pdt. Dr. Alpius Pasulu’, Prop. Amsal, S.Th., Prop. Anugerah D. P. Kiding, S.Si.
(Teol.), Prop. Astin Mangean, S.Th., Pdt. C.S. Rappan Paledung, M.Th.,
Prop. Dalfin Pakanda, S.Teol., Pdt. Gabriel Warsi Allo Linggi’, S.Th.,
Prop. Jessica Sari Putri, S.Teol., Pnt. Mery Toban, M.PdK., Prop. Olivia Rinda
Natalie, S.Th., Prop. Paul Cakra, M.Th., Prop. Prastika Pata’ Allo, M.Th.,
Pdt. Riana Paelongan, M.Th., Prop. Sepson Sambara’, S.Th.,
Pdt. Suleman Allo Linggi’, M.Si., Prop. Uci Sumarlin, S.Th., M.PdK.,
Pdt. Vingky Riani Palolongan, S.Th., Pdt. Yulianus Tandisau’, S.Th.,
Pdt. Ywardhana Septiani Bulo, M.Si. (Teol.)

Penanggungjawab:
• Pdt. Suleman Allo Linggi’, M.Si. (Ketua 1 BPS Gereja Toraja)
• Komisi Pembinaan Warga Gereja

Penyunting dan Layout:


• Pdt. C.S. Rappan Paledung, M.Th.
• Prop. Anugerah D.P. Kiding, S.Si. (Teol.).
Desain Sampul:
• Rantivianto Kendenan

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 3


GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 4
Senin, 1 Januari 2024
Pa’pudian 148:1-14

INAN NANAI KAMALA’BIRANNA PUANG


Panggung Kemuliaan Tuhan

Den kada tu na sauran taunNa Puang, iamo tu Yohanes Calvin


(reformator) to kumua “iate lino sisola mintu’ issinna, ma’din ia
lamendadi theatrum Gloria Dei”. Iake dipalemba’ tama basa Indonesia,
battuananna kumua bumi dan segala isinya adalah panggung
kemuliaan Allah. Kada iate ia dukamo mendadi kapessa’bianna to
Ma’pudi lako mintu’ ma’dandan maritik kumua anna sangtiangkaran
umpakala’bi’ Puang Matua kumua inang Iamo kapenomban tu
ungkombong mintu’ sakka’ saeanna.
Kapessa’bianna to Ma’pudi umpamanassai kumua tae’ anna torro
tolino manna tu sipatu umpudi Puang Matua sangadinna mintu’ tu
panampana Puang Matua, tae’ dipasalian rinding, la daona langi’ la
lanna te lino (ay. 1-4).
Allo iate parannuki’ solanasang ungkurre sumanga‘ kamasokanan-
Na Puang tu ma’dinmo umpopentengka marampaki’ tam ate taun
ba’ru taun 2024. Tantu tapemaranga sola nasang lan kapatonganan
kumua kalingkanna katuoanta lan to sangtaun mangka lendu’, tontong
nataranak Puang Matua, tangia manna ullendui’ kamatororan
sangadinna nataranakki’ sisola temai mintu’ panampana tu
napa’kamasean anna dipake lan katuoanta. Langi’, lino sia mintu’
ma’dandan maritik nakombong Puang Matua, sia napa‘kamasean lako
kaleta dikua anna dipake umpana’ta’i te katuoanta sia ia temai
passanan tengkota, tangdipokadami temai ma’rupa-rupa
kaparalluanta tu tontongbang napasirunduanan Puang Matua lako
kaleta lan mintu’ attu situran.
Iamoto anna sipatu dipakal’bi’ tu Puang Matua sisola temai mintu’
panampana. Kitamo torro tolino tu diben passanan kumua anna
dipake melo te katuoanta umpana’ta’i tangia simata-mata tu
umpatunna katuoanta sangadinna ia duka tu lana pomelona temai
panampana Puang Matua kumua anna mintu’ki’ panampanampaNa
Puang silele parannu umpakaraya kamasokanan-Na. Salama taun
Ba’ru. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 5


Selasa, 2 Januari 2024
Amsal 1:1-7

MENEMUI HIKMAT DAN DIDIKAN


Ungkabu’tui Kakinaan Na Peada’

Charles Spurgeon (1834–1892), seorang pengkhotbah asal Gereja


Baptis Inggris, mendefinisikan hikmat sebagai penggunaan
pengetahuan dengan cara yang benar. Lawannya adalah kebebalan.
Pernyataan Spurgeon mengantar kita untuk melihat hikmat dalam
bacaan kita. Lalu, pertanyaan kuncinya, apakah hikmat dalam Amsal
mengarah hanya kepada pengetahuan?
Penekanan renungan ini adalah hikmat dan didikan (ay. 1) dengan
sikap takut akan Tuhan (ay. 7) sebagai dasarnya. Terdapat dua kata
menarik di ayat 7, yaitu takut dan pengetahuan. Takut berasal dari kata
Ibrani yare yang berarti kepatuhan, kekaguman, dan penghargaan.
Karena itu, pengamsal tidak memahami takut sebagai intimidasi. Akan
tetapi, ia menggunakan frasa takut akan Tuhan untuk
menggambarkan kepatuhan dan penghargaan atas anugerah dan
karya-karya Allah di masa lalu. Sementara itu, pengetahuan berasal dari
kata Ibrani daath yang berarti pengetahuan, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan moral.
Dengan demikian, ayat 7 mengajarkan kita untuk menghargai dan
mematuhi ajaran dan didikan Tuhan karena di sanalah sumber segala
pengetahuan. Kepatuhan dan penghargaan tumbuh dari kesadaran
terhadap karya Tuhan yang sudah dinyatakan dan yang akan terus
dinyatakan bagi kita. Kesadaran itu juga yang akan membawa
kepatuhan dan penghargaan tersebut terwujud dalam melakukan
didikan-Nya. Sebaliknya, orang yang tidak menghargai karya Allah
adalah orang bodoh, bebal, dan penghina hikmat.
Memasuki tahun 2024, kita mendapati ajaran tentang hikmat. Kita
diajak untuk berhikmat menemui ajaran dan didikan Tuhan dalam
penghargaan dan ucapan syukur atas penyertaan-Nya sembari terus
menengadah pada kehidupan diberkahi kemampuan mengolah
pikiran, moral, dan emosi. Sambutlah tahun baru ini dengan penuh
hikmat dari Allah. Jalanilah hidup penuh dengan didikan dari-Nya.
Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 6


Rabu, 3 Januari 2024
Amsal 1:20-33

SALAH SATU TUGAS PENTING


Passanan Mala’bi’

Otak manusia merupakan salah satu organ yang paling


bermanfaat bagi peradaban dunia. Melaluinya, manusia berhasil
menelurkan temuan-temuan canggih dan pikiran-pikiran yang rumit.
Salah satu temuannya adalah smartphone atau gawai yang banyak
membantu manusia dalam berkomunikasi dan mengakses informasi
dengan cepat. Kemampuan otak manusia hanya dapat bermanfaat jika
dikembangkan dengan belajar.
Kenyataan di atas tentu disadari oleh Salomo. Perikop kita hari ini
berisi tentang teguran kepada orang-orang yang menolak ajaran dan
didikan yang disampaikan oleh ‘si hikmat’ (digambarkan seperti
seorang yang berpidato). Salomo menegaskan bahwa penolakan
terhadap hikmat adalah sebuah kebodohan dan kebebalan yang akan
berdampak buruk. Ketika dampak buruk itu terjadi, yang tersisa
hanyalah penyesalan.
Allah telah mengaruniakan kita akal untuk menghasilkan pikiran-
pikiran yang membangun kehidupan. Tugas kita sebagai bentuk
syukur atas pemberian Allah tersebut adalah mencintai hikmat dan
didikan (belajar dalam kerendahan hati) agar bermanfaat bagi
kehidupan kita dan ciptaan yang lain. Sebaliknya, berdasarkan firman
Tuhan hari ini, kita dapat mengatakan bahwa penolakan terhadap
nasihat dan didikan (tidak mau belajar) adalah sebuah sikap tidak
bersyukur dan tidak menghargai anugerah Allah. Sikap tersebut hanya
akan mendatangkan kemalangan bagi hidup kita. Menapaki tahun ini,
kita diingatkan untuk mengisi hari-hari kita dengan terus belajar agar
anugerah Allah (akal) dapat bermanfaat untuk membangun kehidupan
kita dan ciptaan yang lain. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 7


Kamis, 4 Januari 2024
Yakobus 4:1-10

RELASI YANG BENAR


Kasiulangan Matontongan

Bacaan hari ini berisi tentang ajaran atau didikan bagi semua
orang percaya dalam hal memilih bentuk persahabatan (baca: relasi)
yang tepat. Hal tersebut dilakukan melalui perbandingan antara
dampak relasi dengan dunia dan relasi dengan Allah. Ayat 1-5 jelas
berisi dampak orang yang bersahabat dengan dunia. Sedangkan, ayat
6-10 berisi nasihat untuk membangun relasi/persahabatan dengan
Allah.
Persahabatan dengan dunia akan membuat manusia disetir dan
dikuasi oleh kehendak untuk mengingini. Kehendak itu dapat
bermuara pada usaha-usaha yang tidak pantas (penghalalan segala
cara) untuk mendapatkan sesuatu yang diingini. Seseorang yang
demikian akan menjadikan dirinya sebagai pusat, sehingga menolak
kehadiran yang lain. Sedangkan, persahabatan dengan Allah yang
ditunjukkan melalui kerendahan hati (ay. 6 & 10) akan membuat
manusia berkenan bagi Allah (dikasihi dan ditinggikan).
Pengakuan Gereja Toraja (Bab V:5) mengutarakan bahwa
kehidupan sebagai orang beriman kepada Kristus, menempatkan kita
dalam pergumulan antara dosa dan anugerah. Artinya, kendati
manusia telah menerima anugerah ganda (Penebusan dan
Pengudusan), tetapi kenyataan dosa tetap membuntuti kita hari demi
hari. Kenyataan tersebut mestinya mengantarkan kita pada
kerendahhatian untuk berserah agar Roh Kudus yang senantiasa
menyadarkan kita dan membawa kita hidup dalam pertobatan dari
hari ke hari, sebagai penanda kita milik Kristus. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 8


Jumat, 5 Januari 2024
Yakobus 4:13-17

TIDAK MENGANDALKAN DIRI SENDIRI


Tang Ussattuan Kale

Surat Yakobus ditulis untuk orang Kristen Yahudi yang bertujuan


untuk mengajar dan membimbing mereka agar meninggalkan
pemahaman keliru menuju pengajaran yang benar tentang Kristus.
Pengajaran yang benar akan membawa mereka menikmati hidup
dengan benar. Kata pertama perikop ini adalah kata jadi yang
menandakan bahwa perikop ini merupakan kesimpulan dari perikop
sebelumnya. Di sana, penulis surat Yakobus mengecam orang-orang
yang gemar menghakimi orang lain sebagai suatu sikap merasa diri
hebat.
Sebagai lanjutan dari perikop sebelumnya, teks ini ingin
menekankan bahwa sikap yang menganggap diri hebat
(overconfidence) adalah sikap yang salah. Yakobus mengajarkan bahwa
manusia itu tak ubahnya seperti uap yang sangat rentan (ay. 14). Tidak
ada yang dapat diandalkan pada diri manusia karena apapun itu tidak
dapat menjamin kehidupannya kini dan nanti. Artinya, perencanaan
manusia tidak cukup hanya bertumpuh pada kemampuannya sendiri.
Dalam banyak hal, kemampuan diri sebagai anugerah Allah
menolong kita menata dan merawat kehidupan. Kendati demikian,
perikop ini mengajarkan bahwa karena kita hidup dalam kerapuhan
dan tidak ada yang dapat diandalkan pada diri kita. Sebab itu, seluruh
hal yang kita kerjakan demi terselenggaranya hidup harus didasari
oleh pengharapan di dalam Kristus. Jadi, memanfaatkan kemampuan
pada diri kita memang perlu, tetapi lebih perlu menaruh seluruhnya
dalam pengharapan kepada Kristus yang dapat menjamin kehidupan
kini dan nanti. Tentu saja, dengan kemampuan diri, kita telah
merancang berbagai hal atau angan-angan yang hendal ditempuh di
tahun ini. Namun, rancanglah dan jalanilah semua itu dalam hikmat
Allah agar kita tidak merasa mampu melakukannya sendiri. Mohonlah
agar Ia menguatkan kita semua. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 9


Sabtu, 6 Januari 2024
Lukas 6:27-31

KASIH ITU HARUS DAN TERUS-MENERUS!


Sipatu sia tanglatore tu Pa’kaboro’!

Injil Lukas ditulis untuk orang-orang Kristen non-Yahudi


yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (51-96
ZB) yang bengis, menganggap dirinya sebagai tuhan. Orang-
orang yang tidak menyembahnya diperlakukan dengan kejam,
ditolak, dianiaya bahkan dihukum mati. Di sisi lain, orang Yahudi
menganggap agama Kristen sebagai sekte dari agama Yahudi.
Akibatnya, orang Kristen pun turut dibenci oleh para penganut
agama Yahudi. Dalam situasi tersebut, Injil Lukas dituliskan guna
meneguhkan iman mereka sekaligus mengajarkan sikap yang
harus mereka tunjukkan sebagai pengikut Kristus, sebagai
pembeda di hadapan orang yang menolak Kristus.
Seluruh kata kerja di dalam bacaan hari ini, seperti kasihilah,
berbuatlah baik, mintalah berkat, berdoalah, berikanlah, dan
perbuatlah, berbentuk kata kerja imperatif. Bentuk tersebut
mengimplikasikan bahwa ajaran Yesus tersebut harus dilakukan
terus-menerus. Ajaran Yesus tentang kasih menegaskan agar
para pengikut-Nya merespons dengan kasih dinyatakan dalam
aksi. Artinya, tidak cukup hanya dengan tidak membalas perbuatan
mereka; tidak cukup hanya dengan diam dan pasrah. Namun, kasih
yang diajarkan Yesus adalah berbuat kebaikan bagi mereka yang
bahkan membenci para pengikut-Nya, sebagaimana yang Yesus telah
lakukan.
Ajaran-Nya tentang kasih adalah kasih tanpa batas dan dihidupi
dengan berbuat kebaikan secara terus-menerus. Ungkapan “sabar itu
ada batasnya” menjadi tidak relevan dalam ajaran kasih Yesus. Karena,
jika demikian berarti kasih yang kita praktikkan tidak berlaku terus-
menerus dan terbatas. Tugas kita adalah mengasihi tanpa peduli
respons orang lain. Kita tidak akan terganggu dengan respons
tersebut, karena Kristus adalah alasan kita mengasihi. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 10


Minggu, 7 Januari 2024
Kejadian 17:9-13

‘MENYUNAT’ HATI YANG TAK BERKENAN KEPADA ALLAH


Unnira’ penaa tu tangsipato’ pa’poraianNa Puang

Masyarakat Toraja, mengenal basse (perjanjian) yang ditandai


dengan pemotongan babi atau ayam. Selain sebagai pengesahan
basse, pemotongan hewan juga dilakukan agar orang yang terlibat
tidak mengingkarinya. Istilah yang digunakan sekaitan dengan
pemotongan hewan adalah dipato’doi rara (ditetesi darah). Karena itu,
penitikberatan pemotongan hewan dalam perjanjian bukan pada
daging hewan, melainkan pada darah hewan sebagai materai basse.
Bacaan hari ini mengisahkan bahwa Allah mengikat basse dengan
Abraham melalui sunat. Sunat menjadi simbol bahwa Allah tidak akan
pernah ingkar terhadap janji-Nya kepada Abraham. Pertanyaannya,
mengapa harus melalui sunat? Setidaknya ada dua alasan yang
mendalanginya. Alasan pertama sama seperti dalam tradisi basse di
Toraja, sunat memungkinkan pendarahan kecil akibat pemotongan
kulit khitan. Darah sangat penting dalam tradisi Yahudi karena darah
dianggap tempat nyawa bersemayam. Perjanjian darah melalui sunat
berarti nyawa Abraham dan keturunan-Nya diikatkan kepada Allah.
Kedua, prosesi sunatan dilakukan dengan cara dipotong melingkar,
tanda keabadian dan berkesinambungan. Artinya, janji Allah kepada
Abraham bersifat abadi dan berkesinambungan dari generasi ke
generasi.
Janji Allah kepada Abraham melalui sunat sebagai ikatan darah
telah dibarui di dalam darah kudus Yesus Kristus. Darah-Nya (baca:
nyawa) mengganti darah kita. Dengan demikian, janji Allah juga
berlaku bagi kita. Melalui-Nya, kita telah direngkuh ke dalam
perjanjian kekal dengan Allah demi anugerah keselamatan. Makna
baru perjanjian antara Allah dengan manusia melalui Yesus Kristus,
tidak lagi terletak pada kesediaan dan keharusan menyunat khitan,
tetapi terletak pada kesediaan dan keharusan ‘menyunat’ keinginan
hati yang tidak berkenan bagi-Nya. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 11


Senin, 8 Januari 2024
Roma 4:1-12

PONNO PENAA
Sepenuh Hati

Marawa dipokada apa mabanda’ dipogau’, apa mora to? Iamo tu:
Ma’sattuanan tongan lako Puang. Iamo te tu nenne’ bang
ditangngaran sia dipa’uleleanan apa ma’din bang tae’ na di pogau’ ke
denni tu a’gan ma’posanga-sanga lan katuoan. Tae’na ia manna to, apa
ia duka na denmo palakunta na tae’mo na situru’ lalan pa’poraianta,
nenne’ duka miki’ pale’ to tu tilendok dio mai pangakuanta kumua
lama’sattuanan tonganki lako Puang. Inang lendu’ buda tu pebalinta
ke dipogau’ tu disanganna bangmo tongan apa sitonganna tae’ na
situru’ lalan katongananNa Puang.
Na searan Paulus lan pa’basanta kumua tannia belanna
penggauranna Abraham na sattuanan, apa belanna kapa’rannuanna
lako Puang Matua iamo na dibilang tomalolo (ay. 3). Iamo bannangna
to na tangngia belanna penggauran ta anta dipamalolo, apa sitinaya ri
pa’kamaseanNa Puang diona kapatonganan ta (PGT Bab V:4).
Napatarru’i Paulus susitu na pa’pakaintinan Daud kumua maupa’ tu
mintu to dipa’dei, sia tang Narekenmo Puang kasalanna (ay. 7-8).
Maleso kumua tae’na belanna penggauranta, kamasokananNa ri
Puang tu umpa’dei kasalan sia tae’ na pabalai’ki sitinaya penggauran
ta. Pekutana lako kita tu digente’ to ma’sattuanan lan Yesu Kristus:
Tontong bang raka tu kapatongananta iake denni tu a’gan mabanda’
sia tang nakalo’ penaanta dadi lan katuoan ta?
Iamo to tu ma’din la mendadi pa’pakilala’ lako kita kumua inangla
tontongki ma’sattuanan lan sanganNa Puang Yesu, belanna ullendu’i
kuasa Penaa Masallo’ Iamo undoloananki anna ma’din ki dilendokan
diomai kasalan. Tae’ senga’na dinai umpapatui tu kapatonganan sia
kama’sattuananta, lu lako mannari kaleNa. La ponno penaanta
ma’sattuanan lako Puang tae’na ulllendu’i manna pa’tangngaran ta,
apa ullendu’i tengka ke’de’ta keallo sia kebongi. Iamo bannangna
tae’na den sangtangnga sangadinna ponno penaa ma’sattuanan.
Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 12


Selasa, 9 Januari 2024
Kisah Para Rasul 22:2-16

RAGU-RAGU!
Bata

Keadaan tidak tetap hati atau sikap yang belum yakin disebut
ragu-ragu atau bimbang. Manusia kerap kali meragukan berbagai hal
dalam kehidupannya, antara lain masa depan, karir, keuangan, jodoh,
kesehatan, dll. Bukan tidak mungkin keragu-raguan dapat membuat
manusia terpuruk dan terjebak dalam ketidakpastian.
Pada saat Paulus bersaksi menggunakan Bahasa Ibrani, orang
Yahudi di Yerusalem berangsur menjadi tenang (ay. 2). Keraguan orang
Yahudi sempat hilang karena mereka mendengar bahasa sehari-hari
mereka. Paulus menceritakan berbagai peristiwa yang ia alami, seperti
berbicara dengan Kristus (ay. 8); melihat cahaya menyilaukan yang
membuatnya tidak dapat melihat (ay. 9); dituntun dalam perjalanan ke
Damsyik; dan berjumpa dengan Ananias yang mencelikkan matanya.
Bangsa Yahudi menolak keluar dari keraguan untuk percaya pada
pemberitaan Paulus (ay. 22) dan berteriak untuk mengenyahkannya.
Sementara itu, Paulus merespons dengan mendengarkan Tuhan dan
terus setia melayani-Nya meski berada di tengah berbagai penolakan
atas penginjilannya.
Menjalani hari-hari permulaan tahun 2024 sembari memikirkan
yang akan terjadi di masa depan dapat membawa kita kepada keragu-
raguan dalam menjalani kehidupan. Berbagai ketidakpastian hidup
kerap menjebak kita pada keraguan.
Carre Otis berujar mengenai ketidakpastian. Menurutnya, manusia
selalu mengalami perubahan dan ketidakpastian setiap hari. Artinya,
ketidakpastian adalah keniscayaan dalam hidup manusia. Terhadap itu,
kita belajar dari bacaan hari ini. Ayat 16 berkata, “Bangunlah, berilah
dirimu dibaptis dan dosa-dosamu dengan berseru kepada nama
Tuhan!” Kata ‘bangun’ mengajak kita untuk bergerak dan tidak tinggal
diam pada keraguan, melainkan meneguhkan identitas dan
menghidupi baptisan dalam Kristus serta teruslah berseru kepada
nama Tuhan. Selamat hidup yakin dalam Tuhan!

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 13


Rabu, 10 Januari 2024
Mazmur 69:30-36

HATIMU HIDUP KEMBALI


Napotuo Penaammi sule

Beberapa pengalaman hidup bisa ‘membunuh’ hati kita,


seperti kehilangan seseorang kerabat; pekerjaan; atau kecewa
terhadap seseorang yang sangat kita percayai. Peristiwa-
peristiwa tersebut dapat saja membuat kita merasa kebal hingga
tidak dapat merasakan apapun atau enggan hingga ingin lari
dari realitas-realitas tersebut. Kondisi itu digambarkan Daud
dalam Mazmur 69 sebagai kondisi dalam kesesakan.
Daud meyakini bahwa Allah akan menyelamatkan dan
melindunginya dalam kesesakan (ay. 30), sehingga hati juga
turut terlindungi. Bagaimana membuat agar hati hidup kembali?
Kabar baik bagi kita adalah bahwa Firman Tuhan dapat
menghidupkan kembali hati kita. Ia dapat membuat hati kita
kembali berdebar. Caranya?
Pertama, LRB (Lihatlah, rendah hati, dan bersukacitalah). Lihatlah
karya Allah dalam kehidupan kita, nyaman atau sial. Ia selalu
mendengarkan dan tidak pernah meninggalkan kita. Walau, kita kerap
tidak melihat-Nya. Namun, percayalah, everything is in God’s control
(segala sesuatu berada dalam kendali Allah). Rendah hati akan
memanfaatkan semua indra kita untuk semakin mengenali setiap karya
dan rencana-Nya bagi kita. Bersukacitalah dalam kemalangan
apapun. Karena sukacita berasal dari Allah. Kebenaran, damai
sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus adalah tanda bahwa kita
adalah warga Kerajaan Surga. Kerajaan Surga sangat kuat dan tak
tergoyahkan sekalipun dunia terguncang (Rm. 14:17, Ibr. 12:26-28).
Kedua, carilah Allah (ay. 33). Setiap perkara yang terjadi dalam
hidup kita berada dalam kendali Allah. Jangan menyelesaikan masalah
dengan mengandalkan pikiran sendiri, tetapi carilah Allah dan hikmat-
Nya untuk memahami rancangan-Nya dalam kehidupan kita. Selamat
membuat hatimu hidup kembali!

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 14


Kamis, 11 Januari 2024
2 Korintus 10:1-11

TERBENAM DALAM PIKIRAN KRISTUS


Kamengkaolan lan Kristus

Ada ungkapan kearifan orang Toraja berbunyi untu’tun punti


adokan, yang berarti menopang batang pisang busuk. Ungkapan ini
bergenre satire (sindiran), yang diarahkan kepada orang atau pihak
yang membela pandangan yang salah. Bagaimanapun cara dan upaya
pembelaannya, posisinya lemah dan akan runtuh. Ibarat seorang yang
berupaya menopang pohon pisang yang busuk, pada akhirnya pohon
pisang tersebut akan tumbang.
2 Korintus 10:1-11 merupakan surat pembelaan Paulus kepada
jemaat di Korintus atas rumor yang dikembangkan beberapa orang
bahwa gaya pelayanan Paulus tidak konsisten. Paulus dipandang tegas
dan keras jika mendidik jemaat melalui surat, namun lemah mendidik
ketika bertatap muka (ay. 1, 10). Merespons pandangan demikian,
Paulus mengklarifikasi, bahwa gaya pengajarannya melalui surat akan
tetap sama bentuknya apabila ia mengajar dalam perjumpaan
langsung (ay. 11).
Intensi pembelaan Paulus atas prasangka dari sejumlah orang di
Korintus, sekaligus juga menjadi poin pengajarannya, sejatinya adalah
tentang komitmen pengajarannya yang teguh dan tegas melawan pola
hidup dan pandangan yang salah. Wujudnya adalah siasat kubu yang
dibangun oleh keangkuhan, kedurhakaan dan membentuk benteng-
benteng pikiran untuk menentang pengenalan akan Allah (ay.
6,7). Namun, Paulus bersaksi bahwa keberanian dan ketegasannya itu,
bukan dari kekuatannya sendiri, tetapi berasal dan berdasar di dalam
pikiran Kristus (ay. 6).
Surat pembelaan dan pengajaran ini memapar kita untuk bertahan
dalam argumentasi yang teguh dan kuat, karena terbenam atau
tunduk dalam pikiran Kristus. Teguhlah dan beranilah mengajarkan
serta membela kebenaran iman di dalam Kristus, karena iman dan
pengajaran di dalam Kristus bukan punti adokan. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 15


Jumat, 12 Januari 2024
Hakim-hakim 2:16-23

WARISAN TERBAIK
Mana’ Mala’bi‘

Warisan selalu dikaitkan dengan harta yang ditinggalkan


seseorang bagi keturunannya atau bagi orang yang ditetapkannya.
Tidak jarang warisan menyebabkan konflik. Setiap orang
menginginkan warisan, tetapi yang diharapkan bukan yang benar-
benar penting bagi hidupnya.
Pada masa kepemimpinan Yosua, bangsa Israel setia beribadah
kepada Tuhan. Namun setelah Yosua meninggal dan seluruh generasi
dikumpulkan, lahirlah generasi berikutnya, dan mereka tidak mengenal
Tuhan maupun apa yang telah dilakukan-Nya terhadap Israel. “Pada
saat itu, bangsa Israel melakukan sesuatu yang jahat di mata Tuhan.
Mereka menyembah Baal” (ay. 10-11).
Sejak zaman Hakim-hakim hingga zaman raja, bangsa Israel
berulang kali jatuh dan bangkit karena alasan yang sama:
penyembahan berhala. Akar masalahnya adalah mereka tidak lagi
mengenal Tuhan. Generasi Israel setelah Yosua tidak mempunyai
pengetahuan sejati tentang Tuhan. Karena itu, orang tua mungkin
tidak lagi mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak mereka.
Pengabaian ini telah melahirkan generasi yang tidak lagi mengenal
Tuhan dan Firman-Nya.
Bukankah kenyataan ini sangat menyesakkan? Anak-anak tidak
lagi menghormati orang tuanya, tidak lagi menghormati agama, tidak
lagi menghormati Tuhan, dan perbuatannya hanya membawa
keburukan. Hal serupa dapat terjadi kapan saja, dan di mana saja. Kita,
khususnya orang tua, hendaknya memikirkan hal ini dan mencari ke
dalam diri kita sendiri. Sudahkah kita mengenal Tuhan dengan baik
untuk kita wariskan kepada keturunan kita? Sudahkah kita
mengenalkan mereka kepada Tuhan sejak kecil dan mengajari mereka
dengan penuh semangat berulang kali? Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 16


Sabtu, 13 Januari 2024
Mazmur 139:1-6

DITEMANI ALLAH SEPANJANG WAKTU


Na rondong Puang lan mintu’ attu

Sejak Abad-abad Pertengahan, Gereja Katolik selalu menyanyikan


Mazmur 139 pada Kamis Putih malam, malam penangkapan Yesus.
Pada malam itu juga, Yesus berdoa di taman Getsemani sendiri. Di
sana, Ia bergumul bergitu hebatnya dalam doa kepada Sang Bapa,
sampai keringat menetes seperti tetesan darah. Namun, apa
hubungannya dengan Mazmur 139:1-6?
Daud, Sang Pemazmur, dalam doa mengakui bahwa tidak ada satu
inci pun dalam hidupnya yang tidak diketahui Allah, seperti pikiran,
jalan, ucapan, dll. Hal tersebut digambarkannya dengan bahasa,
menyelidiki, mengetahui, mengerti, melihat, memagari dslb. Mari kita
melihat pemahaman Yohanes Calvin mengenai perikop ini.
Menurutnya, Mazmur 139 tidak perlu dibaca sebagai Allah yang
memata-matai seluruh kehidupan kita. Justru, Mazmur itu
menegaskan bahwa Ia adalah sahabat (companion) yang menemani si
pemazmur sepanjang waktu. Karena itulah, Mazmur itu dibaca pada
Kamis Putih malam, untuk melihat bagaimana Yesus dalam
kesendirian-Nya, saat para murid lain tertidur, dan dalam peluh seperti
darah, Sang Bapa terus bersama-Nya.
Penggalan lagu Sound of Silence (1964), karangan Simon &
Garfunkel, mengatakan …in the naked light I saw ten thousand people,
maybe more. People talking without speaking. People hearing without
listening (dalam cahaya aku melihat sepuluh ribu orang, mungkin lebih.
Orang berkata-kata tanpa berbicara. Orang mendengar tanpa
menyimak). Kehidupan kita saat ini dipenuhi banyak orang yang
sekadar berkata-kata dan banyak orang yang mendengar, tetapi tidak
menjadi sahabat yang menyimak. Namun, Pemazmur menyaksikan
bahwa Allah adalah sahabat yang menyahabatinya sepanjang waktu.
Tak ada sejengkal pun dalam hidup kita tanpa Allah Sang Sahabat.
Percayalah, sepanjang pejalanan satu tahun ini akan selalu ditemani
Sang Sabahat. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 17


Minggu, 14 Januari 2024
1 Samuel 9:27-10:16

DITUNTUN TANDA DARI TUHAN


Napanundu’ Tanda ludiomai Puang

Seorang penulis Perancis bernama Michel de Nostredame atau


Nostradamus (1503-1566), diproklamirkan oleh para pembaca
tulisannya sebagai penulis yang banyak memprediksi peristiwa besar
yang akan terjadi dunia. Akan tetapi, masalah dengan prediksi
Nostradamus adalah sangat samar dan sulit disimpulkan. Bahkan, para
pembaca tulisannya pun tidak mampu menafsir maksud prediksinya.
Tidak seperti Nostradamus, prediksi Samuel sangat jelas, spesifik, dan
rinci. Selain itu, ia memprediksikan sesuatu berdasar ilham Tuhan,
sementara Nostradamus memprediksi dengan mengandalkan
pikirannya.
Kisah pengurapan Saul menjadi Raja yang disusul dengan
pembuktian bebrapa peristiwa yang telah diprediksikan Samuel,
menunjukkan kuasa penyelenggaraan Allah yang besar dan berlaku
atas semua hal. Kuasa Allah terjalin dengan janji-janji yang terkait
leluhur Saul; kuasa-Nya meluas ke pengembaraan keledai, kepada
orang asing yang ditemui Saul; dan atas hal yang akan dikatakan dan
dilakukan oleh orang-orang asing yang berjumpa dengan Saul (ay. 2-
6). Peristiwa-persitiwa yang dialami Saul tersebut, meyakinkannya
bahwa ia memang telah dipilih untuk menjadi raja atas Israel, dan
bahwa Tuhan akan menyertai dan memperlengkapinya untuk tugas
itu.
Dengan demikian, pesan ini berlaku bagi kita, orang-orang yang
dipanggil-Nya. Ia meyakinkan kita dengan caranya yang berkuasa atas
segala hal yang ada dan terjadi dalam semesta raya ini. Dan, jika
Samuel menegaskan kepada Saul untuk selalu mengikuti petunjuk
Allah melalui dirinya (ay. 7,8), maka hal itu berlaku bagi kita, yaitu untuk
tetap setia mengikuti petunjuk-Nya, baik dalam dalam bentuk tanda
yang jelas, pun mungkin samar yang membutuhkan penggumulan
untuk memahaminya dengan ilham Roh Kudus dan Firman-Nya. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 18


Senin, 15 Januari 2024
2 Korintus 6:14-7:1

IAMOTO TU ARRANG
Itulah Terang

Sala misa’na to manarang disanga Albert Einstein ma’kada


kumua: iari na den tu malillin belanna tae’ na ma’dioren tu
arrang. Ma’din duka bang lan te katuoan ta dirannuanan tu
diona arrang, belanna ma’din len titodo tu lentek ba’tu
tipentu’mu’ ke lanki kalillinan. Apa matumbari na iatu
toma’patongan lako Puang undaka’ tonganni tu disanga arrang?
Ia dukamoto tu na pakilala Paulus lako jemaat dio Korintus
belanna tae’ na parinaai tu diona kareba kaparannuan tu
mangka na sauran. Na pa’pakaintinan duka Paulus tu diona
apara kasiduluanna tu kamaloloan na kabattukan? Napakanassa
Paulus tu iannato belanna tang siolananmo tu penggauranna
taunNa Puang dio Korintus. Na patarru’i nakua: ba’tu umba nakua
sita’pa tu masiang na malillinna? (ay. 14). Pekutananna lako kita:
umbara sitonganna ladinai unnapparanni tu diona arrang?
KadanNa Puang tu sipatu ladinannungan mandalan iamo tu
nakua “La torroNa’ sia la sumalong dio to’ naninna tau iato, sia
la mendadiNa’ Puangna tau iato, anna tau iato lamendadi
taungKu” (ay. 16). Maleso, sia iatu kama’diorenanna Puang iamo
tu ullendu’i kuasa Penaa masallo’ tu tontong mendadi arrang lan
te katuoanta. Tang pakulle sia tang pabelaki undakai’ tu
masiangna ke tannia Penaa Masallo’ undoloananki (PGT Bab
V:2). Lan te katuoan ma’din bang ladi pengkilalai kumua iatu
Penaa Masallo’ tu umpakanassa kamaseroan ta. Na patarru’i
Paulus kumua iate kita ma’dinki tassu’ lanmai to kapere’ belanna
taunNa miki Puang, ullendu’i Penaa Masallo’ tu mangka
umbilang maseroki’ (ay. 17). Iamoto belanna kita tu digente’ to
lanmo arrangNa Puang, inangla tontong dipa’peambaran tu
mamaseNa Puang lan mintu’ sulapa’ katuoanta. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 19


Selasa, 16 Januari 2024
Mazmur 86:1-13

PERTOLONGAN DAN PETUNJUK


Pa’tunduan sia Pa’pakilala

Mungkin kita sering menemui orang yang mirip dengan ungkapan


Toraja ma’puduk lendong, ma’tambuk karang (bermulut licin, berhati
bengkok). Mereka dapat berkata-kata yang baik, tetapi hati mereka
berbanding terbalik dengan mulut mereka. Hal semacam itu juga tidak
jarang terjadi dalam laku iman dan doa-doa kita kepada Allah. Kita bisa
benar-benar tampak saleh, tetapi hati kita penuh kutuk dan dendam.
Hal sebaliknya ditunjukkan oleh Daud. Doa ini diungkapkannya
saat ia berada dalam kejaran Saul. Kita bisa mendapati betapa Daud
sungguh-sungguh menyatakan permohonannya kepada Allah.
Doanya terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, ayat 1–7 adalah
‘permohonan pertolongan’ yang menandakan si pemazmur benar-
benar berada dalam tekanan. Kedua, ayat 8–13 adalah pujian
pemazmur kepada Allah yang diakhiri dengan syukur terhadap
jawaban doa.
Kita juga perlu menelisik ayat 11 “Tunjukkanlah jalan-Mu ya
TUHAN, supaya aku hidup menurut jalan kebenaran-Mu; bulatkanlah
hatiku untuk takut akan nama-Mu.” Dari sini, kita belajar bahwa
pemohonan kepada Allah juga dibarengi permohonan yang tulus agar
Ia menunjukkan arah yang benar. Dalam doanya, ia memohon
pertolongan sembari memohon ditunjukkan jalan yang benar.
Rumi (1207-1273), seorang mistikus asal Iran, mengatakan bahwa
kepalsuan menyusahkan hati, tetapi kebenaran mendatangkan
ketenangan yang menggembirakan. Tampaknya, tidak ada kepalsuan
di dalam doanya dan Allah menjawabnya dengan menunjukkan jalan.
Allah mendengar doa Daud minta tolong. Doa yang penuh kepalsuan
tidak akan mendatangkan kebaikan. Sebaliknya ia hanya akan
kesusahan. Namun, doa yang tulus mendatangkan ketenangan yang
sejati dari Allah. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 20


Rabu, 17 Januari 2024
Lukas 18:15-17

BAWALAH ANAK-ANAK PADA KRISTUS


Solanni tomai anak-anakta lako Yesus

Madomi’ ko kapua mumale melondong/meurang, sangtonti


pelendongmu, sangbingka’ peurangmu (cepatlah besar agar kau pergi
mencari belut atau udang, kiranya hasilnya banyak) adalah nyanyian
orang Toraja saat menidurkan anaknya (dilellenan). Lellenan itu
merupakan doa dan harapan orang tua agar anaknya dapat menjadi
berkat. Namun, tidak berhenti di situ saja, tetapi orang tua juga harus
tetap mengajar anaknya agar doa dan harapan itu tercapai. Berkaitan
dengan anak, bahan bacaan kita hari ini menyapa kita. Mari kita simak!
Kisah ini sudah begitu sering kita dengar. Dengan cepat kita bisa
mengatakan pesan teks ini adalah masuk ke dalam Kerajaan Allah
harus seperti anak-anak, yang penuh kegembiraan dan sukacita.
Mereka yang tidak seperti itu tidak dapat masuk. Jika kita
memerhatikan konteks di masa Yesus, anak-anak dipandang sebagai
harta. Nilai seorang anak terletak pada potensi penghasilan. Anak yang
belum dapat membantu keluarga bukanlah berkat. Hal ini berbeda
dengan saat ini, anak dijunjung tinggi. Di sini, kita melihat keterbukaan
tangan Yesus kepada orang-orang yang diabaikan dunia. Di sini, kita
melihat bahwa bagi Yesus, anak-anak sekalipun tidak terjebak pada
label dan pantangan masyarakat. Padahal, saat para orang tua ini
anak-anaknya diberkati oleh Yesus, ada harapan bahwa anak-anak
mereka dapat menjadi berkat.
Hari-hari ini, banyak orang tua yang membiarkan anak-anaknya
bertumbuh tanpa pendampingan terhadap anaknya. Tidak jarang kita
melihat, orang tua mendiamkan anaknya dengan memberikannya
gawai (handphone) dan lain-lain. Sungguh menyedihkan! Dari sini, kita
belajar bahwa bawalah anak-anak kepada Kristus. Jangan halangi
mereka dengan aneka hal yang menghambat mereka menerima
berkat dari Yesus. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 21


Kamis, 18 Januari 2024
Yeremia 19:1-15

SAMPAIKANLAH PERINGATAN TUHAN


Pokadai tu Pa’ PakilalanNa Puang

Tidak mudah untuk jadi seorang pemberita. Jika berita yang


disampaikan adalah berita sukacita, maka dengan mudah kita
menyampaikannya. Sebaliknya, jika tidak mudah untuk menyampaikan
berita duka atau penghukuman.
Nabi merupakan seseorang yang dipilih dan diutus untuk
menyampaikan kabar dari Tuhan, entah berita sukacita atau
penghukuman bagi suatu bangsa. Yeremia diutus Tuhan untuk
menyampaikan kabar penghukuman bagi umat yang hidup tidak taat
kepada Tuhan. Ia membeberkan berbagai dosa mereka yang sering
mereka lakukan di hadapan Tuhan. Salah satunya adalah dosa
penyembahan berhala. Yeremia mengumandangkan kabar dengan
berseru “Wahai raja-raja Yehuda dengarlah firman Tuhan” sehingga
Israel dan Yerusalem mengetahui bahwa Dialah Tuhan semesta alam
yang sanggup melakukan apapun yang telah Ia sampaikan. Tidak
hanya hanya dosa mereka, tetapi Yeremia menyampaikan tentang
penghukuman Tuhan.
Sekalipun Yeremia adalah seorang nabi, tetapi secara manusiawi,
tidaklah mudah memberitakan penghukuman bagi suatu bangsa yang
bebal. Meski demikian, Yeremia tetap menyambut perintah itu dan
pergi menyampaikannya perintah Tuhan. Sebagai orang beriman, kita
juga adalah orang-orang yang Tuhan pakai untuk menyampaikan
teguran dan mengingatkan orang-orang yang hidup tidak benar
dihadapan Tuhan. Tugas ini berat, tetapi salah satu panggilan
mengasihi sesama adalah dengan menegur mereka yang sedang
hidup berkanjang dalam dosa. Kita ingin semua orang berbalik
kepada-Nya. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 22


Jumat, 19 Januari 2024
Mazmur 62:6-12

TENANG DI DEKATNYA
Ma’tan sisola Puang

Saat berada dalam situasi tertekan atau berada dalam bahaya,


apakah kita berharap dan datang kepada Tuhan?
Dari bacaan kita, sangat terasa bahwa pemazmur sedang berada
dalam keadaan yang tidak aman. Ia dikerumuni oleh orang-orang yang
ingin menjatuhkannya. Ia berada di tengah orang yang berkata manis
di depan, tetapi dalam hati mengutukinya. Sebuah keadaan yang
sesungguhnya membuat seseorang tertekan dan terhimpit.
Akan tetapi, bagi pemazmur, kendati dalam keadaan ini, ia tetap
merasa aman dan tenang teduh. Perasaan aman dan tenang ini
bukan karena Daud merasa kuat untuk melewati persoalan. Ia
merasakan dan mengalaminya karena ia mendekat pada Tuhan,
Sang Sumber pengharapan. Keyakinan Daud bahwa hanya
dekat dengan Tuhan ia merasa tenang bukan keyakinan yang
tak berdasar, tetapi keyakinan itu berasal dari pengenalan dan
kedekatan kepada Tuhan. Tidak mungkin Daud mengatakan
“Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku” kalau ia
tidak melihat dan merasakan pemeliharaan Tuhan dalam
kehidupannya. Daud berkata “Percayalah kepada-Nya setiap
waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya Allah
ialah tempat perlindungan kita” (ay.9).
Tidak hanya Daud yang mengalami pergumulan dan
tekanan yang berat, namun kitapun rentan untuk mengalami
persoalan serupa. Keyakinan Daud bahwa Tuhanlah tempat
perlindungan yang memberi rasa aman dan tenang, kembali
meneguhkan keyakinan kita. Curahkanlah isi hatimu di hadapan
Tuhan, percayalah Ia mendengar serta memberikan rasa aman
dan tenang dalam hatimu. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 23


Sabtu, 20 Januari 2024
Lukas 10:13-16

MENDENGAR ATAU MENOLAK


Ma’perangngi ba’tu Mengkailing

Pernahkah anda mendapat nasihat atau wejangan? Tentu semua


orang pasti pernah dan sering mendapat nasihat. Nasihat biasanya
lebih sering disampaikan orang tua kepada anak-anaknya atau guru
kepada murid-muridnya di sekolah. Apakah nasihat itu terus diingat
dan lakukan?
Kota Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum merupakan kota yang
dikecam oleh Yesus dalam pembacaan kita hari ini. Kota-kota tersebut
merupakan tempat Yesus melakukan pemberitaan dan mujizat. Di
ketiga kota ini juga mereka melihat dan menyaksikan kebaikan Tuhan
lewat mujizat-mujizat kerjakan Yesus. Karya Tuhan yang luar biasa
membuat orang-orang yang melihatnya kagum dan mengakui bahwa
Yesus itu Tuhan yang berkuasa atas penyakit. Namun, realitasnya tidak
demikian. Akibatnya, kota-kota tersebut dikecam oleh Yesus. Mereka
melihat karya Yesus, tetapi tidak membuat mereka bertobat dari
kehidupan lama mereka. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa pada
saat penghakiman tanggungan mereka menjadi lebih berat dari Tirus
dan Sidon, kota orang-orang yang hidupnya berlaku jahat di mata
Tuhan.
Hidup di era teknologi yang semakin berkembang pesat
memudahkan kita mendapat informasi. Alkitab pun sudah dapat kita
baca dari gawai kita. Kita bisa mencari di internet khotba dan ibadah
macam apa yang ingin kita dengarkan. Namun, apakah Firman Tuhan
yang kita dengar dan baca setiap hari telah mewarnai kehidupan
keseharian kita? Atau hanya berlalu seperti angin lalu yang tidak
mengakar dalam hati kita? Dengarlah Tuhan berbicara kepadamu
setiap hari dalam berbagai cara-Nya. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 24


Minggu, 21 Januari 2024
1 Korintus 7:17-24

TAK ADA YANG BERUBAH


Tae’ tu membali

Ada penggalan lagu Saya mau Ikut Yesus (KJ 375) mengatakan
“Meskipun saya susah menderita dalam dunia, saya mau ikut Yesus
sampai slama-lamanya”. Saat lagu ini kita dengar atau nyanyikan,
apakah lirik lagu itu telah menjadi ungkapan iman kita bahwa
sekalipun hidup ini penuh penderitaan, saya tetap mengikut Tuhan?
Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Korintus menyampaikan
pesan bahwa hendaklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan
sebagaimana ia dipanggil (ay. 17) Paulus berharap bahwa jemaat tidak
fokus pada penampilan luar saja, tetapi yang terpenting ialah tetap
setia menjadi orang percaya dalam situasi apapun. Jemaat di Korintus
terdiri dari sekelumit orang Yahudi, tetapi didominasi orang non
Yahudi. Perbedaan inilah yang membuat Paulus menuliskan bahwa
“Bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah
menaati hukum-hukum Allah” (ay. 19). Paulus lalu memberi penekanan
tentang cara hidup yang benar di hadapan Tuhan, yakni “…hendaklah
tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada
waktu ia dipanggil” (ay. 24). Ia menyampaikan nasihat supaya jemaat
tetap hidup dalam keadaan sewaktu Injil menjumpai mereka dan pada
waktu mereka bertobat dan menjadi Kristen. Saat seseorang telah
beriman, Tuhan tidak melihat masa lalu, tetapi Ia berkenan kepada
orang yang datang kepada-Nya dengan kerendahan hati, mau
mengakui dosa dan meninggalkan kehidupan gaya hidup yang lalma
untuk hidup dalam terang Tuhan.
Kehidupan bersama Tuhan bukan kehidupan yang sewaktu-waktu
yang dapat berubah. Hari ini hidup bersama Tuhan, namun besok
mengabaikan-Nya. Hidup dalam Tuhan tidaklah demikian. Apapun
yang kita alami, apapun yang diperhadapkan kepada kita, iman dan
pengharapan kita tidak akan boleh berubah. Ia tetaplah Tuhan,
Juruselamat dalam segala keadaan hidup kita. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 25


Senin, 22 Januari 2024
Penggauranna Rasulu’ 5:33-42

PEPASAN KAKINAAN
Pesan Bijak

Lan lingkana katuoanta, inang den bang tu pepasan ta tarima.


Papasan lu dio mai tomatua, sangsiuluran, to ma’parenta, sia to’
ma’kamaya lan lu kombongan. Ianta pokada pepasan, tantu kameloan
tu lana patu, la ta pokendek lu langan. Ianna den te mai bati’ la
ma’lemba kalando, tantu dipepasanni kada balo’. Ma’jama melo komi
pia, matuttu’ komi massikola, kilalai tu kadanNa Puang.
Susi duka mo to tu na parampo Gamaliel, misa’ pandita sukaran
aluk nakasiri’ mintu’ tau belanna kakinaanna, lan Ada’ lompo. Iatonna
paressai To Minaa kapua tu mai rasulu’ lan to’ Ada’ lompo, la na situru’i
mo kumua iate mai rasulu inang ladi patei belanna tontong bang
umpa’kareban sanganNa Yesu (ay. 33). Mendadi pa’pakilala tu iannato
kumua manassa den tu tau tang masannang lako to unturu’ Yesu sia
umpokada katonganan. Namoi raka susi to, patonganni kumua tae
nala tampe ki’ Puang. Susi lan pa’basanta, payan tu pangrondongNa
lako tu mai rasulu’, ullendu’i papasan kinaanna Gamaliel. Ma’kada lan
tanga-tangana Ada’ lompo, na pakilala tu mai Tominaa kapua kumua
ianna pengkarangan tolino tu na pa’kareban te mai rasulu’ manassa
iinang la disanggang, apa iake tuo dioi Puang Matua, tae' mibelai
ussanggangi, miurunganni manii siuali Puang Matua (ay. 35-39). Iatu
pepasanna Gamaliel manassa papasan kinaa belanna umpabu’tu
kameloan sia umpamambela kasigagan, naurunganni masannang tu
mai rasulu’ (ay. 40-42).
Iatu pepasan kinaa, dikamali’ kenna ia nasang na pokada sia na
tarima to buda. Iamoto, parallu den tu disanga umpamadiongan
penaa, belanna iatu papasan kinaa tassu’ dio mai pudukna to
umpamadiongan penaanna. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 26


Selasa, 23 Januari 2024
Markus 3:13-19a

MENGENAL DIA YANG KITA LAYANI


Untandai Tongan Puang tu Ussuaki‘ ma‘kamaya

Pemilihan dan pengutusan kedua belas rasul merupakan perikop


yang selalu menarik untuk direnungkan. Misalnya, Yesus mengambil
waktu teduh di atas bukit sebelum memilih para murid, yang mana
bagian itu menjelaskan pentingnya sikap rendah hati dan berserah
kepada Tuhan. Hal lain adalah Yesus hanya memanggil mereka yang
dikehendaki-Nya. Poin itu menandaskan kebebasan-Nya untuk
memilih dan mengutus pelayan-Nya. Lebih lanjut, respons mereka
yang terpanggil juga menarik, karena mengantar setiap kita untuk
merespons panggilan dan pengutusan Tuhan. Selain poin-poin
tersebut, poin lainnya yang perlu direnungkan ialah kedua belas murid,
dipanggil untuk menyertai Dia sebagai bagian dalam pelayanan
pemberitaan Injil.
Setelah mereka merespons panggilan-Nya, Yesus memerintahkan
mereka untuk menyertai Dia sebagai syarat dalam memberitakan
Injil. Hal itu dilakukan-Nya agar kedua belas rasul semakin mengenal
Tuhan yang memilih dan mengutus mereka. Hal itu juga menegaskan
bahwa pentingnya pengenalan akan Tuhan dalam pemberitaan injil,
karena hanya dengan mengenal Dia seseorang dapat sanggup
memberitakan Injil.
Gereja Toraja, dalam tuntunan dan hikmat Roh Kudus mengenal
bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juruselamat. Di luar Yesus,
tidak ada Tuhan dan Juruselamat lain. Pengenalan itulah yang
mewarnai pelayanan Gereja Toraja. Pertanyaan reflektifnya adalah,
sudahkah kita mengenal Dia yang kita layani? Pengenalan yang benar
akan Tuhan mengantar kita pada pelayanan yang membawa damai
sejahtera bagi semua. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 27


Rabu, 24 Januari 2024
Mazmur 46:1-12

ALLAH SUMBER KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN


Puang Oto’na Kamatotoran sia Pentilindungan

Ketakutan merupakan realitas yang selalu membayang-bayangi


perjalanan hidup manusia. Penyebabnya-pun beragam. Salah satunya
ketika manusia diterpa ‘angin badai’ yang membuatnya kehilangan
pengharapan dan keberanian menjalani hidup. Pada kondisi itu,
kekuatan dan perlindungan menjadi kerinduan setiap insan. Lantas, ke
mana manusia harus mencarinya?
Pemazmur memberikan kita jawaban, bahwa sumber kekuatan
dan perlindungan hanya di dalam Tuhan. Secara sengaja, pemazmur
menggambarkan kemahakuasaan Allah dalam tiga bait. Pertama, Allah
diperlihatkan sebagai tempat perlindungan dan kekuatan (ay. 2a),
penolong dalam kesesakan (ay. 2b) yang kekuasaan-Nya kokoh
selamanya (ay. 3-4). Bait ini menjelaskan bahwa dalam setiap gumul-
juang manusia, Allah dapat diandalkan. Kedua, Pemazmur dalam ayat
5-8, menceritakan kehadiran Allah yang membawa damai sejahtera
bagi umat-Nya (bdk. Yes. 37-38, yang mengisahkan Allah bertindak
meluputkan umat-Nya dari musuh-musuhnya, khususnya Asyur).
Ketiga, ajakan Pemazmur kepada setiap umat Tuhan untuk merespon
dalam syukur setiap karya-Nya yang selalu merancangkan damai
sejahtera bagi semua (ay. 9-12).
Tiga bait tersebut meyakinkan kita bahwa sungguh, Dialah Allah
yang berdaulat atas kehidupan manusia. Pergumulan dan kesesakan
memang mewarnai perjalanan hidup kita dan tidak jarang berujung
pada ketakutan menjalani hidup. Namun, mari bersama meyakini
bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang mampu menolong
dan mengeluarkan kita dari bencana hidup yang dahsyat. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 28


Kamis, 25 Januari 2024
Roma 9:6-18

BUKAN KARENA KEBAIKANKU


Tangia Belanna Kameloanku

Memahami konsep teologi keselamatan Paulus dalam pasal ini,


memerlukan pembacaan yang utuh mulai pasal 1-8 yang juga
berbicara tentang keselamatan. Dalam teologi Paulus, keselamatan
diperoleh melalui karya penebusan Yesus Kristus, bukan melalui
perbuatan baik. Selain itu, Paulus juga menandaskan bahwa semua
yang percaya kepada-Nya, disebut keturunan Abaraham yang akan
menikmati hidup berkemenangan.
Lebih lanjut, dalam pasal 9 ini, Paulus kembali menjelaskan bahwa
keselamatan didasarkan pada kasih karunia Allah yang sempurna. Itu
disampaikan Paulus sebagai kegelisahannya secara psikologis
terhadap kondisi sebagian bangsa Yehuda yang tidak percaya kepada
Yesus Kristus, padahal mereka menikmati keistimewaan dari Tuhan (ay.
4-5). Tampaknya, keistimewaan itu berbanding terbalik dengan sikap
mereka yang menolak Injil dan terus memahami keselamatan
diperoleh karena mereka adalah keturunan Abraham (ay. 7-8). Hal itu
jelas keliru karena Alkitab tidak pernah berbicara bahwa keselamatan
itu sifatnya komunal. Namun, Alkitab menegaskan bahwa keselamatan
yang dikerjakan Allah bersifat individual. Sebab itu, Paulus
mengatakan bahwa yang disebut sebagai anak-anak Allah adalah
mereka yang hidup dalam kebenaran Yesus Kristus, bukan menurut
daging atau keturunan biologis dari Abraham, Ishak dan Yakub (ay. 8-
13).
Dalam keadilan dan kemurahan-Nya, Yesus menyatakan
keselamatan kepada manusia (ay. 14-15). Dengan demikian, kita
mestinya tiba pada pengakuan seperti Paulus, bahwa hanya oleh
anugerah kita diselamatkan, bukan dari usaha manusia (ay. 16). Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 29


Jumat, 26 Januari 2024
Ulangan 12:28-32

HATI-HATILAH!!
Kanandai Tu Kalemu!!

Dalam kondisi apa, kita mengatakan ‘awas’ kepada orang lain?


Tentunya beragam! Salah satunya ialah saat menasihati. Kata itu
diucapkan tentu dalam sebuah kesadaran akan pentingnya sikap
memperhatikan dan mengingatkan akan berbagai hal dalam dinamika
kehidupan.
Tampaknya itu juga yang dilakukan Musa, penulis kitab-kitab
Taurat, kepada bangsa Israel. Kepada mereka, disampaikan beberapa
hal, yakni dengarkanlah perintah Tuhan. Kata dengarkanlah (Ibr. ‫ש ַמע‬ ָׁ
syama) adalah pengumuman akan adanya sesuatu hal yang penting
dan wajib untuk didengarkan, disetujui dan dilakukan (yakni apa yang
baik dan benar di mata Tuhan), karena akan menimbulkan efek
lanjutan, yakni ‘baik keadaanmu dan anak-anakmu’ (ay. 28).
Selanjutnya, Musa menekankan kehati-hatian terhadap praktik
penyembahan berhala (ay.29-30). Kata hati-hatilah (Ibr. ‫ש ַמר‬ ָׁ syamar)
bermakna peringatan yang harus diperhatikan dan dilakukan. Dalam
konteks Ulangan 12, penyembahan berhala menjadi fokus utama Musa
untuk dihindari, karena hal itu merupakan kekejian bagi Tuhan karena
mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan (ay. 31).
Penekanan Musa pada bagian ini, hendaknya menjadi perenungan
bersama untuk terus mendengar dan melakukan segala ketetapan-
ketetapan Tuhan (ay. 32) dengan setia (dikaritutui tongan), seraya terus
berhati-hati untuk tidak terjebak pada tindakan berhala. Ketetapan
Tuhan itu sempurna, dengarlah dan lakukanlah dalam kesetiaan. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 30


Sabtu, 27 Januari 2024
Ulangan 13:1-5

JANGAN TERGODA!
Da’ammu Dia‘panni

Dalam beberapa waktu terakhir, kasus penipuan semakin marak di


mana-mana dan telah memakan banyak korban. Penipuan online lewat
telepon dan pesan singkat WhatsApp menjadi yang terbanyak. Dengan
iming-iming hadiah puluhan juta rupiah. Tanpa berpikir panjang, para
korban mengikuti arahan dari si penipu. Miris! Namun, itulah faktanya
bahwa kasus penipuan semakin merajalela.
Dalam Perjanjian Lama, penipuan berkedok agama (kepercayaan)
tampaknya menjadi praktik keseharian yang selalu dipertontokan
tanpa rasa malu dan bersalah. Nabi dan pemimpi-pemimpi
bermunculan dengan argumen spiritualnya yang mampu
menghipnotis pendengarnya. Mereka adalah penyesat-penyesat yang
pandai untuk meyakinkan orang lain agar percaya kepada mereka.
Kehadiran mereka tentu menjadi ancaman bagi umat Tuhan saat itu.
Itulah sebabnya Tuhan memperingatkan bangsa Israel melalui Musa
untuk jangan mudah tergoda dengan ajaran-ajaran dari si penyesat
(ay. 3). Lantas apa yang harus dilakukan? Menjadi orang beriman
dalam takut akan Tuhan, berpegang pada perintah-Nya,
mendengarkan suara-Nya, serta berbakti dan berpautlah pada-Nya
(ay. 4).
Pada masa kini, penyesat-penyesat berasal dari berbagai latar
belakang, bahkan tokoh agama, tidak jarang menjadi penyesat dengan
memberitakan firman Tuhan tidak sesuai dengan maksud teks dan
konteks, bahkan tak ayal kebenaran sering disembunyikan hanya
untuk memuaskan telinga pendengar. Ayat 5 menegaskan bahwa
orang-orang yang demikian, akan dihukum mati. Janji dan ucapan si
penyesat memang manis, namun berbuah busuk. Jangan tergoda!
Jadilah murid yang teguh dalam kebenaran. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 31


Minggu, 28 Januari 2024
Bilangan 22:2-20

RASA TAKUT
Kamatakuran

Otak manusia memiliki suatu bagian yang bernama Amigdala,


yakni bagian yang berperan mengelolah rasa takut. Rasa takut
merupakan reaksi kejiwaan terhadap ancaman yang dapat
membahayakan seseorang. Dapat dikatakan bahwa rasa takut adalah
sesuatu yang sangat manusiawi. Karena itu, tidak salah jika seseorang
memiliki rasa takut. Justru rasa takut yang terukur dan bijaksana
penting dalam rangka keberlangsungan hidup.
Di sisi lain, apakah menghadapai rasa takut harus ditempuh
dengan jalan yang tidak baik? Misalnya, dengan mengutuk dan
melakukan suap agar rasa takut teratasi? Mengetahui kehebatan
bangsa Israel yang selalu menang dalam peperangan membuat Balak
menjadi takut. Apa yang dilakukannya? Ia pun meminta pertolongan
Bileam untuk mengutuk bangsa Israel agar mereka melemah dan
dapat dikalahkan (ay. 6). Kita dapat memahaminya sebagai usaha yang
didorong rasa takut dan diolah dengan cara tidak bijaksana. Dalam
narasi ini kita mendapati bahwa Tuhan bekerja dalam perjalanan umat
Isreal dan tidak membiarkan umatNya gagal dalam perjalanan ke
Kanaan.
Dalam tiap perang atau konflik, mengutuk atau menempuh jalan
kekekrasan bukanlah satu-satunya jalan penyelesaian. Meski amigdala,
bagian otak yang lain, dan hati kita turut memberi pengaruh dalam
menentukan jalan keluar. Jalan diplomatis atau negosiasi merupakan
jalan yang bijaksana. Pun sama halnya dalam kehidupan kita, tidak
semua permasalahan harus diselesaikan dengan mengutuk dan
kekerasan. Bagaimanapun, jalan kebijaksanaan tetaplah kita butuhkan
dalam hidup. Kebijaksanaan justru berakar pada takut akan Tuhan
(bdk. Amsal 1:7a). Tempuhlah masalah dengan cara yang bijak. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 32


Senin, 29 Januari 2024
Penggauranna Rasulu’ 21:17-26

INANG MALA’BI’ TU PUANG MATUA


Tuhan itu Mulia

Lan te minggu iate, umaparakaya ki Puang Matua ullendui’ minggu


Epifani. Battuananna Epifani iamotu Puang Matua umpaombo’ kaleNa
lako torro tolino. Na pogau’ to, belanna liu mamaseNa la umpasalama’
panampa-Na. Payan lan kaleNa Yesus Kristus tu pa’ombo’ na Puang,
belanna lalan kasalamaran sundun lan manna kaleNa. Iake susi to,
apara bannang sieranna lako pa’basanta?
Iate pa’basanta untuna’ umbasusi tu karampoanna Paulus tama
Yerusalem. Na posende to ma’patongan tu karampoanna belanna
tama talinga duanna kumua membua melo tu pa’kamayanna Paulus
lako to tang ma’patongan. Tang naposende manna, apako napakala’bi’
duka tumai tau tu Puang Matua tonna urrangi to kareba iato. Ianna
pa’bela tu Paulus ma’yama lan to tang mekaaluk, sitonganna tangiara
belanna kamanarangan ba’tu kapa’belanna Paulus, sangadianna
kamala’biranNa manna Puang. Kamala’biranNa Puang, payan lan
kalena Paulus tu ma’din Na poparea umpakareba kasalamaran diomai
Puang. Taera’ na Paulus manna, lan pa’basanta den pole’omi a’pa’ tau
tu la mengkaranduk mendadi to napake Puang Matua.
Inang tang dilambi’ tu lalan pa’tangaranNa Puang tu minda-minda
la na pake. Iamo to tu tanda tasikna kumua inang mala’bi’ tu Puang lan
katuoanta. Sitonganna minda-minda bang mo ma’din na pake Puang,
la tomatua la tomangngura. Pengkilalai sia tanananni lan penaa, mintu’
to mekaaluk na poparea nasang Puang. Moi ta sanda tangpalambi’,
apaa iatu kamala’biranNa Puang ma’din umpakulle ki’ mendadi to
makaritutu umpokada kamasokananNa Puang. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 33


Selasa, 30 Januari 2024
Bilangan 22:22-28

PRINSIP HIDUP
Sangka’ Katuoan

Tiap orang memiliki prinsip atau pandangan dalam hidupnya.


Namun, persoalannya adalah seberapa besar orang tersebut mampu
mempertahankan prinsipnya. Ada orang yang benar-benar teguh
mempertahanakan prinsipnya, namun ada juga yang gampang
berubah prinsip. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat akrab
dengan hal yang dapat mengubah prinsip kita, seperti uang dan orang
berpengaruh. Ironis bukan? Sebab, bukankah Tuhan membenci suap
dan membelokkan kebenaran? Bukankah panggilan kita sebagai orang
beriman ialah untuk hidup dalam prinsip kebenaran Tuhan?
Narasi dalam bacaan ini adalah Allah mengizinkan Bileam pergi
bertemu Balak. Di sisi lain Allah tidak senang akan keputusan akhir
Bileam yang memilih pergi bertemu Balak. Bahkan Allah murka dan
mengirim melihat malaikat-Nya untuk menghalangi Bileam pergi.
Jangan sampai kita seperti Bileam, merubah prinsip karena iming-
iming uang dan hasutan “orang berpengaruh”. Prinsip sejati kita
sebagai orang beriman adalah takut akan Tuhan dan mengusahakan
damai sejahtera, bukan mengutuk kehidupan. Hal inilah yang
merupakan bentuk ideal kehidupan kita sebagai orang beriman,
meskipun harus kita mengakui bahwa kerentanan berubah prinsip.
Ketahuilah! Tuhan sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan kita
untuk kembali pada jalan yang seharusnya. Allah menginginkan
ketaatan dan kepekaan terhadap berbagai peringatan-Nya. Seberapa
peka dan taatkah kita akan suara Tuhan dalam hidup kita? “Hiduplah
sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang
menguasai kamu pada waktu kebodohanmu” (1 Pet. 1:14). Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 34


Rabu, 31 Januari 2024
Markus 5:1-17

BEDA RESPONS
Pantan Passangan

Setiap orang memiliki pemahaman yang mempengaruhi cara


mereka merespons sesuatu. Perbedaan tersebut adalah sesuatu yang
manusiawi. Sesungguhnya tiap latar belakang seseorang
mempengaruhi cara merespons. Namun, bagaimanapun, bukankah
suatu peristiwa atau berita baik harus direspons dengan baik juga? Jika
tidak, maka bukankah hal tersebut akan menjadi masalah?
Kisah pengusiran roh jahat dalam bacaan kita berkaitan dengan
tujuan kedatangan Yesus bagi manusia yang pada dasarnya membawa
sukacita dan kelegaan bagi mereka yang tertawan, termasuk orang
yang dikuasai roh jahat. Karena menjadi sukacita baginya, ia mau
mengikut Yesus. Berbeda dengan penduduk Geraza yang melihat
peristiwa baik tersebut sebagai kesialan sehingga mereka mengusir
Yesus. Bukankah dapat kita katakan bahwa tindakan mereka lebih
buruk dari respons roh jahat tatkala melihat kedatangan Yesus?
Tindakan orang Geraza sesungguhnya menampilkan sudut
pandang mereka yang lebih mengutamakan harta ternak mereka
dibanding kesembuhan sesamanya dan Kerajaan Allah yang mau
dinyatakan dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, mereka
memandang babi lebih berharga dibanding “emas” kehidupan.
Bagaimana dengan kita? Seandainya kita berada dalam posisi
tersebut, apa respons kita kepada Yesus? Sedari dulu, sekarang, dan
selamanya Tuhan tetap bekerja dalam sesuatu untuk mewujudkan
damai sejahtera bagi umat manusia. Kita dipanggil untuk masuk ke
dalamnya dan turut merasakan pembebasan dan kelegaan dalam
Kristus. Tidak hanya dipanggil masuk, tetapi juga diutus untuk menjadi
pekerja Kerajaan Allah dalam tiap seluk beluk kehidupan kita dalam
dunia ini. Responslah semuanya itu dengan sukacita. Amin.

GCA: Gerakan Cinta Alkitab ReHaT – Renungan Harian Toraya 35

Anda mungkin juga menyukai