Pdt. Dr. Alpius Pasulu’, Prop. Amsal, S.Th., Prop. Anugerah D. P. Kiding, S.Si.
(Teol.), Prop. Astin Mangean, S.Th., Pdt. C.S. Rappan Paledung, M.Th.,
Prop. Dalfin Pakanda, S.Teol., Pdt. Gabriel Warsi Allo Linggi’, S.Th.,
Prop. Jessica Sari Putri, S.Teol., Pnt. Mery Toban, M.PdK., Prop. Olivia Rinda
Natalie, S.Th., Prop. Paul Cakra, M.Th., Prop. Prastika Pata’ Allo, M.Th.,
Pdt. Riana Paelongan, M.Th., Prop. Sepson Sambara’, S.Th.,
Pdt. Suleman Allo Linggi’, M.Si., Prop. Uci Sumarlin, S.Th., M.PdK.,
Pdt. Vingky Riani Palolongan, S.Th., Pdt. Yulianus Tandisau’, S.Th.,
Pdt. Ywardhana Septiani Bulo, M.Si. (Teol.)
Penanggungjawab:
• Pdt. Suleman Allo Linggi’, M.Si. (Ketua 1 BPS Gereja Toraja)
• Komisi Pembinaan Warga Gereja
Bacaan hari ini berisi tentang ajaran atau didikan bagi semua
orang percaya dalam hal memilih bentuk persahabatan (baca: relasi)
yang tepat. Hal tersebut dilakukan melalui perbandingan antara
dampak relasi dengan dunia dan relasi dengan Allah. Ayat 1-5 jelas
berisi dampak orang yang bersahabat dengan dunia. Sedangkan, ayat
6-10 berisi nasihat untuk membangun relasi/persahabatan dengan
Allah.
Persahabatan dengan dunia akan membuat manusia disetir dan
dikuasi oleh kehendak untuk mengingini. Kehendak itu dapat
bermuara pada usaha-usaha yang tidak pantas (penghalalan segala
cara) untuk mendapatkan sesuatu yang diingini. Seseorang yang
demikian akan menjadikan dirinya sebagai pusat, sehingga menolak
kehadiran yang lain. Sedangkan, persahabatan dengan Allah yang
ditunjukkan melalui kerendahan hati (ay. 6 & 10) akan membuat
manusia berkenan bagi Allah (dikasihi dan ditinggikan).
Pengakuan Gereja Toraja (Bab V:5) mengutarakan bahwa
kehidupan sebagai orang beriman kepada Kristus, menempatkan kita
dalam pergumulan antara dosa dan anugerah. Artinya, kendati
manusia telah menerima anugerah ganda (Penebusan dan
Pengudusan), tetapi kenyataan dosa tetap membuntuti kita hari demi
hari. Kenyataan tersebut mestinya mengantarkan kita pada
kerendahhatian untuk berserah agar Roh Kudus yang senantiasa
menyadarkan kita dan membawa kita hidup dalam pertobatan dari
hari ke hari, sebagai penanda kita milik Kristus. Amin.
PONNO PENAA
Sepenuh Hati
Marawa dipokada apa mabanda’ dipogau’, apa mora to? Iamo tu:
Ma’sattuanan tongan lako Puang. Iamo te tu nenne’ bang
ditangngaran sia dipa’uleleanan apa ma’din bang tae’ na di pogau’ ke
denni tu a’gan ma’posanga-sanga lan katuoan. Tae’na ia manna to, apa
ia duka na denmo palakunta na tae’mo na situru’ lalan pa’poraianta,
nenne’ duka miki’ pale’ to tu tilendok dio mai pangakuanta kumua
lama’sattuanan tonganki lako Puang. Inang lendu’ buda tu pebalinta
ke dipogau’ tu disanganna bangmo tongan apa sitonganna tae’ na
situru’ lalan katongananNa Puang.
Na searan Paulus lan pa’basanta kumua tannia belanna
penggauranna Abraham na sattuanan, apa belanna kapa’rannuanna
lako Puang Matua iamo na dibilang tomalolo (ay. 3). Iamo bannangna
to na tangngia belanna penggauran ta anta dipamalolo, apa sitinaya ri
pa’kamaseanNa Puang diona kapatonganan ta (PGT Bab V:4).
Napatarru’i Paulus susitu na pa’pakaintinan Daud kumua maupa’ tu
mintu to dipa’dei, sia tang Narekenmo Puang kasalanna (ay. 7-8).
Maleso kumua tae’na belanna penggauranta, kamasokananNa ri
Puang tu umpa’dei kasalan sia tae’ na pabalai’ki sitinaya penggauran
ta. Pekutana lako kita tu digente’ to ma’sattuanan lan Yesu Kristus:
Tontong bang raka tu kapatongananta iake denni tu a’gan mabanda’
sia tang nakalo’ penaanta dadi lan katuoan ta?
Iamo to tu ma’din la mendadi pa’pakilala’ lako kita kumua inangla
tontongki ma’sattuanan lan sanganNa Puang Yesu, belanna ullendu’i
kuasa Penaa Masallo’ Iamo undoloananki anna ma’din ki dilendokan
diomai kasalan. Tae’ senga’na dinai umpapatui tu kapatonganan sia
kama’sattuananta, lu lako mannari kaleNa. La ponno penaanta
ma’sattuanan lako Puang tae’na ulllendu’i manna pa’tangngaran ta,
apa ullendu’i tengka ke’de’ta keallo sia kebongi. Iamo bannangna
tae’na den sangtangnga sangadinna ponno penaa ma’sattuanan.
Amin.
RAGU-RAGU!
Bata
Keadaan tidak tetap hati atau sikap yang belum yakin disebut
ragu-ragu atau bimbang. Manusia kerap kali meragukan berbagai hal
dalam kehidupannya, antara lain masa depan, karir, keuangan, jodoh,
kesehatan, dll. Bukan tidak mungkin keragu-raguan dapat membuat
manusia terpuruk dan terjebak dalam ketidakpastian.
Pada saat Paulus bersaksi menggunakan Bahasa Ibrani, orang
Yahudi di Yerusalem berangsur menjadi tenang (ay. 2). Keraguan orang
Yahudi sempat hilang karena mereka mendengar bahasa sehari-hari
mereka. Paulus menceritakan berbagai peristiwa yang ia alami, seperti
berbicara dengan Kristus (ay. 8); melihat cahaya menyilaukan yang
membuatnya tidak dapat melihat (ay. 9); dituntun dalam perjalanan ke
Damsyik; dan berjumpa dengan Ananias yang mencelikkan matanya.
Bangsa Yahudi menolak keluar dari keraguan untuk percaya pada
pemberitaan Paulus (ay. 22) dan berteriak untuk mengenyahkannya.
Sementara itu, Paulus merespons dengan mendengarkan Tuhan dan
terus setia melayani-Nya meski berada di tengah berbagai penolakan
atas penginjilannya.
Menjalani hari-hari permulaan tahun 2024 sembari memikirkan
yang akan terjadi di masa depan dapat membawa kita kepada keragu-
raguan dalam menjalani kehidupan. Berbagai ketidakpastian hidup
kerap menjebak kita pada keraguan.
Carre Otis berujar mengenai ketidakpastian. Menurutnya, manusia
selalu mengalami perubahan dan ketidakpastian setiap hari. Artinya,
ketidakpastian adalah keniscayaan dalam hidup manusia. Terhadap itu,
kita belajar dari bacaan hari ini. Ayat 16 berkata, “Bangunlah, berilah
dirimu dibaptis dan dosa-dosamu dengan berseru kepada nama
Tuhan!” Kata ‘bangun’ mengajak kita untuk bergerak dan tidak tinggal
diam pada keraguan, melainkan meneguhkan identitas dan
menghidupi baptisan dalam Kristus serta teruslah berseru kepada
nama Tuhan. Selamat hidup yakin dalam Tuhan!
WARISAN TERBAIK
Mana’ Mala’bi‘
IAMOTO TU ARRANG
Itulah Terang
TENANG DI DEKATNYA
Ma’tan sisola Puang
Ada penggalan lagu Saya mau Ikut Yesus (KJ 375) mengatakan
“Meskipun saya susah menderita dalam dunia, saya mau ikut Yesus
sampai slama-lamanya”. Saat lagu ini kita dengar atau nyanyikan,
apakah lirik lagu itu telah menjadi ungkapan iman kita bahwa
sekalipun hidup ini penuh penderitaan, saya tetap mengikut Tuhan?
Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Korintus menyampaikan
pesan bahwa hendaklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan
sebagaimana ia dipanggil (ay. 17) Paulus berharap bahwa jemaat tidak
fokus pada penampilan luar saja, tetapi yang terpenting ialah tetap
setia menjadi orang percaya dalam situasi apapun. Jemaat di Korintus
terdiri dari sekelumit orang Yahudi, tetapi didominasi orang non
Yahudi. Perbedaan inilah yang membuat Paulus menuliskan bahwa
“Bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah
menaati hukum-hukum Allah” (ay. 19). Paulus lalu memberi penekanan
tentang cara hidup yang benar di hadapan Tuhan, yakni “…hendaklah
tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada
waktu ia dipanggil” (ay. 24). Ia menyampaikan nasihat supaya jemaat
tetap hidup dalam keadaan sewaktu Injil menjumpai mereka dan pada
waktu mereka bertobat dan menjadi Kristen. Saat seseorang telah
beriman, Tuhan tidak melihat masa lalu, tetapi Ia berkenan kepada
orang yang datang kepada-Nya dengan kerendahan hati, mau
mengakui dosa dan meninggalkan kehidupan gaya hidup yang lalma
untuk hidup dalam terang Tuhan.
Kehidupan bersama Tuhan bukan kehidupan yang sewaktu-waktu
yang dapat berubah. Hari ini hidup bersama Tuhan, namun besok
mengabaikan-Nya. Hidup dalam Tuhan tidaklah demikian. Apapun
yang kita alami, apapun yang diperhadapkan kepada kita, iman dan
pengharapan kita tidak akan boleh berubah. Ia tetaplah Tuhan,
Juruselamat dalam segala keadaan hidup kita. Amin.
PEPASAN KAKINAAN
Pesan Bijak
HATI-HATILAH!!
Kanandai Tu Kalemu!!
JANGAN TERGODA!
Da’ammu Dia‘panni
RASA TAKUT
Kamatakuran
PRINSIP HIDUP
Sangka’ Katuoan
BEDA RESPONS
Pantan Passangan