Anda di halaman 1dari 101

PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA TORAJA

(Youth Fellowship of Toraja Church)


PENGURUS PUSAT
Kantor: Gedung Pemuda Antonie Aris van de Loosdrecht
Jalan Sam Ratulangi 60, Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan 91831
Visi: Disukai Allah dan Manusia
Misi: Menjadi dan Menjadikan Kader Siap Utus Teguh dalam Kristus
E-mail: ppgtpusat@gmail.com
Linktree: linktr.ee/ppgtksu_org
Website: https://info.ppgtksu.org
Facebook Grup: PPGT - Kader Siap Utus
Instagaram: ppgtksu_org
Youtube: PPGT KSU

Penyunting: PP PPGT Bidang Karakter & Pengakaran Ajaran


Cet.-Toraja: Sulo, 2024
Hlm; 14,85 x 21,5 cm

Dicetak oleh Percetakan Sulo Rantepao, PT. SULO


Jalan Sam Ratulangi No. 66 Rantepao 91831, Toraja Utara, Sulawesi Selatan
Tlp (0423) 25020, 21024; Faks (0423) 21024.
E-mail: ptsulo@gmail.com

1|Pag e
BINA MUDA
Edisi ke-16 Tahun 2024

BAHAN RENUNGAN MINGGUAN


TAHUN 2024

Penyunting:
PP PPGT Bidang Karakter & Pengakaran Ajaran
Pdt. C.S. Rappan Paledung (Komisi Pembinaan Warga Gereja Toraja)

Cover Design:
Alfrianto Tiku Rapa’ Paerunan, S.T.

Setting & Layout:


PP PPGT Bidang Karakter & Pengakaran Ajaran

Penulis
(berdasarkan abjad)
Prop. Amsal, Pdt. Aprilianto Tamma’, Pdt. Ayub Toding,
Pdt. C.S. Rappan Paledung, Pdt. Darmita David Yohanis, Pdt. Daud Kaluring,
Pdt. Demma Tande Allo Linggi’, Eunike Itamar Pareang, Febriani Clara Surya, Pdt.
Frans Pangrante, Pdt. Gabriel Warsi Allo Linggi’, Pdt. Grace Maya Panggau,
Pdt. Grestiani Marlin Tandiarrang, Pdt. Grisilia Isabella Madao,
Pnt. Jerry Parimba, Pdt. Joyce Triana Thomas, Pdt. Kornelius, Malvin,
Pdt. Melvo Trimanto, Pdt. Rianty Erly Sande Pongdatu, Prop. Paul Cakra,
Pnt. Paulus Pongdatu, Pdt. Prederick Polis Paluttu, Pdt. Richard Reynold Mapandin,
Pdt. Roni Kadang, Pdt. Ruth Bunga Tasik, Pdt. Sari Butungan,
Pnt. Selvrianus Rumpak, Pdt. Sufriadi Mei Suhendra, Yakobus Komura,
Pdt. Yusran Lobo’, Pdt. Ywardana Septiani Bulo,

2|Pag e
PENGANTAR

Salam sejahtera dan salam PPGT


Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Sang Pemilik persekutuan ini,
kiranya kasih karuniaNya senantiasa menyertai dalam melaksanakan setiap
tugas dan tanggung jawab pelayanan yang Tuhan berikan kepada kita.
Kita patut bersyukur Konperensi Studi dan Kongres XV PPGT di Jemaat
Tikala, Klasis Tikala tahun 2023 telah terlaksana dengan baik. Kiranya segala
keputusan yang telah ditetapkan dan pengurus pusat yang terpilih bisa
membawa PPGT mampu menjadi dan menjadikan kader siap utus yang teguh
dalam Kristus. Oleh karena hikmat dan tuntunanNya juga sehingga bahan
khotbah Bina Muda edisi ke-16 tahun 2024 kembali diterbitkan.
Harapan dan doa kita bersama bahwa bahan khotbah ini bisa menjadi
pedoman dalam mengangkat pelayanan dalam PPGT, terkhusus dalam hal
penatalayanan ibadah PPGT di masing-masing jemaat maupun Klasis. Pengurus
Pusat PPGT dalam hal ini bidang Karakter dan Pengakaran Ajaran akan terus
berupaya semaksimal mungkin menata penulisan bina muda ini sesuai dengan
konteks pemuda (i) zaman ini dan mampu menjawab tantangan yang hadir
dalam tubuh PPGT.
“Christ’s Love Moves the World to Reconciliation and Unity”. Gerakan
Dewan Gereja Dunia terus mengingatkan bahwa Kristus berkarya menuju
kepada satu tujuan yakni agar dunia ini berekonsiliasi (berdamai) dan bersatu
(bersekutu). Tahun 2024 juga Gereja Toraja menjadi tuan dan puan rumah
Sidang Raya XVIII dengan tema “Hiduplah sebagai Terang yang Membuahkan
Kebaikan, Keadilan, dan Berdamai dengan segenap Ciptaan”.
Sebab itu, dalam kesadaran dan pentingnya rekonsiliasi, pembaharuan,
dan pemulihan ciptaan yang membuahkan kebaikan, keadilan dan perdamaian,
Bina Muda tahun ini diberi judul “Berdamai dengan Semua”. Dengan tema
ini, maka setiap pemberita Firman bagi pemuda (i) gereja di tahun 2024
diharapkan dapat membawa kesadaran bahwa generasi muda adalah media
ciptaan Tuhan untuk membawa perdamaian bagi semua.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam buku ini, sehingga kritik dan
saran dari kita semua tetap kami harapkan untuk terus meningkatkan kualitas
buku bina muda di tahun mendatang.
Selamat melayani. Tuhan memberkati
Salam & Doa
PP PPGT Periode 2023-2028

3|Page
1-6 Januari 2024
Minggu Epifani Pertama

JALANILAH SEMUANYA DALAM PENGHARAPAN!


Lumingkako lan Kapa’rannuan!
Pengkhotbah 3:1-15

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa kita tidak dapat memahami maksud Allah dalam
segala musim hidup.
2. Kendati demikian, PPGT tetap menjalaninya dalam pengharapan.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), seorang filsuf ternama asal


Jerman, pernah mengklaim bahwa puncak perkembangan sejarah manusia
terdapat dalam peradaban Jerman. Namun, benarkah bahwa ada puncak dari
sejarah manusia? Qohelet (nama Ibrani kitab Pengkhotbah) mengatakan ‘ada’!
Namun, apakah ia sepakah dengan Hegel? Mari kita lihat!
Delapan ayat pertama mengurai tentang segala sesuatu ada masanya.
Misalnya, ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal, ada waktu
menangis dan ada terbahak-bahak, dlsb. Namun, ayat-ayat tersebut lebih dari
sekedar pengamatan akal sehat atau pengalaman. Maksud Pengkhotbah atau
Qohelet adalah bahwa waktu bukan sekedar hal-hal yang terjadi di sekitar kita,
melainkan sesuatu yang harus dicermati dengan bijak agar kita dapat
mengetahui cara menyikapi berbagai musim kehidupan.
Pertanyaannya, di manakah harapan kita dalam semua siklus kehidupan
ini? Jawabannya ada pada ayat 11! Qohelet mengatakan “Ia (Tuhan) membuat
segala sesuatu indah pada waktunya…”. Kita dapat memiliki dan diberi
pengharapan dalam masa siklus duka, kehancuran, tangisan. Karena itu, semua
kesulitan itu bukanlah tujuan. Artinya, Tuhan menaruh kisah yang lebih besar
dalam hidup kita. Qohelet mungkin mendapati bahwa kita terlalu terpaku pada
diri sendiri hingga abai melihat apa yang Tuhan lakukan hidup kita.
Bacaan kita saat ini bukan menyoal musim yang kita alami, melainkan
Tuhan yang menguasai semua musim dan waktu kita. Selanjutnya, ayat 11
mengatakan “…Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” Kekekalan
menandakan kita tidak akan pernah menemukan kepuasan dalam hal yang
bersifat sementara. Jadi kendati ada kesenangan (terbahak-bahak, mengasihi,

4|Page
menjahit, menari, dlsb), semuanya itu akan berubah. Artinya, Allah memberikan
kita kekekalan agar kita tahu bahwa semua ini bersifat sementara dan
menyadarkan kita agar tidak terpaku pada yang fana itu. Jika kita hari ini tidak
merasa puas pada sesuatu, maka mungkin hal tersebut adalah anugerah Tuhan
untuk mencari dan menyempurnakan kepuasan di dalam Dia.
Qohelet tampaknya sedang mengajarkan bahwa kita perlu merasa
nyaman dengan tidak mengetahui semua yang ada, kendati ia mengatakan
semua ada waktunya. Kita didorongnya untuk menginginkan lebih dari apa
yang kita alami, yakni TUHAN. Kendati demikian, kita tidak akan mampu
melihat rancangan Tuhan. Kita hanya melihat dan mengetahui sebagian kecil
dari pergerakan dunia ini, tak seperti Hegel yang begitu pongah. Nyatanya,
setelah ia menyatakan hal tersebut, Jerman dua kali mengalami kekalahan di
Perang Dunia.
Awal tahun 2024 dipenuhi misteri. Kita mungkin bisa memberikan aneka
prediksi berdasarkan ragam tanda-tanda dalam hidup kita. Mungkin juga kita
menyusun resolusi dan rencana-rencana. Namun, hikmat Qohelet menegaskan,
tidak ada yang akan kita ketahui secara sempurna. Benarlah ungkapan Paulus
dalam Roma 11:33 “O alangkah dalamnya kekayaan hikmat, dan pengetahuan
Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak
terselami jalan-jalan-Nya.” Ia menguasai semua musim hidup kita. Cermatilah
karya Allah dalam setiap rangkaian peristiwa hidup kita. Kendati kita tidak
cakap memahami semuanya, tetapi jalanilah semuanya dalam pengharapan.

Pertanyaan Reflektif
1. Diskusikanlah aneka peristiwa (baik dan buruk) apa saja yang silih dalam
hidup kita.
2. Adakah kita mengetahui hikmat di balik semuanya?
3. Lalu, adakah pengharapan di sana?

5|Page
7-13 Januari 2024
Minggu Kedua setelah Epifani

PROKLAMASI ALLAH
Pa’karebanNa Puang Matua
Markus 1:1-11

Tujuan
1. PPGT memahami makna penyataan Allah dalam diri Yesus Kristus.
2. PPGT menghidupi kemerdekaan dalam Yesus Kristus.

Kemerdekaan bangsa kita dimulai ketika berita proklamasi dibacakan


pada 17 Agustus 1945 oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno (1901-
1970). Di balik peristiwa monumental itu, ada begitu banyak pengorbanan para
pahlawan agar negeri ini merdeka dari penjajahan bangsa asing. Semua negara
terjajah juga begitu. Bukan perkara mudah untuk mencapai kemerdekaan,
karena ada pengorbanan yang begitu berarti dari para pendahulu bangsa. Jika
demikian, apa dan bagaimana makna proklamasi Allah dengan bacaan kita?
Sepanjang minggu ini, kita sedang menjalani penghayatan minggu
Epifani. Makna Epifani adalah “manifestasi” atau “penampakan jelas”
proklamasi Allah dalam diri Yesus Kristus. Dimulainya masa kebebasan (bdk.
PGT Bab VIII:8) bagi tiap orang yang mau berkenan kepada Allah. Apa
hubungannya dengan proklamasi? Kan, tidak tampak secara gamblang dalam
bacaan kita mengenai berita kemerdekaan yang diucapkan oleh Allah.
Memang, kita tidak menemukannya secara gamblang. Akan tetapi, jika
kita mendalami firman Tuhan yang berkata “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih,
kepada-Mulah Aku berkenan” (ay. 11, bdk. Mzm. 2:7b). Bagian itulah berita
proklamasi Allah bagi umat manusia. Firman tersebut merupakan suatu pujian
ketika seorang diurapi menjadi raja, karena diyakini tiap raja adalah pilihan
Allah demi kebaikan suatu bangsa yang membela dan mengusahakan
kemerdekaan bagi bangsa yang dipimpinnya. Dalam hubungannya dengan
bacaan kita, Allah menyatakan bahwa kehadiran Yesus Kristus adalah sebagai
raja yang akan mengerjakan kemerdekaan kita dari belenggu dosa dan
penyataan kehidupan kekal (PGT Bab IV: 3 & 8).
Seluruh kehidupan dan karya Yesus Kristus adalah untuk kemerdekaan
umat manusia dan seluruh ciptaan. Lantas, bagaimanakah seharusnya respons
6|Page
kita menyambut-Nya? Jika menilik kehidupan kita yang telah lepas dari
cengkeraman penjajahan bangsa lain, apakah sesungguhnya kita telah benar-
benar merdeka? Harus kita akui bahwa sesungguhnya masih ada hal yang
masih menjajah kita. Keserakahan, hedonisme, kedegilan, free sex, money
politik, dan lain sebagainya sesungguhnya berakar pada dosa. Kedatangan
Yesus Kristus sebagai raja yang menyelamatkan hidup kita dari cengkeraman
dosa haruslah kita jalani dalam hidup yang senatiasa akan pertobatan.
Sama seperti seruan Yohanes Pembaptis untuk bertobat, demikianlah
gaya hidup orang yang telah dimerdekakan. Mereka yang yang telah terbebas
akan menjalani hidupnya dengan sukacita. Adapun ketika mereka mulai terjajah
oleh keinginan duniawi, ada raja yang senantiasa mau menyelamatkan.
Tergantung pada kita, maukah untuk dibebaskan atau tidak. Ingatlah bahwa
Sang Raja Benar selalu mengharap engkau terlepas dari jerat duniawi.

Pertanyaan Reflektif
Sejauh mana saya sudah menyadari dan mensyukuri bahwa Yesus Kristus
sudah memerdekakan hidup saya?

7|Page
14-20 Januari 2024
Minggu Ketiga setelah Epifani

KURBAN PENDAMAIAN
Suru’ Pemala’ Kamarampasan
Yohanes 1:35-41

Tujuan
1. PPGT memahami makna Anak Domba Allah.
2. PPGT menyadari bahwa ia dipanggil oleh Yesus Kristus.

Nenek moyang orang Toraja sadar bahwa tidak ada manusia yang
sempurna. Kesadaran tersebut akhirnya melahirkan ritual mangrambu langi’.
Mangrambu langi’ adalah serangkaian ritual untuk membersihkan seorang dari
kesalahannya agar diri dan kampung tempat tinggalnya tidak ditimpa
malapetaka. Ritual tersebut membutuhkan babi belang (bai ballang) atau
kerbau agar semua kesalahan seorang “bersalah” ditimpakan kepada hewan
tersebut. Jika demikian, bagaimana hubungan mangrambu langi’ dengan
kurban pendamaian.
“Lihat, inilah Anak domba Allah!” adalah ucapan yang hendak
menyampaikan pengenalan dan penghayatan iman Yohanes Pembaptis
terhadap Yesus Kristus. Akan tetapi, bukankah ambigu atau samar, jika
menyebut Yesus sebagai anak domba padahal kita akrab dengan istilah Yesus
putra tunggal Allah? Sepintas hal ini memang ambigu. Namun, itulah
realitasnya. Kendati Ia memang Sang Putra Allah, namun Yesus juga hadir
sebagai Anak Domba Allah yang akan menjalani peran sebagai kurban
pendamaian bagi umat manusia. Sama seperti ritual mangrambu langi’,
kesalahan kita akan ditimpakan kepada Yesus Kristus agar kita menjadi putih
bersih seperti salju dan bulu domba (bdk. Yes 1:18).
Semarak Natal mungkin masih terasa pada saat ini. Terkadang kita
hanya memokuskan diri pada semaraknya, tetapi menyisihkan makna
kedatangan Yesus sebagai kurban pendamaian bagi umat manusia. Justru
semarak itu harus diresapi dalam misi Allah bagi umat manusia. Kini, jelaslah
bagi kita makna Anak Domba Allah dan kurban pendamaian. Lantas bagaimana
dengan peran kita di dalam misi Allah tersebut?

8|Page
Dua murid Yohanes Pembaptis sesungguhnya adalah kita. Bacaan kita
menjelaskan bahwa dua murid ini mengstalking (menguntit) Yesus dari
belakang, tetapi Yesus memanggil mereka untuk mendekat kepada mereka.
Demikian dengan kita, pemahaman akan Yesus sebagai kurban pendamaian
tidak hanya sebatas pemahaman saja, dalam hal ini sekedar tahu atau
mengstalking. Namun, Yesus justru memanggil kita untuk mendekat dan
menikmati hadirat-Nya. Justru dari mendekat dan menikmati hadirat-Nyalah,
kita mengalami kepenuhan pemahaman dan penghayatan Yesus sebagai
juruselamat (Mesias).
Apakah cukup sampai di situ? Tidak! Belajar dari sikap Andreas yang
pergi mengabarkan kehadiran Mesias dalam dunia (ay. 41), mengingatkan kita
kepada motto “Kader siap utus, teguh dalam Kristus”. Pemahaman yang baik
terhadap Kristus, justru menggerakkan kita untuk menjadi kader yang diutus
untuk mengabarkan bahwa Kristus datang ke dalam hidup tiap manusia dalam
misi pendamaian dengan Allah.

Pertanyaan Reflektif
1. Bagaimana kita memahami makna kedatangan Kristus ke dalam dunia?
2. Seberapa kita menghargai makna Yesus Kristus sebagai anak domba
Allah yang akan menjadi kurban pendamaian?

9|Page
21 – 27 Januari 2024
Minggu Keempat setelah Epifani

GREAT SINNER & GREAT SAVIOR


To Madosa Pua na Passali Rampa’
Yunus 3:1-10

Tujuan
1. PPGT memahami anugerah Allah jauh lebih besar dari dosa.
2. PPGT semakin meyakini bahwa hanya karena anugerah-Nya saja kita dapat
melayani.

John Newton (1725-1807) menggubah lagu Kidung Jemaat 40 yang


Ajaib Benar Anugerah di penghujung hidupnya sudah banyak kehilangan
ingatan. Akan tetapi, ia mengatakan bahwa My memory is nearly gone, but I
remember two things: that I am a great sinner, and that Christ is a great Savior
(Ingatanku sudah mulai menghilang, tetapi saya selalu mengingat dua hal, yaitu
bahwa aku adalah seorang pendosa besar, dan bahwa Kristus adalah
penyelamat Agung).
Bacaan hari ini mengungkapkan kisah para pendosa besar yang berada
di dalam tangan Allah yang pemurah. Kisah ini diawali dengan Yunus. Satu kata
yang penting adalah “Bangunlah” yang merupakan pengulangan dari pasal 1:2.
Pada bagian pertama, Yunus dengan terang-terangan lari dari panggilan Tuhan
dan melakukan dosa besar, tetapi setelah melalui berbagai hal, ia mengalami
pertobatan. Allah tetap memberikan Yunus kesempatan (lih. pasal 3), yang
ditandai dengan perintah “bangunlah”. Pendosa besar kedua adalah bangsa
Niniwe yang terkenal dengan kejahatannya. Bagi Yunus, bangsa yang jahat itu
harusnya dibinasakan saja. Akan tetapi, Tuhan menginginkan bangsa itu
bertobat. Seorang penafsir mengatakan bahwa Yunus adalah seorang
pengkhotbah yang payah karena dia hanya mengkhotbahkan “bertobatlah.”
Namun, kita bisa melihat bahwa di tangan Allah yang besar, sebuah khotbah
yang sederhana dipakai Tuhan untuk menobatkan Niniwe. Alhasil, bangsa
Niniwe, pendosa yang besar itu melakukan pertobatan yang besar.
Pertobatan bukan hanya sekadar menyesal, tetapi juga berbalik arah (Ibr.
yā-šūḇ) dari yang dulunya tidak menghargai dan tidak mengenal Allah, tetapi
sekarang takut dan berbalik dari tingkah lakunya yang jahat. Lalu apa yang
terjadi? Tuhan mengampuni Yunus dan mengampuni Niniwe.
10 | P a g e
Seringkali kita merasa tidak layak untuk melayani karena terlalu berdosa
di hadapan Tuhan. Akan tetapi, justru perasaan itulah yang membuat kita
merasa Tuhan tidak bisa mengampuni kita. Saat merasa dosa kita terlampau
besar untuk diampuni Tuhan, kita sebenarnya sedang merendahkan anugerah
Tuhan yang jauh lebih besar daripada dosa. Karena itu, kita harus percaya
bahwa Tuhan memberikan kita kesempatan. Jika sungguh-sungguh bertobat
(berbalik arah), maka Tuhan pun akan mengampuni kita. Benarlah kata Newton
bahwa kita memang pendosa besar, tetapi jangan lupa Tuhan adalah
Penyelamat Agung. Anugerah Tuhan jauh lebih besar daripada dosa kita
sebesar apapun.

Pertanyaan Reflektif:
Apa yang kadang membuat kita merasa tidak layak untuk mengambil sebuah
pelayanan?

Respons
Menyanyi Kidung Jemaat 40 “Ajaib Benar Anugerah”
1. Ajaib benar anugerah pembaru hidupku!
‘Ku hilang, buta, bercela; olehnya ‘ku sembuh.
2. Ketika insaf, ‘ku cemas, sekarang ‘ku lega!
Syukur, bebanku t’lah lepas berkat anugerah!

11 | P a g e
28-3 Februari 2024
Minggu Kelima setelah Epifani

SEMUA DALAM OTORITAS ALLAH


Mintu’na Lan IssananNa Puang Mtua
Markus 1:21-28

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa pesta demokrasi ada dalam kuasa Allah.
2. PPGT menjadi perpanjangan tangan Allah untuk menyatakan otoritas-Nya.

Tak terasa pesta demokrasi semakin dekat. Sebagai warga negara, kita
memiliki kewajiban untuk memilih dan menentukan pemimpin negara
berikutnya. Pemilu menjadi ruang untuk mengevaluasi serta menata ulang
pengambilan kebijakan di masa yang akan datang. Sebagai pemuda, kita
memiliki jagoan masing-masing. Sebelum memilih, kita telah
mempertimbangkan berbagai hal saat menentukan pilihan.
Injil Markus 1 diawali dengan inilah kabar baik tentang Yesus Kristus,
Anak Allah (BIMK). Kabar baik ini memperlihatkan Yesus sebagai yang
berwibawa dalam pengajaran-Nya, berkuasa atas roh-roh jahat, dan dalam hal
pengampunan dosa. Markus 1:21-28 menunjukkan kepada kita bahwa Yesus
memiliki kuasa dari Allah sehingga Ia mampu mengubah dunia. Otoritas Sang
Bapa diberikan kepada Yesus untuk mengusir roh jahat dari dalam tubuh orang
yang kerasukan. Pengusiran roh jahat menunjukkan Firman Allah yang
berkuasa atas semua yang ada, sehingga semua yang melihatnya menjadi
takjub hingga membuat Yesus terkenal di seluruh penjuru Galilea.
Kata Yunani otoritas adalah exousia yang berarti bebas atau diizinkan.
Exousia lebih tepatnya berbicara mengenai kebebasan berdaulat dalam artian
seseorang bertindak tanpa ada hambatan. Para pendengar Yesus pada waktu
itu takjub terhadap pengajaran-Nya yang berbeda dengan ahli Taurat.
Perbedaan tersebut terletak pada otoritas pengajaran. Jika ahli Taurat
bergantung pada pengetahuan dan kepatuhan terhadap tradisi, maka Yesus
mengajar dengan otoritas dari Allah. Firman Allah berkuasa dalam perjalanan
kehidupan semua ciptaan-Nya.
Otoritas Allah juga dinyatakan kepada kita untuk menentukan dan
memilih dalam pesta demokrasi ini. Seperti lirik lagu grup band Cokelat yang
mengatakan “Lima menit kita memilih, lima tahun ‘kan kita jalani”, kita diajak
12 | P a g e
untuk ikut serta dalam memilih dengan mengandalkan otoritas dari Allah. Pesta
demokrasi pun tetap berada dalam otoritas Allah sebab segala sesuatu adalah
kepunyaan-Nya. Kita adalah alat-Nya untuk menyatakan kuasa-Nya melalui
pemilihan yang akan kita lakukan. Kebenaran dan keadilan akan kita nyatakan
di tengah-tengah pesta demokrasi tahun ini sehingga tidak ada satupun yang
terlepas dari otoritas Allah. Kita meyakini bahwa pilihan kita adalah kehendak
dan kebenaran dari Tuhan.

Pertanyaan Reflektif
1. Apa yang saya akan lakukan sebelum memilih?
2. Bagaimana saya akan memilih sesuai dengan kehendak Allah?

Respons
Berdoa sebelum memilih dan percaya semua adalah otoritas dari Allah.

13 | P a g e
4-10 Februari 2024
Minggu Keenam setelah Epifani

MAMPU BERBUAT LEBIH


Pakala Ma’gau Mala’bi’
1 Korintus 9:16-23

Tujuan
1. PPGT memahami kuasa Tuhan memampukan kita berbuat lebih.
2. PPGT mengandalkan kuasa Tuhan dalam melaksanakan tugas pekabaran Injil,
tanggung jawab pekerjaan, pengabdian dan mengejar cita-cita.

Bro and sist… sebagai anak muda, kita dituntut untuk lebih berpikir
secara kritis (mampu mengevaluasi dengan kebenaran), kreatif (mampu
menemukan ide dan pola kerja yang baru), dan inovatif (sanggup
menggabungkan hal-hal yang baru) dalam menghadapi situasi dunia kini.
Namun, pertanyaan yang akan kita renungkan kembali ialah “apakah semuanya
ini sudah dan akan saya lakukan dengan mengandalkan kuasa Allah atau justru
mengandalkan kuasa saya?”
Kita tahu kehidupan Paulus sebelum menjadi pemberita Injil. Mungkin
ada orang di antara kita yang nyaris seperti Paulus sebelum memutuskan untuk
aktif dalam persekutuan PPGT. Walaupun perjalanan hidup kita dengan Paulus
sangatlah berbeda, namun Paulus dan kita adalah orang-orang yang percaya
kepada Yesus Kristus bukan? Lalu mengapa Paulus mampu menjalani
kepercayaannya? Dalam ayat 16-17, Paulus mengatakan bahwa tidak ada yang
dapat ia banggakan dalam dirinya tentang semua pemberitaan Injilnya. Karena,
semua itu merupakan keharusan baginya. Ia menyadari bahwa Allah telah
menebusnya dari kehidupan yang lama, sehingga sekarang dia harus
melakukan kehendak Allah sebagai bentuk ungkapan syukur atas semua itu
(PGT Bab V:5-6).
Paulus mengirimkan surat kepada jemaat di Korintus agar mereka
senantiasa memegang teguh Injil yang telah ia beritakan. Ia percaya bahwa Injil
bukanlah sebuah cerita, dongeng atau kabar yang tidak pasti. Namun, yang
diberitakannya adalah seseorang yang akan menolong dan memberkati serta
menyelamatkan umat manusia yang hidupnya berkenan kepada-Nya, yaitu
“Kristus Yesus”. Paulus juga menyadari bahwa dia mampu melakukan semua itu

14 | P a g e
bukan karena dia hebat atau kuat, melainkan karena “kuasa Allah” dalam
dirinya. Allah mengaruniakan kepadanya hikmat agar mampu menempatkan
dirinya menyatakan kasih Allah di tengah-tengah pemberitaan Injilnya.
Padanya, dikaruniai kecakapan untuk tidak membeda-bedakan orang. Ia
bahkan sangat yakin bahwa sikap yang penuh dengan keikhlasan serta disertai
ketaatan karena kuasa Tuhan, pasti akan mendapatkan buah yang akan
menyukacitakan (ay. 23).
Bro and sist… Aktualisasi diri (memperkenalkan kemampuan diri)
sangatlah penting. Sikap kritis, kreatif dan inovatif pun sangat diperlukan. Akan
tetapi, kesadaran bahwa semuanya itu boleh kita lakukan semata-mata karena
Kuasa Allah yang bekerja dalam diri kita jauh lebih penting. Hanya karena
anugerah dan kuasa-Nya sehingga kita “mampu berbuat lebih”. Hidup
yang penuh dengan anugerah Allah berarti menjadi sahabat untuk menyatakan
kemuliaan-Nya. Pemberitaan injil adalah salah satu kewajiban bagi semua
orang yang sadar akan anugerah itu. Hal itu dilakukan melalui pikiran tutur kata
dan perbuatan. Salah satu sikap yang dapat dipelajari hari ini adalah
penghargaan terhadap semua orang tanpa memandang rupa dan status orang.
Sikap itu adalah bentuk pemberitaan Injil yang akan membuat masa muda kita
menjadi saluran berkat bagi banyak orang demi Kemuliaan nama Tuhan.
Selamat berjuang untuk Injil. Amin.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah Allah telah menjadi satu-satunya yang berkuasa dalam
kehidupan masa muda saya?
2. Sebagai generasi muda Kristen apa yang saya telah lakukan sebagai
bentuk pemberitaan Injil?

Doa
Ya Tuhan ingatkan saya untuk hidup mengandalkan kuasa-Mu dan
menghargai semua orang demi kemuliaan-Mu. Amin.

15 | P a g e
11 – 17 Februari 2024
Minggu Transfigurasi

BIARLAH KEMULIAAN ITU HANYA MILIK YESUS


Kamala’biran misanNa Yesu
Markus 9:2-9

Tujuan
1. PPGT memahami pemuliaan Yesus mendatangkan kebahagiaan bagi manusia.
2. Segala hal yang PPGT lakukan hendaknya mencerminkan kemuliaan Yesus.

Beberapa orang-orang tertentu diberi gelar atau panggilan yang mulia.


Kendati demikian, panggilan ‘yang mulia’ itu merupakan panggilan
kehormatan yang maknanya sungguh mendalam. Bisa jadi panggilan itu
melekat pada seseorang, karena memiliki kedudukan yang tinggi atau orang
yang terhormat di lingkungan itu. Misalnya sebagai raja atau hakim pengadilan,
dan lain-lain.
Kata mulia yang dilekatkan pada perasaan dapat berarti luhur dan baik
budi. Jika kata mulia dilekatkan pada benda, maka ia berarti bermutu tinggi
dan berharga, misalnya logam mulia (emas, perak, dsbnya). Fakta tersebut
menunjukkan bahwa orang-orang tersebut atau barang-barang yang
kepadanya dilekatkan kata mulia bukanlah orang atau benda sembarangan.
Mereka memiliki keistimewaan dan nilai yang tinggi. Keistimewaan dan nilai
yang tinggi itulah yang tidak bisa dipungkiri kerap kali menggoda manusia
untuk mengejarnya hingga dan dipakainya memuliakan diri sendiri.
Bacaan kita saat ini berbicara tentang pemuliaan Yesus di atas gunung.
Wajah-Nya berubah rupa dan pakaiannya menjadi sangat putih berkilau-
kilauan (ay. 3). Lalu, terdengar suara dari balik awan yang berkata, “Inilah Anak
yang terkasihi, dengarkanlah Dia” (ay.7). Peristiwa tersebut disebut transfigurasi
yang mengungkapkan identitas Yesus sebagai Anak Allah. Kemuliaan Yesus
sebagai Anak Allah membuat ketiga murid Yesus (Petrus, Yakobus, dan
Yohanes) bahagia sekaligus ketakutan (ay. 5-6). Bahkan, Petrus berharap lebih
lama tinggal di atas gunung itu dalam kemuliaan dan kebahagiaan transfigurasi
dengan mendirikan kemah bagi Yesus, Musa, dan Elia. Akan tetapi, Yesus tidak
membiarkan mereka terlena dan tidak mau beranjak dari kenyamanan tersebut.

16 | P a g e
Mereka harus turun gunung kembali diutus ke dalam dunia dan menaati apa
yang Yesus sampaikan.
Injil Markus memberi pemahaman bagi kita bahwa peristiwa pemuliaan
tersebut adalah proklamasi ke-Allah-an Yesus dan Juruselamat yang kepada-
Nyalah kita harus menyembah dan menggantungkan hidup kita. Tidak ada
yang lain selain Dia, sebab kepada-Nyalah Bapa. Karena itu, kita percaya bahwa
hanya Dia yang sanggup menjamin jalan hidup kita yang penuh dengan dosa.
Hal ini yang kiranya menjadi kekuatan dan pengharapan bagi kita semua untuk
mempraktikkan hidup yang benar. Sebagai generasi muda, berbagai
pencapaian dan keberhasilan kiranya tidak menggiring kita untuk memuliakan
diri sendiri. Sebaliknya, semua keberhasilan tersebut sebagai wujud kesetiaan
kita untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan. Yesus
Kristus menjaminmu hidup dalam dunia ini. Karena itu, muliakanlah Dia selalu
dalam setiap langkah hidupmu. Amin.

Pertanyaan Reflektif
1. Mari kita renungkan, dalam hal apa saja kita bisa jatuh dalam pemuliaan
diri sendiri.
2. Sebagai generasi muda, hal apa saja yang dapat kita lakukan dalam
memuliakan Yesus?

Doa
Ya Tuhan, didiklah kami selalu untuk terus berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik untuk kemuliaan nama Tuhan. Amin.

17 | P a g e
18-24 Februari 2024
Minggu Pra-Paskah I

WHAT A SWEET PROMISE…


Panggallu’
Kejadian 9:8-17

Tujuan
1. Pemuda dapat memahami bahwa dirinya juga mendapat bagian dalam janji
Allah.
2. Pemuda dapat mengerti betapa indahnya hidup dalam janji Allah.

“Janjimu tak seindah pembuktianmu”, sebuah caption singkat yang kerap


dipakai pemuda nge-galau dan ber-sliweran di FYP (for you page) TikTok. Janji
memang harus ditepati. Janji yang diingkari akan berdampak pada hilangnya
trust (percaya) pada orang yang menerima janji itu.
Pasca air bah, Nuh dan keturunannya menerima janji dari Allah (ay. 9).
Allah berjanji tidak akan ada lagi penghakiman di atas bumi melalui air bah (ay.
11). Menariknya, janji itu ternyata tidak hanya diberikan kepada Nuh, melainkan
diberikan juga kepada segala makhluk hidup. Untuk menegaskan janji itu, Ia
memberikan busur di awan atau pelangi (tindak sarira) sebagai tanda perjanjian
Allah dengan Nuh dan segala makhluk yang hidup (ay. 13).
Mungkin sobat muda bertanya-tanya, mengapa Allah membuat
perjanjian hingga menyertakan sebuah tanda dalam perjanjian-Nya? Kita
mungkin paham bahwa perjanjian menandakan sebuah relasi, sedangkan
tanda dalam perjanjian adalah pengingat janji tersebut. Lalu, mengapa pelangi
menjadi tanda perjanjian Allah dan Nuh? Busur dalam Bahasa Ibrani adalah
qesheth yang berarti “busur seorang prajurit”. Dengan demikian, kita dapat
memahami busur di awan atau pelangi bahwa “Allah menggantungkan busur
perang terhadap ciptaan-Nya” dan berdamai dengan mereka. Ayat 14-15
menunjukkan bahwa perjanjian tersebut memastikan Allah tidak akan
memusnahkan semua ciptaan lagi dengan air bah. Bukankah janji Allah tersebut
sungguh manis?
Sobat muda, dari kisah ini kita bisa mengerti betapa besar kasih Allah
bagi dunia. Meski dunia harus menerima hukuman karena pelanggaran
manusia (bdk; Kej. 6:1-8), Allah tetap setia pada janji-Nya. Ia menggantungkan
busur “perang”-Nya di awan untuk menunjukkan bahwa pengampunan-Nya

18 | P a g e
lebih besar dari segalanya. Meski pasca peristiwa air bah manusia masih
berulang kali jatuh ke dalam dosa, namun Allah tetap setia pada janji-Nya.
Lebih dari itu, Allah justru semakin membuktikan kasih dan pengampunan-Nya
bagi dunia melalui Anak Tunggal-Nya yakni Yesus Kristus (bdk. Yoh. 3:16).
Yesus Kristus datang ke dalam dunia, mati, bangkit, dan naik ke Surga untuk
melepaskan dunia dari kutuk dosa. Allah tidak hanya memberi janji-janji manis
dan bukan caption semata. Ia membuktikan janji itu dan kita semua mendapat
bagian dalam janji Allah itu.

Pertanyaan Reflektif
Allah telah membuktikan janji-Nya bagi dunia, bagaimana dengan sobat
muda? Apakah sobat muda juga setia pada janji imannya kepada Tuhan?
jangan sampai janji kita hanya sekadar janji di bibir saja.

Respons
(Sobat muda, tulislah janji imanmu kepada Tuhan di secarik kertas. Janji
iman itu dapat sobat muda jadikan sebagai pembatas Alkitab dengan harapan
jika sobat muda membuka Alkitab untuk dibaca, sobat muda dapat dengan
mudah membaca dan merefleksikan kembali janji iman yang sudah dituliskan
itu).

19 | P a g e
25 Februari - 2 Maret 2024
Minggu Pra-Paskah II

HIDUP TIDAK BEREKSPEKTASI


Tuo Tang Ma’inaa-naa
Markus 8:31-38

Tujuan
1. Pemuda dapat memahami tujuan dan makna panggilan pelayanannya dalam
dunia bagi Yesus Kristus.

Ekspektasi yang tak sesuai dengan kenyataan adalah salah satu


penyebab munculnya kekecewaan terhadap diri sendiri, orang lain bahkan
komunitas iman kita. Berekspektasi adalah sesuatu yang baik. Sebab, maknanya
sejajar dengan memiliki harapan yang besar. Sayangnya, kita kerap
berekspektasi terlalu tinggi terhadap sesuatu hal. Bila kenyataan tidak sesuai
dengan ekspektasi, maka kita pun dirundung kekecewaan yang besar juga.
Petrus juga memiliki ekspektasi terhadap Yesus. Sesungguhnya
ekspektasi Petrus terhadap Yesus berdasar pada pengakuan imannya pada
Yesus, “Engkau adalah Mesias!” (lih; ay. 29). Mesias berarti “yang diurapi”. Dalam
Perjanjian Lama, orang yang disebut “yang diurapi” merujuk pada raja yang
memimpin bangsa Israel. Sama halnya dengan orang Yahudi lainnya, Petrus
memiliki ekspektasi Mesias yang akan membangkitkan kembali kerajaan Israel.
Fokus Petrus ialah kebangkitan dan pembebasan bagi Israel dari Sang Mesias
yang ada di hadapannya saat itu. Inilah ekspektasi Petrus!
Berdasar pada ekspektasi itulah, Petrus menegur Yesus di samping,
ketika Yesus berbicara tentang penderitaan yang akan dihadapi-Nya (ay. 31-
32). Petrus menegur Yesus sebab ekspektasinya tidak sesuai dengan perkataan
Yesus. Mesias yang diharapkan menjadi pembebas dan pembawa kemenangan
atas Israel tidak seharusnya menderita. Namun, Yesus memarahi Petrus dan
mengatakan, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (ay. 33). Yesus hendak
menekankan kepada Petrus dan kita bahwa tidak demikian cara Allah berkarya
bagi dunia. Ia tidak hanya datang bagi kelompok tertentu, tetapi bagi semua.
Pembebasan yang diberikan Mesias tidak bersifat eksklusif, tetapi pembebasan
yang membawa pembaruan yang bersifat holistic dan berlaku bagi segala
makhluk.
20 | P a g e
Petrus menegur Yesus karena ia tidak mengerti. Ia hanyalah manusia
biasa yang hidup dalam ekspektasi manusianya. Ia tidak mengerti bahwa Allah
sanggup melakukan jauh dari ekspektasi manusia biasa. Untuk itulah Yesus
menyadarkan Petrus dari ekspektasinya yang bersifat eksklusif itu. Sobat muda
hal ini menyadarkan kita bahwa dalam mengikut Kristus kita harus belajar
meredam segala ekspektasi-ekspektasi yang mungkin saja hanya
menguntungkan diri atau kelompok kita saja. Kadang banyak orang yang
mengundurkan diri dari sebuah pelayanan hanya karena masalah ekspektasi
terhadap pelayanan yang tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Mungkin kita
kecewa. Namun, ingatlah bahwa mengikut Yesus adalah dasar hidup kita,
bukan sesuai ekspektasi manusia kita. Sebab, mengikut Dia ada harga yang
harus dibayar, “ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut
Aku” (ay. 34). Jadi, alih-alih berekspektasi, sebaiknya kita hidup memikul salib
bersama Kristus. Siapkah sobat muda?

Pertanyaan Reflektif
Cobalah renungkan, apakah sobat muda pernah berfikir untuk mundur
dari persekutuan PPGT karena ekspektasi sobat muda tentang pelayanan di
PPGT tidak sesuai dengan realita yang sobat muda hadapi dalam pelayanan
saat ini?

Respons
(Bacalah secara berulang Markus 8:34 dan refleksikan secara pribadi
makna dari ayat tersebut)

21 | P a g e
3 – 9 Maret 2024
Minggu Pra-Paskah III

ROMBAK!
Banglai’
Yohanes 2:13-22

Tujuan
1. Pemuda memahami makna peristiwa penyucian Bait Allah.
2. Pemuda, dalam masa pra-Paskah ini, menghampiri hadirat Allah dan
merubuhkan kebiasaan-kebiasan buruk.

Yohanes 2:13-22 mengikuti tanda pertama Yesus di Kana. Menjelang


Paskah dan sebagaimana tradisi orang-orang Yahudi pada sama itu, Yesus
melakukan perjalanan ke Yerusalem dan Bait Suci. Bacaan kita ini cukup
memberikan detail mengenai kejadian tersebut. Para pedagang sibuk mencari
binatang, para penukar uang sibuk menukarkan koin, dan para peziarah
membeli hewan kurban, menukarkan uang, membayar pajak, dan menyerahkan
kurban.
Para penukar uang menyediakan jasa penukaran uang dinar menjadi
syikal untuk membayar pajak Bait Suci. Sementara hewan dipersembahkan
sebagai kurban untuk perayaan Paskah Israel atau peringatan pembebasan
Tuhan.
Namun, alih-alih memuji perkumpulan tersebut, Yesus justru malah
marah. Dengan membuat cambuk, Yesus mengusir hewan-hewan jualan dan
membuat para pedagang kocar kacir. Dia menghamburkan uang dan
membalikkan meja hingga para penukar uang berhamburan. Lalu, Ia berkata
“Ambillah semua ini dari sini! Jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi
tempat berjualan” (ay. 16). Kita bisa membayangkan bagaimana kacaunya Bait
Allah saat itu. Namun, mengapa Yesus melakukan itu?
Kita dapat menemukan jawabannya pada ayat 16. Di sana, Yesus
menyebut Bait Suci sebagai “tempat berjualan”, atau pasar. Tempat yang
harusnya menjadi tempat merayakan Paskah menjadi pasar. Atas perbuatan
tersebut, sebenarnya Yesus hanya menciptakan banyak musuh yang lebih
banyak daripada Dia. Setelah mengatakan “Cinta untuk rumah-Mu akan
menghanguskan Aku” (ay. 17), para pemuka Yahudi berseteru dengan-Nya,

22 | P a g e
kata mereka “Tanda apakah yang dapat Engkau tunjukkan kepada kami bahwa
Engkau berhak bertindak demikian” (ay. 18b).
Jawaban Yesus, “Runtuhkan Bait Suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan
membangunnya” (ay. 19). Bagaimana mungkin bangunan yang dibangun
selama 46 tahun dapat Ia bangun hanya dalam 3 hari? (ay. 20). Di sini, kita
melihat Yohanes justru menegaskan bahwa Yesus adalah tempat suci kehadiran
Tuhan dan bukan Bait Suci (ay. 21). Yesuslah lokasi kemuliaan Tuhan. Karena
itu, tindakan Yesus pemandangan di Bait Suci merupakan peringatan dari Allah
sendiri.
Yohanes menegaskan kepada kita bahwa terlalu fokus pada lokasi fisik
hanya akan membuat manusia kehilangan kemuliaan Tuhan yang justru berdiri
telah bersama mereka. Pada masa pra-Paskah ini, kita juga seperti orang-orang
Yahudi yang berziarah menuju perayaan penghapusan dosa dan pembebasan
manusia. Akan tetapi, kita juga harus fokus agar kita tidak melewatkan firman
Allah yang terus menyerukan pertobatan. Masa-masa pra-Paskah ini juga kita
melatih diri untuk berpantang atau berpuasa. Firman Allah datang kepada kita
mengobrak-abrik kebiasaan buruk agar keselamatan yang telah nyata di dalam
Yesus Kristus menjadi semakin sempurna dalam kesehari-harian kita.

Pertanyaan Reflektif
Bagaimana cara membangun kebiasaan yang baru yang positif di dalam
Tuhan?

Respons
Saya mau meninggalkan perbuatan yang buruk dan berkomitmen
menata hidup yang baru di dalam Tuhan.

23 | P a g e
10-16 Maret 2024
Minggu Pra-Paskah IV

I COME TO YOU
Sae na’ mati’ Kale-Mi
Bilangan 21:4-9

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa Allah terus bersama kita dalam ragam kesulitan hidup.
2. PPGT terus mengarahkan hidupnya kepada Allah.

Bangsa Israel telah berjalan dengan susah payah melewati padang


gurun, tanpa makanan atau minuman apa pun selain manna. Mereka pun
berbicara menentang Allah dan Musa. Akibatnya, mereka dipatuk ular
berbisa. Sekali lagi, mereka memohon kepada Musa untuk menjadi mediator
mereka dengan Tuhan. Namun, sebagaimana kita tahu, bukannya
menyingkirkan ular-ular itu, Allah malah mengirimkan obat untuk gigitan
ular. Mereka tetap akan digigit! Bahaya itu tidak kunjung hilang, meskipun
Tuhan menawarkan kesembuhan bila mereka melihat ke arah yang benar.
Generasi Israel dalam bacaan ini adalah generasi eksodus yang sedang
disingkirkan dan digantikan oleh generasi baru. Bilangan menunjukkan bahwa
mereka tidak berpegang lagi pada janji-janji Allah. Alhasil, dalam perjalanan
panjang nan melelahkan ini, banyak orang yang tidak mencapai tujuan. Tidak
beriman pada Allah dan janji-janji-Nya adalah pelanggaran dan layak
mendapat hukuman, dalam hal ini mereka dipatuk ular. Kendati demikian, tokh
Tuhan tetap menyediakan obatnya. Ia tidak menyingkirkan ular-ular tersebut,
tetapi menyediakan sarana penyembuhan di tengah bahaya.
Dalam kegagalan dan kekecewaan terburuk kita, Tuhan
menyediakannya. Tuhan menawarkan kesembuhan bagi luka kita, hubungan
bagi kesendirian kita, dan kesetiaan bagi ketidaksetiaan kita. Alih-alih
menghilangan sumber penderitaan, Ia justru berjalan bersama kita dan
menyediakan yang kita butuhkan. Jika kita melihat ke arah yang benar, dalam
hal ini ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang.
Kees Kraayenoord, seorang penyanyi asal Belanda, pernah menggubah
sebuah lagu berjudul God of the Moon and Stars. Salah satu penggalan lagunya
mengatakan

24 | P a g e
God of the fragile hearts we are, I come to you (Allah atas hati kami yang
rapuh, aku datang kepada-Mu)
God of our history, God of the future that will be (Allah atas Sejarah kami,
Allah atas masa depan kami)
What will you make of me, I come to you (apa yang akan Engkau jadikan
dalam diriku, aku datang kepada-Mu)
God of our every breath, I come to you (Allah atas setiap nafas kami, aku
datang kepada-Mu).
Gubahan Kraayenoord tersebut menandaskan bahwa arah yang benar
adalah Allah. Rapuhnya kita, tidak pastinya masa depan, dan setiap nafas kita
berada dalam kendalinya. Kendati kita menjalani hidup yang pelik dan
melelahkan, arahkanlah semuanya kepada Allah.

Pertanyaan Reflektif
1. Bagaimana perasaan kita saat berbicara dengan seseorang yang
pandangannya justru ke arah lain?
2. Lalu, saat pandangannya tertuju kepada kita, apa yang kita rasakan?
3. Setelah itu, hubungkan dengan arah hidup yang semestinya kepada
Allah, sebagaimana renungan kita di atas.

25 | P a g e
17-23 Maret 2024
Minggu Pra-Paskah V

STRAWBERRY GENERATION? NO!


Ibrani 5:5-10

Tujuan
1. Pemuda memahami tantangan hidup tidak mudah.
2. Pemuda berkomitmen untuk taat dan tidak rapuh seperti generasi strawberry.

Strawberry Generation atau generasi stroberi adalah istilah yang


dikenakan oleh masyarakat Taiwan bagi mereka yang lahir setelah tahun 1981.
Kelompok yang lahir pada masa ini terbilang sensitif secara emosional. Nah!
Menariknya, Generasi Z atau Gen-Z (lahir tahun 1997-2010) juga sering disebut
sebagai generasi stroberi. Lalu, mengapa stroberi? Apa artinya? Mengapa buah
stroberi yang dipakai?
Buah yang enak ini memiliki ciri fisik yang kenyal dan empuk sekaligus
mudah hancur. Rhenald Kasali mengatakan bahwa generasi stroberi itu adalah
generasi yang kreatif, tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.
Munculnya generasi tersebut dipengaruhi oleh perubahan sosial yang tidak
terlepas dari penyalahgunaan media sosial dan penggunaan teknologi secara
berlebihan. Akibatnya, kesehatan mental menjadi sangat tidak stabil.
Sahabat PPGT, bacaan kita hari ini menegaskan bahwa Yesus Kristus
memiliki karakter yang kuat. Salah satu ciri dari karakter yang kuat adalah taat.
Ayat 8 menjelaskan bahwa Yesus adalah Anak yang taat. Kendati harus
berhadapan dengan berbagai tantangan dan penderitaan, Dia tetap kuat dan
taat hingga mencapai kesempurnaan-Nya. Keselamatan yang telah kita nikmati
saat ini bukanlah sebuah perkara yang mudah. Dia harus menanggung
berbagai penderitaan yang luar biasa.
Sebagai Generasi Milenial dan Gen-Z, kita juga menghadapi berbagai
tantangan. Mungkin dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita merasa biasa
saja. Kita mungkin merasa nyaman saat menikmati media sosial dengan segala
kecanggihannya. Namun, pada saat yang sama sesungguhnya kita sedang
menghadapi tantangan besar. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh
penggunaan media sosial secara berlebihan bisa membawa kita kepada
kepribadian yang rapuh dan lemah. Jika demikian, maka kita bisa saja menjadi
generasi stroberi. Apakah kamu mau disebut generasi stroberi? Apakah kamu

26 | P a g e
hanya ingin sekadar tampil cantik, ganteng, menarik, atau glowing, tetapi tidak
memiliki karakter yang kuat? NO…! Marilah kita mengambil tekad yang bulat,
berkomitmen untuk taat kepada Kristus, apapun tantangannya. Kita memang
rapuh dan lemah, tetapi ketika kita mengandalkan kuasa Roh Kudus, percayalah
kita akan beroleh kekuatan.

PF Mari berdiri dan bergandengan tangan. Kita masuk waktu teduh dan
memejamkan mata sejenak, sambil bertanya secara pribadi dalam hati
masing-masing “Apakah saya generasi stroberi?” Apakah saya cepat
rapuh dan lemah saat menghadapi tantangan? Apakah saya pribadi yang
cepat putus asa dan menyerah pada setiap persoalan yang saya hadapi?
Mari mengambil komitmen dan bersama katakan dengan penuh
keyakinan. STRAWBERRY GENERATION?
Semua : NO..!
SAYA BUKAN GENERASI STROBERI
SAYA ADALAH GENERASI YANG TEGUH DALAM KRISTUS

PF Terpujilah Kristus. Amin

27 | P a g e
24-30 Maret 2024
Minggu Pra-Paskah VI
COPYCAT
Katturu’-Turu’
Filipi 2:5-11

Tujuan:
1. PPGT memahami karya dan pengorbanan Kristus.
2. PPGT semakin memiliki sikap rendah hati dan mau berkorban seperti Kristus.

Copycat merupakan seseorang yang mengadopsi, meniru, atau


mengikuti orang lain lakukan. Biasanya, mereka meniru semua hal yang
dilakukan orang yang mereka idolakan. Tidak jarang, banyak pemuda yang
meniru secara berlebihan. Wibu misalnya. Wibu merupakan penggemar anime
Jepang dan bersolek dan berpakaian layaknya tokoh-tokoh anime. Lalu,
sebagai PPGT, siapa yang kita idolakan?
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menasehati agar para
pengikut Kristus menaruh pikiran dan perasaan dalam Kristus Yesus (ay. 5).
Menaruh pikiran artinya memusatkan pikiran pada sesuatu dan berusaha
sekuat tenaga meniru dan melakukannya. Ayat 5-8 memperlihatkan
kerendahhatian dan kerelaan berkorban Yesus. Ia meninggalkan kemuliaan-
Nya, mengosongkan diri-Nya, mengambil kedudukan yang rendah, menjadi
hina sebagai hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Demi keselamatan
manusia, Ia taat sampai mati di kayu salib. Sikap dan tindakan Yesus
memerlihatkan bahwa Dia memikirkan dan mengutamakan kepentingan orang
lain dan tidak memikirkan diri-Nya sendiri. Melalui pengorbanan-Nya, Yesus
Kristus telah memberikan teladan bagi kita. Jejak seperti ini harus kita tiru.
Minggu ini kita memeringati Minggu Palmarum. Yesus Kristus
meneladankan kepada kita hidup dalam kerendahan hati dan mau berkorban
bagi orang lain. Dia sungguh mendahulukan kepentingan orang lain diatas
kepentingan diri-Nya sendiri. Jika Yesus adalah idola kita, maka kita pasti akan
meniru (copycat) jejak-Nya.

Pertanyaan Reflektif:
Apakah saya sudah memiliki sikap rendah hati dan rela berkorban seperti
Yesus?

28 | P a g e
Respons:
Doa: Ya Allah, terima kasih atas cinta kasih-Mu melalui karya dan teladan
Yesus Kristus. Kami menerima anugerah keselamatan. Mampukanlah kami
meneladani Engkau. Amin.

29 | P a g e
31 Maret – 6 April 2024
Minggu Paskah

DIA SUNGGUH MENCINTAIKU!


Liu Na Kaboro’i Na’
Yesaya 25:6-9

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa Tuhan sungguh mencintai umat-Nya.
2. PPGT semakin mencintai Tuhan dan sesama.

Dicintai dan mencintai adalah dua realitas yang mewarnai perjalanan


hidup manusia. Dengan cinta, manusia dapat menikmati hidup rukun, damai,
dan sejahtera dengan semua orang. Jika demikian, maka manusia tidak bisa
hidup tanpa cinta. Olehnya itu, menerima dan menikmati cinta dari orang lain
berarti berani mencintai. Namun, kita perlu memerphatikan bahwa cinta
manusia terbatas. Jika demikian, adakah cinta yang tidak terbatas?
Ya! Cinta yang tidak terbatas itu nyata. Yesaya adalah satu dari
banyaknya tokoh dalam Alkitab yang menyaksikan dan memberitakannya.
Cinta seperti apa yang ia saksikan dan beritakan? Pasal 25 memerlihatkan
bahwa ia memberitakan cinta kasih Allah jauh lebih besar dari penghukuman-
Nya. Bahkan Ia mengundang semua bangsa, termasuk yang telah
mengkhianati-Nya, untuk masuk ke perjamuan besar dengan segala sukacita-
Nya (ay. 6).
Sejatinya, bangsa Israel Selatan (Suku Yehuda dan Benyamin) memang
akan dihukum atas ketidaktaatan mereka. Hal tersebut mengakibatkan
perkabungan dan air mata di antara mereka (ay. 7). Namun, karena Allah Maha
Kasih, maut akan ditiadakan, aib dijauhkan, perkabungan, dan air mata akan
dihapuskan (ay. 8) diganti dengan sukacita perjamuan besar yang akan terjadi
di Sion. Perjamuan besar ini ialah penggambaran eskatologis bahwa Allah telah
dan pasti datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Dalam perjamuan besar itu,
semua akan mengaku “sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-
nantikan…” (ay. 9).
Nubuat Yesaya telah nyata melalui kebangkitan Yesus Kristus.
Kebangkitan-Nya menjadi bukti bahwa maut telah dikalahkan, perkabungan,
dan air mata telah dihapuskan. Kini, perjamuan besar telah menanti. Sudahi

30 | P a g e
sedihmu dan nikmatilah cinta-Nya. Sadarilah bahwa kebangkitan-Nya
merupakan bukti betapa Dia mencintai dan memperhatikan umat-Nya.

Pertanyaan Reflektif
Kebangkitan-Nya merupakan bukti nyata betapa besar cinta dan
kasihNya bagi manusia. Jika Dia sedemikian mencintai kita, maka sudahkah
cinta itu kita nyatakan bagi Dia dan sesama?

Respons
Sebagai komitmen bersama dalam menyatakan cinta kasih Kristus,
doakanlah secara khusus, mereka yang mencintaimu dan yang engkau cintai
serta syukurilah kehadiran mereka dalam hidupmu.

31 | P a g e
7 – 13 April 2024
Minggu Paskah II

DIA TAHU ISI HATIKU


Na Tandai Issi Penaangku
Yohanes 20:24-29

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa kehadiran Allah dalam setiap pergumulan manusia
adalah salah satu wujud perhatian-Nya.
2. PPGT semakin teguh dalam Kristus dan terus memantapkan hati untuk
mempercayai-Nya.

Ada ungkapan populer mengatakan, “dalamnya laut dapat diukur,


dalamnya hati siapa tahu.” Ungkapan ini memerlihatkan bahwa tidak
seorangpun dapat mengukur kedalaman hati seseorang. Sebab itu, banyak
yang mencurahkan isi hatinya dengan bercerita kepada orang lain, terlebih
ketika kondisi hatinya tidak sedang baik-baik saja. Selain itu, ada juga yang
mencurahkan isi hati dengan healing ke tempat-tempat tertentu.
Jika memperhatikan bacaan kita, tampaknya para murid juga tengah
berada dalam suasana hati yang sedang tidak baik-baik saja pasca kematian
Yesus. Bagaimana tidak, mereka yang awalnya selalu bepergian ke mana-mana
(sikaloli’) bersama Yesus, kini terpaksa bersembunyi dan mengurung diri di
sebuah rumah. Mengapa? Karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.
Selain itu, terkuncinya semua pintu rumah menjelaskan ketakutan akan hidup
dan masa depan mereka tanpa Yesus. Kemungkinan lain, mengunci pintu
adalah sikap hati yang sedang kecewa karena Yesus meninggalkan mereka saat
sedang sayang-sayangnya.
Sementara itu, tidak seperti murid-murid lain, Tomas tidak bersama para
murid. Mungkinkah ia pergi healing dengan mencari tempat untuk
menenangkan hatinya yang sakit, kecewa, dan putus asa?. Bahkan ketika ia
bergabung kembali dengan para murid dan mendengar kesaksian teman-
temannya, pengharapan pupus yang tampak dengan sikap ragu-ragunya. Hal
ini mengindikasikan bahwa pergumulan dan kekecewaan kerap menyulitkan
dan membuat kita sulit untuk move on dari sebuah peristiwa.
Dalam kondisi itu, jelas bahwa yang dibutuhkan Tomas ialah
penghiburan, penguatan, dan topangan. Sebab itu, Yesus menampakkan diri
32 | P a g e
kepadanya (ay. 26-29) dan memberi damai sejahtera (Yun. Εἰρήνη “eirene”).
Tampaknya, damai sejahtera itu memulihkan hati para murid, mengurai
kecemasan dan ketakutan serta membawa kedamaian dan ketenangan. Hal itu
dibuktikan dengan perubahan sikap ragu Tomas menjadi percaya dan
menerima kebangkitan Yesus (ay. 28).
Tindakan Yesus terhadap Tomas dan para murid menandaskan bahwa Ia
adalah Allah yang peduli dan memperhatikan kondisi hati setiap umat-Nya. Ia
tahu saat kita kecewa, putus asa, dan hilang pengharapan. Saat kita menangis
dan bergumul luar biasa, Ia bersama dengan kita. Yesus pasti meneguhkan dan
mengokohkan kita menghadapi setiap dinamika kehidupan.

Pertanyaan Reflektif
Perjumpaannya dengan Yesus telah mengantar Tomas untuk beralih dari
sikap skeptis menjadi percaya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kebangkitan
Yesus telah mengubahkan hidup kita?

Respons
Setelah menghayati bahwa kebangkitan-Nya membawa perubahan
hidup, buatlah komitmen pribadi tentang hal-hal apa yang ingin engkau
perbaiki dalam hidupmu ke depan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

33 | P a g e
14 – 20 April 2024
Minggu Paskah III

TRENDING
Kisah Para Rasul 3:11-20

Tujuan
1. PPGT memahami belas kasih Yesus Kristus.
2. PPGT menyadari dirinya adalah milik Yesus Kristus sehingga bertobat dari jalan
yang tidak dikehendaki-Nya.

Teknologi digital memudahkan banyak hal menjadi viral hingga menjadi


trending. Jika menarik perhatian, maka warganet (netizen) akan memokuskan
perhatiannya pada yang sedang trending itu. Lalu, sobat muda, apa yang
trending dalam Kisah Para Rasul 3:11-20? Ada seorang yang lumpuh sejak lahir
dan setiap hari duduk di dekat pintu gerbang untuk mengemis. Ketika melihat
Petrus dan Yohanes, ia meminta sedekah. Akan tetapi, Petrus dan Yohanes
menjawab bahwa mereka tidak memiliki apa-apa selain keyakinan bahwa kuasa
Kristus sanggup menolong yang lumpuh. Seperti yang kita baca, si lumpuh pun
dapat berjalan (ay. 6).
Mujizat tersebut menggemparkan (trending) dan membuat orang-orang
penasaran dan melihatnya. Orang-orang, yang awalnya menolak Yesus dan
para pengikut-Nya, muncul dengan penasaran siapa yang melakukan mujizat
itu. Namun, Petrus dan Yohanes mengklaim bahwa mujizat-mujizat
kesembuhan terjadi karena Yesus Kristus yang ditolak sampai dibunuh (ay. 13-
14). Kalau dipikir, Petrus dan Yohanes bisa mengambil kesempatan untuk
mengklaim dirinyalah yang melakukan mujizat tersebut. Namun, mereka tidak
aji mumpung dengan mengambil posisi Yesus Kristus untuk terkenal. Malahan,
di kesempatan ini, mereka memanfaatkan ketakjuban orang banyak untuk
memberitakan kematian dan kebangkitan Kristus yang berkorban bagi umat
manusia. Hal tersebut mengharapkan manusia untuk berbalik dan bertobat dari
setiap jalan yang tidak berkenan bagi Allah. Karena telah mengenal Kristus
dengan benar, maka setiap kesempatan kita harus mempersaksikan tentang
Kristus agar dunia semakin percaya.
Sobat muda! Yesus Kristus dapat melakukan yang tidak masuk akal dan
membuat kita terheran-heran. Bahkan, Dia menerima keberadaan kita ketika
kita sadar bahwa saya milik-Nya dan bertobat. Jangan pernah mengambil

34 | P a g e
posisi Tuhan hanya untuk menjadi trending, tetapi marilah kita semakin
membuat Yesus Kristus-lah menjadi trending dalam perjalanan hidup kita.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah Tuhan semakin besar dan saya semakin kecil dalam perjalanan
hidup ini?
2. Bagaimana supaya semakin sadar sebagai milik Kristus?

35 | P a g e
21-27 April 2024
Minggu Paskah IV

KASIH KEPADA SESAMA ADALAH BUKTI DARI KETAATANMU


Pa’kamase tanda Kamakaritutuanmu
1 Yohanes 3:16-24

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa Allah menyatakan kasih-Nya dengan menyerahkan
nyawa-Nya dalam diri Yesus Kristus.
2. PPGT percaya kepada Yesus Kristus dan menuruti teladan Kristus.

1 Yohanes 3:23 menegaskan bahwa perintah Allah yang harus diikuti


yaitu hidup saling mengasihi. Kasih yang Allah kehendaki ialah kasih yang nyata
dalam tindakan kita terhadap saudara-saudara. Semua orang bisa mengatakan
“saya mengasihimu”, tetapi tidak semua orang mampu menyatakannya dalam
perbuatan dan kebenaran. Allah di dalam karya-Nya kepada manusia telah
membuktikan kasih tersebut. Ia mengerjakan kasih-Nya di dalam diri Yesus
Kristus, yaitu dengan mati dan bangkit dari antara orang mati. Ia
mengorbankan Putra tunggal-Nya melalui jalan penderitan di salib. Kasih telah
mengorbankan segala-galanya bahkan Anak Tunggal-Nya sekalipun. Semua itu
Ia lakukan supaya manusia dibebaskan dari dosa-dosa. Bukan hanya manusia
tetapi dunia yang telah dirusakkan akibat dosa juga dapat dipulihkan.
Setiap PPGT harus mampu hidup mengasihi sesamanya. Kasih kepada
sesama tentu tidak harus selalu menunggu untuk hidup kelimpahan. Akan
tetapi, memberi dalam kekuarangan kita merupakan hal yang luar bisa. Kasih
kepada sesama pun tidak harus dengan materi tetapi dapat diwujudkan dalam
nasihat atau teguran, perhatian, pengorbanan dan berdoa bagi mereka. Hidup
menuruti segala perintah Tuhan adalah pembuktian bahwa kita umat tebusan
Allah. Selain itu, buah dari ketaatan ialah janji Allah, yakni apa yang kita minta
akan diperoleh dari pada-Nya (1 Yoh. 3:22). Tentu tetap dalam kehendak Allah
yaitu yang Ia pandang baik bagi umat-Nya.
Kepada kita yang dengan sungguh-sungguh telah percaya Allah dan
menuruti perintah-Nya, Roh Kuduslah yang akan selalu memampukan. Ia juga
akan selalu mengingatkan kita untuk selalu datang kepada Allah. Benar, bahwa
menuruti perintah Allah tidaklah mudah dan akan selalu banyak pilihan. Akan

36 | P a g e
tetapi, percayalah Roh Kudus yang diam di dalam kita, yang akan selalu
menyadarkan dalam menjalani masa muda. Amin.

Pertanyaan Reflektif
1. Apa yang selalu menjadi tantanganmu sebagai orang percaya untuk
selalu hidup menuruti perintah Allah?
2. Apa yang ada padamu yang dapat diberikan kepada sesama dalam
mewujudkan kasih?

Respons
Menyanyikan: PKJ 148:2 &3 “T’rima Kasih Ya Tuhanku”

37 | P a g e
28 April – 4 Mei 2023
Minggu Paskah V

I TRUST YOU
Kupatongan Komi
Yohanes 15:1-8

Tujuan
1. PPGT semakin memahami betapa pentingnya percaya dan mengaku bahwa
Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juru Selamat!
2. PPGT sebagai Kader Siap Utus semakin teguh dalam imannya kepada Kristus.

Dalam sebuah penerbangan dari arah Makassar menuju Jakarta, terdapat


tiga penumpang yang duduk di deretan kursi yang sama sebut saja Kantirrik,
Lomben, dan Nangka’. Setelah beberapa menit mengudara, pesawat
mengalami turbulensi hingga membuat Kantirrik merasa sangat ketakutan.
Saking takutnya, ia mengompol dan berteriak-teriak histeris. Demikian juga
dengan Lomben. Dalam ketakutannya, ia komat kamit tak jelas sambil
menangis. Akan tetapi, berbeda dengan dua penumpang lainnya, Nangka’
tetap stay cool. Dia sangat percaya bahwa pesawat tersebut akan baik-baik saja,
karena pilotnya adalah suaminya sendiri. Selama ini, suaminya adalah seorang
yang terkenal waspada dan kompeten. Nangka’ percaya bahwa mereka ada di
tangan (pilot) yang tepat!
Salah satu persoalan umat Kristen dewasa ini adalah keragu-raguan
terhadap imannya sendiri (apalagi saat usia muda). Yesus berkata “Akulah
pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah tukang kebunnya” (ay. 1). Yesus
menyebut dirinya sebagai Pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah
pengasuhnya. Sementara, setiap orang yang percaya kepada-Nya disebut
ranting-ranting. Ranting yang melekat secara utuh pada Pokok Anggur tentu
mendapatkan asupan nutrisi (Firman dan Roh) yang cukup. Jika nutrisi cukup,
maka ia akan menghasilkan buah yang lebat (cara hidup yang berkenan kepada
Tuhan). Dan, agar buah lebatnyanya dapat bertahan, maka diperlukan
pekerjaan Roh Kudus untuk menopang pengendalian diri menghadapi semua
ancaman dalam hidupnya. Dalam hal ini ranting yang tidak melekat utuh di
dalam Yesus Kristus, tentu ia tidak percaya dan mengenal Yesus Kristus dengan
baik. Hidupnya dipenuhi keragu-raguan, ketakutan, kegelisahan dan
kecemasan. Hal-hal tersebut yang menyebabkan sebuah ranting tidak dapat
38 | P a g e
berbuah. Akibatnya, ranting yang tidak menghasilkan buah akan dipangkas
menjadi kering kemudian dikumpulkan dan dicampakkan kedalam api lalu
dibakar (dalam hal ini, ketakutan, kekuatiran, dll., menjadi “api” yang bisa
membakar dan merapuhkan). Kisah penerbangan menakutkan di atas bisa jadi
gambaran kepada kita.
Kemelekatan pada pokok yang benar, Yesus Kristus, menjadikan PPGT
dapat menghidupi Injil Kristus setiap saat. Dengan menjadi pemuda yang tetap
setia dan percaya meski berada pada situasi tersulit sekalipun adalah respons
iman kita pada Kristus akan semakin bertambah teguh. Respons iman yang
bertambah teguh adalah menghasilkan buah yang memiliki dampak bagi
sesama. PPGT harus benar-benar menjadi ranting yang melekat dengan
ditopang oleh prinsip iman bahwa dengan perantaraan Roh Kudus, maka Yesus
Kristus akan menyertai PPGT hingga akhir zaman (PGT Bab IV:9). Kisah Kantirrik,
Lombe, dan Nangka’ dapat dipadanankan dengan kita yang sedang berada
dalam tangan Tuhan. Nangka’ memahami dengan benar dan percaya
seutuhnya, sedangkan Kantirrik dan Lomben diliputi keragu-raguan dan mudah
diombang-ambingkan oleh persoalan. Untuk itu, melekatlah pada Pokok yang
benar, Yesus Kristus. Karena kita mengenal-Nya dengan baik, maka
percayakanlah hidup pada-Nya. Kendati sering mengalami “turbolensi”, kita
boleh berkata, namun ketika hidup kita telah melekat secara utuh pada pokok
yang benar, kita dapat berkata I trust You (aku percaya engkau Tuhan). Saya
percaya bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan dan Juru Selamat. Di dalam Dia, aku
tidak akan kekurangan nutrisi dan aku akan menghasilkan buah yang lebat.

Respons
Bersama-sama mengucapkan komitmen ”Saya akan selalu Teguh dalam
iman dan melekatkan hidup saya kepada Pokok yang Benar yaitu Yesus Kristus.”
Amin.

39 | P a g e
5-11 Mei 2024
Minggu Paskah VI

PERSAHABATAN
Sangmane/Sangbaine Toto’
Yohanes 15 : 9-17

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa kita adalah sahabat Yesus.
2. PPGT berbuah sebagai tujuan hidup dalam dunia ini.

Satu jiwa yang bersemayam dalam dua tubuh, demikianlah


persahabatan menurut Aristoteles, seorang filsuf ternama Yunani. Sedangkan
dalam sudut pandang ilmu psikologi, jiwa mempengaruhi seseorang berpikir,
merasa, dan bertindak. Dengan demikian, seorang sahabat benar-benar
mengetahui pikiran, perasaan, dan tindakan sahabatnya karena ada hubungan
yang mendalam dan keterbukaan diantara mereka. Menarik bukan? Dalam
bacaan hari ini, Yesus menyebut kita sahabat. Apakah sepadan dengan
persahabatan dalam pandangan Aristoteles dan ilmu psikologi?
Terdapat dua pokok penting yang ada di balik kata-kata Yesus yang
sudah kita baca. Pertama, Yesus datang kepada manusia agar Ia dikenal. Dari
pengenalan manusia kepada Yesus, tiap orang akan diundang dan dilayakkan
untuk jadi sahabat-Nya. Menjadi sahabat berarti semakin serupa dengan
Kristus dalam cara berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Akan tetapi, dapatkah
manusia seperti demikian? Bukankah manusia hanyalah ciptaan yang penuh
dengan dosa?
Manusia memang ciptaan yang penuh dengan dosa. Namun, justru
itulah yang menjadi alasan Yesus untuk mati dan bangkit. Dasar semuanya itu
adalah kasih Allah yang begitu besar (bdk. Yoh. 3:16) dan bagi setiap orang
yang mau menerimanya akan terhisab dalam persekutuan bersama Sang
Sahabat, yakni Kristus. Karya penyelamatan itu diutarakan bagi mereka yang
percaya sebagai bukti bahwa mereka yang percaya adalah sahabat Yesus. Lalu,
apakah cukup jika terhisab masuk kepada persekutuan tersebut?
Pokok kedua di balik teks ini adalah kasih. Kasih merupakan hakikat
Bapa dalam Kristus dan oleh kasih semata sehingga kita dipanggil-Nya sahabat
untuk hidup di dalamnya. Kasih itu bersifat tulus dan lahir dari kedalaman

40 | P a g e
perasaan dan terwujud dalam tindakan. Dengan demikian, setiap orang yang
bersahabat dengan Kristus, melalui hidup saling mengasihi diantar sesama
ciptaan. Sebagaimana segala sesuatu dalam rengkuhan Allah, demikian halnya
dengan panggilan kita untuk mengasihi tiap ciptaan dalam kehidupan ini.
Menghidupi kasih Kristus, itulah buah yang diharapkan oleh-Nya. Tujuan
hidup kita bukan lagi untuk diri sendiri, tetapi kita hidup sejiwa dengan kasih
Kristus dalam menjalani kehidupan. Kita tak pernah dan akan selalu gagal untuk
berbuah atau memenuhi tujuan hidup, jika kita menjauh dari Sang Sahabat.
Rekan-rekan PPGT, selamat berbuah dan bersahabat dalam kehidupan masing-
masing.

Pertanyaan Reflektif
1. Mari kita diskusikan bersama. Bagaimana pelayanan kita sebagai PPGT
dapat mengejawantahkan persahabatan? Kita tentu menyadari bahwa
Gen-Z adalah generasi yang sangat cair dan tidak suka yang kaku. Apakah
persahabatan menjadi jawaban bagi pemuda?
2. Bagaimana pokok renungan kita tentang sahabat ini kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari?

41 | P a g e
12 – 18 Mei 2024

MURID PILIHAN TUHAN


Anak Guru na Tonno’ Puang
Kisah Para Rasul 1:15-26

Tujuan:
1. PPGT dapat mengerti dan yakin mengenai kedudukannya sebagai orang-orang
yang telah dikuduskan dalam kebenaran.
2. PPGT dengan sukacita menjalani kehidupannya sehari-hari dalam kekudusan dan
kebenaran.

Sahabat PPGT yang dikasihi Tuhan,


Dalam seluruh persidangan yang dilakukan dalam Gereja Toraja, hampir
semuanya dilakukan dengan proses pemilihan langsung dengan menuliskan
nama bakal calon atau calon pada kertas yang telah disediakan berdasarkan
pedoman pada kriteria umum maupun kriteria khusus. Proses tersebut
merupakan proses pemilihan yang terus berlangsung dalam seluruh wilayah
pelayanan Gereja Toraja. Model lain, seperti musyawarah pun juga terkadang
dilakukan. Berbeda halnya dengan model undi. Pengundian sangat jarang
bahkan nihil dilakukan.
Bacaan kita mengisahkan proses pemilihan pengganti Yudas. Petrus
berinisiatif mencari pengganti Yudas. Karena itu, ia mengajukan beberapa
kriteria, yaitu rajin dan setia berkumpul bersama para murid sejak dari baptisan
Yohanes sampai Yesus terangkat ke surga. Berdasarkan kriteria itu, mereka
mengusulkan Barsabas dan Matias. Mereka menentukan pengganti Yudas
dengan cara membuang undi. Cara memilih dengan membuang undi telah
lama dipraktikkan oleh orang Israel (lih. Bil. 26:55; 33:54; 34:13; 26:2; Yos. 14:2).
Allah memperbolehkan Israel membuang undi untuk mengungkappan
kehendak-Nya dalam sebuah situasi (Yos. 18:6-10; 1 Taw. 24:5, 31, Ams. 16:33).
Sebelum membuang undi mereka semua berdoa (ay. 24), sehingga ketika
Matias terpilih melalui pengundian itu, mereka percaya bahwa itu adalah
ketetapan dan pilihan Allah sendiri.
Apa sesungguhnya penyebab sehingga Yudas harus digantikan?
Pertama, agar jumlah rasul tetap utuh dua belas sebagaimana pertama kali
Yesus memilih para murid. Tidak hanya itu saja,angka dua belas sangat penting
bagi Israel yang terdiri dari dua belas suku. Sekalipun Tuhan kerap menghukum
42 | P a g e
ke-12 suku tersebut, tetapi pemulihan juga terus berlaku bagi mereka. Kedua,
untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian kedua belas rasul yang
dinodai oleh pengkhianatan Yudas. Petrus memaparkan kematian Yudas
merupakan upah kejahatannya (ay. 18-19). Namun, saat ini pusat perhatian kita
ada pada proses pemilihan itu diserahkan kepada Yesus sendiri agar Dia yang
menentukan (ay. 24-25).
Sesungguhnya, hal apakah yang diidentikkan dengan angka 12? Mari
kita melihat logo PPGT yang disimbolkan dengan daun kelapa muda, masing-
masing berjumlah 6 di samping kiri dan 6 kanan pada salib. Jumlahnya 12 daun.
Kuncup daun kelapa muda dipahami sebagai kesiapan untuk mekar yang
menandakan pemuda yang siap untuk mekar dengan jiwa idealisme yang
tinggi. Jumlahnya 12, masing masing 6 di sebelah kiri dan kanan. Angka 12
adalah simbol dari 12 murid Yesus dan 12 Suku Israel yang menunjukkan bahwa
kita adalah umat pilihan Allah.
Sebagai murid pilihan Allah, menerima janji Bapa, akan Penolong yaitu
Roh Kudus. Sang Penolong itu tetap menuntun kita dalam pengudusan dalam
rangka menyambut kedatangan Yesus kembali (Kis. 1:11). Dalam penantian ini,
kita harus tetap bertekun dan bersekutu.. Pengudusan hidup ini adalah bukti
nyata bahwa kita menjalankan fungsi kerasulan (atau murid) kita dalam
menapaki kehidupan beriman di tengah dunia ini. Jadi dengan undi, pemilihan
langsung, atau bahkan tidak melalui keduanya itu, kita sebagai anggota PPGT
adalah murid pilihan Allah.

Pertanyaan Reflektif
Apakah saudara meyakini dengan sungguh bahwa Anda adalah murid
pilihan Allah?

Respons
Keterpilihan kita sebagai murid pilihan Allah, semestinya menjadi
sesuatu yang sungguh dihargai dan disyukuri bahkan diimplementasikan
dalam berbagai aspek hidup. Dengan demikian, hidup kita menjadi mezbah
dan persembahan bagi Allah.

43 | P a g e
19-25 Mei 2024
Minggu Pentakosta I
PENOLONG
Panglalan Senga’
Yohanes 16:4b-15

Tujuan:
1. PPGT memahami kehadiran Roh Kudus untuk menolong dunia dan
mempersaksikan kemahakuasaan Allah.
2. PPGT memahami Roh Kudus sebagai pribadi.

Secara sederhana, kita dapat memahami bahwa seorang penolong tentu


lebih kuat dari yang ditolong. Kehadirannya sangat dibutuhkan, terutama bagi
manusia yang dicipta dalam berbagai keterbatasan. Olehnya, manusia perlu
menyadari keterbatasannya sebagai ciptaan. Kesadaran terhadap keterbatasan
sebagai ciptaan juga akan membawa kita kepada pemahaman bahwa kita
memerlukan pertolongan, baik dari sesama manusia terlebih dari Sang
Penolong (Roh Kudus).
Bacaan kali ini mengajarkan kita tentang kehadiran Roh Kudus yang
dijanjikan Yesus kepada murid-murid dan kepada kita umat percaya. Yesus
berkata kepada murid-Nya, lebih baik jika Ia pergi agar Roh Kudus datang
untuk bekerja mengisafkan dunia ini akan dosa. Roh Kudus adalah satu pribadi
dalam Allah Tritunggal. Jika Ia adalah pribadi, maka layaknya individu, Roh
Kudus tentu juga memiliki kehendak. Karya-Nya adalah menginsafkan dunia
dari dosa, kebenaran, dan penghakiman. Ia yang akan terus menerus berkarya
untuk menyadarkan manusia akan dosa-dosanya, membawanya kepada
kebenaran Allah, mengingatkan dunia ini akan penghakiman Tuhan, Allah
adalah hakim yang adil sekaligus penuh kasih, dan segalanya takluk di tangan
Allah. Roh Kudus jugalah yang akan membawa manusia untuk hidup dalam
kebenaran Allah. Ketika Yesus telah menyatakan kuasa-Nya kepada dunia
bersama dengan para murid-Nya, saatnya Ia memercayakan pekabaran
kebenaran Allah itu diteruskan kepada murid-murid. Namun, Yesus tidak hanya
memersiapkan para murid, Ia juga berjanji menyertai mereka dalam kuasa Roh
Kudus. Sebab Roh Kudus itu berasal dari Allah dan Yesus. Di minggu ini, kita
sedang merayakan hari Pentakosta, yang mana kita kembali menyelami dan
mengalami akan pencurahan Roh Kudus bagi para murid-murid.

44 | P a g e
Salah satu penulis buku-buku Kristen, Tony Evans mengatakan bahwa
“…salah satu kesalahan besar kita hari-hari ini dalam memahami Roh Kudus
adalah mengabaikan bahwa Dia adalah Pribadi yang nyata. Ia berpikir (1 Kor.
2:10-11), berperasaan (Ef. 4:30), dan berkehendak (1 Kor. 12:11). Kita hanya mau
berhubungan dengan-Nya sebagai sumber tenaga atau ladang energi yang
diagungkan, daripada bertumbuh dalam hubungan pribadi kita dengan-Nya.
Ia adalah pribadi yang harus dikenal, bukan sekadar kuasa untuk digunakan.”
Billy Graham juga mengatakan dalam sebuah pernyataannya “Siapakah Roh
Kudus? Ia adalah Allah! Roh Kudus adalah pribadi Allah, pribadi dari Tritunggal.
Setiap pribadi Allah penting… Penyertaan Kristus pada para murid-Nya nyata
dalam Roh Kudus. Sejak Pentakosta Roh Kudus adalah mata rantai di antara
kedatangan Yesus yang pertama dan yang kemudian.”
Jadi jika dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa berjumpa dengan
orang-orang yang berbalik dari dosa menuju ke kebenaran, maka semua itu
adalah karya Roh Kudus. Sayangnya banyak dari kita justru menjadikannya
sebagai lelucon, Natamaimo Penaa Masallo’. Bukankah kita yang justru
meremehkan Roh Kudus. Saat ini, kita diajak untuk terus menaruh harap
kepada Roh Kudus atas pertolongan dan pemeliharaan-Nya dalam menjalani
kehidupan ini. Dalam konteks kemudaan kita, kita sering berjumpa dengan
kesulitan hingga kita merasa tidak mampu menghadapinya. Melibatkan Roh
Kudus dalam segala perkara adalah cara yang Tuhan inginkan kita lakukan. Jika
kita melibatkan Sang Penolong dalam setiap masalah, maka percayalah kita
akan dimampukan untuk menanggungnya dengan penuh sukacita.

Pertanyaan Reflektif
1. Seberapa sering anda melibatkan Roh Kudus dalam hidup anda?
2. Pernahkah anda merasakan akan keterlibatan Roh Kudus dalam
hidup anda?

Respons
Saya akan menggunakan aktivitas saya untuk menciptakan kesempatan
bagi Tuhan untuk bekerja. Apa yang terjadi kemudian terserah pada-Nya.

45 | P a g e
26 – 1 Juni 2024
Minggu Pentakosta II

KELAHIRAN BARU
Katuoan Ba’ru
Yohanes 3:1-17

Tujuan
1. Kehadiran Kristus membaharui dan menyelamatkan manusia.
2. PPGT senantiasa hidup dalam pembaharuan yang berlangsung dalam Allah Tri
Tunggal.

Narasi perjumpaan Yesus dengan orang Farisi seringkali menampilkan


ketidakcocokan atau adu argumen (site’ge’). Akan tetapi, perjumpaan
Nikodemus (seorang ternama dalam kelompok Farisi) dengan Yesus adalah
pengecualian. Nikodemus menyebut Yesus sebangai rabi utusan Allah bahkan
ia mau belajar dari Yesus. Pokok menarik dari dialog mereka adalah tentang
lahir baru. Apakah makna dari lahir baru? Bagaimana hubungannya dengan
kehidupan masa muda kita?
Faktanya, manusia hanya satu kali dilahirkan dari rahim ibunya.
Tampaknya, hal ini juga yang ada dalam pikiran Nikodemus (ay. 4). Yesus
tentunya tidak menyanggah hal tersebut. Akan tetapi, istilah kelahiran kembali
adalah kiasan. Ada makna besar di balik istilah kelahiran kembali yang
melampaui kelahiran dalam arti persalinan seorang perempuan. Lahir baru
adalah perubahan paradigma (cara berpikir) seseorang setelah dibarui dalam
air dan Roh. Dengan kata lain, seseorang dibarui hidupnya ketika ia diselam
dan diangkat dalam kematian serta kebangkitan Kristus (PGT Bab VI:10).
Dengan demikian, tiap orang yang yang telah diperbaharui cara berpikir dan
tingkah lakunya berubah menuju kesempurnaan dalam kehendak Roh. Kendati
demikian, semuanya berawal ketika seseorang mau percaya dan belajar
menjadi murid, sama seperti Nikodemus.
Seperti peribahasa tak ada gading yang tak retak, demikianlah gambaran
keadaan kita sebagai manusia yang fana. Tidak terlepas dari segala bentuk
kesalahahan atau gagal mengenal Tuhan dengan benar. Namun dalam segala
kekurangan itu, Tuhan berinisitiatif menjumpai kita. Hal itulah yang dimaksud
dalam ayat 17 bahwa oleh kasih-Nya Yesus datang ke dunia. Ia mendekatkan

46 | P a g e
diri-Nya agar kita mengenal Dia. Setelah mengalami pembaharuan pengenalan
dan hidup, selayakanya hidup ini meninggalkan pola-pola yang tidak berkenan.
Karya Allah tidak berhenti sampai kehadiran Kristus. Namun,
pengudusan hidup dan pembaruan tetap berjalanan dalam tuntunan Roh
Kudus. Pembaruan yang selalu berlangsung dalam hidup ini berkenaan dengan
rencana penyelamatan dalam Kristus. Sebab itu, bagi kita pemuda dan pemudi,
semua yang sudah percaya pada Kristus dan mengalami hidup baru dalam
Allah. Karya Allah yang sudah hadir menjumpai umat-nnya yang berdosa,
menjadi nyata bahwa Dia mengampuni dan memelihara ciptaan-Nya. Ia tidak
membiarkan-Nya menjadi hancur. Manusia baru akan semakin dikuatkan
dengan mendengarkan firman Tuhan, merenungkannya siang dan malam.

Pertanyaan Reflektif
Sejak mengenal Yesus dan bersekutu dalam PPGT, sejauh mana
perubahan hidupmu?

Respons
Menyanyi PKJ 239 “Perubahan Besar di Kehidupanku”

47 | P a g e
2-8 Juni 2024
Minggu Pentakosta III

SABAT DAN MNEMONICS


Allo Katorroan na Mnomincs
Ulangan 5:12-15

Tujuan
1. Pemuda memahami bahwa Sabat merupakan peringatan bagi Israel bahwa
Allah telah, sedang, dan terus berkarya bagi mereka.
2. Pemuda menjalani hidupnya hari ini dan seterusnya, sebab Allah telah
membebaskan kita dari dosa-dosa.

Mnemonics merupakan istilah dalam ilmu psikologi yang merujuk pada


strategi untuk meningkatkan ingatan seseorang pada informasi yang baru
diterima. Strategi tersebut menghubungkan informasi baru dengan informasi
lama. Seseorang akan terbantu untuk lebih menyadari atau memahami sesuatu
di masa sekarang.
Secara sederhana, kita dapat mengaitkan Sabat, dalam bacaan kita,
sebagai mnemonics yang dirancang Tuhan agar Israel lebih menyadari situasi
terkini dan masa depan. Dengan mengingatkan pengalaman Israel ketika masih
berada di Mesir, Allah menegaskan bahwa mereka pernah berada di tempat
kekelaman, penindasan dan perbudakan. Setelah keluar dari Mesir, Tuhan
memberikan ketetapan-ketetapan-Nya yang dituangkan dalam kesepuluh
hukum (Kel. 20: 1-17). Namun, Allah terus mengingatkan bangsa yang
seringkali jatuh dalam dosa ini pada ketetapan sebagaimana yang telah kita
baca.
Perikop ini menceritakan mengenai pemeliharaan Sabat. Pemeliharaan
Sabat ditetapkan dengan 2 alasan, yakni (1) untuk mengingat penciptaan (Kej
1:2, Kel. 20:11; Ul. 5:12-14), (2) mengingat perbudakan mereka di Mesir (ay. 15).
Tuhan berhenti setelah menciptakan segala sesuatunya pada hari Sabat.
Hendaknya Sabat tidak dipahami sebagai batasan penciptaan, tetapi sebagai
waktu (keadaan) yang “diciptakan” untuk berhenti dari segala kerja. Berhenti
tidak berarti stop dari segala tindakan dan menjadi statis. Namun, berhenti
harus dipahami bertindak dengan tepat dalam terang karunia Tuhan. Misalnya,
berbelas kasih terhadap orang yang kurang mampu, memberi hambanya
(hewan) waktu untuk istrahat, melepaskan bahkan memberdayakan budak-
48 | P a g e
budak mereka, bersikap adil dan pantas terhadap orang miskin serta orang
asing (bdk. Ul. 24:17-18). Aturan ini menjadi ketetapan yang nilainya sama
dengan perjanjian sunat yang harus diperingati dan dilakukan.
Pola ini yang kemudian digunakan oleh Kristus ketika mati di kayu salib.
Karena itu, Sabat menjadi akhir dari segala kesusahan dan jalan masuk kepada
pembebasan, yakni pembaharuan dalam Yesus Kristus (Why. 21:5). Dengan
kematian-Nya, kita tidak hanya lepas dari perbudakan dosa, tetapi hidup dan
seluruh ciptaan yang dibarui. Dengan Sabat, Allah melakukan semacam
mnemonics agar Israel menjalani kehidupannya hari ini dan hari-hari yang akan
datang, mereka semakin menyadari karya Ilahi dalam kehidupannya. Bacaan ini
menegaskan bahwa dengan terus mengenang peristiwa pembebasan Allah
dari dosa-dosa kita, kita terus diajak untuk memahami situasi kita saat ini
sembari terus berjalan menuju masa depan dengan penuh pengharapan.

Pertanyaan Reflektif
Adakah hidup kita hari ini telah meyakini karya Allah dalam pengalaman
hidup di masa lalu?

Respons
Game “chain of love” (tali plastic)
1. Setiap pemuda diminta berpasangan, dan minta setiap pemuda membuat
simpul di setiap ujung tali rafia dan dikenakan di pergelangan tangannya
masing-masing, sambil disilangkan dengan milik teman pasangannya,
sehingga akhirnya akan terjalin dua tali yang masing-masing terikat di
tangan mereka.
2. Setelah selesai, mintalah setiap pasangan melepaskan diri dari jalinan tali
rafia mereka tanpa melepas ikatan yang ada di pergelangan masing-
masing.
3. Kepada yang berhasil, diminta mendemonstrasikan dan semua orang
berusaha meniru sampai bisa melepaskan diri.
4. Setelah itu, berdiskusilah dengan pasangan masing-masing mengenai
hubungan mnemonics perasaan setelah terlepas dengan ketika
terbelenggu.

49 | P a g e
10 – 15 Juni 2024
Minggu Pentakosta IV

IKUT-IKUTAN: BAIK ATAU BURUK?


Melo sia Kadakena Ma’katturu’-turu’
1 Samuel 8:4-20

Tujuan
1. PPGT memahami dampak penolakan terhadap kedaulatan Allah.
2. PPGT menaati pengudusan hidup oleh tuntunan Roh Kudus.

Air susu dibalas air tuba bermakna kebaikan dibalas dengan kejahatan.
Suatu ironi yang tampaknya banyak terjadi dalam kehidupan manusia. Tidak
ada yang mau mengalami kondisi tersebut. Lagipula siapa yang dapat tahan
menghadapi situasi semacam itu? Bacaan kita pada hari menampilkan situasi
tersebut.
Penyertaan Allah bagi bangsa Israel tatkala keluar dari Mesir seharusnya
tak pernah dilupakan. Ia benar-benar hadir sebagai raja dan penyelamat bagi
Israel saat berada dalam kesulitan. Kehadiran hakim-hakim di tengah mereka
sesungguhnya tanda bahwa Tuhan tetaplah peduli dan membela mereka.
Keberatan terhadap hakim yang berlaku serong adalah suatu kewajaran. Akan
tetapi, meminta kehadiran seorang raja menyiratkan bahwa mereka tidak puas
terhadap kepemimpinan Allah bahkan dapat kita sebut pemberotakan.
Kok, minta raja disebut pemberontakan kepada Tuhan? Permintaan
tersebut adalah pemberontakan karena dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Israel segala sesuatu berpusat pada kehendak Tuhan. Ketika ada gangguan
bangsa asing, Tuhan mengutus para hakim untuk membela dan memimpin
mereka. Berbeda dengan dengan sistem raja atau monarki yang segala sesuatu
berpusat pada satu orang atau keluarga tertentu. Lagipula, permintaan atas
hadirnya raja dikarenakan ikut-ikutannya Israel kepada bangsa-bangsa lain
yang memakai sistem monarki. Padahal, bangsa Israel hendak dijadikan acuan
utama (role model) sebagai bangsa yang dipimpin langsung oleh Tuhan.
Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa sikap ikut-ikutan Israel ini
adalah pemberontakan atau penolakan Israel terhadap kedaulatan langsung
Tuhan atas mereka.

50 | P a g e
Semua pemberontakan tersebut pasti berdampak tidak baik. Bacaan kita
menunjukkan bahwa konsekuensi sistem monarki adalah raja berhak mengeruk
sumber daya alam dan manusia masyarakatnya. Buah dari sikap ikut-ikutan
(katturu’-turu’) adalah kerugian. Namun, bangsa Israel bersikeras meminta
seorang raja manusia dan tak ingin lagi menjadikan Tuhan sebagai raja mereka.
Sepanjang sejarah Israel, yang terjadi adalah pasang-surut kehidupan tak
pernah putus dalam kehidupan mereka.
Kendati kebaikan Tuhan seringkali dibalas dengan kemungkaran, tetapi
Ia tetaplah penuh kasih (sumpu mamase). Kehadiran Allah dalam Yesus Kristus
adalah bentuk proklamasi kehadiran Kerajaan Allah, pertama-tama bagi orang
Israel, namun meluas kepada kita semua. Tidak berhenti sampai di situ, Roh
Kudus tetap berkarya dalam hati agar kita tetap menguduskan hidup dan taat
menjadikan Tuhan sebagai raja dan pusat kehidupan kita. Belajar dari kisah
orang Israel, berhati-hatilah dengan sikap ikut-ikutan. Tidak segala sesuatu
yang menjadi tren adalah kebaikan, karena bisa saja di balik tren ada
kehancuran yang mengancam kehidupan.

Pertanyaan Reflektif
1. Renungkanlah, apakah pilihan hidupmu sudah berpusat pada kehendak
Tuhan?
2. Melalui perenungan ini, apakah engkau mendapati bahwa pernah engkau
melawan kedaulatan Tuhan?

51 | P a g e
16-22 Juni 2023
Minggu Trinitas
PUCUK PERUBAHAN
Tolo’ Kapopembalian
Yehezkiel 17:22-24

Tujuan
1. PPGT memahami janji dan kuasa Allah.
2. PPGT semakin hidup mengandalkan Allah.

Yehezkiel 17:22-24 mengisahkan ketidaksetiaan dan pengingkaran janji


Raja Zedekia (ay. 15-19). Ketidaksetiaannya tampak ketika ia mengandalkan
pertolongan dari Mesir saat Raja Babel merangsek datang ke Yerusalem. Secara
retoris, Yehezkiel menjelaskan bahwa Allah bertanya mengenai keberhasilan
mereka mencari pertolongan ke Mesir. Zedekia akan menuai hasil dari praktik
ketidaksetiaannya. Ia akan dihukum. Lalu bagaimana dengan janji Tuhan?
Apakah Ia akan mengingkari janji-Nya?
Ketidaksetiaan tidak menggagalkan rencana Allah atas umat-Nya.
Karena itu, perikop ini menandaskankembali janji pengharapan dari Allah. Ia
akan bertindak sendiri untuk menepati janji-Nya, “…Aku sendiri akan
mengambil carang dari puncak pohon aras yang tinggi dan menanamnya. Aku
akan mematahkannya dari pucuk yang paling ujung dan masih muda lalu Aku
sendiri akan menanamnya di gunung yang menjelang tinggi” (ay. 22). Tindakan
itu digambarkan seperti pucuk pohon aras yang dipatahkan untuk ditanam di
gunung tinggi. Khiasan pucuk pohon aras yang dipatahkan dan ditanam akan
bertumbuh, bercabang-cabang, dan berbuah lebat.
Gambaran tersebut di atas merujuk kepada Yesus Kristus yang adalah
perteduhan dan perlindungan tempat orang-orang mencari pertolongan. Janji
tersebut berbanding terbalik dengan Zedekia yang tidak lagi dapat diandalkan.
Zedekia tidak dapat lagi melindungi dan menolong rakyatnya. Ia meragukan
otoritas dan pertolongan dari Allah dengan mencari pertolongan ke Mesir.
Kuasa Allah yang mengatur kehidupan umat tampak dalam ayat 24, “TUHAN
merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah,
membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon yang
layu kering bertunas kembali…”

52 | P a g e
Sahabat PPGT, Kristus adalah penanda perubahan di Israel, dengan
demikian kita sebagai PPGT. Pucuk perubahan kita adalah Kristus yang telah
menebus kita. Buah atas penebusan itu adalah dengan meneladani Kristus Sang
Pucuk Perubahan. PPGT juga adalah pucuk-pucuk perubahan yang harus
memberi dampak bagi sesama. Kita adalah tunas muda. Kita adalah agen
perubahan. Kendati kita semua masih muda, tetapi dalam masa muda dan
proses bertumbuh kita, Allah menitipkan misi perubahan besar pada pundak
kita. Mulailah dari hal yang kecil, sebab Tuhan sendiri memulainya dari pucuk
pohon aras yang masih muda.

Pertanyaan Reflektif
1. Marilah kita berdiskusi, hal-hal kecil nan sederhana apa yang dapat
kita lakukan untuk sebuah perubahan?
2. Adakah kendala dalam melakukan perubahan-perubahan kecil itu?
Bagaimana mengatasinya?

Respons
Menyanyikan Gita Bakti 69 “Kumulai Dari Diri Sendiri” gubahan Pontas
Purba.
1. Kumulai dari diri sendiri untuk melakukan yang terbaik.
Kumulai dari diri sendiri, hidup jujur dengan hikmat Tuhanku.
Tekadku Tuhan: mengikut-Mu selama hidupku, berpegang teguh
kepada iman dan percayaku.
Akan kumulai dari diriku melakukan sikap yang benar.
Biar pun kecil dan sederhana,
Tuhan dapat membuat jadi besar.
2. Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku Firman-Mu.
S’lalu mendengar tuntunan Tuhan,
berserah pada rencana kasih-Mu.
Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku.
Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik
Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu.
Walau ‘ku lemah dan tidak layak,
kuasa Tuhan menguatkan diriku.

53 | P a g e
23-29 Juni 2024

DENGARLAH!
Tannanni Talinga!
2 Korintus 6:1-13
Tujuan
1. PPGT mengenal suara Tuhan dalam menghadapi badai pergumulan.
2. PPGT dapat memperdengarkan suara Tuhan kepada yang bergumul dalam
kehidupan.

Mungkin kita sering mendengar ungkapan masuk ke telinga kanan,


keluar ke telinga kiri. Ungkapan tersebut menyiratkan makna tentang
seseorang yang mendengar, tetapi tidak mengingat dan melakukannya.
Melalui bacaan kita saat ini, Paulus menasihatkan jemaat di Korintus sekaitan
dengan pergumulan yang mereka hadapi. Nasihat tersebut sekaligus
mengingatkan mereka supaya tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Ia
menguraikan pengalaman pelayanannya dalam menghadapi berbagai badai
pergumulan. Demikian juga sebagai jemaat yang telah mengalami kasih
karunia Allah, mereka perlu menahan diri dalam kesabaran, penderitaan,
kesesakan, dan kesusahan. Hal itu diungkapkan oleh Paulus agar jemaat di
Korintus semakin memahami dan mengingat Allah yang telah menyelamatkan.
Paulus menunjukkan keteladan sebagai pelayan yang menghargai kasih
karunia Allah. Bentuk keteladanannya adalah dengan menyatakan kesetiaannya
kepada Allah, kendati berada dalam badai hidup. Badai yang dimaksudkan
adalah penderitaan yang dihadapi dalam pelayanan. Salah satu ciri pelayan
Allah yang menghidupi pelayanannya adalah menahan atau mengontrol diri
dalam kesabaran, penderitaan, kesesakan, dan kesukaran. Hal ini dinyatakan
Paulus kepada sahabat-sahabatnya. Ia berbagi pengalaman dalam
menghadapi pergumulan bahwa penderitaan yang ia alami jutru membuatnya
semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Mendekatkan diri kepada Yesus Kristus adalah pilihan yang tepat dalam
menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Sebab, hanya di dalam dan
melalui Yesus Kristus suara keberpihakan-Nya dinyatakan kepada kita yang
sedang bergumul. Pemberitaan tentang kasih karunia Kristus seharusnya
memengaruhi setiap pola pikir, perkataan, dan perbuatan.

54 | P a g e
Menyia-nyiakan pemberitaan tentang pengajaran Yesus Kristus adalah
salah satu sikap hidup yang tidak menghargai anugerah Allah. Sebagai pemuda
Kristen, mendengarkan dan memaknai setiap pemberitaan tentang Yesus
Kristus akan membentuk kita sebagai pribadi yang semakin mengagumi
sekaligus meneladani kebaikan-Nya. Beriman kepada Yesus Kristus sungguh
menguatkan kita menghadapi berbagai tantangan. Bacaan kita menandaskan
bahwa pergumulan adalah ruang untuk membangun relasi dan keintiman
dengan Kristus.
Mari menjaga diri kita dari berbagai kemungkinan yang dapat
menyandung iman kita. Bangunlah karakter seorang Kristen yang setia, rendah
hati, sabar, dan berupaya merespons pergumulan-pergumulan dari sudut
pandang iman. Bukalah hati selebar-lebarnya kepada Yesus Kristus! Berikanlah
ruang bagi Kristus untuk berbicara dalam hati kita serta menggantungkan
pengharapan kepada-Nya.
Setelah mendengar dan merasakan suara Kristus, respons kita
selanjutnya adalah memperdengarkan suara-Nya kepada yang lain. Kita semua
dimungkinkan dipakai oleh Kristus untuk meneruskan pemberitaanNya kepada
sahabat, keluarga, dan yang membenci kita. Nyatakan dalam perbuatan bahwa
pemberitaan tentang Kristus telah menyelamatkan kita dari kebinasaan.

Pertanyaan Reflektif
1. Allah berbicara kepada kita dalam berbagai cara, tetapi terkadang kita tidak
mengenal suara-Nya karena berbagai hal yang menghalangi. Menurut
saudara-saudara, hal apakah yang sering menghalangi saudara mendengar
suara Allah?
2. Bagaimanakah caranya meneruskan atau memperdengarkan suara Allah?

Respons
Terpujilah Engkau ya Allah yang telah menganugerahkan kami
kehidupan. Syukur atas perkenaan-Mu, kami dimungkinkan mendengar dan
mengenal suaraMu. Biarlah kami senantiasa dimampukan mendengar,
mengenal, dan memperkenalkan suara Allah. Tolong kami ya Allah. Amin.

55 | P a g e
30 Juni - 6 Juli 2024

BERJIWA BESAR
Maluangan Ba’teng
2 Samuel 1:17-27

Tujuan:
1. Pemuda memahami bahwa berjiwa besar adalah penanda kehidupan orang
beriman.
2. Pemuda terus bertumbuh dan berproses menjadi seorang yang berjiwa besar.

Nelson Mandela (1918-2013) merupakan seorang tokoh kenamaan dari


Afrika Selatan. Ia berjuang menentang politik Apartheid yang memisahkan ras
kulit putih dengan ras kulit hitam. Perjuangan Mandela melawan perlakukan
diskriminatif terhadap rasnya, membuatnya harus mendekam di jeruji besi
selama 27 tahun. Konon, selama itu, ia mengalami banyak siksaan. Badannya
pernah dikubur sampai leher dan saat ia meminta air, kepala sipir penjara justru
mengencingi kepalanya. Setelah dibebaskan, ia terpilih menjadi presiden kulit
hitam pertama Afrika Selatan (1994-1999). Menariknya, pada saat pelantikan,
ia mengundang kepala sipir penjara yang pernah mengencinginya dan
menempatkannya di kursi terhormat. Mandela memaafkan semua perlakuan
buruk yang dialaminya dalam penjara. Salah satu ciri orang yang berjiwa besar
(maluangan ba’teng) ialah mampu mengampuni bahkan musuh sekalipun.
Perilaku yang sama terpapar dalam bacaan kita. Saul dan Yonatan gugur
dalam medan perang dan membuat Daud meratap. Ratapan Daud atas
kematian Yonatan sangat wajar. Sebab, Daud dan Yonatan sahabat yang baik.
Soulmate banget! Ia mengatakan, “Bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta
perempuan.” (ay. 26). Akan tetapi, Daud juga meratapi kematian Saul. Padahal,
kita tahu bahwa Saul sangat membenci Daud. Saking bencinya, Saul pernah
mencoba membunuh Daud (1 Sam. 18:11). Beberapakali ia menyuruh tentara-
tentaranya untuk memburu dan membunuh Daud (1 Sam. 19-21). Kebencian
dan penolakan Tuhan atas Saul (1 Sam. 15:23) bisa saja membuatnya bersorak.
Artinya, mangkatnya Saul menjadi kabar baik bagi Daud. Namun, bukan
demikian yang terjadi. Daud menghormati Saul sebagai orang yang diurapi
Tuhan (ay. 14) dan sangat berduka atas kematiannya. Ia menangis, meratap,
dan membuat nyanyian ratapan yang terus nyanyikan oleh keturunan Yehuda
(ay. 17-18). Bagi Daud, Saul dan Yonatan adalah simbol kebanggaan dan

56 | P a g e
kemewahan Israel (ay. 19). Merekalah yang telah mendandani puteri Israel
dengan pakaian kemewahan dan perhiasan emas (ay. 24). Mereka adalah
pejuang yang gagah berani (ay. 19, 23, 27). Tangisan Daud menegaskan bahwa
ia telah mengampuni segala kejahatan Saul kepadanya. Ia bahkan sanggup
menemukan hal-hal baik pada diri Saul. Alih-alih fokus kepada hal negatif, ia
justru mencari sisi positif dari diri Saul. Karakter tersebut merupakan ciri orang
yang berjiwa besar.
Dari dua tokoh tersebut di atas, kita belajar tentang berjiwa besar.
Kebalikan dari jiwa besar adalam berjiwa kerdil (sukku’ pa’inaan). Ia dipenuhi
rasa benci dan dendam, sulit mengampuni, dan hanya fokus pada hal buruk.
Sebaliknya, berjiwa besar ditandai dengan karakter yang mengampuni,
menemukan hal-hal baik di antara yang keburukan, dan memiliki hati yang
bebas dari kebencian. Sebagai pemuda yang hidup di zaman penuh tantangan,
belajar berjiwa besar adalah hal yang tepat. Kiranya, saudara dan saya adalah
orang yang berjiwa besar. Amin.

Pertanyaan Reflektif
Apakah anda sedang menyimpan dendam kepada seseorang? Langkah
konkrit apa yang akan anda lakukan untuk memaafkan dia?

Respons:
Ingatlah seseorang yang telah menyakiti anda. Sebutkan namanya dalam
hati. Katakanlah bahwa mulai sekarang anda akan memaafkan dia.

57 | P a g e
7 – 13 Juli 2024

BERTUMBUH BERSAMA KRISTUS


Lobo’ lan Yesus Kristus
Markus 6:1-13

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa penolakan terhadap Yesus berarti penolakan untuk
bertumbuh di dalam Kristus.
2. PPGT belajar untuk bergumul dan bertumbuh bersama Kristus.

Perikop pertama menceritakan kontras dalam satu narasi. Awalnya,


orang-orang yang hadir di Sinagoge Nazaret takjub atas pengajaran dan
mujizat penyembuhan Yesus (ay. 2). Lalu, kekaguman itu beralih seketika
menjadi penolakan (ay. 3). Dengan segera, kita memokuskan perhatian kita
pada pernyataan Yesus pada ayat 4, “…seorang nabi dihormati di mana-mana,
kecuali di kampung halamannya, di antara kaum keluarganya dan di
rumahnya.” Namun, mari kita melihat sisi lain dari kisah ini.
Yesus tidak hanya menuai penolakan tetapi juga sinis atau diremehkan.
Betapa tidak, para pendengar di Sinagoge mengatakan “bukankah Ia ini tukang
kayu…” (ay. 3a). Stephen Colbert mengatakan bahwa sinis kerap menyamar
sebagai kebijaksanaan. Hal tersebut tampak dari orang-orang Nazaret. Mereka
mengira Yesus Si Tukang Kayu tidak layak memiliki hikmat. Lanjut Colbert,
justru sinislah yang paling jauh dari hikmat, karena orang yang sinis tidak
belajar apa pun. Artinya, ajaran yang sedang diberitakan Yesus ditolak.
Akibatnya, mereka jadi tidak belajar apa-apa.
Orang-orang Nazaret rupanya tidak ingin belajar dan bertumbuh. Sinis
yang menutup hati mereka justru tanda bahwa mereka tidak siap belajar dari
orang yang mereka anggap rendah. Ayat 6a yang mengatakan “…Ia (Yesus)
merasa heran karena mereka tidak percaya.” Ketidakpercayaan
mengindikasikan mereka enggan untuk bertumbuh.
Saat ini, kita hidup di dunia yang semakin ditandai dengan
ketidakpercayaan dan sinisme. Kita juga mungkin sering mendapati orang-
orang Kristen sendiri yang cenderung meremehkan arti percaya. Penolakan dan
sinis yang terjadi dewasa ini tidak seperti yang Yesus alami di kampung
halamannya. Namun, penolakan dan sinis justru tampak dalam kemalasan kita
bergumul dan bertumbuh dalam kesehari-harian kita. Menerima Yesus berarti

58 | P a g e
kesediaan untuk bergumul bersama-Nya sembari terus bertumbuh dalam iman
dan karakter Kristiani.

Pertanyaan Reflektif
1. Mari kita diskusikan bersama. Dalam hal apa kita enggan untuk bertumbuh
di dalam Kristus.

59 | P a g e
14 – 20 Juli 2024

BERANI JUJUR DALAM SEGALA SITUASI


Barani Ma’kada Tongan Lan Mintu’ A’gan
Markus 6:14-29

Tujuan
1. PPGT menyuarakan kebenaran.
2. PPGT berani jujur.

“Katakanlah dengan jujur meski terasa pahit” adalah kata-kata bijak yang
mungkin sering kita dengar atau temukan di berbagai media sosial, bahkan
mungkin kita pernah mengalaminya. Kepahitan terjadi pada Yohanes
Pembaptis ketika kejujuran justru membawanya pada kematian. Kematiannya
memerlihatkan bahwa kejujuran membutuhkan pengorbanan yang besar dan
tidak main-main.
Yohanes harus menanggung mati atas kejujurannya kendati Herodes
sangat menyegani, menghormati, dan mengagumi dirinya (ay. 20). Tidak hanya
segan, Herodes juga sebenarnya telah berusaha untuk melindungi dirinya.
Sayangnya, hal itu terkalahkan oleh permintaan Herodias yang meminta kepala
Yohanes Pembaptis (ay. 24). Permintaan itu didasarkan pada dendam yang
Herodias kepada Yohanes yang telah menegurnya (ay. 18). Singkat cerita,
Herodes mengabulkan permintaan tersebut setelah mabuk dan diperdaya
melalui anak Herodias. Sebuah kejujuran dan kebenaran dalam teguran dari
Yohanes membawa dirinya berakhir pada kematian.
Tidak selalu mudah mengatakan sebuah kebenaran walaupun
menyakitkan. Michelle Obama, seorang pengacara asal Amerika Serikat, pernah
berujar “…we learned about honesty and integrity - that the truth matters... that
you don’t take shortcuts or play by your own set of rules” (kami belajar tentang
kejujuran dan integritas bahwa ia penting dan bahwa kau tidak mengambil
jalan pintas atau bermain dengan aturanmu sendiri). Herodes menjebak dirinya
sendiri dengan menganugerahkan apa saja yang diminta anak Herodias.
Kejujuran dan kebenaran adalah karakter seorang murid Kristus. Hal
tersebut harus terus dilakukan kendati membuat beberapa orang tidak
nyaman, bahkan diri kita sendiri. Sepahit apapun kejujuran dan kebenaran, ia
harus tetap digaungkan untuk membawa kebaikan atau sebuah perubahan ke
arah yang lebih.
60 | P a g e
Pertanyaan Reflektif
1. Apakah saya mau untuk selalu mengatakan kebenaran untuk kebaikan?
2. Apakah saya berani melakukan kebaikan meskipun tidak ada untungnya
bagi saya?

Respons
Ya Allah, kiranya Roh Kudus-Mu terus menolong kami agar berani
menyatakan kebenaran untuk kebaikan, terutama dalam relasi kami dengan
sesama.

61 | P a g e
21 – 27 Juli 2024

ARTI KEHADIRAN-MU
Kama’doiorenanNa Puang
Markus 6:53-56

Tujuan
1. PPGT memahami arti kehadiran Yesus.
2. PPGT semakin mendekatkan diri kepada Yesus Kristus.

Markus 6:53-56 sejalan dengan perikop-perikop sebelum dan


sesudahnya, khususnya dalam hal penekanan pada mujizat-mujizat yang
dilakukan oleh Yesus. Ia semakin populer setelah menenangkan badai (4:35-
41), mengusir roh jahat (5:1-20), menyembuhkan perempuan yang sakit
pendarahan dan membangkitkan orang mati (5:21-43), memberi makan orang
banyak (6:30-44, 8:1-10), berjalan di atas air (6:45-52), menyembuhkan orang-
orang sakit (6:53-56, 7:31-37), mengusir setan (7:24-30), dlsb. Kehadiran-Nya
langsung bisa dirasakan terutama oleh orang-orang yang terpinggirkan dan
menderita yang membutuhkan pertolongan makanan dan kesembuhan
sesegera mungkin.
Dalam perikop yang kita baca, para penyambut sangat antusias terhadap
Yesus terjadi ketika orang banyak telah ‘mengenal’ Yesus (ay. 54). Pengenalan
semestinya tidak sekedar mengetahui, tetapi percaya bahwa Yesus memiliki
kuasa ilahi. Hanya dengan memegang jumbai jubah-Nya, orang-orang sakit
menjadi sembuh. Lebih dalam, orang-orang tidak hanya percaya, tetapi
mempercayakan diri kepada-Nya. Mereka selalu mencari dan mengikuti Yesus
ke manapun Ia pergi dan membawa orang-orang sakit untuk disembuhkan.
Penyembuhan yang dilakukan Yesus juga tidak elitis atau terbatas pada
orang-orang dari kalangan atas, melainkan terbuka bagi siapa saja yang datang
kepada-Nya. Ayat 56 menyebutkan bahwa Ia menyembuhkan orang-orang
sakit di desa-desa dan kota-kota. Dalam tradisi Israel, mengidap penyakit dapat
dipandang sebagai malapetaka atau bahkan kutukan. Karenanya, menderita
penyakit dapat berimplikasi pada relasi sosial. Kesembuhan yang mereka
dapatkan dari Yesus menjadi jalan pemulihan, baik fisik maupun kehadiran
mereka di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Ia hadir dan
menyembuhkan semua orang yang dijumpai-Nya. Hati-Nya penuh belas
kasihan dan Ia menjawab kerinduan mereka akan pertolongan.
62 | P a g e
Sosok Yesus yang menyembuhkan juga mesti dilihat dalam karya
penyelamatan Allah bagi seluruh ciptaan. Penyelamatan yang terbuka dan
mengundang semua orang untuk mengalaminya. Penyelamatan yang
berpuncak di dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Kuasa-Nya melampaui
sakit-penyakit dan kelemahan kita. Kehadiran-Nya merupakan undangan bagi
kita, seperti sabda-Nya, “…marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Karya-
Nya tersebut mesti direspons dengan terus mendekatkan diri kepada-Nya dan
memohon belas kasihan-Nya.

Pertanyaan Reflektif
Apakah saya (anda) sudah ‘mengenal’ Yesus? Sejauh mana? (bisa
direfleksikan dalam bentuk kesaksian)

63 | P a g e
28 Juli-3 Agustus 2024

PEMBERIAN SEDERHANA
Pamengan Tang Masuli’
Yohanes 6:1-15

Tujuan
1. PPGT sadari bahwa tiap orang dicipta dengan berbagai potensi.
2. PPGT hidup memulikan Tuhan dengan segala potensinya.

Howard E. Gardner, seorang pakar pendidikan dan psikologi asal


Amerika Serikat, menemukan bahwa kendati setiap naradidik terbatas, tetapi
mereka memiliki kelebihan yang belum dieksplor. Demikianlah temuannya itu
ia muat dalam buku Frames of Mind: Multiple Intelligences (1983). Berangkat
dari temuannya tersebut, kita dapat mengatakan bahwa di balik setiap
kelemahan, selalu ada kelebihan yang belum tampak tetapi harus dihargai dan
digali lebih mendalam.
Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang merupakan salah satu cerita
Alkitab yang selalu kita ingat. Karena semua kitab Injil mengulasnya,
menandakan bahwa ada banyak pesan istimewa di baliknya, tergantung dari
sudut mana kita melihatnya. Kita cenderung hanya berfokus pada satu sisi,
tetapi menyepelekan sisi yang lain. Dalam perenungan kali ini, mari fokus pada
sisi seorang anak dalam kisah ini.
Kisah ini dipenuhi dengan orang dewasa yang sedang kesusahan
menghadapi lima ribu orang yang sedang kelaparan. Yesus sesungguhnya
dapat dengan mudah menghilangkan rasa lapar semua orang yang hadir di
situ, tetapi Yesus justru menghargai kehadiran dan pemberian anak kecil
tersebut disaat semua orang dewasa menyepelekannya. Dengan demikian,
dapat kita maknai bahwa bahwa Yesus menghargai potensi anak kecil itu.
Entah bagaimana keadaan pada saat itu seandainya anak kecil tersebut
tidak mau memberikan bekalnya. Menariknya, justru pemberian sederhana
yang diberikan anak itu yang diberkati Tuhan sehingga menjadi berkat bagi
banyak orang yang sedang menanti mujizat Yesus Kristus. Di samping itu, dari
anak kecil ini kita kembali diingatkan tentang kemurnian rasa percaya seorang
anak kepada Tuhan dibanding rasa kekhawatiran orang dewasa yang begitu
besar padahal Yesus Kristus sedang berada bersama mereka.

64 | P a g e
Kemurnian iman dan pemberian sederhana harusnya menyadarkan kita.
Betapa anak kecil atau muda sering diselepekan dalam komunitas bergereja
kita. Akan tetapi, bacaan kita justru menampilkan kebalikan dari cara berpikir
umum yang sedang kita jalani. Bagaimanapun, seorang anak tetaplah memiliki
potensi dalam dirinya. Sama halnya dengan kita, para pemuda gereja, ada
potensi dalam diri yang berguna dalam kehidupan persektuan beriman.
Mungkin potensi yang dimiliki sangat sederahana, tetapi hal itu berharga di
mata Tuhan. Marilah kita mengembangkan potensi dalam diri kita dalam
kehidapan sehari-hari. Sebab, yang sederhana itulah Allah meresapkan berkat
dan kemuliaan-Nya. Satu hal yang pasti, pengembangan potensi itu
bermanfaat jika diwujudkan dalam rangka kemanusiaan dan kemuliaan Tuhan
dalam kesehari-harian.

Pertanyaan Reflektif
1. Sadarkah engaku jika dirimu dibekali Tuhan dengan banyak potensi?
2. Sudahkah engkau kembangkan potensimu untuk kemuliaan dan
kesaksian akan berkat Tuhan?

Respons
Menyanyikan lagu ‘Lima Roti dan Dua Ikan’
Lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus memberkatinya
Dimakan lima ribu orang, sisa dua b’las bakul

Hai saudara apa kau dengar, dengarlah mujizat Tuhan


Dimakan lima ribu orang, sisa dua b’las bakul

65 | P a g e
4 – 10 Agustus 2024

TEGUH DALAM KRISTUS


Bantang lan Kristus
Efesus 4:1-16

Tujuan
1. PPGT memahami makna teguh dalam Kristus.
2. PPGT hidup teguh dalam Kristus.

PPGT Kader Siap Utus, Teguh dalam Kristus menjadi tagline yang mulai
dipopulerkan sejak Kongres XV di Tikala tahun 2023. Di dalamnya ada
optimisme dan harapan bahwa anggota PPGT menjadi kader tangguh yang
teguh sebagai murid Kristus. Bacaan ini akan memerkaya pemahaman kita
tentang arti dan alasan kita mesti teguh dalam Kristus.
Ada dua hal menarik untuk direnungkan dari Efesus 4:1-16. Pertama,
perikop ini menegaskan panggilan dari Allah kepada manusia. Dalam bacaan
ini, panggilan Allah tersebut mewujud dalam hidup jemaat di Efesus. Tujuan
pemanggilan Allah bagi jemaat di Efesus adalah untuk saling mengasihi dan
saling membantu. Respons dari mereka yang telah dipanggil mesti tampak
dalam komitmen hidup yang ‘berpadanan dengan panggilan itu’ (ay. 1-2).
Kedua, perikop ini juga berisi nasihat untuk memelihara kesatuan. Paulus
menyadari ragam karunia yang dimiliki jemaat di Efesus. Karena itu, ia
menandaskan pentingnya menjaga kesatuan. Dasar dari kesatuan tersebut
adalah kesatuan Roh (ay. 4). Hanya kesatuan dalam Roh-lah jemaat di Efesus
dapat bersatu di dalam Kristus. Keberagaman karunia juga tidak perlu dilihat
sebagai kelemahan. Karunia-karunia tersebut mesti dilihat sebagai pemberian
Kristus yang mesti dipakai untuk mengerjakan pelayanan bagi pembangunan
tubuh Kristus. Karena berasal dari Kristus, maka karunia tidak boleh
disalahgunakan. Sebaliknya, menggunakan dan mengembangkan karunia-
karunia menjadi bagian dari proses pertumbuhan hingga mencapai kesatuan
dan kedewasaan iman di dalam Kristus (ay. 13).
Dua hal penting di atas, panggilan dan kesatuan, kiranya menjiwai
semangat setiap anggota PPGT. Dalam keyakinan kita, PPGT merupakan wadah
yang dipanggil oleh Kristus untuk tujuan yang sama dengan jemaat di Efesus.
Keyakinan tersebut mesti meneguhkan iman dan pengharapan kita di dalam
Kristus. Teguh di dalam Kristus mesti diejawantahkan ke dapan upaya hidup
66 | P a g e
yang berpadanan dengan panggilan tersebut. Dengan demikian, keberagaman
potensi dan karunia yang dimiliki oleh anggota PPGT tidak akan membuat kita
tercerai-berai. Sebaliknya, dengan seluruh potensi tersebut, kita dapat
membangun PPGT demi menjalankan panggilan Kristus.

Pertanyaan Reflektif
1. Apa yang dapat saya lakukan untuk hidup teguh dalam Kristus?
2. Bagaimana saya dapat terus terlibat dalam upaya memelihara kesatuan
di dalam persekutuan?

Respons
Menyanyikan lagu Mengikut Yesus Keputusanku dengan menggunakan
kedua tangan sebagai alat peraga. Ibu jari diandaikan sebagai Yesus dan jari
kelingking sebagai PPGT. Kemanapun Yesus (ibu jari) pergi, maka PPGT (jari
kelingking) akan ikut. Jari-jari digeser ke kiri dan ke kanan secara bergantian
dengan ketentuan ibu jari selalu yang terdepan dan jari kelingking mengikut
dari belakang.

67 | P a g e
11 – 17 Agustus 2024

PERKATAAN YANG MEMBANGUN


Kada Mepatuo
Efesus 4:25-32

Tujuan
1. PPGT memahami arti hidup sebagai manusia baru.
2. PPGT menunjukkan cara hidup manusia baru melalui perkataan yang
membangun.

Kebebasan berekspresi seringkali dipahami secara keliru oleh sebagian


orang. Kita dapat melacaknya di platform-platform media sosial. Di sana, ada
banyak kemarahan, ujaran kebencian (hate speech), dan bahkan fitnah.
Ekspresi-ekspresi tersebut seolah-olah ingin mengatakan bahwa kebebasan
berekspresi itu tidak terbatas. Apakah memang benar demikian? Apakah kita
sebagai pengikut Kristus dibenarkan bersikap demikian? Mari kita temukan
jawabannya di dalam bacaan kita.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Paulus sedang mengontraskan dua gaya
hidup, yakni orang yang belum mengenal Allah (ay. 17-19) dan yang sudah
mengenal Allah (ay. 20-24). Ia menyebut orang yang sudah mengenal Allah
adalah orang yang telah mengenakan manusia baru. Indikasinya tampak pada
perubahan-perubahan hidup berdasarkan ajaran Kristus (ay. 20-21), salah
satunya adalah perubahan bertutur kata. Secara garis besar ada dua dampak
perkataan. Di satu sisi, ucapan kita dapat membangun orang lain, misalnya
melalui perkataan yang ramah, penuh kasih mesra, dan pengampunan (ay. 29b,
32). Sebaliknya, ucapan juga dapat menjatuhkan orang lain misalnya amarah
yang tak terkontrol, dusta, atau perkataan kotor. Jadi, sudah selayaknya orang
yang hidup dalam Kristus (menggunakan manusia baru) mengucapkan
perkataan yang membangun sesamanya. Di sinilah posisi kita dalam konteks
kebebasan berekspresi. Alih-alih memaki dan memfitnah, kita dapat
menggunakan perkataan kita untuk membangun kehidupan.
Salah satu hal konkrit yang dapat dilakukan untuk dapat mengerjakan
ajaran tersebut adalah “mengheningkan diri”. Keheningan yang dimaksud
bukan menjadi pendiam (mutism) atau tidak berbicara, melainkan kondisi hati
yang berupaya untuk menjernihkan diri dengan tidak terlalu tergopoh-gopoh

68 | P a g e
bertutur. Sebaliknya kita membiasakan diri untuk memikirkan dan memilih kata
yang lebih membangun orang lain.
Perkataan kita sudah seharusnya sejalan dengan Injil. Tidak ada
kesombongan, makian, fitnahan, dan ujaran kebencian, melainkan penuh kasih
mesra dan bersikap ramah kepada semua orang (ay. 32). Karena itu, biarlah
setiap perkataan kita tidak keluar dengan sia-sia, tetapi menjadi berkat dan
membangun bagi orang lain.

Pertanyaan Reflektif
1. Dalam hal seperti apa biasanya anda gagal menjaga perkataan?
2. Apa hal konkrit yang akan anda lakukan untuk mulai belajar mengucapkan
kata-kata yang membangun?

Respons
Menyanyi “Tutur Kata”
Bagaikan air sirami tanah gersang, t’rasa sejuk, menyegarkan
Bagai cahaya mentari hangat memelukku, damai di jiwaku
Lembut, indah, tutur kata-Mu
T'rangi jalanku, menghibur hatiku, memb’ri pengharapan
Untuk selamanya sampai selamany, perkataan-Mu bertumbuh di
hatiku
Siang dan malam, s’lalu kurenungkan
Janji-Mu yang indah, ‘ku berjalan di dalamnya

69 | P a g e
18 – 24 Agustus 2024

DASAR KEHIDUPAN
Oto’na Katuoan
Amsal 9:1-6

Tujuan:
1. Pemuda memahami makna hikmat.
2. Pemuda menjadikan hikmat sebagai dasar kehidupannya.

Salomo sebagai pengamsal merupakan seorang raja yang sungguh


menyadari betapa hikmat itu harus menjadi dasar dalam menjalani kehidupan.
Salomo menyadari bahwa hikmat berasal dari Allah. Karena itu, ia pernah
berdoa kepada Allah untuk meminta hikmat dalam memutuskan perkara besar
yang diperhadapkan kepadanya.
Amsal 9:1-6 merupakan kesaksian iman Salomo bahwa hikmat paripurna
yang berasal dari Allah. Keyakinan tersebut digambarkan dengan
kesempurnaan persiapan pesta perjamuan yang dilakukan oleh Sang Hikmat
(ay. 1-2). Selanjutnya, Salomo menjelaskan bahwa Hikmat-lah (baca: Allah) yang
berinisiatif untuk mengundang dan menjumpai manusia. Pandangan tersebut
berarti pilihan manusia “menerima undangan” Sang Hikmat, bukanlah pilihan,
melainkan kepekaan menuruti tuntunan Roh Kudus (bdk. Mukadimah PGT dan
Bab V:2). Dengan begitu, hikmat dari Allah akan mengantar manusia pada jalan
kehidupan (ay. 6). Jika tidak demikian, maka manusia akan terus hidup dalam
kebodohannya yang membawa manusia pada petaka.
Pembacaan kita minggu ini, menyadarkan kita tentang paripurnanya
hikmat dari Allah. Hikmat tersebut tidak didapatkan dari usaha sendiri.
Kepekaan untuk taat dan tunduk pada tuntunan Roh Kudus-lah yang akan
mengantar kita menerima hikmat-Nya. Sebagai anak muda yang hidup dalam
rumitnya zaman, baiklah kita senantiasa menjadikan hikmat sebagai dasar
kehidupan. Jika hikmat menjadi dasar kehidupan kita, maka kita tidak akan
diombang-ambingkan oleh kebodohan yang membawa petaka. Sebaliknya,
hikmat akan mengantar kita pada jalan kehidupan yang sejati. Hikmat telah
mengundang kita untuk bergabung dan merasakan hidangan kehidupan.
Marilah, segalanya telah tersedia!

Pertanyaan Reflektif
70 | P a g e
1. Apakah saya telah menjadikan hikmat sebagai dasar hidup?
2. Apakah saya telah peka menuruti tuntunan Roh Kudus untuk menghadiri
undangan hikmat?

Respons
Cobalah memulai melibatkan hikmat dari keputusan atau pilihan terkecil
sekalipun dalam hidupmu mulai hari ini.

71 | P a g e
25-31 Agustus 2024

MEMILIH DALAM PENGHARAPAN


Mangtonno’/Ma’pile lan kapa’rannuan
Yosua 24:1-18

Tujuan
1. PPGT memilih Tuhan dalam pengharapan.

Kisah dalam bacaan kita ini merupakan salah satu titik puncak dalam
sejarah iman bangsa Israel. Latar perikop ini adalah penghujung kisah Yosua
dan penaklukan Tanah Perjanjian. Semua suku telah berkumpul di Sikhem yang
berada di antara Gunung Ebal dan Gunung Gerizim, tempat Yosua sebelumnya
memperbarui Perjanjian dengan Israel (8:30-35). Ia berbicara kepada para
pemimpin bangsa itu di pasal 23 dan memberikan kata-kata terakhir menjelang
kematiannya (23:14).
Di pasal 24, Yosua berujar lagi “kepada seluruh bangsa itu” (ay. 2), bukan
atas nama dirinya sendiri, melainkan sebagai seorang nabi. “Beginilah firman
TUHAN…”. Ujarannya dalam ayat 2b sampai ayat 13 dengan sudut pandang
orang pertama, dari sudut pandang Allah, yang sejak zaman Abraham telah
berkarya. Bagian tersebut menandaskan bahwa seluruh sejarah Israel adalah
karya Allah, “Aku membawa kamu keluar” (ay. 5), “mereka Kubinasakan dari
hadapanmu” (ay. 8), “Aku melepaskan kamu dari tangannya” (ay. 10), “Aku telah
melepaskan tawon ganas mendahului kamu” (ay. 12); dan memuncak pada ayat
13, “Demikianlah telah Kuberikan kepadamu tanah yang tidak kamu usahakan,
kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi di dalamnya kamu tinggal, kebun-
kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, tetapi hasilnya
kamu nikmati.” Ayat 3-13 dengan lugas menyatakan tindakan Allah atas umat
manusia.
Pada ayat 14, Yosua mulai menegaskan bahwa karena Allah telah
berkarya sedemikian rupa, maka Israel harus takut kepada Allah.
Perintahnya sederhana, “…takutlah akan TUHAN” dan “beribadah kepada-Nya.”
Ia mengontraskannya dengan dewa-dewa yang disembah oleh nenek moyang
Israel dan di Mesir.

72 | P a g e
Yosua mendesak Israel untuk menyingkirkan dewa-dewa yang disembah
nenek moyang mereka dan “beribadah kepada TUHAN.” Menariknya, ia
berbicara atas nama keluarganya sendiri, “…kami akan beribadah kepada
TUHAN” (ay. 15). Jika keluarga Israel lainnya tidak mau mengikutinya melayani
Tuhan, maka mereka bebas “memilih” menyembah dewa asing lainnya. Di sini,
tidak ada paksaan untuk memilih.
Pesan bagi kita hari ini adalah tentang arti memilih. Nelson Mandela
(1918-2013), tokoh perdamaian Afrika Selatan, pernah berujar “May your
choices reflect your hopes, not your fears” (Mungkin pilihan-pilihanmu
menyimpulkan pengharapan-pengharapanmu, bukan ketakutan-
ketakutanmu). Artinya, tindakan memilih harusnya senantiasa diletakkan dalam
pengharapan, bukan ketakutan. Alih-alih melihat Tuhan sebagai Allah “tukang
marah”, ia dan keluarganya justru meletakkan pengharapannnya kepada Ia
yang telah dan terus berkarya.

Pertanyaan Reflektif
1. Dalam banyak kesempatan, kita selalu menentukan pilihan. Cobalah
memilah berbagai pilihan yang telah teman-teman tetapkan, mana yang
ditetapkan karena pengharapan dan mana yang ditetapkan dengan dasar
pengharapan.
2. Diskusikanlah, adakah pengharapan dalam diri teman-teman saat
mengikut Tuhan?

73 | P a g e
1 – 7 September 2024

BIBIR, HATI, DAN LAKU HIDUP HARUS SEJALAN


Kasitondonanna Puduk, Penaa, dan Tengka Ke’de’
Markus 7:1-8

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa perintah Allah adalah yang paling utama dilakukan.
2. PPGT mampu untuk memilih taat kepada perintah Allah.

Dalam pembacaan kita, ayat 1-5 mengisahkan tentang orang-orang


Farisi dan ahli Taurat yang datang menjumpai Yesus. Mereka mendapati para
murid yang tidak mematuhi Taurat dan tradisi para leluhur. Tidak mencuci
tangan sebelum makan adalah tindakan najis dan tidak layak kepada Allah.
Selain itu, mereka berpendapat bahwa makanan yang akan mereka makan pun
juga akan kotor. Karena itu, orang Farisi dan ahli Taurat bertanya kepada Yesus
sekaligus berharap Yesus dapat menegur para murid-Nya. Namun, tidak seperti
yang mereka pikirkan, Yesus justru menegur mereka dengan keras. Tanggapan
Yesus terhadap orang Farisi dan ahli Taurat merupakan kritik terhadap
penyelewengan Firman Tuhan.
Apakah salah, ketika orang-orang Farisi dan ahli Taurat mematuhi
tradisi-tradisi para leluhurnya? Lalu, apakah Yesus menolak hal demikian? Akan
tetapi, bagi Yesus hal yang paling terpenting untuk dilakukan adalah hidup
yang sepenuh-Nya terarah kepada Allah. Pusat kehidupan kita ialah hidup pada
kehendak Allah. Setia mematuhi tradisi-tradisi yang telah diwariskan bukanlah
sebuah kesalahan. Hal mencuci tangan sebelum makan adalah tindakan yang
baik, tetapi itu bukan syarat untuk menguduskan diri. Yesus menegur orang
Farisi dan ahli Taurat yang sangat patuh kepada adat istiadat namun tidak
kepada Allah. Bagi Yesus, mereka adalah orang-orang munafik yang bibirnya
mengaku dan memuliakan Allah, tetapi tidak taat dalam kehidupan sehari-hari.
Yesus menyalahkan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang merasa
sudah sempurna dalam menataati hukum-hukum, sehingga tidak lagi
bergantung pada Allah. Dalam kehidupan sebagai pemuda, kita pun acapkali
menjumpai dan melakukan hal serupa. Kita cenderung takut jika melanggar
adat istiadat daripada perintah Allah. Kita memikirkan sebab-akibat dari
pelanggaran adat-istiadat, namun tidak terhadap keinginan Allah.

74 | P a g e
Dalam ayat 6, Yesus menegaskan bahwa kita adalah orang yang munafik
apabila hati kita jauh dari Allah. Sebab itu bibir, hati, dan laku hidup kita harus
sejalan. Jika hari ini kita mengatakan kepercayaan kita kepada Allah, maka itu
harus lahir dari ketulusan hati. Dengan demikian, kita mampu untuk
membuktikannya dalam perilaku hidup. Roh Kudus yang menolong. Amin.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah dalam menjalani kehidupan ini, kita telah berani untuk
mengedepankan perintah Allah ataukah justru sebaliknya?
2. Apa saja yang sering kali menghalangi kita untuk tunduk pada kebenaran
perintah Allah?

Respons
Doa: Kami menyadari Tuhan, sering kami takut untuk memilih kehendakMu.
Kami lebih suka untuk mengerjakan kemauan daripada tunduk
kepada-Mu. Ya, Roh Kudus tolonglah kami dan memampukan kami
untuk hidup berani dalam ketaatan kepada-Mu.

75 | P a g e
8 – 14 September 2024

DON’T JUDGE BOOK BY ITS COVER


Da’mu Ma’pasala Pumala
Yakobus 2:1-9

Tujuan
1. PPGT mengetahui bahwa kasih Allah dinyatakan kepada semua orang.
2. PPGT dapat menyatakan kasih kepada siapapun tanpa memandang muka.

Kita sering mendengar atau bahkan mengucapkan don’t judge book by


its cover (jangan menilai buku dari sampulnya). Hal tersebut hendak menyasar
orang yang kerap menilai buku hanya pada sampulnya saja. Kita lebih suka
pada buku dengan sampul menarik, sehingga mengesampingkan yang kurang
menarik. Sekalipun kita belum tahu isinya, tetapi kita sepintas telah menilai
berdasarkan sampulnya. Seringkali buku yang dipandang menarik disimpan
pada rak yang khusus, sedangkan yang kurang menarik, tidak begitu
diperhatikan tempat penyimpanannya. Kita membedakan perlakuan pada buku
berdasarkan sampulnya.
Yakobus mengingatkan umat Kristen mengenai iman mereka. Yakobus
sangat mengharapkan iman mereka bertumbuh dalam perkataan dan
perbuatan sehari-hari. Iman mereka diamalkan kepada semua orang, sekalipun
mereka dalam pergumulan hidup di perantauan. Namun yang terjadi, mereka
justru mengamalkan iman dengan memandang muka (ay. 1). Mereka hanya
menyatakan penghormatan dan perhatian kepada orang kaya. Orang yang
memakai pakaian indah dan cincin emas, akan mendapat perlakuan lebih,
dibandingkan orang miskin. Mereka membuat pembedaan di dalam hati
karena harta dan jabatan seseorang. Yakobus mengingatkan mereka, dengan
merujuk pada kasih Yesus Kristus bagi dunia. Kasih yang dinyatakan-Nya
kepada semua orang tanpa membeda-bedakan. Yesus Kristus justru
menyatakan perhatian kepada orang miskin dan lemah. Oleh karena kasih
Tuhan Yesus dinyatakan bagi semua orang, maka iman orang percaya juga
diamalkan, tanpa membeda-bedakan. Yakobus bahkan mengutip hukum kasih
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ay. 8). Kasih itu
hendaknya mereka nyatakan kepada semua, seperti kasih Yesus Kristus kepada
manusia tanpa memandang muka atau covernya.

76 | P a g e
Iman kepada Yesus Kristus harusnya diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari, melalui tindakan kasih. Dalam praktiknya, kita masih sering memandang
muka dalam menyatakan kasih. Seperti sampul buku yang menjadi penilaian
kita tadi. Sampul buku menggambarkan status sosial, pendidikan, harta,
jabatan, kekeluargaan, suku, agama dll. Itu semua dapat menjadi sampul yang
kelihatan, yang menjadi alasan kita membeda-bedakan dalam mengasihi. Kita
memperhatikan dan menghormati orang kaya, pejabat, orang berpendidikan,
orang dengan pakaian mewah dan brend terkenal. Akan tetapi, kita tidak
memperhatikan yang lemah, yang miskin, yang tidak berpendidikan, yang tidak
punya pakaian mewah. Kasih Yesus Kristus telah dinyatakan kepada semua
orang tanpa membeda-bedakan cover kita. Karena itu, kita diajak pula untuk
menghayati kasih Yesus Kristus, kemudian menyatakannya kepada semua
orang. Kasih yang nyata tanpa memandang muka, amin.

Pertanyaan Reflektif
Mengapa Yesus Kristus menyatakan kasih-Nya kepada semua orang?
Layakkah kita menyatakan kasih-Nya kepada sesama dengan membeda-
bedakan berdasarkan cover?

Respons
Mari kita berdoa, Ya Allah kami bersyukur untuk Alkitab yang
dikaruniakan bagi dunia. Mengajar dan mengarahkan hidup kami pada jalan
kebenaran. Secara khusus saat ini, firman menyatakan betapa besar kasihMu
bagi semua orang. Roh Kudus tuntunlah kami pemuda-pemudiMu menyatakan
kasih-Mu bagi semua orang. Amin.

77 | P a g e
15-21 September 2024

BUKTIKAN KATA-KATAMU
Popembuai tu Kadammu
Markus 8:27-38

Tujuan
1. PPGT mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang menderita karena
kasih kepada manusia.
2. PPGT dapat membuktikan iman melalui kesetiaan mengikut Yesus Kristus
dalam keadaan apapun.

Petrus adalah salah seorang dari kedua belas rasul Yesus Kristus. Petrus
bersama rombongan Yesus Kristus sedang berangkat ke kampung-kampung
sekitar Kaisarea. Dalam perjalanan mereka, Yesus hendak melihat sejauh mana
orang-orang mengenal-Nya. Ia pun bertanya kepada para murid tentang siapa
diri-Nya. Mereka menjawab bahwa ada yang mengatakan bahwa Dia adalah
Yohanes Pembaptis, Elia, dan ada yang beranggapan Dia salah seorang nabi
(ay. 28). Ia pun bertanya kepada para murid pandangan dan pendapat mereka
tentang diri-Nya. Dengan berani dan yakin, Petrus berdiri dan mengatakan
“Engkaulah Mesias” (ay. 29). Ungkapan tersebut begitu meyakinkan di tengah
kebingungan dan keragu-raguan murid yang lain. Akan tetapi, ketika ia
mendengar pengajaran Yesus Kristus tentang jalan penderitaan yang harus
dilalui, ia mulai goyah. Terlebih ketika ia sendiri merasa pantas menarik dan
menegur Yesus. Petrus tidak siap ketika mereka harus menghadapi
penderitaan. Yesus mencoba menasihati Petrus dan menganggap ia hanya
memikirkan apa yang dipikirkan manusia (ay. 34). Namun, Yesus menginginkan
setiap orang yang ingin mengikut-Nya harus menyangkal diri, memikul salib,
dan mengikut-Nya. Hal itu menunjukkan kesiapan mengikut Yesus Kristus
sekalipun melalui penderitaan dan meninggalkan kesenangan diri. Kesetiaan
mengikut Tuhan sebagai bukti dari ungkapan iman kepada-Nya. Hal itu juga
hendak menyatakan bahwa iman itu tidak hanya diucapkan melalui kata-kata,
tetapi dinyatakan dalam kesetiaan kepada-Nya.
Seringkali, kata kasih, sayang atau janji manis itu terucap dari mulut kita,
baik kepada sesama maupun kepada Tuhan. Namun, tak jarang pula semuanya
itu hanya sebatas kata-kata tanpa bukti. Kita kerap mengatakan beriman
kepada Tuhan, atau mengasihi Tuhan atau mau setia mengikut Tuhan. Namun,

78 | P a g e
kata-kata itu tidak dinyatakan melalui kesetiaan mengikut Tuhan. Banyak dari
kita hanya mengikut Tuhan ketika dalam keadaan baik dan senang. Yesus
Kristus mengajarkan untuk mengenal-Nya secara benar, kemudian dengan
setia mengikut-Nya. Mengikut Tuhan berarti kita mau menyangkal kesenangan
diri sendiri, mau mengikut Tuhan dalam keadaan apapun juga kita mau
menyalibkan dosa-dosa kita. Mari kita menyatakan iman kepada Yesus Kristus
melalui perbuatan. Kita menyatakan pengenalan kita akan Dia melalui kesetiaan
mengikut Yesus. Amin.

Pertanyaan Reflektif
Apa yang menjadi tantangan kita sebagai PPGT yang sering membuat
kita sulit membuktikan kesetiaan mengikut Yesus Kristus?

Respons
Menyanyikan lagu “Saya mau ikut Yesus”

79 | P a g e
22-28 September 2024

HAI KAMU YANG MENDUA HATI


E Kamu to Ma’dua Penaa
Yakobus 3:13-4:8

Tujuan
1. PPGT mengetahui bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan
dengan Allah.
2. PPGT berkomitmen memilih bersahabat dengan Allah dan tidak mendua hati
melalui bersahabat dengan dunia.

Orang Toraja mengenal istilah kumande garagadi (makan seperti


gergaji). Mengapa gergaji? Sebab dari gerak naik dan turun gergaji, orang
Toraja mendapat hikmah tentang orang yang selalu mendua hati layaknya
geraji. Kumande garagadi umumnya dipakai secara negatif untuk
menggambarkan inkonsistensi komitmen seseorang. Mari kita simak surat
Yakobus tentang hal ini.
Yakobus terus mengingatkan orang percaya untuk menjalani hidup
dengan mengandalkan Tuhan. Ia menyampaikan demikian karena banyaknya
tantangan dan godaan sebagai pengikut Yesus Kristus. Ketika banyak orang
yang mengandalkan hikmat dunia, orang percaya justru dituntun untuk
mengandalkan hikmat dari Tuhan. Hikmat dunia yang membuat orang hanya
memikirkan kepentingan diri sendiri, kesombongan, iri hati, dan dusta. Semua
itu karena mereka dikendalikan oleh hawa nafsu. Lebih jauh, Yakobus
menyebutnya sebagai persahabatan dengan dunia. Hal itu membuat orang
sangat mudah membunuh, bertengkar, dan berkelahi karena mereka diliputi
oleh hawa nafsu.
Atas kenyataan tersebut, Yakobus menasihkan orang percaya untuk
membangun persahabatan dengan Allah. Persahabatan dengan Allah
membuat orang percaya dituntun oleh Roh Kudus kepada kebenaran yang
mendatangkan damai sejahtera. Yakobus meneguhkan orang percaya untuk
tidak mendua hati (kumande garagadi). Alih-alih memilih persahabatan dengan
dunia, orang percaya semestinya menjalani hubungan persahabatan dengan
Allah. Mereka diarahkan untuk mendekat kepada Allah dan Allah akan
mendekat kepada mereka (ay. 8a). Dengan memilih Allah sajalah mereka
memperoleh kasih.

80 | P a g e
Kita sering mendua hati. Di satu sisi, kita dengan lantang mengatakan
komitmen bersahabat dengan Allah, namun di sisi lain kita menjalin hubungan
dengan dunia. Hubungan dengan dunia yang dimaksudkan adalah
mementingkan diri sendiri, iri hati, dengki, mengikuti hawa nafsu dan
kesenangan dunia. Kita kembali diingatkan oleh firman Tuhan ini, bahwa
persahabatan dengan dunia ini adalah permusuhan dengan Allah. Karena itu,
kita harus memilih dengan tegas satu di antara keduanya. Yang dikehendaki
Yesus Kristus, kita tidak memilih persahabatan dengan dunia yang bermuara
pada kebinasaan. Namun, bukan pula memilih keduanya atau mendua hati
dengan memilih Allah sembari menjalani hubungan dengan dunia. Sebagai
PPGT, kita harus memilih persahabatan dengan Allah yang akan menuntun kita
pada kebenaran berdasarkan hikmat Allah. Sebab itu, janganlah kumande
garagadi, pilih satu saja, yaitu Yesus Kristus. Amin.

Pertanyaan Reflektif
1. Mengapa kita sangat sulit untuk setia pada pilihan kita dan
sering tergoda untuk mendua hati?

Respons
Sebagai PPGT, kita diajak berkomitmen untuk memilih Allah saja dalam
hidup ini bukan malah mendua hati melalui bersahabat dengan dunia.

81 | P a g e
29 September – 5 Oktober 2024

CARE
Parinaa
Yakobus 5:12-20

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa peduli kepada sesama adalah ungkapan iman kepada
Yesus Kristus.
2. PPGT mewujudkan kepedulian kepada orang lain.

Pablo Casals (1876-1973), seorang pemain cello Puerto Rico, pernah


mengatakan bahwa ia merasa bahwa kemampuan untuk peduli adalah hal yang
memberikan makna terdalam pada kehidupan. Bacaan kita hari ini juga
membawa kita pada sebuah makna kehidupan komunitas beriman.
Nasihat Yakobus kepada kedua belas suku di perantauan menekankan
pentingnya jemaat menjalani kehidupan yang saling peduli dan saling
mendukung. Ia mendorong yang menderita untuk berdoa (ay. 13), yang sakit
untuk memanggil penatua mendoakan, dan mengolesnya dengan minyak
dalam nama Tuhan (ay. 14). Lebih tegas lagi ia menyampaingkan dalam ayat 16
bahwa hendaklah kamu saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Hadir
mendoakan yang sakit merupakan wujud kepedulian kita.
Kepedulian dapat juga diwujudkan melalui kehadiran kita saat ada
teman yang menyimpang dari kebenaran. Ayat 20 menegaskannya bahwa
barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan
menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.
Sahabat PPGT, Yesus Kristus ingin kita peduli terhadap saudara-saudara
seiman saat teman kita yang sakit ataupun mulai menyimpang dari kebenaran.
Yakobus menasihatkan kita untuk hadir sebagai sahabat yang mau mendengar,
mendoakan, dan bukan menjauhi mereka. Berdoa dengan tulus dan penuh
keyakinan dapat mengubah pikiran dan sikap agar mereka berbalik kembali
kepada Tuhan. Mari bersama membangun komunitas yang care each other
(peduli satu sama lain) dan saling mendoakan. Karena di sanalah, kehidupan
beriman kita menjadi bermakna.

82 | P a g e
Pertanyaan Reflektif
Sudahkah saya peduli kepada sesama?

Respons
Langkah pastoral: Heart to heart.

83 | P a g e
6 – 12 Oktober 2024

RUANG BERBAGI CINTA ALLAH


Inan Kasialamasean
Markus 10 : 1 – 12

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa karya penebusan dari Allah memersatukan manusia.
2. PPGT memelihara keutuhan dalam keluarga dan juga keutuhan persekutuan.

Bro and sist… Berita perceraian sering meramaikan program


infotainment. Muncullah anggapan bahwa kaum selebritis doyan kawin cerai.
Tampaknya, perceraian di kalangan selebritis sudah menjadi hal yang biasa.
Ada yang menikah hanya dalam hitungan bulan lalu bercerai dengan alasan
sudah tidak cocok. Celakanya, masalah itu mulai menggerogoti keluarga
Kristen. Lalu perlukah gereja menolelir perceraian untuk menyesuaikan diri
dengan zaman?
Yesus menegaskan terkait perceraian (ay. 2-12). Orang Farisi (Pharisees
artinya terpisah, kelompok Yahudi yang menamakan dirinya saleh) melontarkan
pertanyaan untuk mencobai Yesus, “…apakah seorang suami diperbolehkan
mencerikan istrinya?” Yesus memberi beberapa jawaban.
1. “Karena kekerasan hatimulah Musa menuliskan perintah ini untuk kamu”
(ay. 5). Pengertian kata kekerasan pada bagian ini adalah “kuat pada
pendirian”, “tidak dapat dilenturkan” dan “kekerasan hati”.
2. “Padahal sejak awal ciptaan, ...sebab itu laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu bersatu dengan istrinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging” (ay. 6-8). Hal itu memberikan
gambaran tegas bahwa pada awalnya Tuhan menganugerahkan
“perkawinan” untuk saling menolong dan tetap dijaga kekudusannya
(Kej. 2:18-24; bdk. Yoh. 2:1-11 tentang kehadiran dan pertolongan Yesus
pada perkawinan di Kana).
3. “Karena itu, apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan
manusia” (ay. 10). Pernyataan ini merupakan ketegasan Yesus, bahwa
“perceraian” tidaklah berkenan kepada Allah dan merupakan bentuk
pemberontakan (ketidaksetiaan) di hadapan Allah.

84 | P a g e
Bro and sist… sebagai pemuda Kristen, yang sudah hidup berkeluarga
sendiri dan juga mempersiapkan diri, kita belajar dari Kristus untuk
menyingkirkan keegoan. Keluarga adalah tempat kita berbagai cinta dan saling
mendorong ke arah pertumbuhan iman yang benar di dalam Allah.
Marilah belajar untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Menciptakan keluarga yang saling melengkapi dalam
kesepadanan adalah cita-cita Allah sejak dari semula. Karena itu, tidak boleh
ada yang dikorbankan dalam keluarga hanya kerena kepentingan satu orang
saja. Tidak ada masa depan yang akan terbentuk dengan baik jika didasarkan
pada kepentingan sendiri. Perceraian merupakan hal yang ditentang Tuhan.
Perceraian tidak akan terjadi jika kesadaran akan tanggungjawab terpenuhi.
Mereka yang Melakukan perceraian berarti kurang mendekatkan diri kepada
Allah dan enggan membagikan cinta yang lestari dalam keluarga. Mulai hari ini
keluarga sebagai ruang untuk membagikan cinta Allah. Amin.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah kita bisa meneladani ajaran Yesus soal kesetiaan dalam
hidup ini?
2. Sebagai generasi muda Kristen apa yang kita telah lakukan
untuk menjaga kekudusan persekutuan keluarga?

Doa
Ya Roh Kudus, kuduskanlah kami supaya taat dan setia untuk mengikuti
kehendak-Mu dan menghindari kami dari perbuatan yang melawan kehendak-
Mu, yaitu perceraian dalam perkawinan. Tolonglah kami agar permasalahan
dalam kehidupan ini dapat kami atasi dalam pertolongan-Mu. Amin

85 | P a g e
13 – 19 Oktober 2024

HIDUP KEKAL ITU PILIHAN


Umpilei Katuoan Marendeng
Markus 10:17-27

Tujuan
1. PPGT menyadari bahwa jalan mengikut Yesus tidak selalu lurus.
2. PPGT memilih untuk hidup menurut perkataan Allah.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita terus diperhadapkan pada


banyak pilihan. Mengambil atau melepaskan, mencari atau tidak mencari,
menutup atau membuka, dan masih banyak pilihan lainnya. Setiap pilihan
memiliki konsekuensi ataupun risiko. Walau terkadang, risiko sebuah pilihan
justru dapat menjadi sebuah jawaban. Setiap pilihan harus
dipertanggungjawabkan, sekalipun ia membawa kita pada ketidaknyamanan
dan mengeluarkan kita dari zona nyaman.
Markus 10:17-27 menegaskan bahwa memilih jalan bersama Yesus
memperhadapkan kita pada pilihan, yakni bertahan atau keluar dari zona
nyaman. Ketika Si Kaya mengklaim bahwa semua perintah Allah telah dituruti
(ay. 20), ia seakan-akan menganggap dirinya sudah layak masuk ke dalam
Kerajaan Allah, karena telah menuruti segala perintah seperti pada ayat
sebelumnya (ay.19). Ia merasa bahwa semua yang dilakukannya telah
memenuhi standar untuk memperoleh kehidupan yang kekal. Bagi orang
Ibrani, kekayaan adalah tanda bahwa Allah berkenan atas hidupnya. Akan
tetapi, jawaban Yesus, “Hanya satu kekuranganmu. Pergilah, juallah apa yang
kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan
memiliki harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah aku,”
mengecewakannya. Ia tidak mampu untuk meninggalkan kekayaannya demi
Kristus. Segala yang bersifat duniawi memang selalu memberikan kenyamanan
bagi kita, sehingga tidak sedikit yang memilih bertahan dalam kenyamanannya.
Perkataan Yesus tersebut tidak berarti kita dilarang menjadi kaya. Akan
tetapi, Ia menegaskan bahwa kekayaan membawa banyak godaan. Karena itu,
seseorang membutuhkan kerendahan hati dan menghilangkan rasa cinta akan
kekayaan. Yesus melanjutkan perkataannya “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya
masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang
jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
86 | P a g e
Perumpamaan tersebut mustahil direspons oleh para murid. Jawaban
Yesus seakan-akan menggantung pemahaman para murid. “Bagi manusia hal
itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu
adalah mungkin bagi Allah.” Jawaban tersebut menggiring kita untuk melihat
Si Kaya tidak akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Sebab, ia memilih untuk
tinggal bersama kekayaannya, daripada mengikut Yesus.
Di hadapan banyak pilihan, baiklah kita sebagai murid Kristus menyadari
bahwa ternyata zona nyaman menjauhkan kita dari Kristus. Pilihan untuk hidup
kekal saat ini telah diperhadapkan kepada kita. Akankah kita memilih atau
mengabaikannya. Pilihan ada di tangan masing-masing.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah kenikmatan dan kenyamanan yang saya miliki saat ini tidak
menjauhkan saya dari Tuhan?
2. Apakah saya siap memilih untuk merendahkan hati berjalan mengikut
Yesus?

Respons
Ya Bapa, kiranya Roh Kudus-Mu menolong kami untuk terus mengambil
langkah untuk berjalan bersama-Mu. Kiranya apa yang kami miliki saat ini tidak
menjauhkan kami dari Engkau sehingga kami memperoleh hidup yang kekal.
Amin.

87 | P a g e
20 – 26 Oktober 2024

GOAT
Mala’bi’ tempon diomai
Markus 10:35-45

Tujuan
1. PPGT teladan Yesus Kristus untuk melayani adalah yang terbesar.
2. PPGT belajar untuk melayani.

Bacaan hari ini menceritakan keingingan Yakobus dan Yohanes untuk


duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus ketika Ia datang ke dalam kemuliaan-
Nya. Mereka ingin menjadi besar di Kerajaan Surga. Namun, mereka jelas gagal
paham. Yesus menawarkan mereka jalan penderitaan (lih. perikop
sebelumnya), namun mereka memahami jalan tersebut dengan sangat
berbeda. Kepada para murid, Yesus menandaskan bahwa melayani orang lain
adalah jalan untuk menjadi terbesar dan pertama. Bahkan, Ia memerlihatkan
diri-Nya sebagai teladan.
Kendati sebutan GOAT atau Greatest of the All Time tidak pernah
disematkan kepada Yesus, tetapi tidak ada keraguan bagi kita dan dunia bahwa
hanya Yesus yang telah mengubah jalannya sejarah dunia, tidak ada yang lebih
besar dari-Nya. Namun, dalam bacaan kita ini, alih-alih menyaingi dan menjadi
terhebat, Yesus malah mendefinisikan ulang arti menjadi GOAT a la Kristen. Ia
membeberkan bahwa jalan menuju terbesar adalah menjadi pelayanan. Bukan
hanya teladan, melainkan Ia menghidupinya, “karena Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ay. 45).
Hal tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan dunia hari-hari ini.
Ada dua hal yang dapat kita simak. Pertama, dunia saat ini sarat dengan
kompetisi untuk menjadi yang terbaik. Joseph Schumpeter (1883-1950),
seorang ekonom asal Austria, pernah mencetuskan ide tentang creative
destruction atau penghancuran yang kreatif. Menurutnya, dunia yang semakin
kompetitif ini semakin mendorong kita untuk menjadi kreatif. Namun, pada
saat yang sama, kreativitas itu semakin mendestruksi atau menjegal yang lain.
Demi menjadi greatest, seseorang harus semakin kreatif dan mengalahkan yang
lain. Hal yang sama juga terjadi pada Yakobus pada Yohanes, bukan? Diam-
diam, mereka melobi Yesus (ay. 37).

88 | P a g e
Keduan, jalan menuju kehebatan juga terletak pada dilayani dengan
banyak cara. Mendapat pelayanan mungkin membuat kita nyaman. Dunia
justru menawarkan pelayanan. Hampir semua aplikasi memiliki fitur layanan,
seperi call center dan chat. Semuanya itu diselenggarakan demi kenyamanan
konsumen. Pelanggan adalah raja. Jika ada hal yang tidak berjalan dengan baik,
maka silahkan menghubungi admin yang bersangkutan. Dunia sekarang sangat
nyaman karena adanya fitur layanan.
Dunia memang selalu memiliki gagasan berbeda tentang apa artinya
menjadi hebat. Sebaliknya, Yesus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk
melayani. Kita pun diajak untuk menjadi yang terbesar. Jadi, apakah menjadi
yang terbesar berarti bahwa kitalah yang terhebat dan menjadi yang dilayani?
Tidak! Yesus sendiri mengajarkan kita untuk melayani.
Albert Schweitzer (1875-1965), seorang misionaris asal Jerman
mengatakan every person I know who has been truly happy has learned how to
serve others (setiap orang yang saya kenal benar-benar bahagia telah belajar
melayani orang lain). Yesus mengajarkan kita untuk melayani untuk menjadi
yang terbesar. Karena, hidup tidak hanya tentang kita, kebahagiaan, dan
kenyamanan kita. Setiap orang yang benar-benar bahagia, telah belajar
melayani orang lain.
Kita semua dapat menjadi yang terbesar, karena kita melayani. Kita
hanya memerlukan hati yang penuh rahmat dan jiwa yang digerakkan oleh
cinta Kristus untuk menemukan cara melayani orang lain. Yesus Kristus datang
untuk melayani dan kita diajak melakukannya.

Pertanyaan Reflektif
1. Marilah kita berefleksi dan melacak ke dalam diri kita, mungkinkah saya
terlalu banyak dilayani?
2. Sebaliknya, jika Yesus mengajarkan untuk melayani orang lain, maka
bagaimana semestinya saya melakukannya?

89 | P a g e
27 Oktober – 2 November 2024

SEMUA DIRENGKUH
Mintu’na Lan Lisu Pala’Na
Markus 10:46-52

Tujuan
1. PPGT meyakini bahwa semua orang direngkuh ke dalam persekutuan bersama
Yesus.
2. PPGT tidak memandang merasa diri lebih baik dan benar daripada orang lain.

Kisah penyembuhan Bartimeus merupakan kisah yang sudah sering kita


baca dan dengarkan. Kita tahu kisah ini bahwa karena imanlah, Bartimeus
disembuhkan. Namun, ada hal menarik dari kisah ini untuk kita renungkan
bersama, khususnya respons Yesus kepada sikap orang banyak terhadap
Bartimeus. Bagaimana respons-Nya, mari kita simak bersama!
Ketika Yesus keluar dari Yerikho, Ia berjalan bersama para murid dan
orang banyak. Tampillah Bartimeus berseru meminta pengasihan Yesus untuk
menyembuhkannya. Respons orang banyak terhadap Bartimeus adalah
menyuruhnya diam. Mereka menolaknya ke dalam arak-arakan perjalanan
Yesus. Sikap mereka dapat diartikan sebagai bentuk keangkuhan dan ke-GR-
an bahwa orang-orang seperti Bartimeus tidak dapat ikut dalam “gerak
bersama” dengan Kristus.
Respons Yesus terhadap perlakuan orang banyak itu sangat menarik.
Yesus justru merengkuh si buta dan menjawab kebutuhannya. Sikap tersebut
dapat dimaknai sebagai cara Yesus mengajar orang banyak bahwa di dalam
persekutuan-Nya, semua orang diterima bahkan sehina apapun itu di mata
manusia. Ia ingin merangkul seluruh kerapuhan yang dibawa kepadanya
dengan keyakinan iman seperti dalam seruan Bartimeus, “Anak Daud,
kasihanilah aku!”. Seruannya menjelaskan tentang keyakinan Bartimeus yang
sungguh kepada Yesus Sang Mesias, Anak Daud.
Minggu ini kita mendapat pelajaran yang berharga dari firman Tuhan
bahwa kita tidak boleh menolak dan membeda-bedakan orang yang ingin
berjumpa dengan Yesus. Jangan seperti orang banyak yang merasa diri lebih
baik dan lebih benar dari pada orang lain. Kita semua setara di hadapan-Nya,
rapuh dan berdosa. Karena itu, kita tidak punya hak untuk merasa diri lebih

90 | P a g e
benar. Kalau Yesus saja merengkuh dan mengajak semua orang masuk dalam
persekutuan-Nya, maka sebagai pengikut-Nya, mesti meneladani-Nya.
Kemudian, bagi kita yang sedang merasa diri kita tidak berharga dan tidak
berdaya dengan kerapuhan, datanglahlah kepada-Nya dengan iman yang
sungguh sambil berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!”.

Pertanyaan Reflektif
1. Mari kita diskusikan sejenak. Adakah kita merasa lebih pantas dari orang
lain dalam persekutuan hingga menolak yang lain?
2. Atau, adakah kita merasa tertolak dalam persekutuan?
3. Lalu, jika demikian, bagaimana renungan ini membawa kita melangkah
lebih jauh dalam iman?

91 | P a g e
3-9 November 2024

JEMBATAN KASIH ALLAH


Tete Mamase-Na Puang
Markus 12:28-34

Tujuan
1. PPGT memahami bahwa kasih menjadi dasar kehidupan.
2. PPGT menjadi perpanjangan tangan Allah untuk sesamanya.

Berbicara perkara kasih, seharusnya bukanlah hal yang asing lagi bagi
orang Kristen. Jika kasih adalah dasar dari setiap hubungan, lantas bagaimana
itu kasih dalam kehidupan kita? Bagaimana kita bisa merasakan kasih? KBBI
menuliskan kasih adalah perasaan sayang, cinta kasih, dan belas kasihan. Setiap
hari, kita menerima dan membagikan berbagai bentuk kasih.
Markus 12:28-34 adalah sebuah perintah dari Allah. Mengasihi Allah dan
manusia adalah bentuk mengasihi secara vertikal dan horizontal. Ada 2
perintah mengasihi, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan
segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatanmu (ay.
30), juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Mengasihi dengan
segenap hati berarti dengan ketulusan dan kejujuran, bukan dengan
kemunafikan. Mengasihi dengan segenap jiwa berarti mengasihi dengan
keyakinan bahwa kita mengasihi Allah. Mengasihi dengan segenap akal budi
berarti juga kita mengasihi secara intelektual kita. Mengasihi dengan segenap
kekuatan berarti dengan penuh semangat. Perintah pertama ini dilakukan
dengan kesadaran yang penuh, tidak dengan setengah hati sebab keempat
cara mengasihi Allah tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa dilakukan dengan
setengah-setengah.
Perintah kedua, mengasihi manusia seperti diri sendiri memang tidak
dituliskan caranya secara lengkap. Akan tetapi, perintah pertama (ay. 30) telah
menunjukkan cara mengasihi sesama meskipun dengan terang cara itu
ditujukan untuk mengasihi Allah. Kadangkala, kita terlalu berfokus untuk
mengasihi Allah, padahal ada 2 hukum yang terutama diperintahkan kepada
kita. Bukankah kita dapat menemukan Allah dalam diri sesama kita? hal ini ingin
mengatakan bahwa kasih yang kita miliki, juga kita berikan kepada sesama kita
manusia. Saling menemukan Allah di dalam diri kita dan sesama menjadikan
diri kita sebagai jembatan kasih Allah.
92 | P a g e
Binsar J. Pakpahan pernah menuliskan alasa kita harus mengasihi
sesama. Dengan mengutip Søren Kierkegaard (1813-1855), seorang teolog asal
Denmark, ia mengatakan bahwa sebenarnya manusia berada dalam hutang
cinta kepada Allah. Karena kasih Allah yang begitu besar, kita sedang berada
dalam hutang untuk menolong sesama, siapa saja yang membutuhkan
pertolongan yang ada di sekitar kita. Hidup sebagai orang Kristen harus penuh
dengan kasih, sebab Allah sendiri telah mengasihi kita dan kita ditugaskan
untuk menjadi jembatan kasih itu.

Pertanyaan Reflektif
1. Apakah saya sudah mengasihi dengan benar?
2. Bagaimana saya merespons kasih Allah?

Respons
Christian’s duty: to be in the debt of love to one another (Kierkegaard,
1847).

93 | P a g e
10 – 16 November 2024

SEPERTI JANDA DI SARFAT


Susi Baine Balu dio Sarfat
1 Raja-Raja 17:8-16

Tujuan
1. PPGT memahami pengharapan di dalam Tuhan.
2. PPGT belajar mempercayai pemeliharaan Tuhan walaupun seringkali melalui
cara yang sulit kita pahami.

Qué será, será (Apa yang akan terjadi, terjadilah)


Whatever will be, will be (Apa yang terjadi, terjadilah)
The future’s not ours to see (Masa depan tidak dapat dilihat)
Qué será, será (Apa yang akan terjadi, terjadilah)

Mungkin kita pernah mendengar lagu tersebut bahkan mungkin pernah


menyanyikan dan menjadikannya status di story social media. Di dalamnya ada
kebenaran bahwa tidak ada seorangpun yang dapat melihat masa depan.
Namun sayangnya, pandangan itu hanya separuh kebenaran, karena kita
seolah-olah diajak untuk pasrah terhadap masa depan. Pandangan inilah yang
sering disebut nasib atau takdir. Dalam keyakinan iman Kristen, kita tidak
percaya terhadap nasib atau takdir. Iman Kristen mengajarkan kita tentang
pengharapan di dalam Allah yang menjamin masa depan. Teks ini akan
mnguraikan tentang keyakinan tersebut.
Pembacaan kita hari ini Membincang tentang pengutusan Elia oleh
Allah kepada Janda di Sarfat, sebuah kota di Sidon (ay. 9) untuk memberikan
sebuah pengharapan. Menariknya, Tuhan justru memakai seorang janda untuk
memberikan makanan kepada Elia. Ia bukan seorang yang kaya atau yang
terkenal di daerah tersebut, tetapi Tuhan justru memilih seorang janda miskin
yang hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak yang akan
mencukupi kebutuhan Elia. Bagian ini menerangkan bahwa Allah kadang
memakai hal-hal yang menurut kita tidak masuk akal untuk menyatakan
kemuliaan-Nya.
Biasanya, dalam masa kekurangan atau kesulitan seperti si janda,
manusia lebih memikirkan diri sendiri ketimbang berbagi dengan orang lain.

94 | P a g e
Menariknya, janda di Sarfat tidak mengeluh saat mengalami kesulitan, tetapi
justru menyesuaikan diri dan sedapat mungkin bertahan hidup dengan
keadaannya. Ia tidak berusaha mencari-cari alasan agar dilihat lemah dan tidak
menolong Elia. Ia tetap menaati perintah Elia dengan mengandalkan apa yang
Elia sudah katakan kepadanya (ay. 15). Si janda memiliki sikap yang luar biasa
itu, karena ia teguh dalam pengharapan kepada Allah. Pengharapan itulah yang
membuatnya yakin bahwa Allah pasti akan menjamin masa depannya.
Melalui kisah janda di Sarfat, Allah sedang memperlihatkan bahwa Dia
mempunyai begitu banyak cara untuk memenuhi keperluan umat-NyaTentu
saja, tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui masa depan. Namun, kita
tidak bergantung kepada takdir atau nasib. Sama seperti si janda, kite mesti
memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang memelihara kehidupan
dengan cara-Nya.Percayalah, bahkan hal sekecil apapun Allah dapat gunakan
untuk memelihara kehidupan. Karena itu, kita tidak perlu lagi Que Sera Sera,
tetapi bergantung dan berpengharapan dengan teguh kepada Allah.
Seperti janji-Nya kepada orang-orang yang percaya, mereka tidak akan
mendapat malu pada waktu kecelakaan dan mereka akan menjadi kenyang
pada hari-hari kelaparan (Mzm. 37:19).

Pertanyaan Reflektif
1. Menurutmu, apa yang membuat orang sulit memiliki
pengharapan dalam Tuhan? Mengapa?

95 | P a g e
17 – 23 November 2023

AGAR TAK LENGAH


Dikua Anna Tang Masalio
Markus 13:1-8

Tujuan:
1. PPGT memahami tanda-tanda yang mendahului kedatangan Yesus kembali.
2. PPGT berkomitmen untuk tetap pada jalan kebenaran Kristus sembari tetap
terjaga agar tak lengah.

Ada sebuah ungkapan popular dalam tradisi Buddha yang Your worst
enemy cannot harm you as much as your own unguarded thoughts (musuh
terberatmu tidak dapat menyakiti engkau sebagaimana pikiran yang tidak
berjaga-jaga). Bagi Buddhisme, pikiran yang lengah adalah musuh yang dapat
memporakporandakan seseorang. Namun, bagaimana iman Kristen melihat hal
tersebut? Bacaan kita hari ini dapat memberikan jawaban.
Salah seorang murid Yesus mengungkapkan betapa kokoh dan
megahnya Bait Allah. Respons Yesus berbanding terbalik dengan kekaguman
murid tersebut. Jawaban-Nya adalah “…tidak satu batu pun akan dibiarkan di
atas batu lainnya; semuanya akan diruntuhkan” (ay. 2) sekaligus memberitakan
nubuat tentang berbagai peristiwa akan terjadi sebelum kedatangan-Nya
kembali. Salah satu peristiwa yang dimaksudkan adalah datangnya penyesat-
penyesat yang menggunakan nama Yesus untuk menyesatkan banyak orang
(ay. 5-6).
Hal yang menarik dapat kita perhatikan pada seruan Yesus bagi murid-
murid-Nya. Seruan sekaligus ajakan tersebut diutarakan agar para murid
senantiasa waspada dalam bayang-banyang penyesatan. Mereka dinasihatkan
untuk semakin berhati-hati dengan berbagai tawaran kemegahan fisik, rayuan-
rayuan manis, dan kekuasaan. Sembari berjalan dalam kewaspadaan, semangat
pemberitaan tentang kebenaran Kristus tetap dikomunikasikan sampai
kedatangan-Nya kembali. Selain kewaspadaan, kesiapan diri setiap saat perlu
dinyatakan sebagai orang yang sedang berjalan di atas jejak Kristus.
Pesan bacaan ini bagi kita selaku murid-murid Kristus adalah setia dalam
kebenaran-Nya. Kesetiaan berarti konsisten dituntun, memikirkan,
mengatakan, dan melakukan yang kehendak Allah. Konsistensi berjalan dalam

96 | P a g e
tuntunan kebenaran Kristus dapat meneguhkan langkah juang dalam
menghidupi kebenaran-Nya. Sebagai pribadi yang sedang dan yang akan
menjalani berbagai tanggungjawab iman, perlu memberi diri dituntun dan
menuntun kepada kebenaran.
Terkadang, jawaban yang kita harapkan tidak sesuai dengan ekspektasi
kita. Hal ini dialami oleh murid-murid Yesus pada saat mereka bertanya
kepada-Nya. Yesus tidak mengungkap tanggal, bulan, dan tahun mengenai
tanda-tanda yang mendahului kedatangan-Nya. Jawaban Yesus tersebut, justru
meruntuhkan kekaguman atas kemegahan dan kekokohan pandangan murid-
murid. Pengajaran-Nya juga berlaku bagi kita. Hal yang kita pikirkan belum
tentu yang dipikirkan oleh Allah. Ajaran Yesus sekaligus menjadi ajakan bagi
kita untuk senantiasa belajar memikirkan yang dipikirkan Allah sembari
menaruh harap sepenuhnya kepada Dia yang menuntun kehidupan kita.
“Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” (ay. 5).
Bacaan ini menyerukan kepada kita, PPGT, bahwa ragam pilihan jalan,
kemegahan, dan tawaran pergaulan sangat mungkin menyesatkan dan
melengahkan kita. Konsisten berjalan di atas jejak Kristus akan menuntun kita
pada bersikap kritis menjalani kehidupan. Kritis berarti selalu menyadari,
merasakan, dan mengalami tuntunan Kristus. Kritis, dalam terang kebenaran
Allah, pada segala tawaran dunia membuat kita terus terjaga dan tak lengah
sedikitpun.

Pertanyaan Reflektif
1. Menurut sahabat sekalian, hal apakah yang sering membuat kita susah
berjalan di jalan kebenaran?
2. Bagaimana menjaga diri kita supaya tetap berada pada jalan kebenaran
dan dimampukan menuntun yang lain pada jalan kebenaran?
Respons
Saya sungguh menyadari bahwa ada begitu banyak godaan yang dapat
menggiring saya pada jalan ketidakbenaran. Dalam keterbatasanku, terkadang
saya lalai dan menyimpang dari kebenaran. Hari ini saya mau berkomitmen
dalam Kristus dan memberi diri untuk dituntun dan menuntun pada jalan
kebenaran.

97 | P a g e
24 – 30 November 2024
Minggu Kristus Raja

KUASA
Kakuasan
Daniel 7:9-14

Tujuan
1. PPGT memahami harta dan tahta bukan segalanya.
2. PPGT menyadari bahwa Tuhan-lah yang empunya kuasa.

Ungkapan yang sempat viral, “lu punya duit, lu punya kuasa… TAIII!”
marak menjadi bahan lelucon kita, kaula muda. Tetapi, di balik ungkapan
tersebut terkandung makna yang menarik bahwa harta, jabatan, kuasa, dan
lain-lain, yang dimiliki manusia tidak akan abadi. Semua hal tersebut, tidak
dapat mendatangkan atau menjadi kuasa yang sejati.
Daniel 7:9-14 menceritakan penglihatan Daniel melalui mimpi. Pada
ayat-ayat sebelumnya, keempat binatang dalam penglihatannya merupakan
simbol dari empat kerajaan besar yang nampaknya memiliki karakter binatang
buas. Mereka merasa berkuasa atas orang-orang yang lemah. Sikap demikian
merupakan bentuk kekeliruan dalam memahami sebuah kekuasaan. Kedua
dimensi kuasa, yaitu kekuatan dan masanya, salah disalahgunakan sehingga
berdampak pada kesombongan diri dan melupakan bahwa kuasa yang
dimilikinya sangat terbatas. Daniel menekankan bahwa kuasa apapun di dunia
ini, akan takhluk dengan kuasa Allah. Sebab, seluruh kuasa di dunia ini hanyalah
mandat dari Sang Kuasa yang harus digunakan untuk kemuliaan-Nya dan
kedamaian/kebaikan bagi sesama.
Pelajaran berharga dari bacaan ini adalah bahwa seluruh kekuatan,
kemampuan, dan kekuasaan berasal dari Allah. kepemilikan Allah itu, memberi
kita arah untuk menggunakannya dengan baik. Dalam hal ini, digunakan
seturut dengan kehendak-Nya (membalut, mengangkat, membela, dan
mengayomi). Di sisi lain, godaan untuk menyalahgunakannya juga ada, tetapi
Firman Allah menandaskan bahwa ketika kita menyalahgunakannya, Dia sendiri
yang akan menginterupsi dan mengitervensinya untuk diarahkan kepada jalan
kebenaran.

98 | P a g e
Pertanyaan Reflektif
1. Masihkah anda berpikir bahwa harta dan tahta adalah segala-galanya?
2. Sadarkah engkau bahwa Allah lah Sang Sumber semua otoritas?

99 | P a g e
100 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai