Anda di halaman 1dari 46

Siapa Yang Terbesar?

Siapa yang Terbesar?


(Luk 9:46-48)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, orang
yang pantas mendapat label atau predikat “terbesar” menurut
ukuran dunia, adalah mereka yang punya kedudukan, punya
banyak uang, punya kekuasaan yang besar, atau yang punya
banyak anak buah atau pengawal. Tidak jarang kita lihat atau
mungkin alami, seseorang dipuja dan dituruti segala
kemauannya karena posisinya yang tinggi dalam perusahaan,
masyarakat, atau bahkan gereja. Atau orang yang menuntut
untuk dihormati, dituruti segala perintahnya, ditanya
pendapatnya karena posisinya. Tapi hari ini, firman Tuhan
menunjukkan bahwa orang yang “terbesar” menurut Allah
tidaklah sama dengan criteria dunia. Orang yang terbesar
dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang rela menjadi yang
terkecil diantara sesama (ay. 48). Bagaimana ciri orang yang
rela menjadi yang terkecil itu? Lukas mencoba menerangkan
lewat 3 peristiwa di 3 perikop selanjutnya.
Pertama, mereka adalah orang yang tidak melawan Allah
(ay. 50). Saat itu murid2 Yesus sedang sibuk meributkan
siapa yang terbesar di antara mereka yang layak memangku
sebuah jabatan penting saat Yesus memerintah sebagai Mesias.
Karena mereka berpikir, kalau Yesus adalah Mesias, maka
Yesus akan mengusir penjajah romawi dari Israel, dan
membangun kerajaan baru. Dan kalau Yesus jadi raja, pastilah
akan ada yang jadi perdana menteri, dan orang ini tidak
mungkin dari luar kelompok murid. Pasti dari antara mereka.
Karena itu, murid-murid Yesus merasa superior, lain dari
yang lain, paling benar, dan istimewa. Karena superioritas itu,
murid2 Yesus merasa perlu untuk mencegah orang lain
melayani pengusiran setan sekalipun dengan nama Yesus.
Mungkin sewaktu mereka lapor sama Yesus kalau mereka
mencegah orang lain di luar murid2 untuk mengusir setan,
mereka mengharapkan pujian dari Yesus. tapi ternyata
jangankan dipuji, mereka justru ditegur oleh Yesus.
“Barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu”.
Seringkali kita seperti murid-murid. Karena kita aktif dalam
pelayanan, atau kita punya talenta, atau kita punya kedudukan
dalam masyarakat atau bahkan gereja. Kita mulai melarang
orang lain untuk melayani Tuhan. Kita mulai menghakimi
gereja A sesat, persekutuan B sesat, dll. Waktu kita lakukan
itu mungkin kita merasa kita benar, tapi lihatlah murid2 Yesus,
bukan pujian yang mereka dapat, melainkan teguran. Kalau
kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah, jangan
lawan orang yang melayani demi nama Tuhan Yesus, karena
bisa jadi kita melawan Tuhan sendiri, tetapi bekerjasamalah
membangun kerajaan Allah.
Kedua, orang yang terbesar dalam Kerajaan Allah
adalah mereka yang tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan (ay. 54-55). Dalam perjalanan ke Yerusalem untuk
disalib, Tuhan Yesus beserta murid-muridNya harus melewati
daerah Samaria. Orang Samaria dan orang Israel bermusuhan
karena orang Samaria kawin campur dan menyembah allah
lain. Sebelum Tuhan Yesus sampai di desa Samaria, utusan-
utusan yang dikirim oleh Yesus, kembali dan memberitahu
bahwa mereka ditolak oleh orang Samaria. Secara
manusia, wajar kalau kemudian murid-murid Yesus murka
dan mau mengirim api dari langit. Karena mereka teringat
kisah Elia yang meminta api dari langit untuk membakar 2
orang perwira dan 100 anak buah mereka yang diutus raja
Ahazia untuk menolak Elia sebagai hamba Tuhan. Lagi-lagi,
bukannya dipuji karena keinginan mereka untuk membela
Yesus, Yesus berpaling dan menegur murid2Nya. Bagaimana
dengan kita ? bukankah kita juga sering mengutuk orang lain
yang menolak kita? Mungkin bukan dengan terus terang
bilang “saya kutuk kamu…bla..bla…bla” Tapi mungkin
kutukan itu keluar dari mulut kita dalam bentuk doa. Familier
dengan bunyi doa begini? “Tuhan saya mengampuni si A, biar
Tuhan saja yang balas perbuatannya sama saya.” Ibu-ibu, itu
adalah kutukan yang tersamar. Tapi tetap saja kutuk. Orang
yang terbesar dalam kerajaan Allah tidak boleh seperti itu.
Melainkan harus mengampuni dan mengasihi sepenuh dan
setulus hati.
Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah yang
ketiga adalah orang yang mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, jiwa dan akal budi (ay. 58, 60, 62). Dalam
perikop terakhir pasal 9 ini ada 3 orang yang mau mengikut
Tuhan tapi terkendala dengan berbagai hal. Orang pertama,
mau mengikut Tuhan tapi pikir2 tentang untung rugi
meninggalkan kenyamanan hidup dan segala materi yang
mengikutinya. Orang kedua, mau mengikut Tuhan tapi pikir2
tentang bakti kepada orang tua. Orang ketiga, mau mengikut
Tuhan tapi masih pikir2 tentang masa lalunya. Untuk ketiga
orang ini, teguran Tuhan sangat jelas. “Orang yang mau
mengikut Tuhan tapi masih sering lihat2 dan
membanding2kan hidup sebelum dan sesudah bersama Yesus,
tidak pantas untuk ikut Tuhan.” Pertanyaan buat kita hari ini.
Apakah dalam mengikut dan melayani Tuhan kita masih
sering pikir2 hal-hal lain yang bisa memberatkan kita untuk
total ikut Tuhan? Matius 10:37 mengatakan, “Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau
perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Kalau
kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah kasihilah
Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita.
Jadi ibu-ibu, siapa yang terbesar dalam kerajaan Allah?
Dia adalah orang yang tidak melawan pelayan Allah, yang
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan yang
mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya.
Selamat menjadi yang terbesar. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum
Ibu/Wanita Tags: Khotbah, khotbah wanita, Lukas

Bangun Tembokmu
Bangun Tembokmu

(Neh 2:11-20)

Nehemia adalah seorang Yahudi yang hidup di pembuangan,


dan menduduki jabatan juru minuman raja yang kemudian
diangkat menjadi gubernur Yehuda oleh raja Persia. Dalam
menduduki jabatan barunya ini, hal pertama yang Nehemia
lakukan adalah dengan membangun tembok Yerusalem yang
sudah runtuh. Ketahanan dan keamanan suatu kota pada masa
perjanjian lama, ditentukan oleh ada atau tidak adanya tembok
yang mengelilingi kota itu. Kota yang tidak memiliki tembok
akan dengan mudah diserang oleh kota/negara lain. Karena
itulah, ketika menjabat jabatan sebagai Gubernur, Nehemia
tidak membangun perumahan, atau rumah sakit, atau bahkan
dia tidak memilih wakil gubernur, dan staff-staffnya,
melainkan merencanakan pembangunan tembok kota
Yerusalem. Maksudnya adalah agar diketahui oleh bangsa-
bangsa lain, dan orang-orang Israel yang masih berada di
pembuangan, bahwa Yerusalem masih ada, dan masih kuat.
Namun, sekalipun biaya dan bahan-bahan pembangunan
tembok ditanggung oleh Raja Persia (Arthasasta), Nehemia
tidak begitu saja bangun tembok. Ibu-ibu, dalam kehidupan
kita, kita juga perlu membangun tembok. Tembok apa saja?
Tembok dalam keluarga, tembok dalam pekerjaan, tembok
dalam pelayanan. Tembok ini harus dapat melindungi kita
dari serangan-serangan musuh yaitu setan. Yang dapat berupa
berbagai macam hal. Kekuatiran, perkelahian, aturan-aturan
yang mengikat, adat istiadat, kekurangan, dll. Prinsip
pembangunan tembok itu harus sama dengan yang Nehemia
lakukan. Ada 4 hal yang Nehemia lakukan.

Pertama, mencari tahu/menyelidiki hal-hal yang


rusak/kurang (Ay. 13). Nehemia berkeliling melihat
kerusakan yang terjadi atas tembok Yerusalem. Apakah
Nehemia tidak tahu? Dia tahu! Pada pasal 1:3, Hanani salah
satu kerabatnya sudah memberitahukan kepada Nehemia apa
yang terjadi. Tapi Nehemia tidak mau terima begitu saja,
tanpa melakukan pengecekan sendiri. Hal ini dia lakukan agar
dia dapat tahu persis apa dan berapa dana yang dibutuhkan
untuk memperbaiki tembok. Dengan memeriksa langsung
kerusakan yang terjadi, Nehemia dapat menyusun rencana
pembangunan dengan lebih terarah. Sebelum kita membangun
tembok keluarga kita, pastikan kita tahu hal apa yang
kurang/rusak dalam keluarga kita. Apakah itu rasa percaya
terhadap pasangan? Ataukah itu komunikasi? Ataukah itu
keterbukaan terhadap pasangan? Ataukah itu hubungan kita
dan pasangan dengan Tuhan? Supaya kita tahu apa yang harus
kita benahi, yang mana yang harus diperbaiki.

Kedua, menjaga kerahasiaan rencananya (ay. 12,


16). Ketika Nehemia pergi keliling, memeriksa kerusakan
secara langsung, hanya beberapa orang yang ikut serta dengan
dia. Setelah itupun, rencananya tidak diberitahukan kepada
siapapun. Bahkan binatang yang dia gunakan untuk
berkeliling pun hanya yang dia tunggangi, artinya beberapa
orang yang berjalan bersama dia, kemungkinan besar tidak
menggunakan kendaraan apapun (jalan kaki). Yang tahu
rencananya hanya dia dengan Allah. Setelah dia pulang dari
berkeliling, hanya pemerintah dan imam yang tahu tentang
rencananya (ay.16). Hal ini dia lakukan agar rencananya tidak
dapat digagalkan oleh orang lain. Dengan menjaga
rencananya tetap rahasia dan diketahui hanya oleh orang-
orang yang dapat dipercaya (lingkup dalam), Nehemia sudah
meminimalisasi campur tangan negatif, intimidasi, atau
provokasi dari orang lain. Setelah kita tahu apa yang rusak
dalam keluarga kita, jaga kerahasiaan masalah kita dengan
pasangan atau dengan anak, hanya dalam keluarga. Tidak
perlu cerita kemana-mana. Kalau pun kita mau cerita,
ceritakan hanya pada-orang-orang yang dapat dipercaya.
Karena waktu kita menceritakan masalah dalam keluarga kita
ke orang lain, kita membuka pintu untuk setan, menggunakan
situasi itu untuk menghancurkan rumah tangga kita.
Ketiga, memotivasi rekan-rekan kerja (ay. 17,18). Tidak
hanya mencari tahu kerusakan, dan merahasiakan rencananya,
Nehemia memotivasi orang-orang yang akan bekerja
bersama-sama dengan dia untuk membangun tembok.
Motivasi dalam mengerjakan sesuatu sangat diperlukan.
Survey membuktikan bahwa orang-orang yang bekerja
dengan motivasi tinggi, akan menghasilkan hal-hal yang
maksimal dan luar biasa. Kenapa? Karena salah satu
kebutuhan manusia adalah untuk diakui pekerjaannya.
Dengan memotivasi rekan kerjanya, Nehemia mengakui
bahwa dia tidak bisa bekerja sendiri, dan rekan-rekannya pun
merasa dihargai. Dari motivasi yang tinggi akan menghasilkan
pengakuan dan akhirnya kesetiaan. Dalam membangun
tembok rumah tangga kita, biasakan mendorong dan memberi
pujian bagi pasangan dan anak kita untuk melakukan sesuatu
atau setelah mereka berhasil melakukan sesuatu. Dengan
demikian, pasangan dan anak kita akan menyadari dan
merasakan bahwa mereka dikasihi dan diperhatikan.

Terakhir dan yang paling penting, menaruh segala


rancangannya di dalam kehendak dan control Allah (ay.
20). Sekalipun rencananya hanya diberitahukan pada orang-
orang yang dapat dipercaya, Nehemia tetap mendapat
tantangan berupa ejekan dari sekelompok orang (ay 19). Tapi
Nehemia mengerti dan percaya bahwa rencananya adalah
rencana yang ditaruh Tuhan dalam hatinya (tidak dia buat
sendiri, ay 12) sehingga dia memiliki kepercayaan penuh
bahwa Allah yang akan membuat pembangunan tembok
Yerusalem berhasil. Nehemia tidak melakukan pembangunan
tembok dengan berdasarkan kepercayaan dirinya atau
berdasarkan perlindungan raja, atapi berdasarkan
kepercayaannya kepada Allah. Di pasal 3:1 dikatakan,
pembangunan itupun ditahbiskan dahulu. Artinya, Allah
dilibatkan secara langsung dalam pembangunan tembok
Yerusalem. Demikian juga dalam membangun tembok
keluarga kita, sekalipun kita tahu di mana kerusakannya, kita
sudah menjaga kerahasiaan keluarga, kita sudah memotivasi,
tapi tanpa menyerahkan kehidupan rumah tangga kita setiap
harinya kepada Tuha, usaha apapun yang kita lakukan akan
sia-sia. Itulah pentingnya kita membangun mezbah keluarga.
Bentuk persekutuan doa keluarga, setiap hari pada jam yang
sudah ditentukan, hanya untuk keluarga/seisi rumah kita
bersekutu bersama-sama dengan Allah. Dengan demikian
dasar/pondasi tembok kehidupan kita akan kokoh dan tahan
terhadap goncangan sekuat apapun.

Jadi ibu-ibu, bangunlah tembok dalam kehidupan kita secara


khusus dalam rumah tangga. Temukan apa yang salah dalam
rumah tangga, rahasiakan kehidupan rumah tangga hanya di
dalam rumah, berikan dorongan dan pujian bagi anggota
keuarga kita, dan sertakan Allah dalam setiap hari kehidupan
rumah tangga kita. Selamat membangun tembok. Tuhan
Yesus memberkati. Amin

October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment


Categories: Khotbah, Khotbah Kaum
Ibu/Wanita Tags: Khotbah, khotbah wanita, Nehemia

Menjadi Orang Yang


Mengenal Allah
Dibawakan dalam PD. Oeltua Tanggal 3 Nov 2011
Menjadi Orang yang Mengenal Allah
Titus 1:16
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, pembacaan
kita hari ini bicara tentang orang yang munafik. Mereka
mengatakan mereka mengenal Allah, tapi perbuatan mereka
tidak seperti orang yang mengenal Allah. Seperti apa orang
yang tidak mengenal Allah itu?
Pertama, mereka tidak tertib (Ay. 10). Orang-orang
yang tidak tertib adalah orang yang tidka mau mentaati
peraturan, baik dari manusia maupun peraturan yang berasal
dari Allah. Misalnya, dia tahu bahwa tidak boleh ada Allah
lain, tapi waktu ada masalah, dia tidak berdoa tapi datang ke
dukun atau orang lain untuk minta bantuan. Dia tahu harus
mengasihi, tapi tetap menghina orang lain. Tidak hanya itu,
orang yang tidak tertib adalah orang yang TIDAK melakukan
hal yang dia tahu itu baik, tetapi malah melakukan hal yang
dia tahu tidak baik. Misalnya dia tahu kalau mandi 2 kali
sehari baik bagi kesehatan, tapi jangankan 2 kali, 1 kali saja
tidak. Atau, dia tahu merokok itu dapat merusak kesehatan,
tapi rokok habis 1 bungkus 1 hari.
Kedua, mereka seperti binatang buas (ay.
12). Artinya, mereka memperlakukan sesamanya sesuka
hatinya. Tidak pernah peduli dengan perasaan orang lain;
mementingkan diri sendiri, dan merupakan orang yang suka
memaksakan kehendaknya. Misalnya, dia tahu kalau dia
menghina orang, orang itu akan sakit hati, tapi dia tetap
menghina, yang penting hatinya puas.
Ketiga, mereka pemalas (ay. 12). Orang jenis ini
adalah orang yang membiarkan orang lain yang bekerja, tapi
dia yang ambil keuntungannya. Sehingga, orang yang bekerja
itu tidak dapat apa-apa. Misalnya, anak kita yang kerja susah
payah, tapi uang gajinya kita ambil semua untuk kita,
sementara anak kita itu tidak dapat apa-apa.
Keempat, mereka mendahulukan adat dan tradisi
daripada Tuhan. Orang jenis ini akan ikut apa kata mama,
kata nenek, kata kakek yang semua itu cuma kebiasaan dari
dulu, dan ternyata dilarang oleh Firman Tuhan. Tapi mereka
tidak peduli dengan Firman Tuhan, mereka tetap buat
kebiasaan itu.
Orang-orang yang tidka tertib, seperti binatang buas,
pemalas, dan mendahulukan adat disebut “menyangkal bahwa
mereka mengenal Allah.” Kenapa? Karena orang-orang yang
sungguh mengenal Allah akan hidup seperti Allah –tidak
angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah,
tidak serakah, suka memberi tumpangan, suka akan yang baik,
bijkasana, adil, saleh, dapat menguasai diri, berpegang pada
Firman Tuhan (ay. 7-9). Tuhan tidak butuh orang yang rajin
ke gereja kalau dia tidak pernah melakukan Firman Tuhan.
Yang Tuhan perlu adalah orang-orang yang setia melakukan
FirmanNya. Kalau kita sudah setia melakukan Firman Tuhan,
orang lain akan melihaat kita sudah berubah dan Allah
dimuliakan. Selamat mengenal Allah. Tuhan Yesus
Memberkati. Amin.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum
Ibu/Wanita Tags: Khotbah, titus, wanita

RENEWED
Dibawakan pada PD. Oeltua tanggla 5 Januari 2012
RENEWED
Kolose 3:12, 14
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, banyak
orang sewaktu memasuki memasuki tahun baru, hal pertama
yang mereka lakukan adalah sebuah rencana-rencana baru.
Mereka bertekad kalau tahun baru harus lebih baik dari tahun
ini. Tapi sayangnya bayak orang uang memperhatikan hal-hal
yang lahiriah, seperti gajinya naik atau tidak, pendapatannya
makin banyak atau tidak, penampilannya semakin baik atau
tidak, dipandang dan dihormati orang atau tidak, semua hal
yang bersifat sementara.hampir tidak ada yang memikirkan
soal hidu[ rohaninya. Apakah imannya akan lebih baik?
Apakah ia akan lebih mengenal Tuhan, bagaimana agar dia
bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, bagaimana dia
melayani Tuhan dengan apa yang ada? Sebagai orang percaya
kita harus sadar, waktu kita masuk dalam tahun yang baru,
semuanya hanya karena anugerah Tuhan. Karena itu kita juga
harus menghargai anugerah itu dengan melakukan kehendak
Tuhan.
Kehendak Tuhan yang pertama adalah, agar kita hidup dengan
belas kasihan dan kemurahan. Kemurahan adalah adalah suatu
rasa belas kasih terhadap orang Kristen yang menderita
masalah fisik, mental atau emosional dan mewujudkannya
dalam perbuatan yang dilakukan dengan senang hati yang
mencerminkan kasih Kristus, merigankan penderitaan orang-
orang yang dilayani. Jadi, orang yang hidup dengan belas
kasihan dan kemurahan tidak mungkin menaruh dendam
terhadap orang-orang yang bersalah kepada mereka. Mereka
tidak mugnkin, menjauhi dan memandang rendah orang-orang
yang secara fisik, keuangan, maupun mental tidak lebih baik
dari mereka. Melainkan, mereka akan berdoa, memperhatikan
dan menolong orang-orang ini.
Kedua, Tuhan berkehendak supaya kita hidup dengan
kerendahan hati dan kelemahlembutan. Rendah hati artinya
tidak sombong atau angkuh, tidak meninggikan diri sendiri
dan merendahkan orang lain. Sehingga, orang yang rendah
hati dan lemah lembut akan mampu mengampuni orang lain.
Bagi dia mengampuni adalah sebuah kebiasaan. Kalau dia
tidak mengampuni, dia akan merasa sakit atau ada yang
kurang atau salah. Dia juga bersedia ditegur. Dia akan
menerima kesalahannya tanpa banyak alasan ini dan itu.
Orang yang rendah hati kuga adalah orang yang akan menjaga
perkataannya agar tidak menyakiti orang lain dan tidak mudah
bersumpah. Karena dia tahu bahwa dia hanya manusia biasa
hasil ciptaan Tuhan sehingga tidak layak untuk bersumpah
atas apapun juga. Dia akan selalu mendahulukan Tuhan di
atas tradisinya, di atas pekerjaannya, di atas keluarganya,
bahkan di atas dirinya sendiri.
Ketiga, Tuhan berkehendak supaya kita hidup dalam
kesabaran. Orang yang sabar bukan hanya dapat
mengendalikan amarahnya, tapi juga orang yang tekun dan
rajin dalam segala hal. Terutama dalam berdoa dan bersaat
teduh. Dia tidak akan cepat bosan dan menyerah samapi
doanya dikabulkan oleh Tuhan. Sampai keinginannya
dipenuhi oleh Tuhan. Dia tidak akan hitung-hitung waktu
yang sudah dia berikan untuk berdoa dan bersaat teduh.
Dan kesemuanya ini baru dapat dilakukan apabila pertama-
tama kita punya kasih (ayat 14). Kasih adalah kekuatan luar
bisa yang membuat keluarga semakin hangat dan harmonis.
Kasih menutupi kesalahan siapapun, termasuk pasangan dan
anak-anak kita. Karena seseorang punya kasih, maka dia bisa
hidup dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan, dan kesabaran.
Rasul Paulus dalam pembacaan kita sore ini mengatakan
bahwa kita dalah orang-orang yang dipilih, dikuduskan dan
dikasihi Allah. Kita adalah orang-orang yang dibaharui oleh
Allah dan menjadi ciptaan yang baru. Tahun baru dan ibadah
perdana ini adalah kesempatan kita untuk melihat kembali diri
kita. Apakah kita benar-benar sudah hidup sebagaimana
ciptaan baru harus hidup? Atau hidup kita sama saja dengan
orang-orang yang tidak mengenal Allah? Kita harus
meningkatkan kualitas hidup kita sebagai pengikut Yesus,
janagn biarkan dosa masa lalu menguasai kita. Mungkin tahun
lalu kita belum bisa idup dalam kasih yang memampukan kita
untuk berbelas kasih, lemah lembut, rendah hati, murah hati
dan sabar. Kita masih sering kalah dengan pancingan dosa.
Tapi tahun ini kita harus menang dari dosa. Milikilah cara
hidup orang yang dipilih, dikuduskan dan dikasihi Allah, yaitu
penuh kasih yang memampukan kita untuk hidup dengan
belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan,
dan kesabaran. Kemenangan Tuhan menyertai kita semua.
Selamat menjalani hidup sebagai ciptaan baru. Tuhan Yesus
memberkati Amin.

October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment


Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita, Tahun Baru

Kunci Keberhasilan
Dibawakan pada PD Oeltua Tgl 18 Juli 2012
Kunci Keberhasilan
(Ezra 7:6-10)
Ibu-ibu yang terkasih dlm Tuhan Yesus Kristus,
Barrack Obama adalah seorang presiden Amerika. Sebagai
seorang presiden, dia adalah orang yang sangat sibuk. Siang
hari ada di negaranya, mungkin sore hari harus terbang ke
negara yang lain. Malam harinya, harus kembali lagi ke
negaranya. Dibandingkan dengan dia, kesibukan kita jadi
tidak ada artinya. Tapi ternyata, dalam kesibukannya yang
luar biasa itu, ada satu kebiasaan yang selalu dia lakukan
secara teratur dan tidak pernah dia lupakan, yang menurutnya
membuat dia dapat menjadi pemimpin yang bijaksana.
Kebiasaannya itu adalah bersaat teduh di pagi hari. Setiap
pagi, sebelum melakukan aktivitasnya, bahkan sebelum mandi,
Barrack Obama selalu berdoa pagi, membaca Alkitab, dan
merenungkannya. Tidak hanya Obama, Abraham Lincoln,
presiden Amerika yang lain juga pernah berkata,
“keberhasilanku dalam satu hari ditentukan oleh satu jam
pertamaku bersama Tuhan hari itu”. Kedua presiden Amerika
ini hanya dua contoh dari banyak presiden Amerika yang
mengutamakan persekutuannnya dengan Allah dan menjadi
pemimpin yang berhasil. Hari ini kita belajar dari seorang
pemimpin yang berhasil seperti Obama dan Abraham Lincoln
bernama Ezra.
Ezra adalah seorang imam dari keturunan Zadok. Ia
termasuk di antara bangsa Yahudi yang dibuang di Babel pada
masanya. Dikatakan dalam ayat 6 Allah melindungi Ezra dan
raja memberikan segala apa yang diinginnya. Ungkapan
“segala” di sini sangat luas artinya. Dapat juga disamakan
dengan “semua” atau “terserah yang diinginkan”. Ezra punya
kebebasan dalam hal-hal yang ia inginkan, bahkan kalau kita
baca pasal-pasal selanjutnya, kita akan menemukan bahwa
Ezra adalah orang yang disegani dan dihormati oleh seluruh
rakyat Israel bahkan di Persia. Apa yang menyebabkan dia
dapat melakukannya?
Pertama, mari kita perhatikan ayat 6. Dikatakan
bahwa Ezra ahli kitab dan ia mahir dalam Taurat Musa. Ezra
dapat berhasil karena dia ahli dan mahir Firman Tuhan. Dia
dapat menjadi seorang ahli kerena dia mempelajarai sungguh-
sungguh kitab Taurat, bukan hanya sekedar baca, tapi dia
menyelidiki, mempelajari Taurat itu dan diadapat menjadi
mahir karena dia menjadikan Taurat sebagai santapan rohani
yang tiap-tiap waktu harus ia baca dan renungkan. Tidak ada
seorangpun yang menjadi ahli dan mahir dalam kitab Taurat
tanpa ia mau membaca dan menelitinya. Dan ini adalah salah
satu kunci bagaimana Ezra akhirnya dilindungi Allah dan
memperoleh kasih dari raja yang berasal dari bangsa yang
tidak mengenal Allah. Belajar dari Ezra, kita juga harus
membaca Firman Tuhan agar kita dapat mengerti kehendak
Allah. Bukan hanya sekedar membaca, tapi mempelajarinya,
menelitinya, merenungkannya. Sehingga saat ada ajaran-
ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, kita bisa tahu
dan tidak terpengaruh. Jadikan Firman Tuhan makanan
yang harus kita baca dan renungkan tiap hari.
Kunci kedua keberhasilan Ezra terletak pada ayat 10.
Dikatakan bahwa Ezra telah bertekad untuk meneliti
Taurat Tuhan dan melakukannya serta
mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.
Tekad adalah suatu kemauan yang kuat yang tidak dapat
dipengaruhi oleh apapun. sekalipun tidak punya uang, tidak
punya makanan, dimusuhi orang, dihina orang, apapun. Dia
tetap meneliti, melakukan, dan mengajar Taurat Tuhan. Ezra
tidak berhenti samapi merenungkan Firman Tuhan tapi juga
melakukannya. Yakobus 1:22 mengatakan “…hendaklah
kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja,
sebab jika demikian kamu menipu diri sendiri.” Jangan
berhenti sampai membaca. Jangan katakan hari ini saya sudah
baca Alkitab, sudah selesai. Tapi harus dilakukan juga, karena
kita semua adalah surat Kristus. Orang mengenal Kristus
bukan dari apa yang kita baca, tapi dari apa yang kita lakukan
(2 kor 3:3). Dan tidak berhenti sampai dilakukan, tapi juga
harus diajarkan kepada orang lain. Tapi Yakobus memberi
peringatan bagi kita bahwa seorang guru akan dihakimi
dengan lebih berat. Karena itu kita harus meneliti dan
mengerti dengan benar lebih dulu tentang Firman Tuhan
sebelum mengajarkannya kepada orang lain. Ketiga hal ini,
yaitu meneliti, melakukan dan mengajarkan harus didasari
oleh tekad yang kuat, yang tidak dapat dipengaruhi oleh
apapun.
Jadi ibu-ibu, kalau kita mau berhasil dalam setiap hal
dalam hidup kita, dan terlebih kalau kita mau disenangi Allah
dan manusia, jadilah ahli dan mahir dalam firman Tuhan,
dengan menjadikannya makanan kita setiap hari. Dan
milikilah tekad yang kuat untuk meneliti, melakukan dan
mengajarkan Firman itu setiap hari. Selamat meneliti Firman
dan menjadi berhasil. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita, Masalah
Penyembahan Yang Benar
Dibawakan pada PD Oeltua tanggal 8 Agustus 2012

Penyembahan yang Benar


(Yoh 4:23-24)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
perkataan ini dikatakan oleh Tuhan Yesus, sewaktu Dia
bertemu seorang wanita Samaria di sumur Yakub di daerah
Samaria. Wanita ini bingung. Orang Samaria bilang, kalau
menyembah Allah, harus di Gunung Gerizim. Tapi orang
Israel bilang kalau menyembah Allah harus di Bait Allah, di
Yerusalem. Setelah Tuhan Yesus membongkar masa lalunya
yang buruk, dia sadar bahwa Tuhan Yesus adalah seorang
nabi. Jadi, dia memutuskan untuk bertanya kepada Tuhan
Yesus. Bagaimana dan di mana cara menyembah Allah yang
benar. Apa di Gunung Gerizim seperti orang Samaria? Atau di
Bait Allah di Yerusalem? Mungkin wanita ini berpikir, kalau
Tuhan bilang di Gerizim berarti dia selama ini benar, orang
Israel yang salah. Mungkin dia berharap supaya Tuhan Yesus
membela Samaria. Tapi ternyata, Tuhan Yesus tidak
membenarkan orang Samaria, dan tidak membenarkan Israel
juga. Malahan, Tuhan berkata bahwa “penyembah-
penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran” (ay. 23). Tuhan Yesus ternyata tidak
mempedulikan mau di mana dan bagaimana orang beribadah.
Mau di gubuk, di gereja, di mall, di hotel, mau duduk, berdiri,
tepuk tangan, lompat-lompat, menangis, Tuhan tidak lihat itu
semua. Yang penting buat Tuhan Yesus adalah sikap hati.
Ayat 24 mengatakan, bahwa siapapun yang menyembah Allah,
harus menyembah dalam roh dan kebenaran. Bukan boleh,
tapi HARUS! Alasannya cuma satu, yaitu karena Allah adalah
Roh! Apa artinya menyembah dalam roh dan kebenaran?
Pertama, kita akan melihat dulu apa artinya menyembah
dalam roh.
Menyembah dalam roh berarti, mari kita buka Mat
22:37, pertama dikatakan mengasihi Allah dengan segenap
hati. Artinya, waktu kita menyembah Tuhan, lakukan itu
dengan segenap hati kita, bukan hanya di mulut saja. Jadi,
waktu kita mau ibadah, hati kita harus siap dulu untuk
menyembah Tuhan. Jangan merasa bahwa kalau datang
ibadah tidak perlu persiapan hati, karena raja Daud menulis
dalam mazmurnya, dia katakan “hatiku siap ya Allah, hatiku
siap. Aku mau bernyanyi, aku mau bermazmur” (Mzm 57:8).
Artinya, hati kita harus siap dulu sebelum menghadap Allah,
kita sudah harus mengampuni orang-orang yang
mengecewakan kita, kita harus menghilangkan amarah kita,
kita harus menghilangkan rasa curiga kita pada orang lain.
Kita harus murni mau menyembah Allah. Bukan karena
kurang enak hati, bukan karena terpaksa, bukan karena
disuruh, bukan karena mau sesuatu, bukan karena sudah mau
dekat Natal, bukan karena mau mengambil hati dan dipandang
rajin, tapi karena, kita sudah benar-benar siap untuk
menyembah Tuhan. Nah, kalau hati kita sudah siap untuk
menyembah Allah, otomatis kita akan masuk dalam langkah
kedua, yaitu menyembah Allah dengan segenap jiwa. Jiwa
kita harus dibangunkan, kalau jiwa kita sudah bangun, kita
akan mudah untuk bertepuk tangan, menari, mengangkat
tangan, tanpa perlu disuruh, karena jiwa kita dikendalikan
oleh hati kita, oleh roh kita. Kalau hati kita sudah siap, jiwa
kita sudah bangun, kita akan menyembah Allah dengan
segenap akal budi. Pikiran kita tidak lari ke mana-mana, tidak
memikirkan hal lain selain mau menyembah Tuhan dan
memberikan yang terbaik buat Tuhan. Pikiran kita fokus
kepada Allah. Jadi kalau orang menyembah Allah dalam roh,
hatinya murni mau menyembah Allah, jiwanya akan rela
bertepuk tangan bahkan menari untuk Allah, dan pikirannya
fokus kepada Allah.
Kedua dikatakan bahwa penyembah yang benar harus
menyembah Allah dalam kebenaran. Yoh 14:6 mengatakan
bahwa Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Artinya
menyembah Allah dalam kebenaran pertama-tama harus
dilakukan di dalam Yesus, bukan di dalam gereja, bukan di
dalam gedung. Tapi di dalam Yesus. Tidak peduli gerejanya
apa, tidak peduli liturginya bagaimana, penyembahan harus
dilakukan dalam Yesus. Bukan karena takut gereja, bukan
karena posisi atau jabatan, tapi karena Yesus yang adalah
kebenran itu sudah mengasihi kita lebih dulu. Kedua,
menyembah Allah dalam kebenaran berarti harus jujur. Pada
Allah, pada diri sendiri, baru pada orang lain. Tidak munafik.
Kelihatannya nyanyinya semangat, doanya bagus, tapi hatinya
menjauh daripada Allah, itu sama dengan membohongi Allah,
diri sendiri dan orang lain. Beribadahnya rajin, semua jenis
ibadah diikuti, datangnya tepat waktu, tapi kerjanya setiap
hari gossip, ngomongin orang, mencela orang, mengeluh, itu
membohongi Allah, diri sendiri, dan orang lain.
Ibu-ibu, Bapa kita di surga tahu isi hati kita, Dia tahu
waktu kita benar-benar memuji Dia atau tidak. Dia tahu sikap
hati kita. Dan Tuhan Yesus memberi peringatan dalam Mat
7:21,
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Apa kehendak
Bapa yang harus kita lakukan? Banyak! Salah satunya adalah
menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Saya mengajak
kita semua saat ini, coba cek bagaimana keadaan hati kita
waktu kita datang beribadah di tempat ini? Apakah kita sudah
menyembah Allah dalam roh dan kebenaran? ataukah banyak
kemunafikan dalam hati dan hidup kita? Allah kita setia dan
adil, Dia akan mengampuni segala dosa kita apabila kita
mengakuinya dihadapan Tuhan. Saya undang ibu-ibu
sekarang untuk mengakui semua kesalah yang ibu-ibu sudah
lakukan, katakan, dan pikirkan, termasuk apabila ibu-ibu
belum menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Katakan
semuanya di hadapan Bapa, sebut satu persatu. Tuhan Yesus
sedang membuka tanganNya menunggu kita bertobat. ———
— Tuhan Yesus sudah mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan. Tapi ingat, Gal 6:7
mengatakan, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang
akan dituainya.”. Mulai hari ini, sembahlah Allah dalam roh
dan kebenaran, karena Bapa menghendaki penyembah-
penyembah yang demikian. Tuhan Yesus memberkati Amin.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Doa, Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita

Tetap Tiap-Tiap Hari


Dibawakan pada PD Oeltua Tgl 11 Juli 2012
Tetap Tiap-Tiap Hari
(Kel 29:38-46)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Dua
minggu yang lalu,, kita belajar dari Daud tentang doa. Minggu
lalu kita belajara dari Tuhan Yesus sendiri, juga tentang doa.
Hari ini kita mau belajar lagi tentang doa. Kita sering
mendengar bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Tapi
seberapa sering kita berdoa hingga kita bisa bilang bahwa doa
adalah nafas hidup kita? Pembacaan kita hari ini mengisahkan
tentang Firman Tuhan yang datang pada Musa di Gunung
Sinai tentang korban persembahan yang sudah ditetapkan oleh
Tuhan untuk dilaksanakan oleh Israel sebagai umat Allah.
Ada 3 syarat pemberian korban yang Tuhan perintahkan.
Syarat pertama korban itu harus diberikan tiap-tiap hari (ay.
38). Bukan sekali-sekali. Bukan kalau ingat. Bukan kalau
sempat. Tapi tiap-tiap hari.
Syarat kedua, korban itu harus diberikan pada waktu pagi dan
pada waktu senja (ay. 39). Bukan hanya kalau mau makan.
Bukan hanya kalau ada perlu. Bukan hanya kalau ada masalah.
Bukan hanya kalau mau tidur. Tapi pada waktu pagi-dan senja.
Syarat ketiga, korban itu harus dilakukan turun temurun (ay.
40). Bukan hanya dilakukan oleh kita, tapi juga oleh seluruh
keluarga kita secara turun temurun. Tidak boleh berhenti
hanya pada generasi kita.
Syarat keempat, semua persembahan itu hanya tertuju pada
Tuhan Allah pencipta langit dan bumi, dan bukan pada
ciptaanNya (ay. 41, “…bagi TUHAN”). Bukan untuk
kesenangan dan kepuasan kita, tapi untuk kemuliaan Tuhan.
Untuk menyenangkan hati Tuhan.
Ibu-ibu, Allah tidak menuntut kita untuk memberikan korban
berupa anak domba, karena Kristus telah memberikan diriNya
mati di kayu salib demi manusia. Tetapi Allah menghendaki
supaya kita mempersembahkan hidup kita untuk Dia. Dan itu
dimulai dengan mempersembahkan waktu kita untuk
bersekutu dengan Tuhan sesuai dengan syarat yang sudah
Tuhan berikan pada Musa. Yaitu, tiap hari, pagi dan malam,
secara turun temurun dan hanya berpusat pada Allah. Ketika
kita berdoa dan merenungkan firman Tuhan itu setiap hari,
pagi dan malam, melakukannya secara turun temurun dengan
melibatkan seluruh anggota keluarga kita, dan melakukannya
atas dasar untuk menyenangkan hati Tuhan, maka kita benar-
benar menunjukkan pada orang-orang disekitar kita bahwa
doa itu benar-banar nafas hidup kita. Dan Allah berjanji 3 hal
bagi setiap orang yang memberikan waktunya untuk
bersekutu dengan Allah sesuai syaratAllah.
JanjiNya yang pertama, Allah akan menemui dia (ay. 42-43).
Bagaimana Allah menemui kita? Pertama-tama, Dia menemui
kita lewat firman yang kita baca. Dan setelah kita semakin
rajin berdoa dan merenungkan firmanNya, Dia akan
memberikan kepada kita kepekaan untuk mengetahui
kehendakNya dan rencanaNya, bahkan untuk mendengar
suaraNya.
JanjiNya yang kedua, Allah akan menguduskan dia (ay. 43).
Kita akan dibuatNya merasa jijik terhadap dosa dan
pelanggaran. Karena kita bergaul akrab dengan firmanNya
dan selalu berdoa, maka kita akan merasa aneh dan janggal
ketika kita mau berbuat dosa.
JanjiNya yang ketiga, dia akan diam bersama Tuhan (ay. 45).
Allah akan selalu menyertai dia di mana pun dia berada,
apapun yang dia lakukan, dan memberikan apapun yang dia
minta. Sehingga pada akhirnya, dia akan tinggal bersama-
sama dengan Tuhan di dalam kerajaanNya.
Jadi ibu-ibu, jangan berdoa dan membaca firman hanya ketika
kita dalam masalah atau hanya ketika kita ada perlu dengan
Tuhan. Tapi lakukan itu tiap-tiap hari, pagi dan senja, secara
turun temurun dan demi menyenangkan hati Allah. Dan
nikmatilah janji-janjiNya. Selamat berdoa. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Doa, Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita

Berdoa
Dibawakan pada PD Ibu-Ibu Oeltua tgl 4 Juli 2012
Berdoa
(Mrk 1:35-39)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
minggu lalu kita belajar dari Daud bahwa ketika ada masalah
datang, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah berseru
kepada Tuhan. Hari ini kita diminta untuk tetap berdoa.
Kenapa?
Pertama, karena Tuhan Yesus juga berdoa. Ibu-ibu,
Tuhan Yesus adalah seorang pribadi yang sibuk sekali. Setiap
hari Dia jalan dari satu kota ke kota lain. Setiap ada di satu
kota, Dia harus mengajar di Bait Allah. Setelah mengajar, Dia
masih harus menyembuhkan orang-orang yang sakit dan
kerasukan setan yang banyak sekali. Bahkan kalau kita baca
di Markus 1:32, semua orang yang sakit dan kerasukan setan
itu dibawa kepada Yesus setelah malam, setelah matahari
terbenam. Kalau seandainya satu desa oeltua ini datang
kepada Yesus untuk disembuhkan dan dipulihkan, maka kira-
kira Tuhan Yesus baru selesai pelayanan sekitar jam 1 malam.
Tapi hebatnya ibu-ibu, Markus mencatat, Tuhan Yesus bisa
tetap bangun pagi-pagi ketika hari masih gelap untuk berdoa.
Alkitab mencatat, tidak hanya saat itu Yesus berdoa. Tapi
sebelum memilih murid-muridNya, Dia berdoa (Luk 6:12).
Sebelum ditangkap, Dia berdoa (Luk 22:39-46). Bahkan saat
di atas kayu salibpun Dia tetap berdoa. Tapi Tuhan Yesus
tidak hanya berdoa pada saat-saat tertentu. Dia berdoa setiap
saat. Berdoa pagi-pagi sudah menjadi kebiasaanNya sehingga
ketika orang banyak mencari Dia, murid-muridNya sudah
tahu harus mencari Tuhan Yesus ke mana. Dengan berdoa,
Tuhan Yesus menunjukkan bahwa hubunganNya dengan
Bapa sangat intim. Selelah apapun, sesibuk apapun,
kebersamaan dengan Bapa tidak akan Dia lewatkan.
Kedua, karena berdoa memberi kekuatan. Ibu ibu,
sewaktu Tuhan Yesus di taman Getsemani, Dia menyuruh
murid-muridNya untuk berdoa dan berjaga. Tapi tidak ada
satupun dari mereka yang berdoa. Dan apa yang mereka
dapatkan? Petrus menyerang utusan Imam Besar, Markus
melarikan diri, semua murid ketakutan, semua murid
meninggalkan Yesus, Petrus menyangkal Yesus, dan murid-
murid takut dan bersembunyi. Sementara Tuhan Yesus
mendapat kekuatan baru dan sanggup menghadapi
penderitaan bahkan kematian di kayu salib. Kekuatan Tuhan
Yesus dalam pelayananNya, Dia dapatkan dari hubungannya
dengan Bapa. Sebagai manusia, Dia bergantung penuh pada
Allah. Kehadiran dan kuasa Allah itulah yang Dia nyatakan
ketika menyelesaikan berbagi masalah, memenuhi kebutuhan
pelayanan dan mengubah keadaan sekitar.
Ibu-ibu, seperti lampu yang memerlukan kabel sebagai
sarana penghubung dengan sumber listrik agar dapat
berfungsi sebagimana mestinya, begitu jjuga manusia
memerlukan doa sebagai sarana penghubung dengan Sumber
Hidup agar dapat hidup sesuai dengan kehendakNya. Karena
iblis tahu bahwa ketika kita terhubung dengan Bapa, kita akan
mendapat kekuatan untuk tetap taat melakukan kebenaran,
seberat apapun resikonya.
Jadi ibu-ibu, tetaplah berdoa karena Tuhan Yesus juga berdoa,
dan karena dalam doa kita mendapatkan kekuatan yang baru.
Mari hidup dengan berjaga-jaga dan berdoa. Selamat berdoa.
Tuhan Yesus memberkati.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Doa, Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita

Menyelesaikan Masalah Dengan


Cara Tuhan
ibawakan pada PD Ibu-ibu Oeltua Tgl 27 Jun 2012

Menyelesaikan Masalah dengan Cara Tuhan


(Mzm 57:1-12)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
waktu menulis Mazmur ini, Daud sedang dikejar oleh Saul
dan akan dibunuh karena dianggap mengancam kedudukan
Saul sebagai Raja. Dalam pelariannya itu, kalau kita baca 1
Sam 20:22, kita akan melihat bahwa Daud tidak punya
makanan sehingga dia harus makan roti persembahan milik
imam. Dia juga seorang panglima perang tapi tidak punya
senjata apapun sehingga harus menggunakan pedang Goliat.
Dia hampir ditangkap oleh Raja Akhis dari kota Gat sehingga
dia harus pura-pura gila. Tidak cukup hanya itu, dia juga
harus menghidupi 400 orang yang mencari perlindungan pada
Daud. Pembacaan kita hari ini menunjukkan pada kita apa
yang Daud lakukan dalam masa sulit itu dan apa yang
akhirnya ia dapatkan. Untuk itu, ada 3 pribadi yang perlu kita
perhatikan.
Pribadi pertama adalah Saul, musuh Daud. Daud
menggambarkan Saul sebagai orang yang menghancurkan (ay.
2). Apa yang dihancurkan oleh Saul? Saul menghancurkan
rasa aman Daud, hubungan Daud dengan Yonatan,
kenyamanan hidup Daud dan reputasi Daud. Saul juga
menginjak-injak Daud (ay. 4). Saul melecehkan Daud,
menghina Daud dan dengan demikian menghancurkan harga
diri Daud. Daud menggambarkan Saul seperti singa yang suka
menerkam, yang giginya seperti tombak dan panah dan yang
lidahnya seperti pedang (ay. 5). Artinya, Saul itu berbahaya,
keji, penuh dengan dendam dan nafsu untuk membunuh.
Bahkan juga memasang berbagai jebakan untuk Daud (ay. 7).
Ibu-ibu, sifat-sifat Saul ini menggambarkan sifat-sifat musuh,
masalah dantantangan yang kita hadapi. Setiap masalah dan
tantangan yang kita hadapi, ketika kita biarkan atau justru
sangat kita perhatikan (fokus), itu semua akan menghancurkan
rasa aman, hubungan kita dengan orang lain sehingga tidak
ada kasih, harga diri kita sehingga kita rela berbuat apa saja
termasuk mencari dukun dan kuasa kegelapan untuk
menyelesaikan masalah kita. Lalu apa yang seharusnya kita
lakukan?
Mari kita perhatikan pribadi yang kedua yaitu Daud.
Dalam kesulitannya itu, Daud tidak fokus pada besar dan
beratnya masalah yang ia hadapi. Tapi pertama-tama yang ia
lakukan adalah menyerahkan jiwanya dalam perlindungan
Tuhan (ay. 2). Lalu memohon belas kasihan Tuhan (ay. 2).
Dan dia berseru serta mengandalkan Tuhan (ay 2-3). Tidak
hanya berdoa minta tolong. Tapi dia mempersiapkan hati dan
jiwanya kemudian memuji Tuhan dan menyatakan kemuliaan
Tuhan. Dan akhirnya, dia bersyukur dan bersaksi bagi Allah
karena dia tahu Allah yang dia sembah selalu setia berada di
sisinya (ay. 10-11). Berapa banyak dari kita, sewaktu dalam
masalah masih bisa memuji Tuhan dan bilang Tuhan itu baik
dan penuh kasih, anugerahNya luar biasa dan berkatNya
melimpah? Mungkin kita berkata, tidak ada uang kok bilang
berkatNya melimpah? Berkat yang mana? Hampir setiap hari
bertengkar kok bilang Tuhan penuh kasih? Kasih yang mana?
Sakit tidak sembuh-sembuh kok bilang Tuhan itu baik? Baik
apanya? Masalah satu belum selesai yang satu sudah datang
kok bilang anugerahNya melimpah? Melimpah apanya?
Ketika masalah datang, kecenderungan kita adalah
menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan akhirnya
menyalahkan Tuhan. Tapi baiklah kita mencontoh Daud yang
bahkan dalam masalahnya yang banyak itu, tetap bisa
mengandalkan Tuhan dan mengatakan,“Tinggikanlah diri-Mu
mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaanMu mengatasi
seluruh bumi!” (ay. 6). Juga bersaksi kepada orang lain
bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia. Apa
kemudian yang Daud dapatkan?
Mari kita perhatikan pribadi yang ketiga yaitu Allah.
Dalam pembacaan kita ini, Daud menggambarkan Allah
sesuai dengan apa yang telah ia rasakan dan alami. Pertama,
Allah menyelesaikan segalanya bagi Daud (ay. 3). Kedua, Dia
mengirim utusan untuk menyelamatkan Daud (ay.4). Ketiga,
mempermalukan orang yang mempermalukan Daud (ay. 4)
dan dengan demikian menunjukkan kasih dan kesetiaanNya
kepada Daud (ay.4). Kita bisa berkumpul hari ini di rumah ini
adalah bukti kesetiaan Allah atas ibu Hana dan keluarga.
Allah mendengar semua seru doa ibu dan memberi jalan
keluar untuk ibu. Karena seluruh bumi ada di bawah kuasa
dan kendaliNya (ay. 6 &12) termasuk segala masalah kita.
Jadi ibu-ibu, ketika ibu-ibu menghadapi masalah,
sekalipun masalah itu begitu berat dan berbahaya seperti singa,
teladanilah Daud. Berdoalah, andalkanlah Tuhan, pujilah
namaNya, bersyukur pada Tuhan dan bersaksilah bagi Dia.
Dan lihatlah Allah akan memberi kelepasan sesuai dengan
waktunya dan dengan caraNya sendiri. Selamat menghadapi
masalah. Tuhan Yesus memberkati.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita

Ambisi Yang Salah


Dibawakan pada PD Ibu-ibu Oeltua 23 Feb 2012
Ambisi yang Salah
Mat 20:26-28
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
setiap manusia boleh saja memiliki ambisi dan memang harus
memiliki ambisi dalam hidupnya. Memiliki ambisi akan
menjadi suatu dorongan atau memacu seseorang untuk
mengerjakan sesuatu dengan hasil yang lebih baik. Jika
seseorang tidak memiliki ambisi, ia tidak memiliki gairah
dalam mengisi kehidupannya. Pada dasarnya memiliki ambisi
itu bagus selama masih bisa dikendalikan dengan baik. Jika
tidak, ambisi tersebut akan menghasilkan sikap ambisius.
Ambisi yang positif mendorong seseorang untuk
menghasilkan karya yang lebih baik dan meraih prestasi lebih
baik dari sebelumnya. Sebaliknya ambisi yang negatif adalah
ambisi yang tidak sebanding dengan potensi yang dimilikinya
sehingga seseorang akan memakai segala cara untuk
mewujudkan ambisinya itu. Pembacaan kita sore ini
menunjukkan salah satu ambisi yang salah dari murid-murid
Tuhan Yesus. Apa ambisi mereka? Hanya satu, yaitu mereka
mau menjadi yang terkemuka dalam Kerajaan Allah (ay 21).
Kenapa ambisi ini adalah ambisi yang salah?
Pertama, karena keinginan mereka untuk menjadi yang
terbesar dalam Kerajaan Allah, membuat mereka melakukan
segala cara, termasuk meminta ibu mereka membicarakannya
dengan Yesus. Untuk kepentingan mereka, mereka
memanfaatkan orang lain bahkan ibu mereka sendiri. Mereka
tidak memikirkan bagaimana jika nanti ibu mereka malu atau
bagaimana jika nanti ibu mereka dimusuhi orang, yang
penting keinginan mereka sudah terlaksana lebih dulu. Yang
penting mereka dapat janji Tuhan dulu bahwa mereka akan
dapat kedudukan yang baik di Kerajaan Allah.
Kedua, keinginan mereka untuk menjadi yang terbesar
dalam Kerajaan Allah, menunjukkan bahwa mereka sombong.
Yohanes dan Yakobus adalah dua dari tiga murid yang paling
sering Tuhan Yesus ajak ke mana-mana. Mereka dan Petrus
ada waktu Tuhan Yesus dimuliakan di gunung bersama
dengan Elia dan Musa. Mereka juga ada waktu Tuhan Yesus
berdoa di Taman Getsemani. Mereka juga merupakan murid
Tuhan Yesus yang pertama. Hal-hal ini membuat Yohanes
dan Yakobus menjadi sombong. Mereka beranggapan bahwa
karena mereka adalah yang pertama dipilih, pasti mereka yang
akan mendapat kedudukan yang paling baik dalam
pemerintahan Tuhan Yesus nanti.
Ibu-ibu, seringkali kita berlaku seperti Yohanes dan
Yakobus. Kita mau dipandang hebat, kita mau dihormati. Kita
mau menjadi yang paling utama. Sehingga kita mulai
menghalalkan segala cara. Kita mulai mengatakan-hal-hal
yang tidak benar tentang sesame kita supaya mereka
dipandang jelek dan kita dipandang baik. Kita mulai
membenci orang lain, dan berusaha supaya orang yang kita
benci itu juga dibenci oleh orang lain.
Ibu-ibu, Tuhan tidak senang terhadap orang-orang
yang punya keinginan untuk mencari hal-hal besar bagi
dirinya sendiri, sebab itu akan mendatangkan dosa. Karena
orang yang mencari hal-hal besar bagi dirinya sendiri tidak
akan mau disaingi oleh orang lain, sehingga timbullah iri hati,
kebencian, dan fitnah. Tapi Tuhan mau supaya kita saling
melayani satu dengan yang lain. Artinya, kita harus
menganggap bahwa sesama kita deraajatnya lebih tinggi dari
kita. Tidak boleh ada kesombongan, karena Tuhan Yesus
yang kita sembah itu juga melayani kita. Bahkan Dia mencuci
kaki murid-muridNya. Artinya bahkan Yesus yang adalah
Tuhan itu menganggap bahwa murid-muridNya lebih tinggi
derajat dan statusnya dari pada Dia.
Mat 23:12 mengatakan, “Barangsiapa meninggikan
diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri,
ia akan ditinggikan.”
Jadi ibu-ibu, jika saat ini ada dalam hati kita keinginan
untuk menjadi yang terhebat, bertobatlah. Karena Allah mau
kita saling melayani. Dan jika dengan saling melayani kita
akan mendapat kedudukan dan popularitas, biarlah itu terjadi
karena kehendak Tuhan. Kalau Tuhan merencanakan tak
seorangpun dapat menggagalkannya. Tapi jika Tuhan
merendahkan kita, siapa yang sanggup menghalangi Dia?
Selamat hidup dalam kerendahan hati. Selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati. Amin
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita
Bahagia Dalam Masalah
Bahagia dalam Masalah
(Yak 1:2-4, 12)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
waktu mendengar tema ini, mungkin ibu-ibu berkata, apa
mungkin saat dalam masalah, tetap bisa bahagia? Apa
mungkin bisa berbahagia waktu kita dipukuli oleh suami? Apa
mungkin bisa bahagia waktu tidak bisa makan karena tidak
punya uang? Apa mungkin bisa bahagia kalau kita ditolak
oleh keluarga? Apa mungkin bisa bahagia kalau kita dihina,
dibohongi, dimusuhi orang? Apa mungkin bisa bahagia kalau
kita ditipu orang sehingga uang kita habis? Menurut
pembacaan kita, jawabannya bukan hanya MUNGKIN tapi
HARUS! Kenapa? Ada 3 alasan, kenapa kita HARUS tetap
berbahagia sekalipun dalam begitu banya masalah.
Alasan pertama, karena masalah-masalah itu akan
membuat kita tekun (ay. 3). Sewaktu Adam dan Hawa
belum jatuh ke dalam dosa, mereka hidup intim dengan Allah,
setiap hari mereka bahagia dan mengobrol dengan Allah. Tapi
waktu mereka jatuh dalam dosa, hubungan mereka dengan
Allah, rusak dan cara mereka melihat Allah juga rusak. Dan
bukan hanya mereka tapi juga semua orang di bumi ini yang
adalah keturunan mereka. Manusia tidak lagi melihat Allah
sebagai sahabat dan Tuhan, tapi manusia melihat Allah
sebagai satpam dan pembantu, yang tugasnya hanya untuk
melindungi dan membantu manusia keluar dari masalah.
Orang kusta, datang kepada Tuhan Yesus karena dia punya
masalah, yaitu kusta, dihindari orang, tidak bisa beribadah,
harus tinggal di luar pintu gerbang, disingkirkan. Orang buta
datang kepada Tuhan Yesus karena dia punya masalah dengan
penglihatannya, pengangguran, disingkirkan orang. Pelacur,
pemungut cukai, nelayan, orang kerasukan setan, semuanya
datang kepada Tuhan Yesus karena mereka punya masalah.
Kebiasaan manusia, orang Kristen khususnya, adalah waktu
senang lupa Tuhan. Waktu sengsara baru ingat Tuhan.
Sehingga Tuhan menggunakan berbagai masalah untuk
membuat manusia selalu dekat dengan Dia. Selalu tekun
mencari Dia.
Alasan kedua, masalah-masalah itu membuat kita
menjadi sempurna dan utuh (ay.4). Ayub adalah seorang
yang sempurna. Dia taat, ayah yang memperhatikan jasmani
dan rohani anak-anaknya, suami yang mengasihi istrinya,
teman yang memperhatikan kawan-kawannya, orang kaya
yang peduli terhadap sesama. Tapi dia belum sempurna dan
utuh. Kenapa? Karena dia hanya mendengar Allah dari kata
orang, belum mengalaminya sendiri. Baru setelah dia
mengalami begitu banyak masalah, dia mengalami dan
mengenal Allah secara pribadi (Ayb 42:5). Sewaktu kita
dalam masalah, kita akan tekun berdoa, dan dalam proses
penyelesaian masalah yang Tuhan berikan, kita akan
mengenal Allah secara pribadi. Bukan lagi berdasarkan kata
orang. Kita menjadi manusia yang utuh dan sempurna.
Bahkan bisa menjadi berkat buat orang lain lewat kesaksian
hidup kita.
Alasan ketiga, Allah menjanjikan sebuah mahkota
kehidupan kekal bagi seorang pemenang (ay. 12). Surat
Yakobus ini ditulis pada orang-orang Kristen yang pada saat
itu berada dalam ancaman kekaisaran Romawi. Orang Kristen
tidak boleh berdagang ataupun berbelanja. Orang Kristen
yang sakit tidak boleh mendapat pelayanan rumah sakit.
Orang Kristen tidak boleh bersekolah. Orang Kristen tidak
boleh bekerja di pemerintahan. Orang Kristen tidak boleh
beribadah. Orang Kristen dikejar-kejar untuk dibunuh dengan
berbagai macam cara. Tapi mereka dituntut untuk tetap
berbahagia dan menanggung segala macam cobaan itu dengan
setia. Dan untuk itu, Tuhan sudah menyediakan hidup kekal
untuk mereka nikmati. Mungkin mereka tidak dapat hidup di
dunia dengan nyaman, tapi mereka akan hidup bersama-sama
dengan Tuhan dengan aman selamanya. Saya percaya,
masalah-masalah kita sekarang tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan orang-orang Kristen pada masa Alkitab.
Tapi apabila kita menang menghadapi segala masalah itu,
seperti Ayub, seperti orang-orang Kristen zaman dulu, kita
juga akan menerima pemulihan dan kehidupan kekal.
Tapi ada satu syarat agar kita dapat berbahagia dalam
menghadapi masalah dan menjadi seorang pemenang. Syarat
itu adalah SETIA! Setia untuk taat kepada Firman Tuhan.
Setia mengatakan kebenaran. Setia bersaat teduh. Setia
mengampuni. Setia mengasihi. Setia dalam segala hal yang
menyenagkan hati Tuhan.
Jadi ibu-ibu, SETIALAH dalam kehidupan ibu-ibu
setiap hari agar ibu-ibu dapat berbahagia dalam berbagai
masalah. Karena masalah-masalah itu ada agar kita semakin
tekun, semakin sempurna dan utuh, dan berhak atas mahkota
kehidupan. Selamat berbahagia. Tuhan Yesus Memberkati.
Amin
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita

Sebuah Kehormatan
Sebuah Kehormatan
(Titus 2:3-8)
Sebuah kata bijak berkata, “100 tahun lagi, tidak akan ada
yang peduli apa mobil yang anda kendarai saat ini, seberapa
besar rumah yang anda tinggali saat ini, berapa banyak uang
yang ada di rekening anda, seberapa indah baju yang anda
pakai. Tapi 100 tahun lagi, dunia bisa jadi akan menjadi lebih
baik, karena anda telah membesarkan seorang anak dengan
luar biasa”.
Itulah luar biasanya mendapatkan anugerah menjadi seorang
ibu. Tuhan memang tidak pernah memerintahkan setiap
wanita harus menjadi seorang ibu. Namun, menjadi seorang
ibu adalah salah satu peran yang diberikan khusu pada para
wanita. Jika hari inikita mendapatkan kehoramatan dan
anugerah untuk menjadi seorang ibu, tentunya kita harus bisa
menghargai hal ini dengan sebaik-baiknya, termasuk dalam
membesarkan anak-anak kita. Baik peremapuan maupun laki-
laki.
Dalam budaya kita kadang menganggap anak perempuan
sebagai sesuatu yang kurang dibandaingkan anak laki-lakiaa,
tapi renungkan hal ini. Dari anak-anak perempuanlah akan
muncul suami-suami ataupun pria-pria yang hebat. Baik anak
perempuan maupun anak laki-laki harus dididik dengan sama
dan setara.
Itulah sebabnya firman Tuhan pun sangat memperhatikan
peran seorang ibu. Sebuah kehormatan itu tidak bisa disia-
siakan, melainkan harus dihargai dengan berlaku sebagaimana
rancangan Tuhan atas seorang ibu.
Tuhan mau seorang ibu menjaga kehormatan dengan hidup
sebagai orang-orang yang beribadah. Beribadah di sini bukan
hanya rajin ke gereja atau ke persekutuan. Dalam bahasa
aslinya, beribadah memiliki 3 arti.
Pertama, mengikatkan diri kepda Tuhan hidup dan mati.
Artinya, setiap ibu harus benar-benar bersandar pada Tuhan
dalam setiap segi hidupnya. Tidak boleh kuatir, tidak boleh
marah, harus benar-benar mempercayakan segala kesusahan
dan kegembiraannya pada Tuhan.
Kedua, beribadah berarti menaruh diri di bawah otoritas
Tuhan. artinya, seorang ibu harus taat kepada segala perintah
Tuhan. apapun kata orang lain dalam segala situasi.
Ketiga, beribadah berarti mengekspresikan keterikatan dan
ketundukkan itu dengan biasa melakukan ritual dan
memuliakan Tuhan melalui gaya hidup. Artinya, setiap ibu
harus rajin bersekutu dengan Tuhan baik secara pribadi
maupun komunal. Dan setiap perkataan maupun tindakannya
harus mencerminkan Tuhan Yesus.
Tujuannya bukan supaya dia dapat puji, tapi supaya anak-
anak mereka dapat meneladani mereka dan mengasihi
keluarga yang Tuhan karuniakan pada mereka pada waktuNya.
Supaya keluarganya dapat menjadi teladan bagi masyarakat di
mana ia berada, dan nama Tuhan dimuliakan.
Tugas para ibu adalah lebih dari sekedar untuk sesuatu yang
bernilai di hari ini saja, tapi tugas seorang ibu adalah untuk
menyiapkan sebuah generasi di masa depan. Karena itulah,
jangan pernah menganggap remeh hal ini. Di tangan andalah
akan muncul anak-anak yang membangun sebuah generasi,
yaitu para, istri, ibu, suami, ayah yang luar biasa.
Selamat menjadi ibu. Tuhan Yesus memberkati
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita, Titus 2

Mencari Tuhan
Dibawakan pada PD Oeltua 16 Januari 2013

Mencari Tuhan
(Yesaya 55:6-7)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, ada sebuah
kutipan yang berbunyi, “Tuhan menciptakan manusia dengan
satu lubang dalam hidupnya yang hanya dapat diisi oleh
Yesus.” Kutipan ini mengandung kebenaran yang sangat
dalam. Kita dapat melihat disekitar kita atau mungkin kita
sendiri, banyak orang yang terikat dengan minuman keras,
perjudian, perzinahan, kumpul kebo, kuasa gelap, dukun
hanya agar mendapat kebahagiaan. Ada juga orang yang
sangat aktif melayani, aktif ikut persekutuan-persekutuan doa,
aktif berdoa di sana-sini bermaksud agar dapat merasakan
kebahagiaan. Tapi kalau mereka mau jujur pada diri mereka
sendiri, mereka semua tetap merasa kosong, mereka semua
masih belum merasa bebas. Mereka semua masih tertekan.
Kehidupan mereka terasa tanpa arti. Mereka menjalani hari
demi hari hanya sebagai rutinitas dan kewajiban saja. Tidak
ada gairah. Tidak bersemangat. Kenapa? Karena kekosongan
dalam hidup mereka itu hanya dapat diisi oleh Tuhan Yesus.
Karena Allah sungguh sangat tahu akan hal itu, maka
perintahNya dalam pembacaan kita hari ini adalah untuk
MENCARI TUHAN SELAMA IA BERKENAN DITEMUI.
Artinya, ada suatu waktu dalam hidup kita di mana Allah
tidak lagi dapat ditemui sekalipun kita mencari dengan
segenap usaha kita. Di bagian lain Firman Tuhan, dikatakan
bahwa akan tiba waktunya orang akan mencari ke seluruh
penjuru bumi, tapi tidak dapat menemukan Firman Allah (Am
8: 12). Kapan hal itu terjadi? Ada dua kemungkinan besar.
Pertama, saat waktu kita di bumi ini selesai dan kita harus
menghadap Tuhan. Saat itu, segala pembelaan atau alasan kita
tidak berguna lagi. Kedua, saat masa aniaya di zaman akhir
sewaktu antikris berkuasa. Kita tidak tahu kapan persisnya,
tapi pasti terjadi. Di kedua saat itu, berdoa saja sudah tidak
dapat kita lakukan. Tapi Tuhan itu baik, sebelum kita
mengalami kedua waktu itu, Dia memperingatkan kita hari ini
untuk mencari Dia. Bagaimana caranya?
Pertama, dengan berseru (ay. 6b). Berseru di sini
bukan berarti hanya berdoa atau memuji Tuhan. Tapi
memanggil sampai Tuhan datang menghampiri. Tidak
berhenti selama belum Tuhan belum datang. Tuhan mau kita
terus bertekun dalam doa sampai tiba waktunya Tuhan datang.
Artinya, bukan hanya sekali atau dua kali berdoa atau sekali
dua kali baca Alkitab tapi tiap hari, tiap saat, sampai
waktunya kita bertemu dengan Tuhan.
Kedua, dengan meninggalkan jalan (ay. 7a).
Maksudnya, meninggalkan cara hidup kita yang
memperlakukan Tuhan hanya sebagai mesin ATM tempat kita
minta berkat atau budak untuk kita suruh-suruh.
Meninggalkan cara hidup yang fasik. Yaitu yang bertindak,
seakan-akan Tuhan tidak ada. Mungkin di pagi hari berdoa
dan baca Alkitab, tapi setelah itu bergosip lagi, memaki lagi,
mengutuk lagi, berbohong lagi, serakah lagi, iri hati lagi,
sombong lagi, dll. Artinya bagi dia, Tuhan hanya ada waktu
dia baca Alkitab dan berdoa, setelah itu Tuhan pergi. Dengan
bertindak seperti itu, dia sudah menghina Tuhan. dan cara
hidup seperti inilah yang Tuhan mau kita tinggalkan.
Ketiga, dengan meninggalkan rancangan (ay. 7b).
Artinya, mengubah cara pikir kita terhadap segala hal. Tidak
lagi ragu tapi yakin akan janji Tuhan. Tidak lagi berpikir
negatif terhadap orang lain. Tidak lagi berpikir instan (mau
sesuatu harus cepat dan gampang). Tapi berpikir sesuai
dengan Firman Tuhan, penuh dengan kepercayaan terhadap
Tuhan dan sesama, serta tekun dan giat dalam mengerjakan
pekerjaan yang Tuhan percayakan.
Ibu-ibu, kita sudah masuk dalam tahun 2013. Tahun
ini tidak akan lebih baik dari tahun lalu. Keadaan akan
semakin sulit. Karena Firman Tuhan sudah memperingatkan
bahwa akan ada deru perang, gempa bumi, dll tapi itu semua
baru permulaan. Karena itu, hari ini Tuhan mengingatkan kita
lagi untuk mencari Dia yaitu dengan berseru setiap hari
sampai Dia menjawab, dengan meninggalkan cara hidup kita
yang lama yang mengabaikan Tuhan, dan dengan
meninggalkan pikiran-pikiran kita yang tidak benar tentang
Tuhan dan sesama. Karena ingatlah akan ada suatu masa, di
mana Tuhan tidak lagi mau ditemui. Manfaatkanlah hari-hari
ini untuk semakin dekat dengan Tuhan dan menaati
perintahnya. Selamat mencari Tuhan. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
October 31, 2013 stevany tetelepta Leave a comment
Categories: Khotbah, Khotbah Kaum Ibu/Wanita, Yesaya 55

Anda mungkin juga menyukai