Anda di halaman 1dari 2

BAHAN RENUNGAN

Tema : Tidak Ada Yang Terlalu Mahal bagi Tuhan


Dasar ayat : Yohanes 12:1-8

Pendahuluan
Bapak-Ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Pernahkah kita bertanya dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini:
 “Seberapa besar kasih Allah bagi saya secara pribadi?”
 “Jika demikian besarnya kasih Allah kepada saya, apa yang dapat saya lakukan sebagai
ekspresi syukur pada Allah dan seberapa besar saya dapat mengekspresikannya?”
Bacaan hari ini menceritakan kepada kita mengenai salah satu ekspresi syukur seseorang yang
begitu unik dan istimewa, tetapi juga penuh makna. Mari kita kupas peristiwanya..

Perenungan
Perjamuan yang diadakan untuk Tuhan Yesus di Betania, tempat tinggal Lazarus yg
dibangkitkan dari antara orang mati, adalah dalam rangka ucapan syukur (bidston) mengingat
mujizat yang pernah terjadi atas Lazarus lewat diri Tuhan Yesus. Jika kita melihat Yohanes
pasal 11, kita akan menemukan peristiwa Yesus membangkitkan Lazarus yang tidak lain
adalah saudara Maria.
Dalam perjamuan itu, Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal
harganya lalu mengurapi Tuhan Yesus dari ujung kepala hingga kaki-Nya dan menyekanya
dengan rambutnya. Perlu kita ketahui, bahwa menurut tradisi Yahudi, wanita terhormat tidak
menampakkan rambutnya di depan publik. Hal ini menunjukkan pengagungan dan
penyembahan Maria yang begitu dalam terhadap Tuhan Yesus dgn mengambil posisi yang
sangat rendah, bahkan bisa dikatakan Maria menyerahkan harga dirinya sepenuhnya untuk
mengekspresikan kasih kepada Tuhan Yesus yang sudah menyatakan kasihNya pada Maria.
Namun Yudas dan murid-murid menilai bahwa tindakan Maria itu adalah suatu pemborosan
dan tindakan yang bodoh, ia menganggap lebih baik minyak itu dijual 300 dinar dan diberikan
pada orang miskin. Perlu kita ketahui, harga 1 dinar adalah upah harian pekerja pada jaman
itu. Jika upah harian pekerja pada jaman ini Rp 60.000,- maka harga minyak itu kurang lebih
Rp 18.000.000,-. Betapa besar pemberian Maria jika dinilai secara materi! Sekalipun maksud
Yudas nampak baik, tetapi ada motivasi tersembunyi di mana sebenarnya titik berat
penekanan anggapan Yudas bukan terletak pada maksud membantu orang miskin, melainkan
pada perasaan “eman-eman” terhadap betapa mahalnya harga minyak itu bila hanya
digunakan untuk mengurapi sekujur tubuh Yesus. Di sinilah letak perbedaan pandangan Yudas
dan Maria terhadap Yesus, Maria memandang Yesus sebagai Pribadi yang Teristimewa,
sementara Yudas tidak demikian.

Yesus langsung memotong kecaman Yudas pada Maria dengan menilai baik perbuatan Maria
ini untuk mengingat hari penguburan-Nya, di mana sebentar lagi (sekitar 6 hari lagi) Yesus
akan meninggalkan mereka, sementara orang-orang miskin masih tetap akan ada, sehingga
kesempatan untuk membantu orang miskin masih akan ada, sedangkan kesempatan untuk
mengagungkan Yesus sebelum kematianNya terbatas dan Maria telah menggunakan
kesempatan itu dengan tepat. Maria memprioritaskan Tuhan Yesus, sedangkan Yudas
berkedok memprioritaskan kepentingan sosial demi keserakahannya.

Aplikasi
Bapak-Ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Pelajaran apa saja yang bisa kita petik dari bacaan ini?
1. Kasih Allah yang sudah kita alami secara riil, adalah dasar utama bagi kita untuk
memberikan yang terbaik bagi Allah.
Sebenarnya, kita tidak mungkin dapat mengasihi Allah jika kita sendiri belum sungguh-
sungguh mengalami kasih-Nya. Kasih Allah yang terbesar kepada kita adalah
keselamatan yang Ia anugerahkan melalui karya Salib Tuhan Yesus. Keselamatan yang
sudah kita alami secara riil sewajarnya mendorong kita untuk terus menerus
menyatakan syukur berupa pengagungan pada Allah. Sehingga ketika kita
mengagungkan Dia lewat doa, membaca Alkitab, melayani, atau memberikan
persembahan, bukanlah sekadar karena tradisi yang sudah diajarkan orang tua kita
atau malah karena ikut-ikut yang lain atau karena dipaksa, melainkan sungguh-
sungguh muncul dari hati kita yang sudah dijamah kasih-Nya. Kapan kita dijamah
kasih-Nya? Ketika kita mengaku keberdosaan kita dan mengundang Tuhan Yesus
masuk ke dalam hati kita sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
2. Tidak ada kata mahal atau bodoh atau boros untuk pemberian yang terbaik bagi
Allah.
Luapan syukur atas kasih Allah terkadang mendorong kita untuk melakukan segala
sesuatu yang nampaknya “bodoh” di mata orang lain, demi menyenangkan hati Allah.
Namun, tentu tetap harus logis dan alkitabiah. Seorang miskin yang tua renta bisa
mempersembahkan separuh dari penghidupannya bagi pelayanan, karena dia tahu
tidak bisa melakukan banyak hal untuk pelayanan. Seorang pekerja yang sibuk bisa
mempersembahkan 1 jam waktunya setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan
melalui doa dan firman, lalu beberapa jam di akhir pekan untuk melayani. Seorang
anak bisa menyisihkan uang sakunya, rela tidak menjajakan mainan atau makanan
kesukaannya demi mengumpulkannya tiap minggu, dan memberikan kepada
temannya yang membutuhkan.
Apa yang bisa kita berikan kepada Allah sebagai pemberian terbaik? Secara praktis:

 Waktu – yang kita sediakan setiap hari untuk memuji, menyembah, dan bersekutu
dengan-Nya secara pribadi  Berdoa, mendengarkan firman/renungan
 Diri kita – untuk dipakai-Nya seturut rencana-Nya supaya makin banyak orang
mengenal dan mengalami kasih Allah  melayani
 Milik kita – untuk juga dipakai-Nya bagi perluasan kerajaan-Nya di bumi ini 
persembahan

Anda mungkin juga menyukai