Anda di halaman 1dari 11

Bahagia dalam Masalah

(Yak 1:2-4, 12)


            Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, waktu mendengar tema ini, mungkin ibu-ibu berkata, apa
mungkin saat dalam masalah, tetap bisa bahagia? Apa mungkin bisa berbahagia waktu kita dipukuli oleh suami?
Apa mungkin bisa bahagia waktu tidak bisa makan karena tidak punya uang? Apa mungkin bisa bahagia kalau kita
ditolak oleh keluarga? Apa mungkin bisa bahagia kalau kita dihina, dibohongi, dimusuhi orang? Apa mungkin bisa
bahagia kalau kita ditipu orang sehingga uang kita habis? Menurut pembacaan kita, jawabannya bukan hanya
MUNGKIN tapi HARUS! Kenapa? Ada 3 alasan, kenapa kita HARUS tetap berbahagia sekalipun dalam begitu banya
masalah.
            Alasan pertama, karena masalah-masalah itu akan membuat kita tekun (ay. 3). Sewaktu Adam dan Hawa
belum jatuh ke dalam dosa, mereka hidup intim dengan Allah, setiap hari mereka bahagia dan mengobrol dengan
Allah. Tapi waktu mereka jatuh dalam dosa, hubungan mereka dengan Allah, rusak dan cara mereka melihat Allah
juga rusak. Dan bukan hanya mereka tapi juga semua orang di bumi ini yang adalah keturunan mereka. Manusia
tidak lagi melihat Allah sebagai sahabat dan Tuhan, tapi manusia melihat Allah sebagai satpam dan pembantu, yang
tugasnya hanya untuk melindungi dan membantu manusia keluar dari masalah. Orang kusta, datang kepada Tuhan
Yesus karena dia punya masalah, yaitu kusta, dihindari orang, tidak bisa beribadah, harus tinggal di luar pintu
gerbang, disingkirkan. Orang buta datang kepada Tuhan Yesus karena dia punya masalah dengan penglihatannya,
pengangguran, disingkirkan orang. Pelacur, pemungut cukai, nelayan, orang kerasukan setan, semuanya datang
kepada Tuhan Yesus karena mereka punya masalah. Kebiasaan manusia, orang Kristen khususnya, adalah waktu
senang lupa Tuhan. Waktu sengsara baru ingat Tuhan. Sehingga Tuhan menggunakan berbagai masalah untuk
membuat manusia selalu dekat dengan Dia. Selalu tekun mencari Dia.
            Alasan kedua, masalah-masalah itu membuat kita menjadi sempurna dan utuh (ay.4). Ayub adalah seorang
yang sempurna. Dia taat, ayah yang memperhatikan jasmani dan rohani anak-anaknya, suami yang mengasihi
istrinya, teman yang memperhatikan kawan-kawannya, orang kaya yang peduli terhadap sesama. Tapi dia belum
sempurna dan utuh. Kenapa? Karena dia hanya mendengar Allah dari kata orang, belum mengalaminya sendiri.
Baru setelah dia mengalami begitu banyak masalah, dia mengalami dan mengenal Allah secara pribadi (Ayb 42:5).
Sewaktu kita dalam masalah, kita akan tekun berdoa, dan dalam proses penyelesaian masalah yang Tuhan berikan,
kita akan mengenal Allah secara pribadi. Bukan lagi berdasarkan kata orang. Kita menjadi manusia yang utuh dan
sempurna. Bahkan bisa menjadi berkat buat orang lain lewat kesaksian hidup kita.
            Alasan ketiga, Allah menjanjikan sebuah mahkota kehidupan kekal bagi seorang pemenang (ay. 12). Surat
Yakobus ini ditulis pada orang-orang Kristen yang pada saat itu berada dalam ancaman kekaisaran Romawi. Orang
Kristen tidak boleh berdagang ataupun berbelanja. Orang Kristen yang sakit tidak boleh mendapat pelayanan rumah
sakit. Orang Kristen tidak boleh bersekolah. Orang Kristen tidak boleh bekerja di pemerintahan. Orang Kristen tidak
boleh beribadah. Orang Kristen dikejar-kejar untuk dibunuh dengan berbagai macam cara. Tapi mereka dituntut
untuk tetap berbahagia dan menanggung segala macam cobaan itu dengan setia. Dan untuk itu, Tuhan sudah
menyediakan hidup kekal untuk mereka nikmati. Mungkin mereka tidak dapat hidup di dunia dengan nyaman, tapi
mereka akan hidup bersama-sama dengan Tuhan dengan aman selamanya. Saya percaya, masalah-masalah kita
sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang-orang Kristen pada masa Alkitab. Tapi apabila kita
menang menghadapi segala masalah itu, seperti Ayub, seperti orang-orang Kristen zaman dulu, kita juga akan
menerima pemulihan dan kehidupan kekal.
            Tapi ada satu syarat agar kita dapat berbahagia dalam menghadapi masalah dan menjadi seorang
pemenang. Syarat itu adalah SETIA! Setia untuk taat kepada Firman Tuhan. Setia mengatakan kebenaran. Setia
bersaat teduh. Setia mengampuni. Setia mengasihi. Setia dalam segala hal yang menyenagkan hati Tuhan.
            Jadi ibu-ibu, SETIALAH dalam kehidupan ibu-ibu setiap hari agar ibu-ibu dapat berbahagia dalam berbagai
masalah. Karena masalah-masalah itu ada agar kita semakin tekun, semakin sempurna dan utuh, dan berhak atas
mahkota kehidupan. Selamat berbahagia. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
ANAK-ANAK ADALAH MILIK PUSAKA ALLAH
Mazmur 127:3-5

Bapak/ Ibu yang kekasih dalam Tuhan, Kehadiran seorang anak dalam rumah tangga merupakan
anugerah Tuhan yang ditambahkan dalam setiap keluarga. Saat sebuah keluarga menerima berkat Tuhan
melalui kehadiran seorang anak dalam keluarga mereka, itu berarti ada tanggung jawab baru yang
diberikan Allah kepada kedua orang tuanya. Tanggung jawab itu tidak lain adalah membawa anak untuk
mengerti rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Raja Salomo menuliskan kitab Mazmur 127:3-5 ini berdasarkan hikmat Tuhan. Hingga dikatakan:
“anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti
anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda .” Saudara-saudara yang
terkasih, Dikatakan: “Anak-anak adalah milik pusaka dari pada TUHAN, ” itu sama artinya anak-anak
adalah harta kesayangan milik Tuhan.
Sebagai orang tua, kita perlu mengetahui lebih mendalam, untuk apa Tuhan mengijinkan anak-
anak hadir dalam keluarga kita. Kelahiran seorang anak bukanlah suatu kebetulan atau sesuatu yang tidak
direncanakan sebelumnya. Tetapi melalui hikmat yang ditaruh Allah dalam benak orangtua, Allah
menentukan, dimana ia akan dilahirkan, akan diberi nama apa kelak anak mereka, dan yang paling
mengagumkan adalah Allah menentukan bagaimana proses kelahirannya akan berlangsung.
Dalam hal ini saudara, tidak ada yang namanya kebetulan bagi kelahiran seorang anak.
Semuanya diatur secara seksama oleh Allah mulai dari dalam kandungan ibunya. Karenanya Allah
memiliki rencana yang besar untuk apa seorang anak dilahirkan dalam sebuah keluarga, yaitu tidak lain
adalah untuk mereka dapat dilatih menjadi orang-orang yang dewasa dan matang, yang kelak akan
mengarahkan hati dan hidupnya untuk hormat dam kemuliaan nama Tuhan.
Dalam hal ini, bapak/ ibu yang kekasih, Bagaimana seorang anak menuju masa depannya yang
sesuai harapan Tuhan, sebenarnya tergantung daripada orangtuanya. Allah mengibaratkan anak-anak
seperti sebuah anak panah yang berada di tangan Pahlawan. Saudara, pastinya kita tahu, bagaimana
pahlawan menembakkan anak panahnya tepat menuju sasaran yang dikehendaki. Ia tidak pernah
membiarkan sebuah anak panah melesat dengan sia-sia. Tetapi ia akan membidik baik-baik dengan
perhitungannya yang matang, agar anak panahnya dapat tepat mengenai sasaran. Saudara, seperti itulah
pentingnya mengarahkan anak-anak sejak masa kecil mereka agar mereka tampil menjadi orang-orang
yang baik dan benar ketika mereka dewasa kelak. Orangtua adalah pahlawan kepercayaan Tuhan, melalui
orangtualah Allah menitipkan peran tanggung jawab itu untuk pertama kalinya bagi anak-anak untuk
menjalani proses pembentukan ilahi di dalam kehidupan ini.
Begitu pentingnya peran orangtua hingga Allah mensejajarkan peran orangtua seperti seorang
pahlawan bagi anak-anaknya. Artinya, jika orang tua malas mengurus anak, tidak memperhatikan atau
mempedulikan mereka dan lebih suka memberikan anak-anaknya ke tangan orang lain untuk mengurus,
itu berarti mereka tidak bertindak sebagai pahlawan di mata Tuhan. Dengan kata lain, saudara, sebagai
orang tua, kita adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menjadi guru dan teladan yang pertama dan
terutama, di samping berbagai pihak lainnya (termasuk sekolah dan gereja).
Setiap orangtua bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan untuk mendidik anak-anak dengan
kasih yang murni dan tegas. Terlebih dari semuanya itu, anak-anak perlu dibimbing untuk mengenal Tuhan
dan belajar takut Tuhan. Jadi saudara, anak-anak perlu ditegur dan dinasihati bilamana mereka bersalah,
tetapi perlu dipuji dan diperkuat perilakunya jika mereka melakukan tindakan yang benar. Jangan segan-
segan menyatakan hal-hal baik yang sudah dilakukan anak-anak, tetapi juga mampu menunjukkan hal-hal
keliru yang harus diperbaikinya.
Hari ini, bapak/ ibu yang kekasih, anak kekasih kita memasuki usia 40 hari kelahirannya. Kita
berdoa, kiranya kedua orangtua dapat menjadi seorang pahlawan yang perkasa yang mampu membawa
adik kita mencapai pertumbuhan yang dikehendaki oleh Tuhan. Sehingga anak kekasih kita kelak bukan
saja dapat bertumbuh dengan baik secara jasmani, tetapi ia juga memiliki pertumbuhan rohani yang baik. 
Seperti Samuel yang dikenal “semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan
maupun di hadapan manusia,” (1 Samuel 2:26). Demikianlah kita juga berharap anak kekasih kita menjadi
anak yang semakin besar dan disukai oleh Tuhan dan manusia. Kiranya Tuhan memberkati. Amin.

KELUARGA YANG DIBERKATI DAN MENJADI BERKAT

Ayat Pokok:
 “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah     kulihat orang benar ditinggalkan,
atau anak cucunya meminta-minta roti;   tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan
anak     cucunya menjadi berkat .” 
(Mazmur 37:25-35) 
 
PENDAHULUAN 
Daud penulis Mazmur 37 membandingkan keberhasilan orang fasik dengan orang benar yang takut akan
Tuhan. Tanpa mengandalkan Tuhan,bisa saja orang fasikmengumpulka kekayaan dengan ketekunan dan
kerajinan atau dengan kelicikan dan kejahatannya. “ Orang-orang fasik menghunus pedang dan melentur
busur mereka untuk merobohkan orang-orang sengsara dan orang-orang miskin, untuk membunuh orang-
orang yang hidup jujur; ( Mazmur 37:14 ) Hidup orang fasik bisa saja sepertinya secara materi
diberkati,namun tidak mungkin menjadi berkat secara rohani.Bahkan diri orang fasik sendiripun akan
berkahir dalam kebinasaan “….Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik;… ” ( Mazmur 37:10 )
“..Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa;..” ( Mazmur 37:20 ) Tentunya kita ingin memiliki
kehidupan rumah tangga atau keluarga yang diberkati dan pada gilirannya menjadi berkat.

AGAR KELUARGA DIBERKATI DAN MENJADI BERKAT 


Bagaimanana agar keluarga kita dapat menjadi keluarga yang diberkati dan menjadi berkat? Mari kita
memperhatikan tuntunan firman Tuhan yang terdapat dalam Mazmur 37:35-36

Pertama: Milikilah kehidupan yang benar “….tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan,..”
( Mazmur 37:20 ) Orang benar tidak didefinisikan sebagai orang yang tidak pernah berbuat dosa atau
kesalahan.Orang benar adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan dibenarkan oleh
kuasa darah-Nya “ Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang
kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau
emas,melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang
tak bernoda dan tak bercacat.”  ( 1 Petrus 18:19 ) Dalam menjalankan kehidupannya “ orang benar ” takut
akan Tuhan “ Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala
perintah-Nya.” ( Mazmur 112:1 ) Keluarga yang menjalankan roda kehidupannya dengan benar,pasti akan
harmonis,diberkati dan menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya. Masing-masing anggota
keluarga,baik suami-istri, dan anak-anak bertanggung jawab menjalankan peranannya. Bukan karena takut
kepada manusia tetapi “ takut kepada Tuhan”. Takut akan Tuhan mencakup : - Kehidupan yang senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan - Menjauhkan diri dan membenci dosa - Melakukan kebenaran firman
Tuhan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Mari kita doakan suami kita,Istri kita atau anak-anak kita
supaya senantiasa hidup takut akan Tuhan. Demikian juga mari kita mulai dari diri kita pribadi lepas pribadi
senantias berusaha menjadi orang yang takut akan Tuhan dan rendah hati. “ Ganjaran kerendahan hati
dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.” ( Amsal 22:4 ) Takut akan TUHAN
adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.” ( Amsal 14:27 ) Orang benar
dijanjikan tidak akan ditinggalkan sampai anak-cucunya meminta-minta,tetapi sebaliknya dijanjikan berkat
ada diatas kepala orang benar “ Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik
menyembunyikan kelaliman.” ( Amsal 10:6 )

Kedua, agar keluarga kita diberkati dan menjadi berkat: Praktekkanlah kehidupan yang penuh dengan
kemurahan dan belas kasihan. “tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak
cucunya menjadi berkat .” ( Mazmur 37:26 ) Jika keluarga kita tidak mempraktekkan kehidupan yang
murah hati dan penuh dengan belas kasihan,jangan harap kita akan diberi kemurahan. “ Jangan sesat!
Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituainya.” ( Galatia 6:7 ) “ Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya,
kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” ( Galatia 6:10 ) Orang yang kaya secara materi,belum
tentu otomatis kaya dalam kemurahan. Tidak jarang kita melihat orang yang semakin kaya,semakin kikir
dan tidak mau peduli dengan orang lain Kemurahan hati adalah buah Roh Kudus  “ Tetapi buah Roh ialah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,..” ( Galatia 5:22 ) Jemaat
Makedonia adalah teladan dalam kemurahan hati “ Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai
penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam
kemurahan.” ( 2 Korintus 8:2 ) Kasih adalah dasar hubungan antara suami-istri “ Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya ” ( Efesus
5:25 )

PENUTUP 
Kekayaan dan kehormatan bukanlah segala-galanya. Kejarlah yang utama yaitu hidup takut akan Tuhan
dan dalam kemurahan hati,maka kekayaan dan kehormtan akan menjadi bonus dalam kelauarga atau
rumah tangga kita. Dengan demikian keluarga yang diberkati dan menjadi bekat bukan sekedar impian
tetapi akan menjadi kenyataan.Bersama Tuhan kita mampu mewujudkannya. Amin Tuhan Yesus
memberkati.
Minggu Advent 1 yang Hikmat

1 Desember 2013   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:27 1 29 22

13858924902136590655
Minggu yang sarat dengan penantian dan harapan, demikian umat Kristiani menghikmatinya hari ini
tanggal 01 Desember 2013 sebagai minggu Advent 1. Secara kebetulan minggu Advent 1 tahun ini jatuh
pada tanggal satu Desember. Baik umat Kristen Protestan dan Katholik , keduanya menghayati minggu
Advent sebagai waktu penantian dan harapan. Bulan Desember sebagai bulan penutup tahun 2013 terbagi
dalam empat (4) minggu Advent, dan setiap minggu pertambahan minggu Advent ke Advent berikutnya
ditandai dengan dibakarnya / dinyalakannya sebuah lilin. Advent pertama akan ditandai dengan satu lilin
yang menyala, Advent kedua dengan dua lilin yang menyala. Demikian seterusnya sampai masuk minggu
Advent yang ke empat (4) maka lilin yang akan menyala sebanyak empat (4) buah. Nah, hari ini dengan
tema penantian dan harapan. Tema yang menurut saya menitipkan pesan sangat banyak dan positive bagi
umat dan saya sebagai manusia - mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Apa yang saya nantikan dalam
langkah kehidupan saya selanjutnya? >  Perdamaian di dunia ini akan tercapai, meskipun untuk hal ini kita
sebagai penghuni bumi ini harus bekerja dan berusaha lebih keras lagi. Agar antar manusia dapat
mengecap apa itu perdamaian, hidup rukun dan berbuat sesuatu yang bermanfaat antar sesamanya, untuk
negaranya, bagi bangsanya. Dan lingkungan yang kecil adalah untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Sulitkah untuk mendapatkan hasilnya? Tentu, karena dalam penantian ini kita akan menghadapi
pergolakan. Entah itu dari diri pribadi atau dari lingkungan kita sendiri, juga dari hubungan sosial antara
masyarakat dan bangsa. Seperti peperangan Timur Tengah yang sampai kini belum juga kita dapatkan
jalan keluar yang bisa menjamin bahwa di bumi ini masih akan tercipta perdamaian. Mengapa antar
kepercayaan saling menindas? mengapa satu kepercayaan berperang tentang siapa yang paling benar?
Mahalkah perdamaian itu? hingga kita harus membayarnya dengan kesombongan kita bahwa kitalah yang
berhak sebagai penghuni bumi ini, bahwa kepercayaan kita adalah yang paling benar di bumi ini, bahwa
Nabi kita adalah yang paling jempolan dari Nabi-nabi yang lain. Mengapa kita berusaha menjadi tuhan
untuk diri sendiri dan menghakimi umat lain. Jelas kita telah menantang kekuasaan Tuhan, karena kita
mengganggap diri sendiri sebagai yang benar. Itulah penantian saya akan kelangsungan kehidupan antar
manusia dengan kepercayaannya masing-masing sekarang dan masa yang akan datang. Keharmonisan
antar manusia. Tak jadi masalah apa Agamamu, karena aspek yang paling esensial adalah hatimu dan
kebaikan dari dirimu yang mewakili pada perbuatanmu. > Harapan. Tiada yang mustahil untuk
menempatkan harapan dalam langkah-langkah rencana dalam kehidupan saya. Dari yang bentuknya
sederhana, seperti moga-moga Kompasiana ini tidak terlalu bawel (red; selalu error) kalau mau posting
artikel atau upload foto. Atau yang rumit dan mustahil seperti moga saya bisa memimpin sebuah organisasi
kemanusiaan untuk kepentingan manusia. Tapi saya tak mau menyerah, siapapun berhak akan harapan ini
termasuk tunawisma, tunakarya dan mereka yang piatupun berhak menyebut hal ini dalam hatinya atau
ada dalam pikirannya. Harapan menurut saya memberi kita membantu membentuk pola yang jelas dari
suatu rencana. Ya kalau harapan negative seperti ' gimana ya bisa rampok Bank '  itu sih sama saja
harapan konyol cari pekara masuk bui. Bagi saya, harapan sederhana saya adalah semoga saya akan
lebih baik dari yang sekarang untuk waktu selanjutnya. Alangkah berbahagianya kalau hal ini tercapai.
Oleh karena hidup itu sangat pendek, demikian pendeknya sementara Tuhan menyediakan waktu yang
sangat rahasia untuk hidup kita maka tak ada salahnya kita memiliki harapan yang baik. Sebuah
pertanggungan jawab secara spirituil memang merupakan teka-teka / misteri yang besar, manakala jiwa
kita ini meninggalkan jasadnya dan memenuhi panggilan Ilahi yang Maha Kuasa. Nah, apakah jawab saya
ketika DIA bertanya?  Tak ada lagi waktu untuk menyembunyikan diri, tak ada lagi waktu untuk menyusun
kata-kata baru. Semuanya terjadi begitu saja, ketika waktu itu tiba.

Tiada waktu, sedetikpun tak ada

Tiada sempat berganti baju, sedetikpun tak ada


Tiada ruang yang aman menyembunyikan wajah, sedetikpun tak ada

Tiada kata-kata sempurna, sedetikpun tak ada

Ketika KAU datang bertandang, detikpun berubah menjadi misteri

Apa yang kau perbuat AnakKU!

Gigiku kaku, sukmakupun haru

KAU baca sukmaku, penantian dan harapan !

Secepat kilat utara dan selatan

KAU hapus lara ganti bahagia

--

Sebuah renungan yang positive untuk kita semua, tak jadi soal apa Agamamu. Kepercayaan kita adalah
urusan kita dengan DIA. Kebaikan, kebahagiaan dan perdamaian adalah misi kita. Minggu Advent 1 -
penantian dan harapan kiranya menuntun kehidupan kita, bukan hanya karena minggu Advent saja di
bulan Desember. Tetapi juga dalam kehidupan kita setiap saat. (da01122013.nl)

Selamat memasuki minggu Advent 1

--©DellaAnna2013--
Persiapkan hati menjelang datangnya
Tuhan!
Belum lama ini di TV sering diberitakan tentang adanya ‘kunjungan mendadak’ yang dilakukan
oleh bapak gubernur DKI Jakarta, Bp. Jokowi, ke tempat-tempat tertentu di ibukota. Umumnya
kunjungan dimaksudkan agar bapak gubernur mengetahui keadaan yang riil di lapangan, dan
keadaan ini kemudian dievaluasi untuk dapat diperbaiki ataupun ditingkatkan, jika itu berkaitan
dengan pelayanan kepada masyarakat. Menarik untuk disimak bahwa dalam kunjungan yang
mendadak itu, adakalanya terlihat bahwa yang dikunjungi tidak siap, atau bahkan tidak ada di
tempat.

Sesungguhnya, dari liputan sederhana ini kita dapat menarik suatu pelajaran tertentu. Sebab hal
‘kedatangan mendadak’ tersebut dapat terjadi dalam kehidupan rohani kita. Ya, Tuhan Yesus
dapat datang kembali di saat yang tidak kita duga. Sudahkah kita siap menyambut kedatangan-
Nya? Di akhir tahun liturgi, Gereja Katolik merenungkan tentang kematian dan akhir zaman
yang mengarahkan pandangan kita akan kedatangan Kristus yang kedua kalinya bagi kita, sambil
mempersiapkan hati untuk menyambut perayaan kedatangan Kristus yang diperingati setiap hari
Natal.

Pengertian Adven

Kata “Adven” berasal dari kata Latin ‘adventus, advenio‘ (bahasa Yunani-nya parousia), artinya
‘kedatangan’. Maka fokus masa Adven adalah kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus. Maka
doa- doa penyembahan dan bacaan Kitab Suci tidak saja mempersiapkan kita secara rohani akan
kedatangan-Nya (untuk memperingati kedatangan-Nya yang pertama) tetapi juga
mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua. Itulah sebabnya bacaan Kitab Suci pada masa
Adven diambil dari Perjanjian Lama yang mengharapkan kedatangan Mesias dan Perjanjian
Baru yang mengisahkan kedatangan Kristus untuk menghakimi semua bangsa. Demikian juga,
tentang Yohanes Pembaptis, sang perintis yang membuka jalan bagi kedatangan Kristus Sang
Mesias.
Masa Adven adalah masa empat minggu sebelum hari Natal, ketika Gereja merayakan
kedatangan Kristus yang pertama dan mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Hari pertama
Adven dapat jatuh antara tanggal 27 November sampai 3 Desember.

Makna masa Adven

Katekismus Gereja Katolik menjelaskan tentang makna masa Adven sebagai berikut:

KGK 524 Ketika Gereja merayakan liturgi Adven setiap tahunnya, ia menghadirkan kembali
pengharapan di jaman dahulu akan kedatangan Mesias, sebab dengan mengambil bagian di
dalam masa penantian yang panjang terhadap kedatangan pertama Sang Penyelamat, umat
beriman memperbaharui kerinduan yang sungguh akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan
merayakan kelahiran sang perintis [Yohanes Pembaptis] dan kematiannya, Gereja
mempersatukan kehendaknya: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”(Yoh 3:30)

Dengan demikian masa Adven merupakan masa menantikan kelahiran Kristus/ penjelmaan-Nya
menjadi manusia. Masa Adven ini bukan bagian dari masa Natal, tetapi merupakan
persiapannya. Oleh karena itu, masa Adven merupakan masa pertobatan (menyerupai masa
Prapaska), sebab memang pertobatan-lah yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis agar kita
dapat menyambut Kristus Sang Penyelamat. Ciri- ciri perayaan masa Adven adalah tenang dan
sederhana, tidak semeriah masa biasa, sebab penekanannya adalah pertobatan yang diwarnai oleh
pengharapan akan kedatangan Tuhan.

Budaya sekular di sekitar kita dan juga banyak gereja- gereja non- Katolik merayakan hari Natal
yang berdiri sendiri, terlepas dari masa Adven dan masa oktaf Natal sampai Epifani. Namun
sesungguhnya hari Natal tidak dimaksudkan sebagai hari yang berdiri sendiri, tetapi sebagai
perayaan yang tidak terlepas dari penanggalan tahunan liturgis. Natal sebagai perayaan Inkarnasi
Tuhan Yesus perlu dipersiapkan terlebih dahulu pada masa Adven. Sebab masa Adven
merupakan masa peringatan akan penghiburan yang diberikan Tuhan dan kesempatan di mana
kita menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan, seperti halnya ketika para patriarkh, para nabi
dan raja menanti dengan penuh pengharapan akan janji Allah yang akan mengutus Putera-Nya
menjadi manusia.

Latar belakang Kitab Suci

Perjanjian Baru menyatakan Yesus sebagai Mesias bangsa Yahudi, meskipun Yesus bukanlah
Mesias yang diharapkan oleh kebanyakan orang Yahudi pada saat itu. Sebab bangsa Yahudi saat
itu menantikan Mesias yang dapat mengusir bangsa Romawi yang menjajah mereka. Injil dengan
jelas menyatakan bahwa Kristus tidak datang untuk mendirikan Kerajaan di dunia atau untuk
membebaskan orang- orang Yahudi dari penjajahan Romawi; tetapi Ia mewartakan Kerajaan
Surga bagi bangsa Yahudi dan bangsa non- Yahudi. Meskipun jemaat perdana mengakui bahwa
Yesus telah berjaya di dalam Gereja-Nya namun mereka mengakui bahwa segala hal belum
sepenuhnya takluk kepada-Nya, sehingga masih ada penggenapan Kerajaan-Nya di masa
mendatang (lih. KGK 680). Oleh karena itu, para jemaat perdana menantikan dengan rindu
kedatangan Kristus yang kedua dalam kemuliaan-Nya, untuk mencapai kemenangan sempurna
kebaikan atas kejahatan, ketika Kristus akan mengadili semua orang, baik yang hidup dan yang
mati (lih. KGK 681, 682) dengan keadilan dan kasih yang sempurna. Maka bacaan Kitab Suci
inilah yang mendasari masa Adven.

Kitab Suci mengajarkan agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan
diri yang dimaksud adalah ‘berjaga-jaga’, karena memang inilah yang diperintahkan oleh Kristus
untuk menyambut kedatangan-Nya (lih. Mat 24:42. Mat 25:13; Mrk 13:33). ‘Berjaga- jaga’ di
sini maksudnya adalah untuk mengarahkan pandangan kita kepada hal- hal surgawi, dan bukan
kepada hal- hal duniawi, pesta pora, dan dosa, seperti yang dilakukan orang banyak pada jaman
nabi Nuh (lih. Mat 24:37-39, Kej 6:5-13). Dengan demikian masa Adven merupakan masa
pertobatan, di mana kita dipanggil Allah untuk kembali ke jalan Tuhan. Adven adalah
kesempatan untuk menumpas gunung dan bukit kesombongan hati kita, maupun menimbun
lembah kekecewaan dan luka-luka batin kita, agar semua yang berliku diluruskan dan yang
berlekuk diratakan (lih. Luk 3:5-6) agar kita siap menyambut Kristus. Dengan demikian kita
akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.

Latar Belakang Sejarah

Referensi pertama tentang perayaan Adven terjadi pada abad ke-6. Sebelumnya, terdapat
perayaan- perayaan dan puasa yang menyerupai masa Adven kita saat ini. St. Hilarius dari
Poitiers (367) dan Konsili Saragossa di Spanyol (380) menjabarkan tentang tiga minggu masa
puasa sebelum Epifani. Paus St. Leo Agung banyak berkhotbah tentang ‘masa puasa pada bulan
kesepuluh (yaitu bulan Desember)’ sebelum hari Natal. Gelasian Sacramentary (750)
memberikan bacaan liturgi bagi lima Minggu sebelum hari Natal, juga Rabu dan Jumat.
Akhirnya Gereja Barat memutuskan untuk menentukan 4 Minggu pada masa Adven, yang
dimulai dari akhir November atau awal Desember sampai hari Natal.

Gereja- gereja Timur juga melakukan puasa untuk menyambut Natal. Masa puasa ini lebih
panjang dari masa Adven yang dirayakan oleh Gereja Barat, yaitu dimulai pada pertengahan
bulan November. Maka Adven, atau masa puasa pada Gereja- gereja Timur ini dirayakan baik
oleh Gereja Katolik, maupun gereja- gereja Orthodox.

Pada masa Reformasi, beberapa tokoh Protestan menolak masa peringatan/banyak hari perayaan
dalam kalender liturgi Gereja, dan dengan ini memisahkan gereja mereka dari ritme perayaan
liturgis yang dirayakan Gereja Katolik setiap tahunnya (kecuali gereja Lutheran yang kini
mempunyai kalender liturgi yang kurang lebih sama dengan kalender liturgi Gereja Katolik).
Namun demikian beberapa gereja Protestan mempertahankan masa Adven, seperti gereja
Anglikan. Kemungkinan karena gerakan liturgis, ataupun sebagai reaksi akan perayaan Natal
yang cenderung semakin dikomersialkan di kalangan dunia sekular, maka perayaan Adven
sekarang ini menjadi semakin populer di kalangan gereja- gereja non- Katolik dan non-
Orthodox. Gereja- gereja Lutheran, Anglikan, Methodis dan Presbytarians dan kelompok-
kelompok evangelis telah memasukkan juga tema Adven ke dalam ibadah penyembahan mereka,
walau dengan derajat yang berbeda- beda.

Mari menyiapkan hati


Maka, walaupun masa Adven tidak secara eksplisit tertulis dalam Kitab Suci, namun bukan
berarti masa Adven ini tidak ada dasar Alkitabnya. Bahwa Allah selalu menginginkan umat-Nya
untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya, itu bukan merupakan ‘ide baru’; tetapi
memang sudah diajarkan dalam Kitab Suci. Perayaan Adven itu merupakan peringatan akan
masa persiapan menyambut kelahiran Kristus dalam kedatangan-Nya yang pertama, dan
penegasan masa penantian akan kedatangan Kristus yang kedua. Tidak ada yang salah jika kita
mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus, malah itu adalah keharusan, seperti
diserukan oleh Yohanes Pembaptis, ataupun oleh Yesus sendiri, seperti telah dijabarkan di atas.

Kembali ke kisah kunjungan Bapak gubernur kepada pihak yang tidak siap dan tidak hadir pada
saat dikunjungi. Walau liputan tidak melaporkan kejadian seluruhnya, namun dapat dimengerti
jika pihak yang dikunjungi tersebut, jika diberi kesempatan kedua, tentu tidak akan mengulangi
kesalahan ini. Mengapa? Karena memang selayaknya ia tidak bersikap demikian. Jika untuk
kedatangan bapak gubernur saja, orang- orang layak mempersiapkan diri dengan sungguh-
sungguh dalam banyak hal, apalagi kita dalam menyambut Kristus, Sang Raja di atas segala raja
di bumi. Sudah sepantasnya kita sebagai umat Kristiani  tidak memandang hari raya Natal
sebagai hari yang berdiri sendiri, yang dapat dirayakan tanpa persiapan hati yang cukup
sebelumnya. Jika kita mengamini Kristus sebagai Raja Semesta alam yang mengatasi semua
pemimpin negara di dunia, tentulah Ia layak menerima penghormatan melebihi para pemimpin di
dunia. Mari kita lakukan hal yang sama, mempersiapkan rumah hati kita sebaik mungkin untuk
menyambut kedatangan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kita!

Anda mungkin juga menyukai