Beranda ▼
Mungkin banyak orang merasa ketika ada orang yang sangat kita kasihi, seperti
orangtua atau anak, meninggalkan kita melalui kematian, pasti akan merasa sangat sedih.
Apakah karena kematian orang yang kita kasihi sehingga kita merasa sedih yang sangat
mendalam?. Sebenarnya banyak orang merasa sedih bukan karena kematian tersebut,
melainkan perpisahan dimana kita tidak akan bisa berjumpa dengan orang yang kita kasihi
tersebut. Contoh: seorang anak dimana mulai lahir sampai berkeluarga, selalu bisa berjumpa
dengan orangtua yang dikasihi. Oleh karena kematian orangtua akhirnya tidak bisa berjumpa
lagi. Sesungguhnya hal ini sangat manusiawi. Namun apakah kita hanya larut dalam
kesedihan tersebut, dan hanya melihat kematian orang terkasih hanya sebuah kerugian bagi
kita? Sebenarnya tidak, dukacita yang kita alami bisa menjadi sukacita bagi kita semua,
menurut Firman Tuhan. Wah, bagaimana mungkin dukacita menjadi sukacita?. Pasti kita
akan disalahkan bila kematian orang yang kita kasihi merupakan sukacita bagi kita yang
ditinggalkannya.
Firman Tuhan dalam Filipi 1:21 “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan”. Mati adalah keuntungan? Tidak mungkin. Semua orang pasti takut mati,
itu kerugian bagi kita yang hidup. Walaupun kita tahu bahwa semua orang yang hidup suatu
saat nanti akan mati, tetap saja kematian itu adalah kerugian. Kematian pasti akan membawa
dukacita yang sangat mendalam. Sehingga tidak pernah ada orang membuat papan bunga
dengan isi: “Turut bersukacita atas meninggalnya…”. Tapi bagi kita orang yang beriman sangat
mungkin dukacita menjadi sukacita, atau bahasa lebih baiknya: “dukacita yang sementara
menjadi sukacita yang abadi”. Bagi kita orang percaya, kita sadari bahwa “upah dosa ada
maut” tapi kita juga jangan lupa, ada kalimat lanjutan dari ayat diatas yaitu “tetapi karunia
Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Yang dahulu kita
adalah hamba dosa (Rm. 6:20) tapi sekarang melalui kematian Tuhan Yesus dan
kebangkitanNya kita sekarang sudah dilepaskan dari dosa dan maut telah ditaklukkanNya.
Oleh karena itu kita percaya bahwa “Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu
kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah
hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi
Allah dalam Kristus Yesus” (Rm. 6:10-11). Inilah keuntungan kita sekarang. Kematiaan adalah
proses menuju kehidupan yang baru dan “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang
yang dikasihi-Nya” (Msm. 116:15).
Sehingga dengan ini, untuk keluarga yang ditinggalkan oleh orang terkasih, ada
kabar sukacita juga dibalik kematian, bahwa ada kepastian untuk kita akan kehidupan yang
baru, dimana kita akan hidup bersama dengan Tuhan Yesus Kristus. Tugas kita saat ini adalah
merelakan dan terus bertekun di dalam doa (Rm. 12:12) dan tetap menjalani kehidupan
dengan teguh dan penuh pengharapan dalam pekerjaan dan perkataan yang baik (2 Tes.
2:15-17).
Wahyu 14:13 Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-
orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka
boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."
Berbagi
19 komentar:
💝
Bu, kuatkan dan teguhkanlah hati ibu di dalam Tuhan. Kiranya Yesus selalu memberi kekuatan
serta penghiburan
Balas
Sangat memberkati dan bisa jd bahan pelengkap dalam menyampaikan renungan di ibadah penghiburan.
Semoga diberikan hikmat lebih lagi oleh Tuhan, sehingga bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Gbu
Balas
Admin Blog