Anda di halaman 1dari 4

KHOTBAH KEMATIAN OMA YAKOMINA CORNELIA OEINA-FUA

METINA 8 APRIL 2014

Bacaan : 1.1 Timotius 4 :6-8

2.Ayub 1 : 1- 5

Pembimbing : Ayub 19 :25a.

Tema : “ Aku Siap”

Semakin tua tubuh kita akan semakin lemah dan rapuh. Orang berkata bahwa
usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Artinya
usia yang paling indah adalah masa dekat dengan akhir kehidupan(tutup
usia/kematian). Seorang pendeta menulis buku dengan judul “ semua calon2
mayat”.Ia /pdt Calvin Taunaumang, Sth menulis “cepat atau lambat suatu saat
kematian pasti mendatangi kita. Ini bukan semu tetapi nyata.Kita ibarat berada
pada antrian panjang dan menunggu giliran untuk dipanggil , karena itu yang
terbaik bukanlah menghindar melainkan menghadapi”.Artinya bahwa
sebenarnya kematian itu sedang menunggu siapapun, tanpa terkecuali karena
itu mestinya setiap orang ada dalam kata “ Aku Siap”.Namun seringkali
kematian di dekatkan pada orang2 yang sudah tua atau lanjut usia. Dengan
kata lain orang2 yang sudah tua dan lanjut usia dianggap sudah dekat dengan
kematian.Hal ini bukan berarti salah namun kita perlu realistis bahwa ternyata
kematian itu tidak saja menunggu kaum lansia tetapi siapa saja, baik tua
remaja dewasa bahkan anak2.Kj nomor 334 berkata : tiap orang harus mati
bagai rumput yang kering. Makhluk hidup harus busuk agar lahir yang baru,
tubuh ini akan musnah agar hidup disembuhkan, diakhirat bangkitlah masuk
sorga yang megah”.Karena itu sangatlah perlu kesiapan tiap orang dalam
menghadapi kematian. Ada 2 respon umum jika orang berbicara tentang
kematian :

1. Takut menghadapi akhir hidup/ kematian

Kematian membuat kita terpisah dari dunia, dari sahabat,


kenalan,anak,cucu,suami ,istri pada hal kita masih memiliki kerinduan
untuk tetap hidup bersama karena itu bagi kita kematian begitu
menakutkan.
2. Belum siap menghadapi kematian, ini banyak terjadi bagi kita dalam
menghadapi usia lanjut. Kita belum sempat membahagiakan ataupun
meninggalkan segala sesuatu bagi anak, cucu sebagai warisan sehingga
kematian itu menggelisahkan kita.. Hal ini terkait erat kaitannya dengan
pepatah yang mengatakan gajah mati meninggalkan gading, manusia
mati meninggalkan nama.artinya manusia sebelum mengakhiri hidupnya
ia ingin meninggalkan sesuatu yang berarti bagi keluarga. Ketika hal ini
belum tercapai maka sepertinya agak berat meninggalkan anak
cucu.Sebuah penelitian mengatakan dari 25 orang tua yang diberikan
pertanyaan apakah anda sudah membahagiakan anak anda ? mereka
umumnya menjawab belum. Ini menunjukan bahwa ada keinginan dari
orang tua untuk berbuat sesuatu demi membahagiakan anak cucu
meskipun sebenarnya jawaban “belum” itu tidak selamanya benar sebab
kebahagiaan tidak diukur dari materi yang diberikan oleh orang tua saja,
namun yang pasti ada sebuah harapan bahwa orang tua ingin
membahagiakan anak2nya dengan meninggalkan warisan, materi yang
dianggap dapat membahagiakan mereka kelak .Apapun yang menjadi
impian dan harapan kita sebagai orang yang sudah lanjut usia,
berhadapan dengan kematian kita harus mengakui bahwa usia bukanlah
ukuran bagi Tuhan untuk menentukan batas akhir hidup manusia.
Karena itu kematian bisa datang pada siapa saja baik tua maupun muda.
Memang alkitab mencatat batas usia yang Allah tentukan bagi manusia
untuk hidup bebas dari penderitaan fisik yang melelahkan namun saat
kematian bagi manusia adalah rahasia agung Allah. Itulah sebabnya
maka sebuah kematian perlu dipersiapkan. Persiapkan kematian itu
dalam bentuk seperti apa ?. banyak orang mengira bahwa
mempersiapkan kematian itu dengan sekedar membuat peti
mati,membuat disain tempat meletakan jenazah, menentukan tempat
dimana kita dibukuburkan. Tidak heran jika dalam rumah kita ada orang
tua apalagi ditambah sakit2an, jauh2 hari kita sudah buatkan peti mati
bahkan ada yang sudah mempersiapkan liang tempat dimakamkan
nanti. Bukan itu persiapan yang diminta Tuhan dari kita.Masalah peti
dan liang itu soal bagi orang hidup, jadi kapan saja saat itu datang pasti
peti siap.
Saudara..................
Saat ini banyak orang yang begitu menyibukan diri dengan perjalanan
petualangan mereka di dunia ini, menikmati puncak2 kesuksesan mereka
namun lupa mempersiapkan kepulangan mereka pada Tuhan yang
menempatkannya di dunia ini. Banyak orang menjadi lupa bahwa tiba saatnya
setelah perjalanan hidup di dunia ini telah kita lintasi kita akan kembali kepada
Tuhan yang empunya hidup ini.Karena tidak berpikir bahwa setelah kehidupan
ada kematian maka banyak orang menjalankan hidupnya dengan sembarangan
tanpa pegangan yang pasti untuk kehidupan kekal.Bahkan orang tidak mau
memikirkan apalagi bersiap2 untuk menghadapi kematian

Saudara.........

Bagaimana kita perlu mempersiapkan diri menghadapi kematian ? kita belajar


dai 2 tokoh alkitab yaitu :

1. Rasul Paulus adalah sosok pribadi yang tidak hanya memikirkan


kesuksesan di dunia ini tetapi ia juga mempersiapkan dirinya untuk
kepulangannya dari dunia ini. Ia sadar bahwa dibalik kehidupan yang
sekarang , ada kehidupan kekal.Itulah sebabnya seluruh hidupnya
dipakai hanya untuk melakukan pekabaran Injil . Bagi Paulus kalaupun ia
harus mati sekarang tidak soal sebab ia telah melakukan tugasnya
dengan baik. Dalam perjalanannya di dunia, ia telah menggunakan
waktunya dengan tepat sehingga iapun yakin bahwa Allah pasti
mengaruniakan kepadanya mahkota kebenaran sebab ia hidup dalam
kebenaran. Disaat mengalami berbagai kesukaran sebagai resiko dari
tugas dan panggilannya di ladang Tuhan, Ia tetap hadapi dengan penuh
kesabaran,ia tidak pernah berpikir tentang harta kekayan , ia mengalami
pernah mengalami sakit meskipun ia meminta agar Tuhan
melepaskannya dari sakit itu namun jawab Tuhan mengatakan
“cukuplah kasih karuniaku bagimu, sebab dalam kelemahan kuasaku
menjadi sempurna”.Paulus tidak pernah mengeluh sebab ia tahu bahwa
apapun ia lakukan semua itu adalah bentuk persiapan dirinya dalam
menanti saat Tuhan menjemputnya dari dunia ini.
2. Ayub adalah sosok pribadi yang tidak hanya memikirkan kesuksesan di
dunia ini tetapi ia juga mempersiapkan dirinya untuk kepulangannya dari
dunia ini. Ia sadar bahwa dibalik kehidupan yang sekarang , ada
kehidupan kekal. Itu sebabnya Ayub sangat berhati2 dengan hidupnya
termasuk hidup anak2nya.Di bagian awal kisah Ayub dalam ayub ps 1 :
4,5 diceritrakan Ayub senantiasa mempersembahkan korban bakaran
kepada Tuhan utnuk pengampunan setiap kali anak2nya mengadakan
pesta, sebab mungkin mereka melakukan kesalahan menyakiti hati
Tuhan.Ayub begitu menjaga kehidupannya, ia ingin benar2 hidup
berkenan kepada Tuhan.dalam Ayub ps 19 : 25 ia menyatakan
keyakinan imannya bahwa meskipun dalam kesengsaraannya ia tahu
“penebusku hidup”.Ia tahu bahwa ia akan bertemu dengan Tuhan
penebus.Disaat mengalami berbagai kesukaran akibat kematian
anak2nya, harta kekayaanya musnah, ia mengalami sakit yang parah
bagai menanti saat kematiannya ditambah dengan istri dan
sahabat2nya tidak memberikan penghiburan kepadanya.Dalam tiitik
terlemah ini Ayub masih tetap percaya pada Tuhan Sang Penebus
dosa.Iman yang dimiliknya selama ini seakan tidak merubah keadaan
deritanya itu.Ayub sosok pribadi saleh yang belum pernah melihat Sang
penebus namun tetap pada keyakinan imannya bahwa “ penebusku
Hidup”.

Saudara.......

Hari ini....oma Y C Oeina-Fua telah pulang kepada Tuhan setelah ia


mengembara di dunia selama 77 tahun lebih, oma telah beristirahat secara
fisik namun jiwanya kembali untuk berkarya bersama Kristus, itu harapan kita
namun bagaiaman dengan kita sudah siapkah kita menghadapi saat seperti
ini ? kita harus menyadari bahwa sekarang ini kita semua sedang berjalan
menuju kematian, kita sedang antri menanti giliran karena itu manfaatkanlah
waktu hidup ini dengan baik dan benar agar di saat menjelang datangnya senja
bagi kita ada keyakinan yang pasti untuk kita dapat berkata “ Aku tahu
penebusku hidup”, itulah jaminan bagi kita untuk memperoleh kehidupan
kekal dibalik kematian. Amin.

Anda mungkin juga menyukai