Yohanes 14: 10 – 14
2
YESUS DAN KESEDIHAN PARA MURID
Yesus sangat menyadari apa yang akan terjadi dengan para murid-Nya.
Mereka akan mengalami kehilangan dan keterpisahan. Dalam waktu yang
tidak lama lagi, mereka akan berduka dan bersedih hati. Dunia mereka akan
ambruk dan kacau-balau. Karena itu dalam Yohanes 14: 1- 14, Ia
menyampaikan kata-kata penguatan dan peneguhan sebagai antisipasi agar
nanti murid-murid tidak terpuruk dan larut dalam kesedihan dan kedukaan.
Dalam ayat 1, Ia mulai dengan seruan: “Janganlah gelisah hatimu.” Yang
disusul dengan seruan: “Percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepadaKu”. Ia menghendaki agar murid-murid tetap tenang, tidak panik dan
percaya. Memang pada masa atau situasi tidak menentu kepanikan,
kecemasan dan kegelisahan tidak banyak membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan. Ia meminta agar mereka tenang dan percaya.
Selanjutnya dalam ayat 2-4, Ia mengatakan bahwa kepergian-Nya bukanlah
kepergian yang sia-sia atau tanpa tujuan. Ia pergi untuk menyiapkan tempat
tinggal bagi para murid. Tidak hanya itu Ia berjanji akan menjemput para
murid untuk tinggal bersama-sama dengan-Nya di tempat yang telah
disediakan itu. Jadi Yesus tidak pergi begitu saja, kemudian hilang lenyap
tanpa berita. Ia pergi untuk kembali, menjemput kita semua.
Pada ayat 5 kita bertemu dengan Tomas, seorang murid yang bingung
dengan apa yang dikatakan Yesus. Dengan polos ia bertanya, "Tuhan, kami
tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
Menjawab pertanyaan itu Tuhan Yesus dalam ayat 6-7 menyebut dirinya
sebagai “jalan, kebenaran dan hidup.” Tak hanya itu dalam ayat 7 Ia
menegaskan diri-Nya sebagai Sang Bapa atau Allah itu sendiri. Penegasan diri
sebagai Allah itu dilanjutkan lagi dalam ayat 8-11.
Seorang teman dengan baik meringkas ayat-ayat ini sebagai pernyataan
seorang bule kepada seorang mahasiswa Indonesia. “Aku sahabatmu, kamu
sahabatku. Datanglah ke rumahku. Ini uang, tiket pesawat, ini passpor dan
visa, datanglah ke Washington, Amerika. Aku pergi duluan ya, nanti kamu
menyusul. Masalah tempat tinggal jangan kuatir ada banyak kamar kosong
di rumahku”. Dan orang bule itu adalah presiden Amerika Serikat, sehingga
mahasiswa itu tak akan meragukan atau menyebut perkataannya bukan
sebagai kebenaran.
3
KEYAKINAN PADA MASA KINI
Pun pada masa kini, Tuhan Yesus melalui kuat-kuasa Roh Kudus, terus
meneguhkan dan menguatkan kita. Seorang bapak setelah mengikuti ibadah
virtual via zoom yang ditayangkan melalui facebook mengirim pesan kepada
saya: “Terimakasih atas ibadah hari ini pak pendeta. Sangat menguatkan dan
meneguhkan. Saya tak gelisah lagi, walaupun besok langit runtuh dan bumi
ini luluh, saya siap dan tak takut lagi. Saya akan seperti Rasul Paulus yang
berkata HIDUP ADALAH KRISTUS, MATI ADALAH KEUNTUNGAN.”
Bapak ini telah tiba pada pengharapan iman yang sejati. Ia tidak
menyalahkan situasi dan tidak menyalahkan Tuhan. Karena Roh Kudus, Ia
siap secara rohani dan jasmani bila terjadi situasi terburuk, bahkan bila hari
kiamat tiba pun ia siap. Ia bisa melihat bahwa Allah “turut bekerja” dalam
segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya
(Roma 8:28). Ia hidup secara realis, tidak menyangkal bahwa ada situasi
buruk yang sedang terjadi, namun ia optimis dan berpengharapan, bahwa
telah tersedia yang terbaik, yang sudah Tuhan siapkan untuk dirinya.
Dalam Yohanes 14:1-14, Tuhan Yesus telah menyebutkan 4 hal yang esensial
yaitu rumah Bapa yang sudah disediakan, jalan (cara atau akses) menuju
pada rumah yang sudah disediakan, kebenaran yaitu kepastian atau
kejelasan bahwa itu semua bukanlah pengharapan palsu, dan hidup kekal
bila kita telah tiba pada tujuan yang disebutkan. Keempat hal yang
disebutkan itu sangat jelas, pasti dan terjamin, karena Ia sendiri sebagai
Allah sang pemiliki sorga yang mengatakannya.
Empat hal itu dapat menjadi kekayaan rohani yang membuat kita tidak
merasa sebagai gelandangan miskin yang terlunta-lunta tanpa rumah. Kita
memiliki rumah surgawi, sebab itu kita tegar dalam hidup ini, karena
kalaupun semuanya tumpas-punah kita masih memiliki empat hal tersebut.
Hal ini akan mempersiapkan hati kita menghadapi situasi dunia yang muram
karena wabah Covid-19. Kita bisa menerima dan tidak menyangkal apalagi
menganggap remeh dan enteng situasi ini. Kita tidak marah dan mencari-cari
orang yang bisa disalahkan berkaitan dengan situasi ini. Kita tidak depsresi
dan tertekan karenanya, tetapi tambah bersemangat untuk hidup dan
memperjuangkan kehidupan. Semuanya itu boleh terjadi, karena kita tahu
bahwa Allah hadir dalam kesedihan kita. Ia mengantisipasi kesedihan kita
dengan janji firman-Nya. [*MM*].
4