Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan Adven II:

KELUARGA YANG BERBENAH DAN BERUBAH

KKBI: Berbenah - Verba (kata kerja)


1. Memberes-bereskan
2. Merapikan (perabotan dan sebagainya)

KKBI: Berubah - Verba (kata kerja)


1. Menjadi lain (berbeda) dari semula.

Tujuan
Umat menyadari pentingnya berbenah dan memperbaiki segala kesalahan yang terjadi di dalam keluarga
selama ini, khususnya permasalahan psikologi dan komunikasi selama pandemi yang memberatkan hidup
berkeluarga dan beriman.

Pengantar
Pada Pertemuan Adven kedua ini umat diajak berbenah dan melihat kembali segala pengalaman menyakitkan
selama pandemi yang sering terjadi. Pengalaman tentu saja, tidak hanya menyangkut beban ekonomi dan
kesehatan melainkan juga psikologi dan relasi. Banyak permasalahan selama pandemi menyoal hubungan dan
relasi dalam keluarga.

Maka, pada kesempatan Masa Adven ini, keluarga-keluarga Katolik diajak berbenah kembali. Moment Adven
kedua membawa kita pada upaya berbenah, karena Adven juga merupakan masa penebusan dosa.

Selama pandemi sering kali kita temui komunikasi atau relasi yang buruk antara kita orang dewasa yang
dapat berdampak negatif pada anak-anak kita. Semakin banyak kita memperjuangkan hubungan yang damai
dan penuh kasih untuk anak-anak kita, membuat mereka akan merasa lebih nyaman dan dicintai.

Pertemuan Adven kedua ini menjadi saat bagi kita, para keluarga Katolik membenahi segala kekurangan
dalam relasi dan berkomunikasi yang terjadi. Keluarga diajak mempersiapkan Adventus dalam bingkai
pertobatan dan semangat berbenah diri untuk masa depan yang lebih baik. Bacaan yang diperdalam sebagai
peneguhan dan renungan dari Luk 3: 1-6 tentang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Juru Selamat.

Adven ibarat seorang petani yang bekerja mencangkul dan menyiapkan ladangnya menjelang musim penghujan.
Saat musim penghujan datang, ladangnya sudah siap. Lalu benih ditanam dan bertumbuh. Itulah Adven bagi
kita. Adven adalah tentang penantian kedatangan dengan berbenah dan berpengharapan. Sukacita mengetahui
bahwa Kristus telah datang dan menebus dengan kasih-Nya untuk kita.

Langkah Proses Pertemuan


A. Pembuka
1. Nyanyian Pembuka
Pertemuan dapat dibuka dengan lagu-lagu yang memberikan nuansa harapan dan penantian serta keluarga
yang berbenah dan berubah.

2. Doa Pembuka
Doa ini hanya sebagai contoh. Dipersilahkan membuat doa sendiri sesuai dengan situasi setempat.

Allah Bapa Mahakasih kami bersyukur ke hadirat-Mu karena melalui masa penantian Adven kedua ini, kami
Engkau ajak untuk menyadari betapa rapuhnya hidup kami yang seringkali abai pada relasi dan komunikasi
dalam keluarga. Apalagi, situasi pandemi yang sering membuat kami hidup penuh tekanan dan melupakan usaha
untuk membangun kasih dalam keluarga. Melalui pertemuan Adven kedua ini, semoga kami mampu
membangun dalam keluarga kami pengampunan, berbenah hati dan rasa. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara
kami, yang bersatu bersama Dikau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.

3. Penyalaan lilin Korona


Setelah doa pembuka, dilanjutkan dengan penyalaan Lilin Korona Adven yang kedua.

P: Tuhan, terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.


U: Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama.
P: Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, para hamba-Mu yang merindukan Putera-Mu, cahaya kehidupan
sejati. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putera-Mu yang menjadi penerang bagi hidup
kami. Bagaikan nyala lilin yang semakin terang, kami mohon agar hidup kami
semakin diterangi oleh kehadiran Kristus. Semoga kami semua mampu menjadi Keluarga yang Tangguh,
Bersukacita dan Berbuah dalam kasih, serta bersama masyarakat memperjuangkan hidup yang sejahtera dan
bermartabat demi terwujudnya kehadiran Kerajaan Allah. Demi Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, sepanjang
segala masa. Amin

B. Refleksi Pengalaman
1. Menengok kembali Pengalaman dan Kisah
Pendalaman dapat diawali dengan membaca sebuah kisah pengalaman nyata

“Saya Takut Tak Sanggup Membalut Lukanya”

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah marah pada anak lelaki saya karena suatu masalah. Saya marah sekali,
bahkan membentaknya dengan keras. Namun diluar dugaan saya, ia malah melawan. Semakin saya marah,
semakin ia melawan. Bahkan ucapan ibu dan adiknya juga tak mampu melunakkannya.

Padahal waktu itu kami akan pergi bersama ke sebuah tempat. Tiket perjalanan sudah lengkap kami beli. Ketika
waktu semakin mepet untuk segera berangkat. Saya terpaksa mengancamnya bahwa ia akan ditinggal sendiri di
rumah. Ia pun bergeming. Ia memilih untuk tinggal.

Akhirnya saya mengambil sebuah keputusan tak mudah waktu itu. Saya simpan ego saya. Saya peluk dia, sambil
berbisik : “Bapak minta maaf,” itu saja. Saya juga tak menjelaskan kenapa malah saya yang minta maaf. Ia tak
menjawab apapun, tapi ia menyambut pelukan saya, erat, dan sempat saya rasakan isakan tangisnya. Pelan, lalu
saya peluk ia lebih erat. Tak ada kata lagi.

Kami akhirnya berangkat. Di sepanjang perjalanan barulah kami berbincang. Ia mendekati saya, lalu dengan
suara lirih meminta maaf.

Selanjutnya kami berbincang, dan masalah yang membuat saya marah besar akhirnya cair begitu saja. Ia paham
dengan sendirinya kenapa saya marah.

Namun sejak itu saya berjanji dalam hati, sebesar apapun kesalahannya, saya tak akan pernah membentaknya
seperti itu lagi. Saya mungkin akan tetap marah padanya jika diperlukan, tapi tanpa bentakan yang akan
melukainya. Saya takut tak sanggup membalut luka hatinya.

I love you, son.

Disadur secara bebas dari sharing di media sosial Bp. Harry Tjahyono
2. Pendalaman

a. Berdasarkan kisah pengalaman tersebut, apa tanggapan Anda?

b. Bagaimana pengalaman di dalam keluarga Anda masing-masing, ketika menghadapi situasi sulit dan sering
terjadi masalah komunikasi selama Pandemi Covid 19 ini? Bagikanlah dan ceritakanlah pengalaman Anda !

3. Refleksi Keluarga

Silahkan di dalam keluarga, Anda dapat melihat kembali dan merenungkan pengalaman dan situasi yang
terjadi selama ini, khususnya ketika menghadapi beratnya Pandemi Covid 19. Sejauh mana di dalam keluarga
upaya untuk membangun relasi dan komunikasi terus dilakukan dan dibangun bersama.

C. Renungan Peneguhan

1. Bacaan Injil Luk 3: 1-6

Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea,
dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja
wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar,
datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Maka datanglah Yohanes ke seluruh
daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu,
seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun:
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung
dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua
orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan

2. Simpul

Ada beberapa poin yang dapat memperkaya/melengkapi dari bacaan tadi.

• Bacaan Injil Luk 3: 1-6, itu memberikan kita makna, apa yang harus dilakukan untuk bersiap-siap bagi
kedatangan Kristus dalam hidup kita. Tentu, kita harus “mempersiapkan jalan”, dengan meratakan bukit,
meluruskan jalan yang berbelok, dan menghaluskan jalan yang rusak. Gambaran citra tersebut memang berasal
dari pemandangan khas di dunia Yahudi sewaktu Kekaisaran Romawi. Ketika seorang Raja atau Kaisar
berkeliling ke negerinya, para pejabatnya akan berjalan mendahuluinya, memastikan bahwa jalan-jalan itu aman
untuk dilalui dan dalam keadaan yang baik sehingga Sang Raja atau Kaisar tidak akan terhambat.

• Demikian juga, kita dipanggil untuk melihat diri kita, pantaskah kita menerima kehadiran Kristus dalam hidup
ini, terutama di masa pertobatan Adven. Apakah “jalan yang Tuhan lalui” telah dipersiapkan. Hati kita perlu
dipersiapkan, sejauh mana keegoisan telah merambah hubungan kita dengan Tuhan dan dengan sesama kita.
Sejauh mana kita membangun relasi dalam keluarga kita, apakah masih menyimpan benih-benih kekerasan hati
dan egoisme. Kita mungkin perlu memperbaiki lubang dan membersihkan beberapa puing-puing yang tidak
diinginkan, sehingga rahmat Tuhan hadir bagi kita.
• Pandemi Covid 19 telah mempengaruhi keluarga di segala lini usia, baik dari usia dini hingga lansia. Keluarga-
keluarga kita mengalami tekanan emosional yang kadang diperparah dengan kondisi lainnya, dari ekonomi
hingga kesehatan. Pandemi terus mempengaruhi kehidupan kita secara dramatis, termasuk hubungan kita dengan
orang lain, baik di keluarga, masyarakat hingga tempat kerja kita. Jutaan dari kita telah kehilangan sebagian, atau
bahkan semua, dari cara melihat orang lain. Namun, karena pandemi ini, kita juga mendapati diri kita lebih
banyak menghabiskan waktu dengan keluarga. Saatnya, kita memperbaiki segala upaya menjadikan keluarga
sebagai rumah yang nyaman untuk  meredakan kecemasan, membuat kegembiraan dan tempat bagi harapan
bertumbuh.

D. Penutup

Silahkan membuat niat dan aksi-aksi nyata yang bisa dilaksanakan secara konkret!

1. Pengendapan

Silahkan melakukan pengendapan dengan hening sejenak dalam batin selama kurang lebih 5-10 menit.

1. Ajakan untuk meresapkan secara batin: Bagaimana arti kedatangan Kristus bagi hidup keluarga kita semua?

2. Apakah kita merindukannya dan merayakan masa Adven ini dengan hal-hal yang menyenangkan untuk
dilakukan bersama sebagai sebuah keluarga?

3. Apakah kita sudah memberikan kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas di rumah, untuk saling
bercengkerama, udar rasa (curhat), dan koreksi diri.

Ajakan untuk membangun niat:

• Di masa pandemi ini, Marilah kita sebagai keluarga senantiasa memupuk rasa pengampunan dan saling
menyadari kerapuhan emosional kita

• Marilah dalam keluarga kita, senantiasa memanfaatkan kualitas hidup bersama sebagai sebuah keluarga.

• Mari kita memupuk dan memperkuat saat-saat doa dalam keluarga.

• Mari kita memupuk tanggung jawab, kesabaran dan harapan dalam keluarga

2. Doa Penutup

Bapa yang Maha Penyembuh dan Pengampun, saat ini kami percaya, Engkau berjalan bersama kami di tengah
pandemi yang masih mendera ini dengan memberikan kekuatan penyembuhan dan pengampunan kepada kami.
Kami menyerahkan semua persoalan dan beratnya keluarga-keluarga yang terdampak. Kuatkan kami dalam
iman, harapan, dan kasih. Berikan kesembuhan bagi kami yang sakit, penghiburan bagi yang berduka,
lindungilah dan kuatkanlah mereka yang merawat yang sakit. Kami mengangkat doa ini kepada-Mu ya Bapa,
dan percaya pada belas kasihan-Mu yang tak terbatas. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

3. Nyanyian Penutup

Pendalaman dapat ditutup dengan lagu-lagu yang memberikan semangat senantiasa bersama masyarakat
memperjuangkan hidup yang sejahtera dan bermartabat. Untuk menutup Tahun St. Yusuf, lagu dapat
menggunakan lagu Aku Bapakmu

Anda mungkin juga menyukai