(sebutkan namanya) ini, saya mengajak kita semua dan teristimewa keluarga yang ditinggalkan untuk memaknai dan menerima dalam iman rencana Tuhan berkaitan dengan kepergian Almahum. Mengawali renungan ini saya mengajak kita semua untuk menyimak dan merasakan beberapa fakta seputar kematian yang menjadi berita utama dalam beberapa mingggu belakangan ini.
perasaaan kita, sandainya kisah-kisah kematian
massal keluarga seperti ini menimpa keluarga- keluarga kita? Satu anggota keluarga meninggal saja kita merasa sedih, apalagi kalau satu keluarga meninggal sekaligus. Tidak terbayangkan bagaimana suasana dan reaksi keluarga besar yang ditinggalkan. Lebih dari itu, mengapa saya mengangkat fakta kematian massal, yang menimpa satu keluarga? Saya sama sekali tidak bermaksud membangkitkan rasa sedih berkepanjangan dalam diri kita tetapi justru saya mau mengatakan kepada kita bahwa cobaaan dan derita, apalagi kematian itu dialami semua orang, semua keluarga.
Saat ini kita boleh ingat anggota keluarga kita
yang telah meninggal tetapi coba bayangkan kalau saat ini kita menjadi salah satu anggota keluarga dari satu keluarga (4 orang) yang terbakar dalam kecelakaan di Muntilan, atau keluarga (3 orang) yang tewas di Situbondo, atau keluarga Ibu Yuli yang tewas bersama suami dan dua anak mereka? Saya kira kita akan menyadari bahwa cobaan dan derita kita masih jauh lebih ringan daripada yang dialami keluarga-keluarga lainnya ini. Dengan membandingkan seperti ini kita harapkan bahwa kita tidak tenggelam dalam perasaan duka berkepanjangan apalagi putus- asa dan kehilangan harapan. Tuhan mencobai kita dalam batas kemampauan kita untuk mengukur kekuatan iman kita dan sekaligus mengukur kualitas iman dan harapan kita.
Apa artinya cobaan dan derita sebagai
pengukur iman dan harapan kita? Jawabannya ada dalam firman Tuhan yang kita dengarkan dalam bacaan-Kitab suci sama sekali tidak keliru dan tidak salah karena yang tertawa dan menangis itu adalah orang yang lahir dan yang meninggal. Saat seorang bayi dilahirkan semua orang lain senang tetapi tetapi bayi harus menangis dan jika tidak menangis harus dibuat agar menangis. Sebaliknya, ketika seseorang meninggal semua yang lain menangis dan bersedih tetapi yang meninggal senang, tertawa, dan menari karena dibebaskan dari beban kehidupan di dunia.
Konsep ini sesuai dengan ajaran iman kita
bahwa kematian adalah awal suatu kehidupan kekal penuh sukacita. Dalam konteks ini pula maka kita yang ditinggalkan diharapkan tidak tengelam dalam duka berkepanjangan apalagi berputus-asa. Kita yang masih hidup diharapan mengisi waktu sesuai rencana Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi dan kita alami dalam hidup hanyalah seringan dan variasi di jalan yang kita lewati bermula dari kelahiran hingga kematian. Hidup kita terentang antara dua waktu yaitu lahir dan mati?
Yesus melalui penginjil Yohanes juga
meneguhkan dan menguatkan kita bahwa dengan janjinya yang tidak terbatalkan akan setiap orang yang datang kepada-Nya. Almahum (sebutkan namanya) merupakan pemberian dan hadiah gratis dari Tuhan untuk dititipkan sementara kepada keluarga dan orangtua. Sebagai orangtua tentu keluarga telah memelihara dan merawat titipan itu dan setahun lalu titipan itu diambil kembali oleh Tuhan sebagai pemiliknya. Ada waktunya Tuhan memberikan itu kepada keluarga dan setahun lalu Tuhan mengambilnya kembali. Sebagai orang yang percaya kita hanya bisa bersyukur karena pernah dipercayakan untuk menerima dan memelihara pemberian Tuhan. Dalam iman kita tentu yakin bahwa Tuhan memanggilnya untuk menikmati sukcita abadi. Semua yang Tuhan berikan akan diambilnya dan Tuhan tidak membiarkan pemberiannya hilang. Setahun lalu (sebutkan namanya) hilang dari pandangan fisik kita dan keluarga tetapi ada dan hidup secara rohani di hadapan Tuhan sang pemilik kehidupan itu. Yesus dalam injil menegaskan bahwa Dia akan menjemput setiap orang yang datang kepada-Nya. Dalam keyakinan seperti inilah kita menerima kenyataan ini dalam ketegaran semangat, dalam keteguhan iman dan harapan.
Almarhum (sebutkan namanya) sudah
diselamatkan Tuhan, dan tentu alharhum lebih berbahagia lagi jika semua keluarga yang ditinggalkan tetap menjalani kehidupan secara lebih bersemangat lagi, terutama dalam mengembangkan amal dan kebaikan kepada orang lain. Memang (sebutkan namanya) telah dipanggil pulang tetapi Tuhan pasti mengirim (sebutkan namanya)-(sebutkan namanya) yang lain kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika keluarga tetap hidup bersemangat membantu orang apalagi memperlakukan orang lain seperti yang pernah dilakukan untuk (sebutkan namanya) maka kepergian Almarhum bukannya mematahkan semangat kita melainkan justru memacu semangat dan meneguhkan iman dan pengharapan kita dalam kerinduan sampai janji Tuhan terlaksana. Yesus sebagai yang pertama bangkit sudah berjanji bukan hanya kepada (sebutkan namanya) yang telah dipanggilanya setahun lalu, tetapi juga untuk kita yang masih berziarah di dunia ini. Tidak ada jalan lain selain kita terus berjuang sampai tiba waktunya kita juga dipangggil. Semoga Tuhan terus memberi kita semua semangat iman dan harapan. Amin.