Anda di halaman 1dari 4

Ibadah Pengucapan Syukur Kel. Alm.

Sinulingga
29 Januari 2023
Ayub 1: 21
Katanya “dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan Kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi,
Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”

Pendahuluan

Tidak ada orang yang rela kehilangan, apa yang ia miliki saat
ini, baik itu kehilangan hartanya, kehilangan pekerjaannya, apalagi
kehilangan orang yang ia kasihi. Sebagai manusia, tentu saja kita
mengharapkan dan memohon agar kehidupan yang kita jalani bersama
dengan apa yang kita miliki akan berlangsung dalam waktu yang lama.
Namun, apakah mungkin hal tersebut dapat terjadi? Jika boleh
mengutip sebuah lirik lagu saat ini sedang viral yang menyatakan
“mungkinkah aku meminta kisah kita selamanya, tak terlintas dalam
benakku, bila hariku tanpamu, segala cara tlah coba pertahanankan
kisah kita.” Namun, tentu saja jawaban dari pertanyaan ini, kita ketahui
bersama adalah tidak. Hal tersebut karena apa yang kita miliki saat ini
adalah sebuah kesementaraan dan tidak ada yang abadi. Saat ini,
peristiwa kehilangan itu harus dialami oleh keluarga besar Sinulingga,
ibu dan anak-anak terkasih harus kehilangan orang yang begitu dikasihi
yaitu suami dan ayah terkasih.

Keluarga telah berupaya melakukan segala cara untuk


mengupayakan kesembuhan, segala doa telah dipanjatkan, tetapi
kehendak Tuhan menyatakan bahwa kehidupan ayah dan suami terkasih
harus berakhir di hari ini. Kita tidak dapat menentang kehendak Tuhan
dan yang bisa kita lakukan ialah menerima segala jalan yang telah
Tuhan berikan terjadi dalam kehidupan kita. Bagi keluarga mungkin
saja ada pertanyaan, seperti mengapa kehilangan ini harus saya rasakan
saat ini? Kenapa Tuhan menjawab doa saya seperti ini? Mungkin hal-
hal tersebut sempat terbesit atau masih terpikirkan oleh keluarga saat
ini. Akan tetapi, melalui pernyataan iman Ayub dalam bacaan pada
malam hari ini, keluarga hendak dikuatkan dan dihiburkan.

Isi

Ayub dalam bacaan kita telah kehilangan segala yang ia miliki


dalam hidup, ia kehilangan harta, keluarga, serta segala yang ia miliki
lainnya. Namun, setelah semua itu terjadi, ia justru mengatakan
pernyataan iman ini bahwa Tuhan yang memberi dan Tuhan yang
mengambil, terpujilah nama Tuhan. Ia justru memuji Tuhan atas apa
yang terjadi dalam hidupnya. Ia menyakini bahwa Tuhan yang telah
memberi kehidupan serta segala yang ia miliki adalah Tuhan yang sama
yang akan mengambil segala sesuatu yang ia beri tersebut. Dari
pernyataan iman Ayub ini, keluarga dan kita sekalian hendak diingatkan
tentang bagaimana rancangan Tuhan dalam kehidupan bahwa Tuhan
sepenuhnya yang berkuasa dalam kehidupan kita.

Hal yang bisa kita lakukan sebagai manusia ialah menerima


segala proses hidup yang Tuhan percayakan terjadi dalam kehidupan
kita. Menerima segala yang kita anggap baik dari Tuhan berarti juga
siap menerima apa yang kita anggap tidak baik. Namun demikian,
dalam sebuah penerimaan yang perlu kita ingat bersama bahwa proses
menerima ini bukanlah sebuah proses yang mudah, cepat dan terburu-
buru. Proses penerimaan membutuhkan waktu yang tidak sebentar,
bahkan panjang. Elisabeth Kubler-Ross bahkan mencatat untuk sampai
pada sebuah penerimaan, maka sebuah tahapan alami yang dilalui oleh
mereka yang berduka ialah penolakan atau penyangkalan, kemudian
marah, lalu tawar menawar, depresi barulah tiba ditahap menerima.
Dalam melewati setiap proses tersebut, keluarga dan setiap kita yang
berduka akan kehabisan banyak energi untuk menangis, merenung,
bersedih, bahkan meratap. Oleh sebab itu, sebagai rekan-rekan yang
berada disekitar keluarga, mari bersama kita memberi ruang dan
penguatan bagi keluarga agar dapat melewati masa duka ini dengan
baik. Beri keluarga ruang untuk bersedih dengan tidak memaksa,
mereka untuk segera pulih. Beri keluarga ruang untuk menangis dengan
tidak memaksa mereka secepat mungkin menghapus air mata dan
segera tersenyum.

Penutup

Kesedihan dan proses kedukaan yang mendalam bisa saja


mempengaruhi kesehatan secara fisik,akan tetapi kiranya Tuhan yang
mempercayakan kita melalui masa kesedihan ini. Kita Imani dan yakini
bersama adalah Tuhan yang sama yang merangkul kesedihan keluarga
untuk setia berpengharapan kepada-Nya. Setiap kita yang hadir dan
mengenal almarhum beserta keluarga, saat ini Tuhan percayakan untuk
mendampingi proses kesedihan ini. Sehingga, keluarga dapat merasakan
kasih dan rangkulan Tuhan yang nyata lewat pendampingan setiap kita.

Bagi keluarga, selamat bersedih, menangis dan meratap bersama


Tuhan yang adalah sang pemberi dan pengambil kehidupan. Ingat dan
percayalah bahwa seperti kebahagian yang tidak selamanya meliputi
setiap kita, maka begitu juga dengan dukacita yang tidak akan
selamanya menyertai. Namun, baik suka maupun duka yang Tuhan
berikan ingatlah untuk selalu bersyukur kepada-Nya. Seperti layaknya
Ayub yang menyatakan pujian dibalik segala penderitaan yang ia alami,
maka kita pun diharapkan menjalani masa duka ini dengan iman yang
serupa bahwa Tuhan yang kita puji adalah Tuhan yang mampu
mengimbangi setiap duka dan suka yang kita alami. Tuhan menguatkan
dan menghiburkan keluarga dan kita sekalian, Amin.

Anda mungkin juga menyukai