Dalam Pasal 38, barulah kita mendengar Tuhan ngomong. Dia datang
dalam badai. Ya, badai! Badai yang dahsyat, ketika Tuhan
memperkenalkan diri kepada Ayub. Tadinya, Ayub hanya menduga-
duga seperti apa Tuhan, tapi sekarang, dalam badai; Tuhan berbicara.
Tuhan langsung menantang Ayub, “Siapa yang tidak berpengetahuan
yang sanggup berbantahan denganku?” Sebuah pertanyaan yang
langsung menghujam bathin Ayub dan mengingatkan Ayub bahwa ia
hanya debu di hadapan Tuhan. Dan kemudian, Tuhan memberondong
Ayub dengan banyak pertanyaan: Di mana Engkau ketika aku
meletakkan dasar bumi? Siapa yang menetapkan ukurannya? Siapa
yang membendung laut? Dan membuat awan menjadi pakaian langit?
Dan mengingatkan Ayub (dan kita juga manusia, akan kecongkakan
kita yang bisa berbantah dengan Allah melalui hidup).
Maka, sikap harus dimiliki dalam hal ini adalah kerendahan hati.
Rendah hati mau tetap mengasihi Tuhan meski banyak hal tidak
terjawab. Kadang kita meronta dan protes, dan Allah biarkan itu karena
kita tidak mungkin bisa memahami maksud dan perkataanNya kalau
kita menjerit dan teriak-teriak terus seperti anak kecil. Kita perlu
menenangkan diri. Kita perlu bersabar, menunggu dan menanti. Kita
perlu percaya bahwa apapun itu, masalah apapun itu, baik itu selesai
atau tidak selesai. Tuhan akan menyelesaikannya bagi kita dengan
caraNya, bukan cara kita. Dan jangan tanya lagi, bagaimana Tuhan akan
menyelesaikannya. Memang siapa kita sehingga kita sanggup berbantah
dengan Yang Maha Kuasa?
Dalam peristiwa ini, Ayub semakin kenal Tuhan yang hidup. Orang
Kristen juga sama. Kita; anda dan saya; selalu bergumul dengan
masalah-masalah sendiri, keluarga, gereja, dan masyarakat. Dalam hal-
hal yang berat; banyak orang Kristen menyerah. Mereka berbantah dan
langsung lari meninggalkan Tuhan. Yang lainnya, sudah tidak bisa lagi
berpikir soal Tuhan, karena sibuk dengan diri sendiri. Ada juga yang
mengandalkan kekuatan sendiri; Kalau Tuhan gak mau, ya udah, saya
selesaikan dengan cara saya sendiri, dan kemudian ujung-ujungnya
kecewa juga. Hari ini kita belajar merendahkan hati seperti Ayub. Kita
diajak untuk sadar, bahwa kita lemah dan tak sanggup berbantah dengan
Allah. Jadi sebaiknya kita menyerah, tunduk, dan berserah. Tapi juga
jangan hanya pasrah, datanglah dan mendekatlah selalu pada Allah.
Dalam hati yang berserah dan rendah, ada anugerah. Percayalah! Ada
anugerah, dan itu adalah milik orang-orang yang mau dibentuk oleh
Allah dalam masalah.