Anda di halaman 1dari 2

Pernahkah kita bersungguh-sungguh memohon kepada orang lain?

Seperti kita memohon, "Tolong, Pak! Tolonglah kami! Kalau kami tidak ditolong, anak kami tidak bisa
melanjutkan sekolah. Apa pun akan saya kerjakan demi menolong anak saya."

Atau ketika orang tua sakit, "Tolonglah, Bu! Tolong kami! Kalau ibu tidak menolong kami, ayah kami
tidak bisa berobat dan sakitnya tidak akan sembuh"

Pernahkah kita melakukan hal itu? Untuk kasus yang berbeda, pernahkah kita benar-benar memohon
bantuan orang lain? Kita memohon dengan sungguh-sungguh, sampai membungkukkan badan. Lantas,
kenapa kita tidak memohon sepenuh hati seperti itu kepada Allah?

Apa karena kita kurang yakin dengan pertolongan Allah? Apakah kita lebih yakin dengan bantuan
manusia?

Kita sering bilang laa haula wa laa quwwata illa billah', tetapi kita masih mengandalkan kekuatan selain
kekuatan Allah. Kita masih yakin ada kekuatan lain yang bisa menolong kehidupan kita selain Allah.
Bagaimana bisa?

Kalau kita sudah yakin dengan laa haula wa laa quwwata illa billah. seharusnya kita langsung berwudhu
dan shalat begitu punya masalah. Begitu pengin sesuatu, langsung sampaikan kepada Allah. Kita minta
langsung kepada Allah, karena kita yakin seyakin-yakinnya, Allah bakal mengiyakan permintaan kita.

Kenapa kita tidak percaya diri meminta kepada Allah ? Padahal seluruh manusia yang ada di muka bumi
ini ada dalam kekuasaan Allah. Tidak perlu mengemis kepada manusia, sebab Allah telah
menyampaikan, "Berdoalah kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya."

Maka, begitu kita ada masalah dan punya keinginan, langsung memohon kepada Allah. "Ya Allah, aku
mohon kepada-Mu, sembuhkanlah orang tuaku dari sakitnya, dan kuatkan kami. Aku mohon, ya Allah,
aku mohon.""Ya Allah, aku mohon, permudahlah kami dalam membayar utang- utang kami. Mampukan
kami melunasinya. Jangan jadikan kami hina di hadapan orang lain. Aku mohon, ya Allah."

"Ya Allah, aku mohon permudahlah jalanku meraih impian. Jangan biarkan aku terpuruk dan
merepotkan orang lain. Mudahkan jalanku untuk bekerja. Aku mohon, ya Allah, aku mohon."

Kita memohon di atas sajadah, setelah shalat dan dzikir. Terus menerus berdoa kepada Allah sampai kita
lupa caranya memohon kepada manusia.

Lantas, kenapa kita sering ragu dengan pertolongan

Allah ?
Tak lain dan tak bukan karena sedari awal memang kita tidak melakukan segala sesuatunya karena Allah.
Tidak adanya ketersambungan hati kita kepada-Nya. Sehingga, kita lebih memilih jalan pintas dan cara
yang menurut nalar kita lebih mudah ditempuh karena lebih riil. Atau, bisa saja hati kita sudah iman
(yakin), tetapi pikiran kita tidak mampu menangkap janji-janji-Nya yang masih ghaib (tidak bisa dilihat
mata).

Nalar dan logika pikiran kita tidak mau menyelaraskan dengan iman di hati. Sehingga, kita lebih
menyukai solusi-solusi yang sifatnya material (tampak mata), sekaligus tidak adanya keseimbangan di
dalam diri kita. Hati kita sudah mau berorientasi kepada Allah dan akhirat, sedangkan pikiran kita masih
sibuk dengan hitung-hitungan duniawi. Itulah salah satu sebab, kenapa kita sudah rajin beribadah, tetapi
masih suka gelisah.

Anda mungkin juga menyukai