Anda di halaman 1dari 1

Dimanakah Allah yang sebaliknya, kepahitan hidup, kepedihan, dukacita yang taka da

hentinya. Apakah TUhan masih peduli ? bukan kah kita Anak Allah
Umbara Nani Tu Puang sehingga kita memangil Allah itu Bapa, tapi mengapa Sang Bapa
tega melihat anakNya berada dalam sebuah penderitaan ?
Ayub 31:1-8
Sidang perkabungan yang sama dikasihi di dalam Yesus
Pendahuluan
Kristus melihat kehidupan Ayub yang membela diri dihadapan
Ada dua hal yang selalu bergantian dalam kehidupan kita sukacita Tuhan juga mungkin pernah terjadi dalm kehidupan kita. Pertanyaan
dan dukacita. Tetapi mengapa saat dalm sukacita kita tidak bertanya demi pertanyaan mengapa hal itu harus terjadi {sisonda tongan moya
di manakah Allah ? justru ketika kita dalam Dukacita baru bertanya te tau male metampe} tae’pa dikka’ na mangka tu misa’ sae omo
dimanakah Allah ? senga’na {keadaan keluarga}. Tetapi yang harus kita semua ingat
adalah Tuhan tidak jauh Tuhan tidak menutup mata dan tidak
Isi berdiam diri, Ia justru terus memelihara dan terus menopang segenap
keluarga. Pertanyaannya adalah sudahkah kita memandang kepada
Pada perikop ini sekali lagi Ayub mengungkapkan
Tuhan dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan ? Matius 8:23-27
perasaannya terhadap apa yang ia alami dihadapan Allah. Ia
menggambarkan bagaimana Angin ribut yang saat itu melanda kapal
membela dirinya di hadapan Allah bahwa ia tidak berdosa dalam hal
murid-murid dan Yesus tetapi para murid kwatir bahkan takut
hawa nafsu dan pikiran-pikiran yang kotor {ay. 1-4} berdusta dan
padahal Yesus ada bersama mereka. Hal yang sama juga kadang
berbohong untuk mendapatkan keuntungan {5-8}. Ia juga
terjadi dalam kehidupan kita, kita kadang tidak merasakan Tuhan
menekankan bahwa tidak Ia memperlakukan orang disekitarnya
hadir karena kita terlalu sibuk dengan kekatiran kita “Apa moladi
dengan baik {13-23} bebas dari keserahakan, balas dendam dan lain-
pogau’ dll”
lain. Melihat hal-hal ini Ia berani untuk membela dirinya di hadapan
Allah, sehingga muncul pertanyaan mengapa Allah melakukan Ayub yang dalm ketidak berdosaannya tetap berusaha
semua yang tidak baik di dalam kehidupan Ayub, segala yang Ia bersabar dan ingin tahu apa sebenarnya yang Tuhan akan nyatakan
miliki harus di ambil oleh Allah {harta benda, ternak, orang-orang dan dalam keteguhan hatinya, Tuhan justru mengembalikan apa yang
disekitarnya bahkan anak dan istrinya pun meninggalkan dia}. hilang darinya tujuh kali lipat dan inilah yang harus kita lakukan saat
ini orang tua sdra(i) menangislah dan merataplah tetapi jangan lupa
Melihat keadaan yang di alami oleh Ayub saat itu dalam
bahwa Tuhan selalu untuk menolong kita, ia tidak akan pernah
pemikiran kita “ko mbai inang tae’ tongan rakaya gai’na tu
meninggalkan kita dan belajarlah untuk selalu membuka diri melihat
ma’patongan ? sedangkan tau dikua tae’ kekuranganna, tapi inang
kehadiran Tuhan maka Ia akan melakukan hal yang luar biasa untuk
menderita pa apalagi tu kita te to madosa ?” atau juga kita mungkin
menolong kita.
akan bertanya jika seperti itu dimanakah Allah ? den tongan siaraka ?
meongli’ki’ apa susi to tae’ jawaban, justru yang terjadi adalah hal Amin

Anda mungkin juga menyukai