Kelas : B Teologi
Nirm : 2020175002
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penderitaan merupakan bagian dalam hidup manusia. Beragam bentuk penderitaan
manusia dan beragam pulatanggapn manusia menghadapi penderitaan. Tapi wajar orang jahat
menderita, tetapi melihat orang baik menderita kebanyakan akan sulit memberi
tanggapan.mengapa orang benar harus menderita , beginilah yang dihadapi Ayub.
Dalam pemahaman manusia, bahwa setiap orang yang hidup benar dihadapan Tuhan akan hidup
dalam kebahagiaan dan bagi orang yang hidup tidak benar serta jauh dari Tuhan akan hidup
menderita. Namun dalam kenyataan hidup, terkadang ditemui bahwa orang yang hidup tidak
benar, jauh dari Tuhan, tidak takut akan Tuhan, hidup dengan berlimpah materi, mengalami
kebahagiaan. Sebaliknya justru ada orang yang hidup benar dihadapan Tuhan, takut akan Tuhan,
mengalami hidup yang berat dan menghadapi penderitaan dalam hidupnya. Salah satu contoh
yang terjadi adalah pengalaman hidup Ayub.
Kitab Ayub menceritakan riwayat seorang laki-laki yang makmur dan baik kelakuannya,
Ia bernama Ayub ia yakin bahwa ia sanggup menentukan hidupnya,asal saja ia bertindak dengan
bijaksana. Akan tetapi Ayub Hal ini karena anggapan yang sudah melekat pada pemikiran
manusia bahwa orang yang hidup benar, baik, jujur, dan memiliki relasi yang dekat dengan
Tuhan akan menikmati kehidupan yang baik dan bahagia. Dengan anggapan ini, orang akan sulit
menerima keadaan yang sulit, dan cenderung mempersalahkan Tuhan serta kecewa dengan
keadaan yang dia alami. Pada fakta ini kita bertanya mengapa menderita? Oleh karena itu disini
kita akan membahas tentang hal penderitaan yang dialami oleh orang benar seperti Ayub.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Penderitaan.?
2. Pandangan tentang Penderitaan Ayub..?
3. Mengapa orang benar menderita
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian penderitaan
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan terhadap penderitaan Ayub 3. Untuk mengetahui
mengapa orang benar menderita.
BAB II
ISI
1. PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan merupakan sebuah sekolah pembelajaran pada tingkta yang lebih tinggi
karena penderitaan merupakan tempat di mana bumi dan surga bertemu dan berupaya supaya
mampu menguasai dan memahami maknanya , untuk melanjutkan rekonsiliasai dan
perdamaian.
Menurut Edward Kuhlman: penderitaan adalah situasi dasar yang membingungkan dan
berbahaya yang dialami mansusia. Tidak seorang pun yang mampu melarikan diri dari
kehidupan tanpa mengalami pendeeritaan, meskipun banyak dipenuhi obsesi dengan
upayaupaya untuk melanjutkannya. Penderitaan adalah komdisi kehidupan yang mendominasi
dan sulit dijelaskan standar dari kehidupan kita. Di “tempat pertemuan” inilah Allah dan
manusia bertemu. Di sini kita bertemu satu sama lain di dalam kemanusiaan, dan yang lebih
penting
Allah menemui kita.1
Namun, jika penderitaan itu adalah sebuah tempat di mana kita bertemu satu lain sebagai
manusia dan bahkan bertemu dengan Allah, mengapa membicarakan kebenaran mengenai hal
1 Edward Kuhlman, An Ouerwhelming Interference (Old Tappan, N.L.: Fleming H. Revell Company, 1986), hlm.18
itu kadang-kadang terdengar seperti bidat (ajaran sesat), penghujatan, atau lebih parah lagi dari
pada itu? Dan mengapa kadang-kadang orang0orang yang mengalami penderitaan ditanya,
diharapkan atau dituntuk untuk berpura-pura megenai apa yang sebenarnya mereka rasakan,
padahal menyatakan kebenaran itu lebih dekat kepada kesalehan ketimbang berpura-pura?
Apakah itu sakit-penyakit, kematian, perpisahan, perceraian, perselingkuhan, pengkhianatan,
kehancuran di bidan keuangan, atau kehilangan lain yang mendatangkan penderitaan kepada
kita, barangkali seseorang mencoba “menghibur” kita dengan mengatakan “Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.” Apa lagi yang dapat kita lakukan?
Bagaimana pun, mereka megatakan yang benar, bukan?.
Sedikit sekali orang yang mau mendengarkan, untuk benar-benra mendengar ratapam kita,
untuk merasakan penderitaan kita, dan berbagi menderitaan kita, untuk sama-sama menangis
sampai kita memutuskan untuk berhenti.2
2. Pandangan tentang penderitaan Ayub Pandangan Allah
Allah sendiri tidak menyebabkan penderitaan Ayub, Ia mengijinkannya. Agak aneh bahwa dalam
menjawab Ayub, Allah tidak menyinggung masalah penderitaannya. Yang penting adalah respon
Ayub, bukan sebabnya Ayub menderita. Ayub bukan menderita karena dosanya, tetapi janganlah
Ayub berdosa dalam penderitaannya. Penderitaan adalah panggilan untuk tetap percaya dan
berserah meskipun kita tidak mengerti. Allah adalah adil, berdaulat, dan setia apapun yang
terjadi.
Banyak orang beranggapan bahwa Allah sependapat dengan iblis dan telah terjadi kesepakatan
diantara keduanya. Tetapi tidak demikian nyatanya; Meskipun Allah mengizinkan Iblis untuk
mencobai Ayub, bukan berarti Allah sependapat dengan Iblis. Iblis begitu giat mencari-cari
kesalahan yang bersifat sinis dan menghancurkan. Iblis mencetuskan bahwa Ayub setia kepada
Allah karena kemakmuran yang ia terima. Itulah sebabnya Allah ingin menunjukkan kepada Iblis
bahwa tidak ada seorangpun yang seperti Ayub, yang demikian salehnya, takut akan Allah,
menjauhi kejahatan dan tekun dalam kesalehannya. Allah melihat bahwa kesetiaan Ayub tidak
seperti yang dikatakan iblis oleh karena kemakmurannya. Ketika penderitaan datang bersikaplah
benar. Jika ada dosa akuilah, tetapi milikilah perspektif yang benar. Allah tidak pernah mencobai
(menginginkan kita jatuh), Ia menguji (supaya iman kita bertumbuh).
Pandangan Elihu
Setelah pembicaraan dengan ketiga sahabat pertama selesai, maka Elihu pun angkat bicara. Elihu
juga adalah sahabat Ayub, tetapi karena dialah yang paling muda maka ia berdiam diri untuk
memberi kesempatan kepada yang lebih tua. Elihu tidak setuju dengan ketiga sahabat Ayub yang
menuduh Ayub telah berbuat dosa. Ia juga tidak setuju sama sekali dengan Ayub yang
membebaskan diri dari segala kesalahan; kedua pihak sangat melebihi pendapat masing-masing.
Elihu menganggap pendritaan Ayub sebagai deraan Allah terhadap Ayub. Ia menasihati Ayub
2 David B. Biebel, Kebaikan Allah vs Penderitan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2008), hlm. 17
untuk bertobat oleh karena dengan perkataan yang diucapkannya itu ia telah berbuat dosa dan
dosa itu harus diakui.
Dalam uraian Elihu, ia memakai teologi penciptaan untuk menggempur pendapat Ayub bahwa
haknya tidak diperhatikan oleh Allah, dengan kata lain bahwa Allah tidak adil (34:5-6), dan
bahwa tidak ada gunanya menjadi orang benar yang dikenan Allah, karena akan terkena
penderitaan yang dahsyat juga. Menurut Elihu, Allah adalah pencipta yang Mahakuasa. Jika Ia
menarik kembali roh-Nya, maka binasalah segala yang hidup dan manusia kembali kepada debu.
Bagi Elihu, keadilan dan kemahakuasaan Allah adalah satu. Karena Allah adalah pencipta yang
mahakuasa, maka Ia adil. Itulah kesimpulan yang akan diambil orang-orang yang berakal budi
dan memiliki hikmat, itulah yang membedakan kita dari binatang (35:15). Oleh karena itu, apa
yang diungkapkan Ayub merupakan perkataan dari orang yang tidak berakal budi atau yang akal
budinya tertutup oleh berbagai masalah. Allah bukannya tidak memperhatikan penderitaan. Ia
memperhatikan Ayub, tetapi Ia tidak menjawab karena Ayub congkak. Dalam uraian ini, Ayub
dikecam oleh Elihu sebagai orang yang menghujat Allah dan bersekongkol dengan orang jahat
dan fasik (34:7-8), tidak berpengetahuan dan kata-katanya tidak mengandung pengertian (34:35),
banyak bicara terhadap Allah (34:37) dan besar mulut (35:16). Andaikata Ayub rendah hati, ia
pasti akan melihat rencana Ilahi.
Penderitaan itu adalah alatnya untuk menjauhkan atau memisahkan orang percaya
dari Allah (Ayub 1:9-11) Argumennya adalah dengan kebahagiaan dan kelimpahan yang
diberikan Allah kepada Ayub membuat Ayub menjadi manusia saleh. Dan kalau Allah
berhenti memberkati Ayub maka dia akan berhenti menyembah Allah. Dengan demikian
Iblis berusaha menciptakan kesusahan dan derita dalam kehidupan manusia (Ayub).
Dalam Ayub 2:4-7 ketika Iblis melihat bahwa derita yang dialami oleh Ayub belum
berhasil membuat Ayub mengutuki Tuhan, maka Iblis menambah penderitaan Ayub.
Dalam kasus ini memang kadang kala Iblis menang dan dapat membuat manusia itu
berbalik dari Allah. Contohnya adalah isteri Ayub yang menyuruh Ayub mengutuki
Allah. Namun sesungguhnya penderitaan tidak bisa memisahkan manusia dari Allah.
Malahan penderitaan yang dimaksudkan Iblis untuk memisahkan manusia dari Allah,
justru membawa orang semakin dekat kepada Tuhan.
3 Marie-Claire Barh Frommel, Ayub Bergumul dengan Penderitaan, Bergumul Dengan Allah. Jakarta: Gunung
Maulis, 2016, hlm. 3
Bencana atau penderitaan tidak datang dengan sendirinya (5:5-7). Tetapi kalau orang
mengalami kesusahan itu diakibatkan oleh dosanya sendiri (10:14-15)
Penderitaan sebagai teguran Allah adalah suatu kebahagiaan (5:17-23). Karena Tuhan
menyediakan pertolongan.
Kefasikan sebagai sumber penderitaan/bencana (15:20-28)
Dosa membawa penderitaan dan penghukuman dari Allah (22:1-5, 23-28). Jalan
keluarnya adalah dengan bertobat.
Penderitaan datang sebagai akibat melupakan Allah (8:1-5,13). Selain itu ketiga
sahabatnya yang pertama, Elihu juga memberikan pernyataan tentang penderitaan
yang walaupun konsepnya hampir sama dengan ketiga sahabatnya yang lain.
Bahwa dalam segala yang dialami manusia Allah tidak berbuat curang. Apa yang
dilakukan Allah kepada seseorang setimpal dengan apa yang diperbuat orang tersebut
(34:10-12). Tuhan tidak pernah memandang rupa dalam menjatuhkan penghukuman.
Jadi tidak ada gunanya menyalahkan Allah dalam pengalaman penderitaan kita.
Tujuan penderitaan yang dialami seseorang adalah jalan kepada pertobatan.
Sesungguhnya Allah itu mulia (36:22) dan jalan hidup yang dipilih Tuhan untuk
seseorang itu sungguh sempurna. Seseorang kadang kala harus mengalami
kesengsaraan supaya dia sadar akan kesalahannya. Elihu berpendapat penderitaan itu
seringkali sebagai jalan menuju pertobatan (36:11-16)
4 .Tafsiran Alkitab Masa Kini2 Ayub-Maleakhi, Yayasan komunikasi Bina Kasih,Jakarta 1996,hal:73
3. Menurut Ayub
Terjadi beberapa perubahan respon Ayub dalam menanggapi penderitaan yang
dialaminya. Inilah beberapa pandangan terhadap penderitaan yang dialaminya.
Penderitaan itu datangnya atas seizin Allah. Dia percaya segala sesuatu yang baik
maupun penderitaan itu datangnya dari Allah. Misalnya dalam Ayub 1:21 dan Ayub
2:10 dia mengatakan bukan hanya yang baik yang datang dari Allah, tetapi juga yang
buruk (yang buruk dalam konteks penderitaan).
Kehidupan manusia adalah suatu pergumulan. Dalam pasal 6-10 Ayub
mengungkapkan pendapatnya tentang hakekat hidup manusia. Manusia hidup dalam
berbagai pergumulan, hidupnya penuh dengan kesusahan. Manusia membutuhkan
tempat perlindungan. Dalam bagian kitab ini juga Ayub mengungkapkan
keputusasaanya menghadapi pergumulannya, sehingga dia mengatakan kalau bisa
secepatnya mati (7:15).
Ada maksud Allah dalam penderitaan yang dialaminya. Pernyataan Ayub dalam pasal
9-10,11-17 mengemukakan pendapatnya tentang makna penderitaan itu sekaligus
juga mengungkapkan pembenaran dirinya. Di satu sisi dia yakin bahwa hikmat Allah
tidak terbatas. Sehingga sesuatu yang terjadi itu, termasuk penderitaannya ada dalam
rancangan hikmat Allah. Dan ada tujuan Allah mengizinkan penderitaan itu datang
padanya. Namun di sisi lain Ayub membela diri, dengan argumen bahwa dia tidak
bersalah apa-apa. Khususnya pada pasal 13 merupakan pembelaan dirinya, dengan
bertanya mengapa dia harus dihukum seperti itu? Puncaknya adalah pada pasal 31
Ayub menyatakan ketidak bersalahannya dihadapan Allah, dan dia minta jawaban
dari Allah mengapa menderita (31:35)“hendaklah yang Mahakuasa menjawab aku”.
Allah akan menolong dan membebaskan manusia dari penderitaannya. Pemikiran ini
di ungkapkan Ayub pada pasal 19:25-27. Bahwa pada akhirnya Allah sendiri akan
bangkit untuk menolongnya dari kesengsaraannya.
5 J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996, hlm. 28
6 Hugh Ross, Harta Karun Yang Tersembunyi Dalam Kitab Ayub. Light Publishing, 2011, hlm. 45
akhirnya mengubah yang hipotetis ke dalam lingkup kehidupan praktis, di mana orang-orang
percaya yang menderita dapat beroleh kekuatan iman. Metode penelitian yang digunakan
dalam kajian ini adalah metode analisis naratif atau kritik naratif terhadap Ayub pasal 1 dan
2. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu dan tidak
ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan, tapi ada rencana Tuhan di dalamnya. Oleh
karenanya, bercermin dari pengalaman Ayub tersebut, penting melakukan refleksi diri dan
sekaligus penyerahan diri sehingga pada akhirnya tidak mengalami keputusasaan di tengah
penderitaan.7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
penderitaan adalah situasi dasar yang membingungkan dan berbahaya yang dialami
mansusia. Tidak seorang pun yang mampu melarikan diri dari kehidupan tanpa mengalami
pendeeritaan, meskipun banyak dipenuhi obsesi dengan upaya-upaya untuk melanjutkannya.
Penderitaan adalah komdisi kehidupan yang mendominasi dan sulit dijelaskan standar dari
kehidupan kita. Di “tempat pertemuan” inilah Allah dan manusia bertemu. Di sini kita bertemu
satu sama lain di dalam kemanusiaan, dan yang lebih penting Allah menemui kita
Kisah Ayub, dari penderitaan yang dalaminya, pergumulannya dalam memaknai
penderitaan itu, dan akhirnya kebahagiann yang diperoleh sebagai anugerah Allah telah
mendorong kita untuk lebih bisa memaknai menderitaan itu sebagai suatu hal yang patut kita
syukuri dalam kehidupan kita. Penderitaan dan kejahatan pasti selalu ada dan nyata, dapat
diamati dan dirasakan sehingga mau atau tidak mau harus ada upaya untuk memahami dan
memaknainya.
Kita pasti pernah menggerutu tentang Allah. Karena orang yang setia bernama Ayub
menyuarakan penderitaan, kebingungan, dan kemarahannya, semua orang dapat memperoleh
manfaat dari integritasnya dan juga dari pengetahuannya dan kesadaran yang diterimanya.
7 Stevanus, Kalis. "Kesadaran Akan Allah Melalui Penderitaan Berdasarkan Ayub 1-2." DUNAMIS: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristiani 3.2 (2019): 111-134.
DAFTAR PUSTAKA
Marie-Claire Barh Frommel, Ayub Bergumul dengan Penderitaan, Bergumul Dengan Allah.
Jakarta: Gunung Maulis, 2016,
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996
Hugh Ross, Harta Karun Yang Tersembunyi Dalam Kitab Ayub. Light Publishing, 2011
Tafsiran Alkitab Masa Kini2 Ayub-Maleakhi, Yayasan komunikasi Bina Kasih,Jakarta 1996
Stevanus, Kalis. "Kesadaran Akan Allah Melalui Penderitaan Berdasarkan Ayub 1-2."
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 3.2 (2019