memahami keadilan Allah dan penderitaan manusia yang tidak bersalah (bdk. tulisan Mesopotamia dan Mesir) Ditulis pada masa pembuangan di Babel dan sesudahnya (Masih diperdebatkan) Kitab Ayub sebagai sebuah mashal (kebijaksanaan): Dalam kerangka kitab Ayub, mashal yang ditawarkan adalah proses pembentukan nilai kebijaksanaan hidup melalui “cara pandang manusia terhadap Allah” di satu pihak, dan “cara pandang Allah terhadap Allah sendiri” di lain pihak. Teodise (Keadilan Allah) Kitab Ayub tidak bicara pertama-tama tentang “manusia,” tetapi tentang “Allah.” Bukan tentang “penderitaan tanpa sebab yang menimpa manusia,” tetapi tentang “gambaran Allah yang membiarkan penderitaan tanpa sebab itu menimpa manusia.” Prolog (1:1 – 2:13) : Ada taruhan di surga. Ayub yang benar mengalami kehancuran total. Tiga sahabat datang menghiburnya Dialog puitis (3:1 – 31:40): Sesudah meratapi nasibnya yang buruk, ketiga sahabatnya bangkit untuk membela Allah. Mereka ganti membantah lewat tiga lingkaran wejangan sampai Ayub mengakhirinya dengan sumpah bahwa dia tak bersalah. Percakapan Elihu (32:1-37:24). Seorang anak muda menyela dan mengatakan sesuatu yang baru dan sangat membantu Percakapan Yahwe (38:1 – 42:60) Yahwe menjawab dalam dua wejangan panjang dan membuat Ayub terdiam Epilog (42:7-17): Kesejahteraan Ayub dikembalikan dan mereka hidup bahagia selama-lamanya. Tokoh dalam Kisah Ayub: Ayub, Elifas, Bildad, Zofar, Elihu, dan Allah sendiri. Siapakah Ayub? [Yak 5:11] [tokoh fiktif, tidak ada dalam sejarah, simbol manusia jujur dan saleh yang menderita]. Mohon dibaca buku “Bertarung dengan Allah” tentang Ayub Ayub adalah orang yang dengan aktif, bersungguh-sungguh dengan segala macam cara berusaha berpegang teguh pada prinsip dan pemahamannya akan pengalaman hidupnya dan akan pengenalannya akan Allah sendiri. Adegan I (1:1-5) Dunia.Tokoh: Ayub [iyyob=menjadi musuh; Di mana Ayah (Allah)ku]. [Ayb 1:1]. Non Israel (Us=selatan Yordan//Edom). Ayub : Takut akan Allah –bukan seperti ketakutan seorang budak terhadap tuannya, tetapi jawaban atas iman menghasilkan kemakmurandan kepenuhan hidup (bdk Ams.3:13-18). Adegan 2 (1:6-12) Sidang Surgawi. Yhwh dan anak-anak Allah, termasuk Iblis di dalamnya [iblis=lawan, agen rahasia Allah yang mengawasi segala hal di dunia, bersikap skeptis dan melihat kesalehan Ayub semata-mata untuk mendapatkan sesuatu meminta ijin YHWH untuk mencobai Ayub Adegan 3 (1:13-22) Dunia. Bencana pertama menimpa Ayub [kehilangan harta milik], tetapi dia masih bisa memuji Allah. Adegan 4 (2:1-6) Sidang Surgawi. Iblis meminta ijin untuk mencobai Ayub. Adegan 5 (2:7-13) Dunia. Bencana kedua menimpa Ayub [mengalami penyakit], tetapi dia tidak berdosa dengan mengutuki Allah. TUHAN TIDAK PERNAH MENCIPTAKAN KEJAHATAN, TETAPI TUHAN MEMBIARKAN KEJAHATAN? Mengapa? Allah menggunakan kejahatan dan penderitaan untuk kepentingan kita. Mengutuki hari kelahiran (3:3-9). Hari//terang = simbol kehidupan ; malam//gelap simbol kematian. Meminta supaya seluruh ciptaan tidak pernah ada. Ayub berada di titik nadir (biarlah menjadi kegelapan dan mengungkap apa yang dia rasakan [sangat manusiawi]. Makna: Jika tidak pernah merasakan, maka tidak akan pernah mengetahui [holistik]. Sheol (3:11-12). Dunia orang mati dalam tradisi Yahudi SpiritYahudi: keutamaan hidup dan berpusat pada Allah, bukan untuk ganjaran di masa depan. Melakukan apa yang diinginkan Allah karena Allah adalah Allah. Iman orang Yahudi: iman demi iman itu sendiri. Allah adalah Allah, aku adalah ciptaannya. Allah adalah baik dan aku harus seperti Allah. Doktrin tradisional retribusi (balasan): yang baik menjadi bahagia karena diganjar, yang jahat menderita karena dihukum. Segala sesuatu ada sebabnya. (ay 1- 5,17). Tuduhan Elifas: Ayub menderita maka dia orang jahat, jika Ayub merasa benar, ini salah karena manusia tidak mungkin benar di hadapan Allah. Elifas: bukan sahabat, sebab menuduh, berlaku seperti guru, menceramahi orang yang menderita! Ayub (6:4): Aku sedang menderita, tidak bisakah kamu merasakan sesuatu dari padaku? Mendengarkan yang membebaskan (redemptive listening). Dalam hidup spiritual, lebih penting untuk belajar mendengarkan daripada tahu berbicara. Apakah kita seperti Elifas? Konselor yang baik, bisa mendengarkan cerita orang lain. Lewatkan keinginan untuk memberi jawaban terhadap masalah orang lain. Be there with life, beradalah bersama dengan kehidupan. Inilah satu-satunya cara mengatasi kematian, persahabatan sejati. Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. (Ams 17:17 ITB) Tuduhan Bildad: 8:3-6 => Keadilan Allah atau Allah adil. Ajaran yang kita warisi sampai sekarang ini, keselamatan tergantung pada kesempurnaan hidup kita. Jawaban Ayub (bab 9): 9:1,4 = Aku tahu aku tidak memiliki kesempatan, aku tahu Allah benar. Aku hanya tidak mengerti dalam hal ini bagaimana dia benar. Aku hanya ingin menunggu saja. Menunggu adalah tindakan iman. Iman tidak sama dengan memiliki jawaban religius atau saleh. Iman adalah mau hidup tanpa jawaban. Melompat dari kenyamanan menuju ketidaknyamanan. (Richard Rohr 74-75) Baca 9:5-7 (Ayub tidak pernah menghilangkan Tuhan); Allah yang ambivalen (9:17-19).