Anda di halaman 1dari 20

Albertus Purnomo, OFM

 Ayub: Karya Klasik – perjuangan untuk


memahami keadilan Allah dan penderitaan
manusia yang tidak bersalah (bdk. tulisan
Mesopotamia dan Mesir)
 Ditulis pada masa pembuangan di Babel
dan sesudahnya (Masih diperdebatkan)
 Kitab Ayub sebagai sebuah mashal
(kebijaksanaan): Dalam kerangka kitab
Ayub, mashal yang ditawarkan adalah
proses pembentukan nilai kebijaksanaan
hidup melalui “cara pandang manusia
terhadap Allah” di satu pihak, dan “cara
pandang Allah terhadap Allah sendiri” di
lain pihak.
 Teodise (Keadilan Allah)
 Kitab Ayub tidak bicara pertama-tama
tentang “manusia,” tetapi tentang “Allah.”
Bukan tentang “penderitaan tanpa sebab
yang menimpa manusia,” tetapi tentang
“gambaran Allah yang membiarkan
penderitaan tanpa sebab itu menimpa
manusia.”
 Prolog (1:1 – 2:13) : Ada taruhan di surga.
Ayub yang benar mengalami kehancuran
total. Tiga sahabat datang menghiburnya
 Dialog puitis (3:1 – 31:40): Sesudah
meratapi nasibnya yang buruk, ketiga
sahabatnya bangkit untuk membela Allah.
Mereka ganti membantah lewat tiga
lingkaran wejangan sampai Ayub
mengakhirinya dengan sumpah bahwa dia
tak bersalah.
 Percakapan Elihu (32:1-37:24). Seorang
anak muda menyela dan mengatakan
sesuatu yang baru dan sangat membantu
 Percakapan Yahwe (38:1 – 42:60) Yahwe
menjawab dalam dua wejangan panjang
dan membuat Ayub terdiam
 Epilog (42:7-17): Kesejahteraan Ayub
dikembalikan dan mereka hidup bahagia
selama-lamanya.
 Tokoh dalam Kisah Ayub: Ayub, Elifas,
Bildad, Zofar, Elihu, dan Allah sendiri.
 Siapakah Ayub? [Yak 5:11] [tokoh fiktif,
tidak ada dalam sejarah, simbol manusia
jujur dan saleh yang menderita].
 Mohon dibaca buku “Bertarung dengan
Allah” tentang Ayub
 Ayub adalah orang yang dengan aktif,
bersungguh-sungguh dengan segala
macam cara berusaha berpegang teguh
pada prinsip dan pemahamannya akan
pengalaman hidupnya dan akan
pengenalannya akan Allah sendiri.
 Adegan I (1:1-5) Dunia.Tokoh: Ayub
[iyyob=menjadi musuh; Di mana Ayah
(Allah)ku]. [Ayb 1:1]. Non Israel
(Us=selatan Yordan//Edom).
 Ayub : Takut akan Allah –bukan seperti
ketakutan seorang budak terhadap
tuannya, tetapi jawaban atas iman 
menghasilkan kemakmurandan
kepenuhan hidup (bdk Ams.3:13-18).
 Adegan 2 (1:6-12) Sidang Surgawi. Yhwh
dan anak-anak Allah, termasuk Iblis di
dalamnya [iblis=lawan, agen rahasia Allah
yang mengawasi segala hal di dunia,
bersikap skeptis dan melihat kesalehan
Ayub semata-mata untuk mendapatkan
sesuatu  meminta ijin YHWH untuk
mencobai Ayub
 Adegan 3 (1:13-22) Dunia. Bencana
pertama menimpa Ayub [kehilangan harta
milik], tetapi dia masih bisa memuji Allah.
 Adegan 4 (2:1-6) Sidang Surgawi. Iblis
meminta ijin untuk mencobai Ayub.
 Adegan 5 (2:7-13) Dunia. Bencana kedua
menimpa Ayub [mengalami penyakit], tetapi
dia tidak berdosa dengan mengutuki Allah.
 TUHAN TIDAK PERNAH MENCIPTAKAN
KEJAHATAN, TETAPI TUHAN
MEMBIARKAN KEJAHATAN? Mengapa?
Allah menggunakan kejahatan dan
penderitaan untuk kepentingan kita.
 Mengutuki hari kelahiran (3:3-9).
Hari//terang = simbol kehidupan ;
malam//gelap simbol kematian.
 Meminta supaya seluruh ciptaan tidak pernah
ada.
 Ayub berada di titik nadir (biarlah menjadi
kegelapan dan mengungkap apa yang dia
rasakan [sangat manusiawi].
 Makna: Jika tidak pernah merasakan, maka
tidak akan pernah mengetahui [holistik].
 Sheol (3:11-12). Dunia orang mati dalam
tradisi Yahudi

 SpiritYahudi: keutamaan hidup dan
berpusat pada Allah, bukan untuk ganjaran
di masa depan.
 Melakukan apa yang diinginkan Allah
karena Allah adalah Allah.
 Iman orang Yahudi: iman demi iman itu
sendiri. Allah adalah Allah, aku adalah
ciptaannya. Allah adalah baik dan aku
harus seperti Allah.
 Doktrin tradisional retribusi (balasan): yang
baik menjadi bahagia karena diganjar,
yang jahat menderita karena dihukum.
Segala sesuatu ada sebabnya. (ay 1-
5,17).
 Tuduhan Elifas: Ayub menderita maka dia
orang jahat, jika Ayub merasa benar, ini
salah karena manusia tidak mungkin benar
di hadapan Allah.
 Elifas: bukan sahabat, sebab menuduh,
berlaku seperti guru, menceramahi orang
yang menderita! Ayub (6:4): Aku sedang
menderita, tidak bisakah kamu merasakan
sesuatu dari padaku?
 Mendengarkan yang membebaskan
(redemptive listening). Dalam hidup
spiritual, lebih penting untuk belajar
mendengarkan daripada tahu berbicara.
 Apakah kita seperti Elifas? Konselor yang
baik, bisa mendengarkan cerita orang lain.
Lewatkan keinginan untuk memberi jawaban
terhadap masalah orang lain.
 Be there with life, beradalah bersama
dengan kehidupan. Inilah satu-satunya cara
mengatasi kematian, persahabatan sejati.
 Seorang sahabat menaruh kasih setiap
waktu, dan menjadi seorang saudara dalam
kesukaran. (Ams 17:17 ITB)
 Tuduhan Bildad: 8:3-6 => Keadilan Allah
atau Allah adil. Ajaran yang kita warisi
sampai sekarang ini, keselamatan
tergantung pada kesempurnaan hidup kita.
 Jawaban Ayub (bab 9): 9:1,4 = Aku tahu
aku tidak memiliki kesempatan, aku tahu
Allah benar. Aku hanya tidak mengerti
dalam hal ini bagaimana dia benar. Aku
hanya ingin menunggu saja.
 Menunggu adalah tindakan iman. Iman
tidak sama dengan memiliki jawaban
religius atau saleh. Iman adalah mau hidup
tanpa jawaban. Melompat dari
kenyamanan menuju ketidaknyamanan.
(Richard Rohr 74-75)
 Baca 9:5-7 (Ayub tidak pernah
menghilangkan Tuhan); Allah yang
ambivalen (9:17-19).

Anda mungkin juga menyukai