Anda di halaman 1dari 24

Kisah 3 Tokoh di Alkitab yang Berhasil Mengatasi Depresi

Depresi adalah kondisi yang umum, yang mempengaruhi jutaan orang, baik orang Kristen
maupun non-Kristen. Orang-orang yang menderita depresi biasanya mengalami perasaan sedih,
marah, putus asa, kelelahan yang sangat dalam, dan juga berbagai gejala lainnya. Mereka
biasanya merasa tidak berguna dan ingin bunuh diri, kehilangan minat dalam berbagai hal dan
menghindari orang-orang yang sebelumnya dekat dengan mereka.

Depresi sering dipicu oleh kejadian-kejadian seperti kehilangan pekerjaan, kematian orang yang
dikasihi, perceraian, masalah psikologis seperti perlakuan kasar atau rendahnya harga diri dan
lain sebagainnya. Walaupun di Alkitab kata depresi tidak bisa kita temukan, tapi kita bisa
menemukan beberapa sosok yang tampak berada dalam posisi depresi dalam hidupnya.

Mari belajar menghadapi depresi dari 3 sosok ini:

1. Daud

Kita tahu kalau Daud adalah salah satu tokoh besar Alkitab yang mengalami depresi yang cukup
besar. Dia mengalami masa yang sangat sulit dalam hidupnya. Dia melarikan diri dari Raja Saul
karena ancaman bahwa dirinya akan dibunuh.

Di sebagian besar bagian kitab Mazmur, kita bisa baca keluhan-keluhan dan keadaan Daud yang
sangat putus asa. Dia memakai kata-kata seperti kewalahan, beban berat, tertunduk, terganggu,
masalah dan kematian. Kata-kata menggambarkan bahwa keadaannya tampak sangat
mengerikan.

Tapi di beberapa bagian, Daud tetap mengingat bahwa Tuhan itu adalah sumber harapan.
Dari Daud kita belajar bahwa bagaimana kita perlu mengingatkan diri kita akan janji-
janji Tuhan saat dalam keadaan depresi. Walaupun kita merasa keadaan tidak akan jauh lebih
baik, kita bisa meningat bagaimana Tuhan datang di masa lalu dan tidak akan pernah
mengecewakan kita.

2. Ayub

Hanya dalam sehari, Ayub kehilangan semua kepunyaannya mulai dari keluarga, harta benda dan
kesehatannya. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bisul bernanah, dia hanya punya istri dan
teman-temannya. Tapi sayangnya, orang-orang terdekatnya sendiri gak sudi dekat dengan dia.

Dalam kondisi yang merasa terbuang, dia tetap menaruh harapan di dalam Tuhan. Imannya gak
pernah goyah. Walaupun dalam beberapa perikop kita melihat dia mengungkapkan seluruh keluh
kesahnya ke Tuhan, tapi pada akhirnya dia memilih untuk berserah.

Dari Ayub kita belajar bahwa gak semua saran yang kita terima dari orang lain itu selalu jadi
yang terbaik buat kita. Kita harus selalu mengoreksinya sesuai dengan Alkitab. Kedua, kita juga
belajar untuk mengasihi dan memuji Tuhan dalam kondisi apapun itu. Mudah buat kita untuk
memuji Tuhan saat keadaan kita baik-baik saja. Tapi begitu keadaan buruk terjadi, kita malah
mengutuki Tuhan.
Dari Ayub kita belajar untuk tidak bergantung pada keadaan. Tapi memilih untuk
percaya
pada rencana Tuhan.

3. Ruth

Rut adalah salah satu sosok yang mengalami depresi atau putus asa. Masa sulit yang dialami Rut
dimulai sejak kematian suaminya (Rut 1: 5). Sejak itu dia mengalami kesulitan secara ekonomi.
Setelah itu, dia harus mendengar ibu mertuanya memutuskan untuk meninggalkan Moab dan
kembali ke tanah kelahirannya. Tanpa suami dan harus meningalkan tanah kelahirannya dengan
seorang wanita tua. Bayangkan betapa berat beban yang dipikul oleh Rut saat itu.

Rut menghadapi keadaan yang sangat menakutkan. Di negeri asing tanpa suami, dia tak bisa
melakukan apa-apa selain menangis dan meratap. Sayangnya, dia memutuskan untuk melayani
ibu mertuanya. Pada akhirnya, Tuhan hadir dan memberikati dia. Dia bahkan bertemu dengan
suami keduanya dan mereka hidup sangat bahagia.

Saat dalam keadaan sulit, Rut tidak langsung melihat Tuhan akan menyediakan hal
yang baik baginya. Tapi justru dengan menghadapi dan melewati masa itu dengan setia,
dia mendapati hal yang tak terduga di depan.

Kita harus secara sadar memandang hidup ini tidak hanya terpaku kepada diri sendiri, namun
harus mulai melihat keluar. Perasaan depresi seringkali bisa hilang, ketika seseorang mulai
mengalihkan fokus dari dirinya sendiri dan memusatkan perhatian pada Kristus dan orang lain.

Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak pernah mengijinkan datangnya pencobaan yang melebihi
kemampuan kita untuk menanggungnya (1 Korintus 10:13). Sekalipun depresi itu bukanlah dosa,
kita harus bertanggung jawab dalam memberi respon terhadap kesulitan kita, termasuk mencari
pertolongan yang dibutuhkan.

Ingatlah bahwa keadaan yang seolah membuatmu depresi ini terjadi untuk mendorong iman kita
terus naik. Bukan sebaliknya memilih menyerah dan mengambil keputusan yang bertolak
belakang dari firman Tuhan.

“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah,
yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibrani 13:15)
Tokoh Firman Tuhan yang Punya Sikap Adil

Bersamakristus.org – Tokoh Alkitab yang bersikap adil. Tidak hanya memuat petunjuk hidup
bagi manusia yang ada di muka bumi, namun dalam Alkitab juga banyak diterangkan mengenai
kisah atau cerita tokoh-tokoh.

Salah satunya adalah tokoh Alkitab yang berisikap adil. Terdapat sejumlah kisah mengenai
keadilan yang terjadi di masa lalu, namun tetap dapat diaplikasikan pada masa sekarang ini.

Kata adil mengandung arti tidak berat sebelah atau memihak salah satu pihak. Demokrasi
merupakan pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak, kewajiban, sekaligus
perlakuan yang sama bagi semua negara warga negara di depan hukum.

Lalu siapa saja tokoh-tokoh Alkitab yang bisa diteladani karena sikap adilnya? Di bawah ini
kami akan menjelaskan kepada Anda secara lengkap pembahasannya, silahkan disimak.

Tokoh Kristen dalam Alkitab yang Bersikap Adil

Langsung saja tanpa banyak basa basi lagi, mari kita bahas satu per satu tokoh dalam agama
Kristen atau Alkitab yang bersikap adil. Berikut kisah mereka yang bisa dijadikan teladan.

1. Salomo

Salomo dikenal sebagai salah satu tokoh Alkitab yang bersikap adil. Suatu hari ada dua
perempuan datang kepadanya. Keduanya sama-sama melahirkan anak dan diam di dalam rumah,
namun pada pagi hari salah satu anak mati.

Keduanya mengakui anak yang hidup sebagai anaknya, Salomo kemudian memutuskan untuk
memenggal anak itu menjadi dua. Salah satu perempuan menerima keputusan itu, namun yang
lain menolak dan memilih memberikan anak itu ke perempuan lain.

Melalui pendapat itu, Salomo memutuskan pemilik anak itu adalah perempuan yang kedua.

2. Amos

Amos merupakan orang biasa, bekerja sebagai penggembala dan pemungut buah ara. Dia diutus
Tuhan untuk memberitakan firman-Nya, menyampaikan kebenaran atas ketidakadilan sosial di
Israel. Tuhan tentu tidak sembarangan memilih, karena dia merupakan sosok yang bisa bersikap
adil.

3. Daud

Dari awal, Daud sudah dikenal memiliki karakter yang selalu mengandalkan firman Tuhan. Dia
adalah raja yang diagungkan, dan bukan raja biasa. Berkat Tuhan selalu tuurn tangan atasnya
selama dia memerintah Israel, Allah juga memberkatinya untuk selalu menegakkan keadilan dan
kebenaran.
4. Debora

Tokoh Alkitab yang bersikap adil lainnya adalah Debora, dia merupakan hakim bangsa Israel.
Ketika ingin mengalahkan Sisera, Allah memintanya untuk maju melawan bangsa itu. Tapi
Barak ingin membantu Debora, kita mungkin berpikir sudah sepantasnya Barak mendapatkan
bagiannya.

Tapi Debora tetap menyatakan Sisera adalah bagiannya karena Allah sendiri yang sudah
menetapkannya. Debora menampilkan diri sebagai tokoh Alkitab yang bersikap adil, bukan
berdasarkan keadilan manusia melainkan keadilan Allah.

5. Yakobus

Yakobus adalah sosok yang bersikap adil. Sepanjang masa pelayanannya, dia merupakan orang
yang sangat adil, dia terus berdoa untuk setiap jemaat yang ada. Dia dikenal melalui keadilannya
pertama kali bersama Yohanes.

Pada saat dia mendngar orang Samaria menolak Yesus, Yakobus dan Yohanes berusaha tetap
bersikap adil. Mereka berpikir orang Samaria ini perlu mendapatkan hukuman. Tapi keadilan ini
ternyata merupakan keadilan manusia, bukan keadilan Allah.

6. Zakharia

Zakharia adalah ayah dari Yohanes Pembaptis, bukan sembarangan Allah memilihnya dan
istrinya, Elisabet untuk menjadi orangtua Yhanes. Keduanya benar di hadapan Allah, mereka
hidup sesuai ketetapan Tuhan, artinya mereka adalah tokoh Alkitab yang bersikap adil.

7. Yusuf dari Arimatea

Yusuf dari Arimatea juga menjadi sosol yang bersikap adil dan bisa diteladani. Keadilannya
ditunjukkan dengan ketidaksetujuan atas putusan tindakan majelis tentang Yesus. Dia pada
akhirnya memilih untuk menguburkan Yesus.

8. Rahab

Rahab adalah perempuan sundal, dia juga menjadi tokoh Alkitab yang bersikap adil. Suatu hari
ketika Yosua, pemimpin Israel ingin mengintai Yerikho, dia mengirimkan dua orang pengintai.

Kedua pengintai itu bermalam di rumah Rahab. Pada saat raja Yerikho memerintahkan Rahab
untuk menyerahkan kedua pengintai itu, dia menolak. Dia memberikan jalan bagi pengintai
untuk meloloskan diri, hal ini dianggap benar, tindakan adil untuk kemenangan Israel.

9. Yesus Kristus

Yesus Kristus sebenarnya merupakan pribadi yang bisa marah, namun kemarahannya didasarkan
pada keadilan. Yesus ingin emnghapus ketidakadilan yang terjadi di bait Allah.
Imam di bait Allah kemudian melakukan transaksi jual beli dan merugikan orang-orang miskin,
yang ingin memberikan persembahan korban. Kemarahan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai
tokoh Alkitab yang bersikap adil.

10. Allah Bapa

Allah Bapa juga jadi sosok yang sangat adil, kita mengenal-Nya sebagai yagn maha adil. Dia
menghakimi dunia penuh keadilan. Tidak pernah sekalipun Dia membeda-bedakan orang,
termasuk dalam penghakiman yang akan terjadi di akhir dunia nanti.

Akhir Kata

Cukup sekian pembahasan dari kami mengenai tokoh dalam alkitab yang bersikap adil. Kita juga
harus bersikap adil dalam berbagai hal di kehidupan, supaya mendapatkan berkat dari-Nya.
Kejadian 25–27

Yakub dan Esau


Dua bersaudara dan satu hak kesulungan

Ishak dan Ribka memiliki putra kembar, Yakub dan Esau Esau adalah pemburu yang terampil.
Yakub menjalani kehidupan yang sederhana dan mengikuti Tuhan.

Kejadian 25:20–28 Esau lahir terlebih dahulu. Anak sulung biasanya menerima berkat hak
kesulungan dari ayahnya. Hak kesulungan artinya dia akan memimpin keluarga dan memiliki
lebih banyak tanah dan hewan untuk membantu memelihara keluarga. Namun Esau lebih
memedulikan dirinya sendiri daripada keluarganya, dan dia tidak mematuhi orangtuanya serta
Tuhan.

Kejadian 25:25, 32; 26:34–35 Suatu hari Esau pulang dari berburu. Dia sangat lapar dan
memohon kepada Yakub untuk memberinya makan. Tuhan ingin Yakub memiliki berkat hak
kesulungan karena Esau tidak layak akan berkat itu. Yakub meminta Esau untuk menukar hak
kesulungannya dengan makanan. Esau setuju dan menukar hak kesulungannya kepada Yakub.

Kejadian 25:23, 29–34; Ibrani 11:20 dan Ishak menginginkan yang terbaik bagi anak-anak
mereka. Mereka sedih karena Esau terus melakukan hal-hal yang dia inginkan dan bukan yang
Tuhan inginkan.

Kejadian 26:34–35 Ishak semakin tua dan buta. Sebelum dia mati, dia menyuruh Esau untuk
berburu dan memasak hewan untuk dia makan dan nikmati.

Kejadian 27:1–4 Ribka tahu bahwa itulah saat bagi Ishak untuk memberikan berkat hak
kesulungan.

Kejadian 27:5 Ribka meminta Yakub untuk membawa dua hewan agar dia dapat memasak
makanan sebelum Esau kembali. Kemudian Yakub akan menerima berkat.

Kejadian 27:6–17 Yakub berpakaian seperti Esau dan membawakan makanan untuk ayahnya.
Ishak memberikan kepada Yakub berkat hak kesulungan. Ketika Esau kembali, dia sangat marah
terhadap Yakub. Namun hak kesulungan diberikan kepada Yakub karena dia mematuhi perintah-
perintah Tuhan dan Esau tidak.

Kejadian 27:18–29
4 Tokoh Alkitab yang Tidak Taat Kepada Tuhan Yesus

Selain memuat perintah dan janji Allah, Alkitab juga membahas kisah beberapa tokoh penting.
Tokoh-tokoh tersebut biasanya dikenal karena kesetiaan, ketaatan, dan pengabdiannya
terhadap Tuhan Yesus Kristus.
Namun di samping itu, ada juga tokoh Alkitab yang mengecewakan Tuhan Yesus dengan
melanggar perintah-Nya. Mereka mengabaikan ajaran Tuhan dan melakukan dosa, sehingga
mendapatkan hukuman.
1. Adam dan Hawa
Alkitab mencatat bahwa Adam dan Hawa merupakan manusia pertama yang menginjakkan kaki
di bumi. Mengutip buku 100 Cerita Alkitab untuk Anak-Anak tulisan Igrea Siswanto (2021),
Adam dan Hawa diciptakan pada hari keenam. Mereka diberikan kuasa atas semua ciptaan
Allah.
Adam dan Hawa tinggal di taman yang paling indah, yakni Taman Eden. Mereka diperbolehkan
melakukan segala sesuatu di taman tersebut, kecuali memakan buah yang memberikan
pengetahuan baik dan jahat. Apabila melanggar, Adam dan Hawa akan mati.
Bujukan ular berhasil membuat Hawa memakan buah terlarang itu. Kemudian, ia juga
membujuk Adam untuk memakan buah tersebut. Setelah melanggar perintah Allah, keduanya
mendapatkan hukuman dari Tuhan. Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Lalu, Allah juga
menghukum ular dengan membuatnya berjalan merangkak dengan perut.
2. Yunus
Yunus adalah tokoh Alkitab yang diutus oleh Tuhan untuk memberitakan injil di Kota Niniwe.
Namun, ia melanggar perintah Tuhan dengan kabur ke Tarsis. Dalam perjalanan ke Tarsis,
terjadi badai besar sehingga Yunus dilemparkan ke laut.
Di dalam laut, ia ditelan oleh sebuah ikan besar. Yunus pun berdoa kepada Tuhan, ia meminta
ampun dan pertolongan kepada Tuhan Yesus. Setelah tiga hari mendekam di perut ikan, ikan
tersebut memuntahkan Yunus ke darat.
Yunus akhirnya bertobat, ia pergi ke Niniwe dan memberitakan injil di sana. Dia menetap di
kota tersebut hingga penduduk Niniwe bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
3. Saul
Mengutip buku Pada Mulanya yang ditulis oleh Tinie De Vries, dkk., Saul merupakan putra
seorang petani kaya yang diurapi sebagai raja. Ia menjadi raja pertama kaum Israel. Namun,
Saul ditolak Tuhan karena ia tidak taat.
Saul tidak sabar menunggu Nabi Samuel mempersembahkan korban kepada Tuhan ketika orang
Filistin menyerang dirinya dan bangsa Israel. Selain itu, ia juga tidak menumpas orang-orang
dan hewan-hewan milik rakyat Amalek sesuai perintah Tuhan.
4. Musa
Nama Musa mungkin sudah tidak asing lagi bagi umat Nasrani. Tokoh Alkitab ini merupakan
nabi yang dipakai Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Musa
diberikan amanat untuk memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian.
Kendati demikian, Tuhan tidak mengizinkan Musa masuk ke Tanah Perjanjian tersebut. Sebab,
ia telah melanggar perintah Tuhan. Kala itu, Tuhan memerintahkan Musa untuk memberikan
minum kepada orang Israel dengan berkata pada bukit batu agar airnya keluar.
Namun, Musa malah memukul batu itu dengan tongkatnya. Pelanggaran yang dilakukan Musa
membuat Tuhan marah, sehingga ia tidak diizinkan menikmati kelimpahan di Tanah Perjanjian.
(GTT)
Pahlawan-pahlawan Alkitab: Berani dan Rela Berkorban

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat


perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:16)

“Pahlawan” dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang menonjol karena
keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; seorang pejuang yang gagah berani.
Definisi tersebut memberi gambaran bahwa seseorang yang mempunyai keberanian dan kerelaan
berkorban dalam membela atau memperjuangkan sesuatu demi kebenaran, keadilan, dan
kebebasan dalam konteksnya, disebut sebagai pahlawan. Jika demikian, masih adakah sekarang
ini (di Indonesia) yang bisa disebut sebagai pahlawan? Apa konteks Indonesia terkini?
Keberanian dan kerelaan berkorban seperti apa yang bisa diteladani dalam konteks sekarang?
Sebelum menjawab, beberapa kisah tokoh Alkitab berikut ini mungkin bisa memberikan sedikit
inspirasi; di antaranya: Gideon, Simson, Yonatan, Yusuf dan Daniel.

GIDEON (Hakim-hakim 6-8)

Siapa yang tidak mengenal Gideon, seorang pahlawan Israel yang gagah berani dan memiliki
strategi unik nan jitu. Ia berhasil mengalahkan pasukan musuh (Midian) yang berjumlah 135.000
orang hanya dengan kekuatan pasukan 300 orang bersenjatakan sangkakala, buyung kosong, dan
obor! Mereka berhasil “membunuh” 120.000 pasukan musuh (Hak. 7:19-25, 8:10). Luar Biasa!

Bahasa Ibrani Gideon adalah (gid‛ôn) yang berarti “penebang, pemukul.” Gideon disebut juga
Yerubaal yang mempunyai arti “biar Baal melawan,” sebutan yang diberikan kepada Gideon
setelah ia merobohkan mezbah Baal di kota tempat tinggalnya, Ofra (6:32). Arti nama Gideon
dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mungkin lebih tepat: Biar Baal
sendiri melawan Gideon, sebab ia telah membongkar mezbahnya (Let Baal plead against him
because he hath thrown down his altar – KJV).

Pemanggilan Gideon cukup unik karena terjadi di tempat “persembunyian” (6:11), namun
Malaikat TUHAN menyebut Gideon sebagai “pahlawan yang gagah berani” (ay.12). Benarkah
Gideon seorang pemberani? Bukankah ia berada di tempat persembunyian ketika Malaikat
TUHAN menemuinya? Ketika TUHAN menyuruh Gideon merobohkan mezbah Baal, dia takut
(Hak.6:27 mengatakan: “Tetapi karena ia takut kepada kaum keluarganya dan kepada orang-
orang kota itu untuk melakukan hal itu pada waktu siang…”). Lalu ketika diperintahkan untuk
menyerang pasukan Midian, ia pun takut. Tuhan memberi “penawaran” pada Gideon sebelum ia
menyerbu musuh: “Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan
Pura,…” dan Gideon benar-benar turun bersama Pura, bujangnya untuk “meninjau” perkemahan
Midian terlebih dulu (7:10-15). Jika demikian, segagah dan seberani apakah Gideon sebenarnya,
seperti sapaan Malaikat TUHAN itu? Apakah Malaikat salah menilai? Tentu saja tidak. Bila
dicermati, ada dua hal “besar” yang dilakukan Gideon:

Meskipun ada perasaan takut, namun Gideon tetap berani mengambil sikap merobohkan mezbah
Baal dan patung berhala yang ada di dekat mezbah tersebut lalu mendirikan mezbah bagi
TUHAN dan mempersembahkan korban di atasnya (6:25-30).
Gideon berani mengambil keputusan mengurangi jumlah pasukan dalam melawan 135.000 orang
tentara musuh. Pasukan Gideon semula berjumlah 32.000 (7:3) menjadi hanya berjumlah 300
orang (7:7). Ia pun berani mengambil keputusan menyerang pasukan Midian dengan strategi
yang sudah disiapkan setelah mengalami keraguan (7:10-15).

SIMSON (Hakim-Hakim 13-16)

Simson (shimshôn) memiliki arti “seperti matahari; matahari kecil” (like the sun). Nama ini
adalah pemberian orangtuanya, Manoah dan istrinya (namanya tidak dicatat dalam alkitab).
Orangtua Simson mungkin berharap bahwa anaknya kelak membawa sinar terang di tengah
“kegelapan” yang dialami Israel selama 40 tahun dalam cengkeraman dan penindasan orang
Filistin, seperti yang dijanjikan Malaikat TUHAN (Hak. 13:1-5).

Agak berbeda dengan hakim-hakim lain, Alkitab secara eksplisit menyebutkan Simson sebagai
seorang nazir Allah (Hak. 13:5), yaitu seorang yang dipersembahkan dan dikhususkan bagi Allah
untuk mengerjakan tugas-tugas yang juga khusus (bdk. Samuel [1Sam. 1:11] dan Yohanes
Pembaptis [Luk. 1:15]). Sebagai nazir, Simson terikat dengan beberapa ketentuan yang harus
ditaatinya sesuai hukum Musa, yaitu: menjauhkan diri dari semua yang mengandung anggur,
tidak boleh memotong rambut, tidak boleh dekat apalagi menyentuh mayat (Bil. 6:1-7). Ia pun
dianugerahi kekuatan luar biasa yang menjadi “modal” menjalankan tugasnya sebagai seorang
hakim; membebaskan Israel dari ancaman dan penindasan orang Filistin (Hak. 13:5). Tugas
tersebut dikerjakan oleh Simson dengan sangat efektif seorang diri. Ia membunuh 30 orang
Filistin gagah perkasa di Askelon (14:19); menangkap 300 anjing hutan dan mengikatkan ekor
anjing-anjing tersebut dengan obor untuk membakar ladang gandum Filistin yang siap tuai (15:4-
5); membunuh 1000 orang Filistin hanya dengan tulang rahang keledai (15:15); dan di akhir
hidupnya, ia merobohkan bangunan yang berisi tiga ribu orang sehingga semuanya mati tertimpa
bangunan itu (16:27, 30).

Keberanian Simson sebagai seorang pahlawan Israel memang tidak diragukan. Namun ada
beberapa hal yang menodai citra kepahlawanannya itu:

 Semua yang ia lakukan terhadap orang Filistin mengatasnamakan dirinya sendiri dengan
mengatakan, “Seperti mereka memperlakukan aku, demikianlah aku memperlakukan
mereka.” (15:11). Simson berorientasi pada diri sendiri, bukan bangsanya, orang-orang
yang dipimpinnya. Hal tersebut membuat orang-orang sebangsanya, dari suku Yehuda,
geram terhadap “tingkah laku” Simson (15:9-13). Sebagai seorang nazir Allah ia hidup
seolah-olah mengabaikan kenazirannya itu dengan melanggar hukum kenaziran (lih.
14:10-17; 16:17).
 Simson tidak bisa mengekang nafsu. Kisah hidupnya diwarnai dengan hasrat seksual
yang meresahkan dan memalukan: sebagai seorang Israel ia menikahi gadis Filistin
(14:1-3); sebagai seorang hakim ia mengumbar nafsu seksualnya dengan perempuan
sundal (16:1); dan akhir hidupnya jatuh dalam pelukan Delilah –yang kemungkinan
adalah perempuan Filistin– dengan mengorbankan kenazirannya (16:4-22).
 Simson juga mengabaikan anugerah Allah mengenai kekuatannya karena ia berpikir
bahwa kekuatannya berasal dari rambutnya (16:17). Padahal dalam kesempatan-
kesempatan ia “mengaplikasikan” kekuatan tersebut, Alkitab mencatat “berkuasalah
Roh TUHAN atas dia” (lih. 14:6, 19; 15:14; dan 16:20).

YONATAN (1 Samuel 13:23-14:46; 18:1-5; 20:1-43)

Arti kata Yonatan (yehônâthân) adalah “Yahweh yang memberikan” (Jehovah has given).
Yonatan adalah anak laki-laki tertua Saul di samping anak laki-lakinya yang lain: Yiswi dan
Malkisua. Yonatan juga memiliki dua saudara perempuan yaitu: Merab dan Mikhal (1 Sam.
14:49). Yonatan barangkali lebih dikenal sebagai sahabat Daud daripada sebagai seorang
pahlawan (Israel). Yonatan sepertinya juga lebih terkesan lembut dan sopan, tidak terlihat
sebagai sosok pahlawan, berbeda dengan Daud yang sudah terlihat karakter kepahlawanannya
saat melawan Goliat. Kisah persahabatan Yonatan dan Daud pun memang berawal dari peristiwa
Daud mengalahkan Goliat (1 Sam. 18:1), maka tidak heran jika sifat kepahlawanan Yonatan
seakan luput dari perhatian.

Yonatan memiliki keteladanan yang istimewa sebagai seorang pahlawan. Dalam tradisi kerajaan
dan budaya patriakal, anak laki-laki tertua raja berhak menyandang sebagai putera mahkota dan
menjadi pewaris tahta kerajaan. Ketika orang Israel lebih memilih bentuk negara monarki
daripada teokrasi maka suksesi kepemimpinannya pun mengikuti pola monarki (1 Sam. 8). Jadi
Yonatan adalah putera mahkota Saul (Israel) dan memiliki kans menggantikan kedudukan
ayahnya sebagai raja Israel. Sebagai seorang pangeran dan prajurit Israel:

Yonatan berani mempertaruhkan nyawa demi keberhasilan perjuangan Israel. Hanya berdua
bersama pembawa senjatanya, ia melakukan penyerangan di tempat pertahanan Filistin dan
berhasil membunuh 20 orang tentara musuh hingga menimbulkan kegentaran di dalam pasukan
Filistin (1 Sam. 13:23 – 14:23). Tindakan Yonatan tersebut sangat berisiko karena ia sengaja
mendatangi “sarang” musuh sendirian dan hanya ditemani satu orang pembawa senjatanya. Ia
bisa saja mati karena kalah jumlah. Tetapi Yonatan yakin akan pertolongan Tuhan sehingga ia
berani mengambil risiko tersebut. Dalam persitiwa tersebut Yonatan mendapat penghormatan
dari para prajurit Israel (14:45).

Yonatan merelakan kedudukannya sebagai pewaris tahta kerajaaan Israel kepada Daud. Ia
menerima dengan tulus pemilihan Daud sebagai pengganti ayahnya yang sudah tidak diperkenan
lagi oleh Tuhan (1 Sam. 15:10-11; 16:1, 12-13). Bahkan uniknya, ia menjalin persahabatan
dengan Daud, sementara ayahnya justru membenci Daud; kondisi yang sebenarnya
menguntungkan bagi Yonatan sebagai putra mahkota. Tetapi ia bahkan menyerahkan jubah, baju
perang, pedang, panah, dan ikat pinggangnya kepada Daud (1 Sam. 18:4). Hal ini merupakan
simbol kepercayaan dan penyerahan hak Yonatan kepada Daud sebagai sahabat dan calon raja
Israel “mengambil alih” kedudukannya. Yonatan rela mengorbankan kepentingannya demi
kepentingan Tuhan dan kebaikan Israel.

YUSUF, PRIBADI YANG MERDEKA TERHADAP DIRI SENDIRI

Siapa yang tidak kenal Yusuf, anak Yakub? Yusuf adalah buah kasih Yakub dan Rahel. Ia
mengalami serangkaian proses pembentukan dan persiapan dari Allah untuk menjadikannya
pemimpin dan penyelamat bagi bangsa Israel dan bangsa-bangsa lainnya. Ia menjadi orang
kepercayaan dalam Istana Raja Firaun dengan jabatan sebagai Raja Muda.

Kesuksesan yang diperoleh Yusuf bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit begitu saja, tetapi
merupakan buah kesabaran dan pengendalian diri yang baik, juga merupakan wujud kasih Allah
yang senantiasa menyertai setiap perjalanan hidupnya. Ada banyak kesulitan yang mengiringi
hidupnya dalam proses menuju kesuksesan tersebut. Semenjak belia ia sering menjadi korban
bullying kakak-kakaknya. Bahkan di usia sweet seventeen, kakak-kakaknya berhasil
menyingkirkan Yusuf dengan menjualnya seharga 20 syikal perak kepada saudagar-saudagar
Midian keturunan Ismael, yang biasa membeli orang-orang untuk dijual sebagai budak belian di
Mesir.

Kesetiaan Yusuf dan ketaatannya kepada Allah membawanya kepada karier yang hebat.
Pengendalian diri yang baik terhadap dendam dan rasa benci ditunjukkannya ketika ia
diperhadapkan kembali dengan saudara-saudaranya yang telah menyebabkannya berpisah dari
ayahnya. Kedudukan dan kekuasaan yang dimiliki Yusuf sangat memungkinkannya untuk
menuntut balas atas perlakuan kakak-kakaknya, namun hal tersebut tidak dilakukannya. Yusuf
telah memenangkan pertempuran dalam dirinya dan mengalahkan rasa benci dan dendam.
Relasinya yang sangat dekat dengan Allah telah membuatnya merdeka dari segala perasaan
negatif untuk membalas dendam.

Belajar dari Yusuf, untuk menjadi pahlawan, seseorang terlebih dahulu harus merdeka dari
keinginan dirinya sendiri. Itulah sebabnya dalam Amsal 16:32 dikatakan bahwa, “Orang yang
sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut
kota.” Sudahkah kita menguasai diri kita masing-masing sehingga kita layak disebut sebagai
pribadi yang telah merdeka?

DANIEL, KETEKUNAN YANG MEMBAWA PERUBAHAN

Jika mengalaminya sendiri, kita akan tahu bahwa rasanya sangat tidak enak menghadapi fitnah.
Rasa cemburu yang berlebihan dan iri hati sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan
manusia sehingga pembunuhan karakter lewat tuduhan-tuduhan keji bisa dilemparkan dengan
mudahnya, hanya karena merasa iri pada keberhasilan orang lain. Bertolak dari realita tersebut,
kita belajar dari kisah Daniel yang mengalami hal serupa.

Daniel adalah pribadi yang taat kepada Allah dan tekun berdoa. Dari kisahnya di dalam kitab
Perjanjian Lama, kita dapat membaca bahwa ia biasa berdoa dengan berlutut dan memuji Allah
sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, ia tetap berdoa
dengan disiplin. Tidaklah mengherankan jika Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas daripada
semua orang berilmu di seluruh kerajaan (Daniel 1:20) dan diketahui memiliki roh yang luar
biasa (6:4). Kecerdasan Daniel melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. Empat
kali terjadi pergantian raja, namun Daniel tetap bertahan dalam jabatannya. Hal itu membuktikan
bahwa Daniel memang berbeda. Kebiasaannya berdoa ternyata bisa berdampak sangat besar di
dalam dirinya.
Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja merasa dengki dan iri
hati, lalu mencari-cari kesalahan Daniel. Namun dalam Alkitab disebutkan bahwa mereka tidak
mendapatkan kesalahan apa pun. Beberapa kali musuh-musuhnya berusaha mencelakakannya,
bahkan beberapa kali Daniel dan teman-temannya berhadapan dengan kematian. Lalu apakah
Daniel gentar dengan semua itu, lalu berbalik meninggalkan Allah? Tidak! Ia tetap tenang dan
berdoa memohon kepada Allah. Ketika ia hendak dicelakai, ia tetap beriman teguh kepada
Tuhan, sehingga bukannya mengalami celaka, tetapi dengan luar biasa ia dapat menyaksikan
kuasa Allah yang dahsyat dan ajaib. Orang banyak pun melihat bahwa Daniel diselamatkan
karena kepercayaannya yang penuh kepada Allah.

Ketika kita menghadapi masalah, tuduhan, atau fitnah, ke mana kita pergi mencari jawaban?
Sering kali kita mengandalkan kemampuan diri sendiri yang terbatas. Sering kali kita tidak sabar,
dan akibatnya tersandung untuk memilih alternatif-alternatif instan yang menyesatkan. Sering
kali kita malah semakin jauh dari Tuhan. Kisah Daniel selayaknya membuka mata kita bahwa
ada kuasa luar biasa di balik ketekunan kita berdoa. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus
dalam Roma 5:3-4, bahwa dalam menyikapi kesengsaraan seharusnya kita tetap mengucap
syukur kepada Allah, karena kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan
menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Tuhan sanggup melepaskan kita dari hal apa pun, bahkan yang paling tidak mungkin sekalipun
menurut logika manusia. Tuhan kita adalah Allah yang dahsyat dan ajaib. Ketika menghadapi
masalah, fitnah, jebakan dan sebagainya dari orang-orang yang dikuasai iri hati, datanglah
kepada Tuhan dan berdoalah. Mintalah hikmat dan pertolongan-Nya. Tuhan akan selalu
mendengar doa yang diungkapkan anak-anak-Nya dengan sungguh-sungguh. Belajar dari Daniel,
ingatlah bahwa ada banyak hal yang tidak mungkin menurut ukuran kita, namun tidak mustahil
bagi Tuhan. Selamat menikmati kemustahilan di dalam relasi kita dengan Tuhan.
12 tokoh Alkitab yang hidup penuh sabar, dan patut untuk kita teladani
1. Ayub

Ayub, salah satu tokoh yang di kenal sabar dalam Kitab perjanjian lama. Ayub dalam kisahnya,
mengalami penderitaan yang sangat luar biasa; mulai kehilangan harta benda miliknya, hingga kehilang
ke-10 buah hatinya. Tak hanya cukup disitu Ayub sendiri mengalami penderitaan fisik yang di alaminya.

Ada dua hal menarik dari tokoh ini. Pertama, yang dapat kita lihat di Ayub 1:9-10 iya menjawab istrinya
dengan menunjukan kesetiaan dan ketetapannya untuk tetap berbakti kepada TUHAN. Dengan penuh
sabar. Kedua, dari Ayub1:11-13 sebagaimana yang kita lihat disana adalah kesetiaan dari para
sahabatnya. Ini menarik, ketika kita sabar terhadap Tuhan dan juga orang lain. Dan pada lain
kesempatan orang juga memperlakukan hal serupa dengan kita.

2. Nuh

Nuh sala satu tokoh yang dapat dijadikan teladan kita dalam belajar sikap sabar. Nuh mengahabiskan
waktu yang tidak sedikit untuk membuat kapalnya. Yang mana ia dan istrinya hidup selama 380 dalam
kapal yang di buatnya. Hidup Nuh sempat menjadi tidak pasti, namun dengan kesabarannya ia tetap
menunggu kebaikan dari Tuhan untuk memberi tanah dan kesempatan untuk memulai hidup yang baru.

3. Bunda Maria

Bunda Maria adalah sosok yang kita kenal dalam perjanjian Baru. Setelah menerima kabar dari Malaikat
Gabriel, Bunda Maria mengalami ketidak pastian hidup akan bayi yang dikandungnya kisah ini berbuntut
panjang hingga sampai pada kelahiran Tuhan Yesus dan kesabaran Bunda Maria sangat terlihat ketika
Tuhan Yesus menerima begitu banyak hujatan dan penderitaan. Namun disana, ia tetap menunjukan
sikap sabar ketika melihat kenyataan itu. Hingga dengan sabar pula ia menantikan janji Roh Kudus yang
telah di sampaikan Tuhan Yesus sebelumnya.

4. Daniel

Kenyataan hidup seperti Daniel, mungkin sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. perlakuan
tak adil kerap kita temukan. Daniel sosok yang perlu dijadikan teladan mulai dari kesetiaannya kepada
raja dan Tuhan. Hingga kerelaannya ketika ia menerima keputusan yang tak adil.

Ketika kita menunjukan kesabaran kepada orang yang membenci atau ingin menjatuhkan kita maka
Tuhan tidak menutup mata untuk memandang kita. Karena itu, jadikan Daniel sebagai sosok yang patut
kita ikuti dalam hal bersabar kepada Tuhan dan juga kepada orang lain di sekitar kita.

5. Hosea

Hosea mengikuti apa yang dikatakan Tuhan kepadanya untuk menikahi seorang perempuan pelacur. Ia
terus menunjukan cintanya yang besar bahkan menerima dan mengampuni istrinya yang tidak setia.
Sebagaimana Tuhan mengampuni umat Israel yang tidak setia kepada-Nya.

Panggilan hidup kita, terkadang menjadi sulit bagi kita untuk memahaminya. Namun kisah hidup Hosea
setidaknya menjadi pencerahan baru bagi kita. Bahwa panggilan hidup dari Tuhan adalah yang terbaik,
sehingga akhirnya kita juga memperoleh hasil yang sangat memuaskan.

6. Yusuf
Yusuf mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari saudaranya (kej 37:1-38) sendiri. Ia di jual
kepada orang Ismael dan di bawah ke tanah mesir. Tetapi ketaatan dan kesabaran yang di milikinya,
menjadi sangat berkenan di hadapan Tuhan, sehingga segala yang ia lakukan selalu berhasil dengan baik
yang pada akhirnya raja mengasihi Yusuf dan menyerahkan kekuasaan kepada Yusuf untuk seisi
rumahnya. Kesabaran Yusuf terlihat ketika Istri Tuannya itu mencoba untuk membujuknya, walaupun
pada ahkirnya Yusuf harus menerima hukuman raja dalam keadaan yang tidak bersalah seperti yang di
ceritakan istri raja. Namun begitu, ia sabar menerima kenyataan itu dan disana Tuhan berkenan
kepadanya.

Kesabaran menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik. Termasuk hal kecil yang tampak sederhana.
Sesuatu yang besar dapat dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil yang baik. Kesabaran adalah
segala-galanya. Berkenan di hadapan Tuhan dan berhasil pastinya ada bersama kita. Mari kita belajar
dari cara hidup Yusuf ini.

7. Abraham dan Sarah

Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa ia menjadi Bapak bagi banyak bangsa walaupun saat itu ia
bersama istrinya, Sarah, belum memiliki anak. Abraham, tidak menunjukan kesabaran yang utuh.
Namun Tuhan, memberitahu kepadanya agar tetap menunggu waktu yang tepat. Janji Tuhan kepadanya
di nantikan oleh Abraham bersama istrinya dalam waktu yang panjang. Hingga dalam usianya yang
ratusan tahun, barula mereka memiliki anak.

Tuhan itu baik. Ia penuh kasih. Walaupun kita tampak kurang sabar. Namun Tuhan mendidik kita dengan
caranya yang ajaib agar kita tetap menjadi orang yang setia dan sabar. Abraham dan Sarah menjadi
tokoh yang perlu kita jadikan pelajaran. Menanti dengan sabar akan waktu Tuhan tentu mendatangkan
sesuatu yang ajaib dan mengejutkan kita dengan kebahagiaan.

8. Yokhebed

Setelah raja Firaun menetapkan keputusannya untuk membunuh semua bayi laki-laki dari Ibrani yang
baru lahir, lahirlah Musa, ibu dan keluarganya menyebunyikan Musa selama kurang lebih tiga bulan
lamanya. Namun, tak mungkin bertahan lama karena takut ketahuan, ibunya mengambil keputusan
untuk membuang bayinya itu di sungai Nil. Yang kemudian di temukan oleh istri Firaun sendiri.

Pada saat menemukan bayi itu, istri Firaun memutuskan ibunya Musa untuk menyusuinya dan
merawatnya hingga besar. Hingga sampai Musa besar, barulah ibunya menyerahkan anaknya itu kepada
istri Firaun.

Ketulusan dan kesabaran Yokhebed terlihat sedari awal, ketika Musa lahir hingga menyembunyikannya
selamat kurang lebih tiga bulan. Karena cinta dan ketulusannya bagi Musa, ia memutuskan untuk
membuangnya hidup-hidup. Alhasil harapan Yokhebed dalam keikhlasan dan kesabarannya
membuahkan hasil. Musa menjadi orang yang berpengaruh besar bagi pembebesan Israel dan juga
sangat di cintai Allah. Yokhebed, suatu cara hidup sabar yang mesti kita tiru.

9. Musa
Cinta kita terhadap tanah kelahiran dan asal muasal keturunan kita selalu melekat. Meskipun Musa lahir
di tanah mesir, namun cintanya sangat besar bagi kaum bangsanya. Ia tak sudi melihat kaumnya di
tindas dan diperlakukan secara kurang bijak.

Hidup Musa, tidak kekurangan apapun, karena ia bagian dari keluarga raja Firaun. Namun begitu,
cintanya terhadap Israel yang begitu membara ia meninggalkan semua itu. Dan dengan sabar ia
mengikuti perkataan Tuhan yang disabdakan kepadanya untuk mengirip dan membawa orang Israel
kembali ke tanah terjanji, tanah leluhur mereka.

Kisah Musa memetik banyak hal. Selain ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah, kesabaran Musa juga
terlihat dalam menghadapi berbagai kelakuan orang-orang Israel. Dan juga setiap kali ia mendengar apa
yang di sampaikan Allah kepadanya.

10. Paulus
Paulus salah satu tokoh penting bagi Kristen. Kisah hidup Paulus mengajak kita untuk lebih paham
mengenai cara Tuhan. Namun pada posisi yang lain, kita menjadi sulit untuk memahami cara Tuhan.
Namun begitu, satu pokok pikiran kita adalah: Bahwa Tuhan dapat menjadikan siapa saja untuk menjadi
pewarta kebenaran dan keselamatan-Nya.

Paulus termasuk orang yang sangat-sangat sabar, mulai perjalanan bahaya yang dialaminya ketika di
lempar batu hingga penyiksaan berat yang di alaminya. Sebagaimana yang kita ketahui, Paulus juga
masuk penjara kurang lebih lima tahun lamanya. Tetapi kesabaran dan semangat pewartaannya terus
membara.

11. Samuel

Samuel seorang yang pekerja keras sepanjang hidupnya, demi kesejahteraan rakyatnya. Ia tak sudih
melihat bangsanya jatuh dalam ketidak pastian oleh karena perbuatan dosa mereka. Samuel dengan
caranya yang sabar dan penuh percaya diri menuntun mereka untuk bertobat. Samuel tokoh kesabaran
yang patut bagi kita untuk di jadikan teladan, mulai dari cara hidupnya hingga penuntunan yang ia
berikan kepada rakyatnya.

12. Simeon

Simeon salah satu tokoh yang sangat taat kepada Allah. Bahkan dalam doanya, ia memohon kepada
malaikat Tuhan agar ia boleh mati setelah ia melihat kedatangan Mesias. Tak tercatat berapa lama
waktu yang di habiskan Simeon untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi kesabarannya dalam
menunggu kehadiran Kristus menjadi contoh bagi kita.

Bonus

Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham biarlah ia
mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya; Hosea 14:10

Itulah 12 tokoh Alkitab yang hidup dengan penuh kesabaran yang patut kita jadikan teladan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Semoga bermanfaat bagi kita yang sedang belajar untuk menjadi orang
sabar.
10 Ayat Alkitab Tentang Wanita Bijak Dalam Ajaran Kristiani

Terdapat banyak ayat Alkitab tentang wanita bijak yang dapat dipelajari, untuk dapat menjadi
seorang wanita bijak. Berikut karakteristik wanita bijak menurut Alkitab:

1. Takut akan Allah

Seperti disebutkan sebelumnya, dalam Amsal 1:7. Amsal 9:10 serta dalam Mazmur 111:10 dikatakan
bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Allah. Jadi untuk mulai menjadi wanita bijak dan memiliki
karakter Kristus, maka takutlah akan Allah.

2. Mencintai Firman Allah

Maria adalah wanita bijak, dan dalam Lukas 1:38 dikatakan Maria berserah, mengikuti
sepenuhnya perkataan Allah, sebab ia adalah hamba-Nya. Dalam Matius 7: 24-25 juga
dinyatakan bahwa seorang yang bijak adalah orang mendengarkan firman-Nya.

3. Berdoa Senantiasa

Ratu Ester dan Hanna senantiasa berdoa, dan menyerahkan segala kekuatirannya pada Tuhan, maka
Tuhan menunjukkan jalan keluar yang terbaik bagi persoalan mereka. Jalan yang bahkan tidak
terpikirkan oleh mereka. Dalam Efesus 3:20 dinyatakan bahwaTuhan Yesus dapat melakukan jauh lebih
banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, dan hal tersebut nyata dari kuasa-Nya yang bekerja
dalam kita.

4. Bekerja

Untuk menjadi bijak, seorang wanita juga harus berkerja – bertindak, bukan hanya berdoa. Ribka
adalah contoh wanita bijak dalam Alkitab. Dalam Kejadian 24: 15 diceritakan saat bertemu
dengan utusan Abraham, ia sedang bekerja. Ia tengah membawa buyung untuk menimba air,
bukan hanya berleha-leha dan menghabiskan waktu sia-sia. Dalam 2 Tesalonika 3: 10-12 juga
diperingatkan bahwa, orang yang tidak mau bekerja jangan makan. Sebab sesuai hukum tabur
buai, setiap orang harus melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan makanannya sendiri.

5. Menjaga Kekudusan

Dalam Kejadian 24:16 juga dikatakan bahwa Ribka adalah seorang gadis cantik yang masih perawan, ia
menjaga kekudusannya dengan tidak pernah bersetubuh dengan laki-laki. Dalam arti luas, menjaga
kekudusan bukan hanya menjaga keperawanan, tapi juga menjaga apa yang kita lihat, apa yang kita
dengar, dan apa yang kita ucapkan.

6. Perduli dengan Orang Lain

Ribka menunjukkan kepeduliannya terhadap orang lain, meskipun orang tersebut adalah orang
asing yang belum dikenalnya. Dalam kejadian 24: 18 diceritakan bahwa Ribka menawari hamba
Abraham untuk minum air dari buyungnya, Ribka juga bahkan memberi minum onta-onta hamba
Abraham tersebut. Di zaman sekarang, kepedulian yang tulus memang jarang ditemukan. Namun
seorang wanita bijaksana harus memiliki kepedulian tersebut, sebab Allah sendiri telah terlebih
dahulu menaruh kasih dan kepedulian kepada kita anak-anak-Nya (baca: arti bersyukur dalam
Alkitab).

7. Menjaga Kesehatan Tubuh

Menjaga kesehatan tubuh dapat dilakukan dengan tetap berolah raga dan menjaga asupan
makanan dengan baik. Dengan begitu wanita bijaksana dapat melakukan semua tugasnya sebagai
seorang wanita dengan baik. Dalam kejadian 24: 19 dikatakan bahwa selain memberi minum
hamba Abraham, Ribka juga memberi unta-unta hamba tersebut minum. Diperlukan fisik yang
kuat untuk dapat menimba air untuk memberi minum unta-unta yang notabene memerlukan lebih
banyak air dari pada binatang lain. Namun Ribka sanggup, hal tersebut menunjukkan bahwa
selain cantik, Ribka juga memiliki fisik yang sehat dan kuat untuk melakukan apa yang menjadi
tugasnya.

8. Memberikan yang Terbaik

Dalam kejadian 24: 20 diceritakan bahwa Ribka kembali menimba air setelah menuangkan air
dalam buyungnya, untuk memberi minum semua unta milik hamba Abraham. Hal tersebut
menunjukkan betapa ia berusaha memberika yang terbaik saat memberi bantuan, bukan hanya
sekedar saja, apalagi hanya berbasa-basi. Seperti itulah karakter Kristen sejati.

9. Murah Hati

Setelah selesai memberi minum hamba Abraham dan semua untanya, Ribka juga bermurah hati
dengan menawarkan tempat untuk menginap, seperti yang diceritakan dalam Kejadian 24: 25.
Menjadi seorang wanita Kristen yang bijak, berbicara mengenai menjadi garam dan terang dunia.
Menjadi garam berarti menjadi seseorang yang memberi pengaruh pada sekitarnya, dan pengaruh
tersebut dapat ditunjukkan salah satunya dengan bermurah hati.

10. Memancarkan Kasih Allah

Ribka memancarkan kasih Allah melalui apa yang diperbuatnya kepada hamba Abraham. Dalam
Kejadian 24: 26-27 dikatakan bahwa hamba Abraham bersujud menyembah dan memuji Tuhan
sebab apa yang diperbuat Ribka kepadanya, sebab kasih Allah dinyatakan dari perbuatannya.
Sebagai penutup, dalam Amsal 31:30 dikatakan bahwa kemolekan dan kecantikan adalah bohong
dan sia-sia, namun takut akan Allah membuat seorang istri dipuji-puji.
Hati Yang Melayani

"Jadi, Saudara-saudaraku seiman yang kekasih, berdirilah kuat, jangan goyah,


melimpahlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab, kamu tahu bahwa jerih lelahmu
tidak sia-sia di dalam Tuhan."
(1 Korintus 15:58, AYT)

Setiap orang mempunyai satu atau dua tokoh pahlawan. Dan hal yang paling hebat tentang
pahlawan adalah bahwa sebagian besar dari mereka punya hati untuk melayani. Joan of Arc
mengasihi Tuhan, melayani Tuhan, dan berperang dengan gagah berani ketika ia melayani orang
lain. Apakah Anda tahu cerita tentang Joan of Arc?

Joan of Arc adalah seorang petani dari Perancis yang hidup pada abad 13. Ketika Perancis
diduduki oleh Inggris, dia meyakinkan raja untuk memberinya 10.000 tentara pilihan. Dia
mengerahkan tentara Perancis untuk membebaskan Perancis dan akhirnya dia dianugerahi "The
Maid of Orleans", pahlawan wanita Perancis. Joan of Arc tidak bisa membaca dan menulis,
tetapi dia benar-benar peduli dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Dan yang mengejutkan --
Joan of Arc meninggal pada usia 19 tahun. Dia adalah seorang remaja! Hingga sekarang ini,
wanita muda ini dianggap sebagai pahlawan nasional wanita Perancis. Ketika menjelang
kematiannya, Joan of Arc berdoa, "Umurku mungkin hanya tinggal 1 tahun, pakailah aku untuk-
Mu." Dia memiliki hati untuk melayani orang lain hingga akhir hidupnya.

Sahabat wanita, Tuhan ingin Anda dan saya pun memiliki hati untuk melayani. Dia telah
memberi segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup taat (2 Petrus 1:3). Dia telah
memberkati kita dengan setiap berkat rohani (Efesus 1:3), dan Dia telah memberi kita roh untuk
saling melayani di gereja. Hal ini sama seperti Tuhan telah memberi kita segala sesuatu yang kita
perlukan dalam hidup ini, dan Dia berharap kita juga melakukan hal yang sama, menjangkau dan
membagikan kepada orang lain apa yang kita punya, membantu orang lain supaya hidup lebih
baik.

Kini saatnya kita berbicara tentang tanggung jawab kita kepada orang kristen lainnya. Jadi, mari
kita melihat bagaimana Tuhan ingin kita saling melayani di gereja.

Belajar Untuk Menjangkau

Kembali Yesus mengajar kita untuk memberi -- memberi kepada setiap orang (Lukas 6:30), dan
memberi tanpa mengharapkan balasan (ayat 35), memberi seperti Allah yang murah hati, yang
berbuat baik kepada orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat,
memberi (ayat 35) dan memerhatikan orang lain dengan memberi (ayat 38). Jadi bagaimana
Anda dan saya bisa memberi dengan cara yang demikian? Bagaimana kita bisa mulai
menjangkau dan melayani orang lain? Berikut beberapa ide yang bisa dilakukan.
1. Beradalah di sana. Ketika akan menjangkau orang lain dalam pelayanan, ingatlah bahwa
pertama Anda harus berada di sana. Untuk melayani orang lain di gereja, Anda harus berada di
sana. Jadi hadirlah di gereja dan prioritaskan kegiatan Anda.

Dan berikut keuntungan lain dari kehadiran Anda -- kehadiran Anda merupakan sumber
kenyamanan dan membantu orang lain. Anda mungkin tidak selalu tahu pasti apa yang harus
dikatakan atau dilakukan, tetapi Anda bisa berada di sana. Jadi, bila ada seseorang yang
menderita, setidaknya Anda bisa bersamanya dan berbincang-bincang dengannya, berada di
dekatnya, berbicara dengannya, dan merangkulnya. Akan tetapi, yang pertama adalah Anda
harus berada di sana!

2. Jadilah pemberi. Alkitab mengatakan, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27). Jadi, bukalah
hati Anda dan mulailah memberi. Berikan senyuman, salam, pertanyaan karena tertarik, sentuhan
dan pelukan. Ini adalah hal-hal kecil yang sangat berarti bagi orang lain.

3. Siaplah menolong. Maksudnya adalah ketika Tuhan menempatkan seseorang yang menderita
atau terluka di hadapan Anda, jangan berpikir, "Aku harus menemukan seseorang yang bisa
menolong dia. Aku harus bertemu pendeta." Tidak, Anda harus menolongnya. Pertama,
datangilah orang tersebut, cari tahu apa yang dia butuhkan, dan kemudian temuilah pendeta atau
orang lain untuk menolong Anda bila diperlukan. Mungkin yang dibutuhkan oleh setiap orang
adalah bahu untuk menangis atau seseorang yang mau berdoa dengannya. Orang itu bisa jadi
adalah Anda!

4. Bermurah hatilah. Ini tidak hanya berarti pada uang dan benda-benda saja tetapi juga pada
pujian, dukungan, terima kasih, salam, kebaikan, perbuatan baik, dan catatan penghargaan. Anda
dan saya bisa memilih untuk memberikan berkat kecil yang tidak seberapa bagi kita tetapi berarti
sangat besar bagi orang lain, atau kita bisa memilih tidak memberikannya. Jadi, ketika seseorang
dalam kelompok PA Anda membagikan sesuatu yang sulit dalam kehidupannya, katakan bahwa
Anda menghargai apa yang harus dia katakan ... dan bahwa Anda menghargainya.
Berterimakasihlah kepada pemimpin PA Anda atas pelajaran dan kerja kerasnya. Dekatilah dan
katakan padanya apa yang paling berarti bagi Anda dari pelajaran yang diberikan, apa yang Anda
pelajari. Berterimakasihlah untuk usaha-usaha yang dilakukan oleh mereka yang mengatur acara
keluar atau retreat di gereja Anda atau siapa saja yang mau membuka rumahnya sebagai tempat
untuk kelompok Anda.

Belajarlah Untuk Berhati-Hati

Apakah Anda tahu cerita di Alkitab tentang gembala yang memiliki seratus domba dan
menemukan bahwa salah satu dombanya hilang (Lukas 15:1-7)? Yang membuat saya kagum
adalah bahwa gembala itu meletakkan segalanya dan pergi mencari satu domba yang hilang itu.
Dan yang lebih membuat saya kagum adalah bahwa itulah cara Tuhan peduli kepada Anda dan
saya. Dan, inilah hal lain yang mengagumkan -- Tuhan mengharapkan Anda dan saya untuk
peduli kepada orang lain dengan cara yang sama! Jadi berikut ada beberapa tips untuk belajar
berhati-hati.
1. Bentuklah "mata yang murah hati". Alkitab mengatakan bahwa ".... Orang yang baik hati akan
diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin." (Amsal 22:9). Saya rasa, mata yang
murah hati adalah seperti mata Tuhan, yang "menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan
kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia" (2 Tawarikh 16:9). Jadi, inilah
yang saya lakukan. Ketika berada bersama orang lain, saya terus mencari domba yang terluka.
Dan percayalah, mereka ada di mana-mana! Saya bertemu dengan seorang wanita yang sedang
menangis di kamar mandi gereja, yang sedang duduk di halaman belakang gereja sambil
menangis, bahkan berdiri di pintu ruang doa di gereja sambil mengusap matanya. Ketika Anda
bertemu dengan seseorang yang membutuhkan pertolongan ... apa yang Anda lakukan?

2. Bertindaklah langsung. Saya sudah belajar (ya, belajar!) untuk bertindak langsung dan
menjangkau orang-orang yang terluka. Tidak selalu mudah, tetapi ini adalah hal yang penting
untuk dilakukan.

Pada suatu malam di gereja, saya sedang duduk di samping seorang asing, seorang pengunjung
gereja kami. Wanita ini menangis sepanjang malam. Saya tidak sabar menunggu pendeta berkata
"amin" sehingga saya bisa mendekati wanita itu dan berkata, "Apakah ada yang bisa saya
lakukan untuk Anda? Apakah Anda ingin mengatakan sesuatu? Bisakah saya berdoa bersama
Anda? Bisakah saya melakukan sesuatu untuk Anda?" Sahabat wanita, yang dia butuhkan adalah
kebutuhan rohani. Dia memerlukan Juru Selamat ... dan pada malam itu juga dia menjadi orang
Kristen! Tuhan bekerja di dalam hatinya dan Dia pakai saya melalui cara kecil untuk menolong
Dia! Puji Tuhan!

Pergilah Untuk Memberi

Saya sangat senang bisa membagikan beberapa kata yang telah mengubah hidup saya. Kata-kata
itu berasal dari seorang misionaris dan martir, Jim Elliot. Ia pernah berkata, "Di mana pun
engkau, beradalah di sana. Hidupkanlah setiap suasana yang Anda percaya sebagai kehendak
Tuhan."

Saya mencoba untuk terus mengingat kata-kata ini di mana pun saya berada dan apa pun yang
saya lakukan (seperti saat menulis buku ini, saat matahari bersinar terang dan cuaca cerah di luar
sana mencoba membujuk saya untuk meninggalkan komputer saya!) Tetapi secara khusus saya
mencoba mengingat kata-kata ini ketika menghadiri kebaktian di gereja atau pelayanan. Saya
berharap Tuhan memakai saya. Dan tentu saja, saya ingin mendorong Anda untuk melakukan hal
yang sama. Bagaimana caranya?

1. Beradalah di sana sepenuhnya. Sebelum menghadiri suatu acara, saya berdoa bahwa saya akan
pergi untuk memberi. Saya berdoa untuk menjangkau, mencari, bertindak langsung, melakukan
apa saja. Ketika saya sedang belajar Alkitab, saya tidak memikirkan apa yang akan saya lakukan
ketika berada di rumah. Dan ketika pendeta menyampaikan pesan, saya tidak membuat rencana
mingguan dan khawatir dengan daftar tugas-tugas saya. Plus, saya tidak ingin memikirkan apa
yang terjadi sebelum sampai di sana atau apa yang akan terjadi setelah acara tersebut. Saya ingin
berada di sana sepenuhnya.
2. Hidupkan hingga ke puncaknya! Saya tidak hanya ingin berada di sana, tetapi saya juga ingin
menghidupkan setiap peristiwa hingga ke puncaknya. Filosofi saya ialah bahwa selama berada di
sana, selama saya menyediakan waktu pada malam atau pagi hari untuk kegiatan gereja atau
untuk kebaktian di gereja, saya ingin memberi dengan sungguh-sungguh. Saya ingin menjangkau
domba sebanyak-banyaknya, melayani sebanyak mungkin orang dan dengan berbagai cara
semampu saya. Dan Sahabat Wanita, saya (tentu saja!) ingin Anda juga melakukan hal yang
sama sehingga Anda bisa dipakai Allah untuk menyentuh hidup orang lain. Dengan demikian,
hidup orang lain bisa lebih baik karena kebesaran hati Anda untuk melayani!

3. Bagilah dan taklukanlah. Ini adalah hal yang sulit ... tetapi saya ingin Anda setuju dengan
teman terdekat Anda bukan untuk duduk bersama, berjalan bersama, berbagi bersama, atau
mengunjungi saat Anda ada di gereja. Sebaliknya, saya ingin Anda dan kelompok Anda
membagi dan menaklukkan. Inilah yang akan terjadi bila Anda melakukannya. Anda datang
untuk memberi, bukan? Jadi bagaimana Anda bisa memberi kepada orang lain bila Anda terus-
menerus bersama sahabat Anda? Anda bisa berbicara dengan mereka kapan saja di sekolah,
telepon, bertandang ke rumahnya, atau mereka yang datang ke rumah Anda. Namun, bagaimana
bila orang asing, seorang yang baru pertama kali mengunjungi gereja Anda yang duduk sendirian
di gereja dan tidak kenal siapa pun? Dan bagaimana dengan mereka yang terluka, yang kesepian,
yang mengalami suasana yang sulit sebelum mereka datang ke gereja (atau mungkin yang selalu
mengalami suasana sulit!) Sahabat Anda memiliki jalan yang terbuka untuk bisa datang kepada
Anda dan menggunakan waktu Anda. Mereka banyak memiliki waktu luang untuk dihabiskan
secara pribadi dengan Anda. Jadi mengapa mereka juga harus menggunakan waktu yang
seharusnya Anda gunakan untuk orang lain? Anda bisa mengobrol dan bersama-sama dengan
mereka di lain waktu. Jadi, buatlah kesepakatan untuk memisahkan dan menaklukkan. Bila Anda
mengalami masalah karena harus selalu bersama mereka, katakan, "Ayolah! Mari kita sentuh
satu domba!"

Memberi Dalam Bentuk Doa

Kita kembali lagi pada doa. Kita selalu kembali pada doa. Namun sekarang, Anda dan saya
sama-sama menyadari bahwa doa adalah penting bagi wanita yang berkenan kepada Allah.
Wanita merupakan pendoa. Jadi berdoalah! Berdoalah untuk orang lain. Berdoalah untuk
pendeta dan mereka yang bekerja di gereja. Berdoalah untuk pemimpin pemuda Anda. Bila
mereka sudah menikah, doakan pasangan dan keluarganya. Berdoalah untuk para misionaris di
gereja Anda. Berdoalah untuk orang lain supaya datang kepada Kristus. Doa adalah suatu
pelayanan yang membuat perbedaan besar dalam kehidupan orang lain. Jadi, lakukanlah apa pun
untuk membangun kehidupan doa Anda. Bagaimana caranya?

1. Tentukan waktunya. Pastikan Anda memiliki waktu (waktu Anda) untuk berdoa.

2. Tentukan tempatnya. Pastikan Anda memiliki tempat (tempat Anda) untuk berdoa.

3. Tentukan rencananya. Pastikan Anda memiliki rencana untuk mengatur pelayanan doa Anda
(catatan, daftar, dan jurnal). Dan ketika Anda dalam pelayanan doa, susunlah rencana untuk lebih
tepatnya hari apa Anda ingin berdoa untuk orang lain. Beberapa orang (seperti keluarga dan
teman Anda) ingin Anda doakan setiap hari. Dan Anda akan memilih hari khusus dalam minggu
itu untuk mendoakan orang lain (misalnya pendeta Anda dan para misionaris dan guru di
sekolah). Masukkan seluruh informasi ini ke dalam rencana doa Anda.

Doa adalah suatu pelayanan yang membuat perbedaan besar dalam kehidupan orang lain. Jadi,
lakukanlah apa pun untuk membangun kehidupan doa Anda.

Sahabat wanita yang mengasihi Tuhan, ada satu hal lagi yang ingin saya bagikan ketika Anda
dan saya ingin membangun hati yang melayani. Ketika kita melihat dan menjangkau dan
memberi dan melayani, ketika kita membiarkan Allah memakai kita dalam hal-hal kecil ini,
sesuatu yang indah terjadi -- Anda dan saya diberkati lebih dari apa yang bisa kita bayangkan.
Ketika kita mengambil langkah-langkah kecil namun terkadang sulit, kita menumbuhkan sifat
yang ingin mencari, menjangkau, memberi, dan melayani lebih dalam lagi. Itulah sikap seorang
pahlawan. Seorang pahlawan memiliki hati untuk melayani orang lain.

Firman Tuhan Untuk Hati Anda

Saya tahu, saya sudah banyak membagikan firman Tuhan dalam bab ini. Namun, sekarang saya
ingin Anda membaca beberapa ayat lagi. Ucapkanlah doa kepada Tuhan agar Ia memakai
firman-Nya di dalam hati. Biarlah Anda diubahkan menjadi hati yang mengasihi umat-Nya,
melayani mereka dengan sungguh-sungguh, daan tidak mementingkan diri sendiri. Ketika Anda
membaca, tanyakan kepada hati Anda, "Bagaimana saya bisa menjadi pelayan yang lebih baik
bagi umat Allah?"

Matius 20:26-28; 1 Korintus 15:58; Galatia 5:13; Efesus 6:7; Efesus 6:18.

Respons Hati

Kita memulai bab ini dengan membicarakan tentang pahlawan. Apa yang membuat seseorang
menjadi pahlawan? Seseorang tidak menjadi pahlawan karena dia memutuskan untuk menjadi
pahlawan. Tidak, seorang pahlawan lahir ketika beberapa peristiwa terjadi, dan dia menjawab
panggilan dengan tindakan yang gagah berani. Seorang pahlawan hanyalah orang biasa, yang
pada suatu hari, dengan satu tindakan, melakukan hal-hal yang luar biasa. Atau seorang
pahlawan bisa jadi adalah seseorang seperti Anda -- orang muda yang melayani orang lain
dengan setia.

Ketika saya memikirkan seseorang yang memiliki hati yang peduli dan melayani, saya selalu
teringat pada seorang wanita dalam Perjanjian Lama. Anda bisa membaca ceritanya sendiri (2
Raja-Raja 4:8-10), tetapi sekarang saya akan memberi Anda versi singkatnya. Wanita yang tidak
diketahui namanya ini, yang dalam Alkitab disebut perempuan Sunem, melihat nabi Elisa tidak
punya tempat untuk tinggal ketika dia sampai di kota perempuan ini untuk menyebarkan
ajarannya. Jadi, wanita ini bertanya kepada suaminya apakah mereka bisa membuat sebuah
ruangan kecil di atas rumah mereka untuk nabi tersebut.
Jadi, hal besar apa yang dilakukan wanita Sunem itu? Hal yang bersifat kepahlawanan? Dia
melakukan hal yang Anda dan saya dapat lakukan dan seharusnya dapat kita lakukan -- dia
mencari dan melihat adanya kebutuhan, dia menjangkau dan mengulurkan tangan untuk
membantu, dan dia memberikan hatinya untuk mengasihi orang lain.

Sahabat wanita terkasih, Tuhan telah memberikan kepada kita satu contoh melalui wanita ini dan
tindakannya (dan hatinya). Kita seharusnya mencari, menjangkau, mengulurkan tangan pula
untuk membantu mereka yang ada di sekitar kita. Wanita Sunem ini tidak akan pernah ada dalam
daftar pahlawan. Akan tetapi, kita bisa yakin bahwa setiap kali Elisa, hamba Tuhan yang
keletihan itu, masuk ke ruangan kecil di atas rumah wanita itu, wanita Sunem itu menjadi
pahlawan di mata Elisa.

Anda juga bisa menjadi seorang pahlawan. Bagaimana caranya? Dengan mengikuti nasihat Rasul
Paulus yang mengatakan, "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita
berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia
6:10). Mulailah dengan kebaikan. Dan kemudian berdirilah teguh karena Tuhan menumbuhkan
hati yang melayani dalam diri Anda. Perintahnya mudah (bacalah berikut ini). Namun, untuk
dapat melaksanakannya perlu waktu seumur hidup!

Lakukan semua yang baik yang bisa Anda lakukan dengan menggunakan segala alat yang bisa
Anda gunakan dalam segala cara yang bisa Anda gunakan di setiap tempat yang bisa Anda
gunakan di setiap waktu yang bisa Anda gunakan kepada setiap orang yang Anda temui selama
Anda dapat melakukannya

Anda mungkin juga menyukai