Anda di halaman 1dari 4

Rut 1: 6- 17

Rencana besar Allah melalui orang yang sederhana

Penulis Kitab Rut tidak memfokuskan pada suffering, atau orang percaya yang sedang alami suffering.
Kitab Rut ini kira-kira ditulis pada zaman para hakim-hakim, tetapi ia menuliskannya dalam masa ketika
Daud telah menjadi raja. Penulis ini admiring banged terhadap raja Daud dan dia tau bahwa Tuhan
sudah punya rencana atas raja Daud ini.

Jadi sebenarnya bagian dari Rut ini ingin menceritakan tentang latar belakang raja Daud.
Seperti apa kakek nenek dari raja Daud.

Penulis ini ingin menunjukkan kepada para pembacanya siapa mereka, orang-orang yang dipakai Allah

Ingin nunjukin ternyata orang-orang yang dipakai Tuhan itu adalah just an ordinary man, orang-orang
biasa yang juga punya banyak kelemahan.

Samuel, penulis kitab ini, bukan menekankan kepada apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga ini,
fokus pada penderitaan dan masalah mereka. Bukan.
Tapi Samuel ingin menunjukkan orang-orang Kristen biasa saja, kehidupan keluarga kristen
biasa di sini.

Orang-orang ini adlaah orang-orang yang punya survival insting, ketika kelaparan terjadi, mereka
mencari tempat yang masih bisa mensupply kehidupan mereka, yaitu di daerah Moab.
- Manusia digerakkan oleh survival insting, ya.. memenuhi kebutuhan sederhana , yaitu
untuk makan, minum, tempat tinggal, yang hakiki. Oleh karena itu, hidupnya merasa terpenuhi,
terisi.

Ada seorang konglomerat, dia mengatakan dia hidup di dua dunia. Kalau ikut ibadah, menyanyi dengan
anak-anak Tuhan, dia merasakan suasana rohani, tersentuh, bersukacita.
Tetapi dia keluar dari gereja, dia masuk dalam pekerjaannya, konferensi, yang menawarkan hal-hal yang
sama sekali berbeda dari gereja, tapi bukan jahat, yang dia inginkan, sulit sekali ditolak.
Jadi dia bergumul dalam mengintegrasikan dua hal ini. Ini survival instingnya sebagai seorang
konglomerat. Semuanya itu okay, bukan jahat. Tetapi berbeda, punya hukum yang berbeda dengan
kristen.

Dalam kitab Yohanes, perikop tentang doa Yesus terhadap murid-muridNya, Yesus mengatakan bahwa
kamu bukan lagi menjadi miliki dunia. Kamu berada di dunia, tetapi kamu bukan milik dunia, tetapi milik
Allah. Makanya Tuhan Yesus berdoa agar Allah Bapa melindungi orang percaya agar tidak terikut dengan
dunia yang begitu jahatnya dengan ketertarikan besar.

Orang percaya banyak berhadapan dengan hal-hal seperti ini. Sepertinya ada dua dunia yang harus
dihadapi.
Agustinus mengatakan:
Sebetulnya setiap orang percaya itu mendapatkan anugrah untuk percaya, tetapi juga mendapatkan
cooperating grace
Orang-orang percaya itu sebenarnya sudah dibebaskan. Setelah diselamatkan, punya sesuatu
kesempatan,kekuatan, untuk tidak berdosa.
Jadi, Allah sebenarnya sudah memiliki anugrahNya. (implanted grace).
Pada saat yang sama, kita ini orang saleh dan juga orang berdosa. Jadi ini harus kita waspadai. Kita hidup
di tengah dunia sebagai orang-orang percaya yang sudah diselamatkan, tetapi juga kita menghadapi
survival insting

Samuel juga menunjukkan keluarga Elimelekh dengan survival instingnya, untuk mencari sesuatu
memelihara keluarga mereka.
Kedua hal seperti survival insting dan kehidupan kristiani itu susah diintegrasikan, dan seringkali
menghasilkan keputusan yang kurang bijak.

Ini yang dilihat oleh Samuel dalam keluarga Elimelekh. Bagaimana mereka akhirnya mengalami kesulitan
ketika mengintegrasikan survival insting tadi dengan iman percaya mereka.
Di Moab, elimelekh dan naomi mengambil menantu bagi kedua anaknya yang sakit (kedua anaknya
udah dari kecil sakit-sakitan). Ya, mungkin karena udah sakit-sakitan ya dicariin siapa yang mau ajalah,
yang bisa nutupin, menolong kedua anaknya ini untuk memenuhi survival insting mreka.
Orpah dan rut ini keduanya emang orang baik-baik. Tapi kita perhatikan bahwa mereka itu adalah
keturunan dari Moab, yang tidak berkenan di hadapan Allah.

Elimelekh dan naomi sekeluarga menjadi tidak berhati-hati ketika menghadapi pengintegrasian antara
survival insting dengan iman mereka.
Keluarga elimelekh ini adalah keluarga kristen yang biasa, belum dalam tahap iman dewasa, masih
percaya yang polos. Memang iman tidak bisa diukur, itu tidak tepat.
Tapi kita bisa melihat tahapan seseorang percaya kepada Tuhan, itu dilihat dari bagaimana cara mereka
menghadapi kehidupan dari sudut pandang percaya kepada Tuhan.

Keluarga elimelekh ini masih dalam tahap iman yang paling bawah. Mengapa saya katakan demikian?
1. Pola pikir mereka masih dialektik, hitam putih. Segala sesuatu Tuhan yang atur. Kalau saya sial, itu
artinya Tuhan lagi marah samaku. Kalau aku lagi diberkati, artinya Tuhan lagi senang sama aku.
Tuhan itu bertanggung jawab atas semua yang aku alami. Ini mithycal literal faith.
Belum kenal Allah secara pribadi.
Tuhan tidak begitu. Tuhan tidak menentukan sampai hal-hal detail dalam hidupmu. Sampai hal nya
bahwa hari ini kamu jatuh di lubang selokan, atau makan tempe, itu Tuhan yang menentukan. Bukan…

2. Cara naomi berkeluh kesah. Ketika Rut ngomong sama Naomi, Naomi bilang “tangan Tuhan sedang
teracung kepadaku.” Lalu Rut menjawab hal yang istimewa, state faith yang mantap. “Tuhanmulah
Tuhanku, jangan sampai aku meninggalkan aku.”
Seharusnya kalau naomi ini level imannya tinggi, ia harusnya peka. Tetapi perhatikan apa yang dikatakan
Naomi? Dia seharusnya tidak lagi mengulangi kata-kata yang sama setelah mendengarkan apa yang baik
dari Rut. Tetapi? Ketika ia memasuki Betlehem, ia tetap lagi mengatakan “Tangan Tuhan sedang
teracung kepadaku, jangan panggil lagi aku naomi (my delight), panggil aku mara, aku lagi kepahitan.
Tuhan lagi menghukum aku, yang maha kuasa lagi berperkara dengan aku”
Ini cara pikir dari Naomi yang gini nih… dia tidak sadar bahwa Rut menantunya itu seorang Moab yang
punya iman yang ajaib. Dan dia tidak peka.
3. Keluh kesah Naomi ini seperti tidak berpengharapan. Ia mengulangi keluh kesahnya terus dan ada di
dalamnya. Dia tetap mengulang kesalahan dalam keluhannya.
Calvin pernah mengeluarkan statement. Ketika dia memimpin jemaat di jenewa, sering hadapi tekanan
dan disalahpahami terus oleh jemaat dan sekitarnya. Dia mengatakan begini: “Tuhan Engkau selalu
melukai aku, tetapi karena itu Engkau, itu oke. Gapapa”. Seharusnya orang percaya itu begitu imannya.
Dia berkeluh kesah, tetapi tidak terus mengulangi kesalahan dan sungut-sungut yang tidak membangun
dalam keluh kesahnya.

CS. Lewis.. cerita pertobatan dari dia atheis menjadi orang percaya yang diuji imannya.

Orang beriman boleh mengeluh, tetapi tidak mengumbar perasaan salah mengertinya terhadap Tuhan
kepada orang berulang-ulang.

Kedua.
Samuel, penulis, mau memberi tahu kepada pembaca, bahwa orang-orang seperti ini, yang iman nya
seperti ini bisa dipakai Tuhan.
Ini orang sederhana, imannya juga sederhana sekali. Tetapi dipakai Tuhan
Lalu pertanyaan kita muncul, kenapa dipakai Tuhan?
Gimana dipakai Tuhan? Menantunya, orang Moab itu mengenal Tuhan secara pribadi kepada Tuhan.

Orang yang punya banyak kelemahan, bagaimana bisa memiliki menantu seperti itu?
Nah.. di sini kita keliru, kita berpikir bahwa keluarga ini lemah. Kita pikir mungkin dia akan menginjili
menantu nya itu. Tidak. Orang dengan level iman seperti ini tidak menginjili
Naomi ini orang baik, dia mengasihi menantunya. Dia tau cara membangun hubungan secara personal
kepada menantunya. Dia membuka diri, apa adanya, sehingga ketulusan itu terasa terhadap
menantunya. Sehingga Rut ini menjadi tergugah. Dia belum pernah menemukan orang seperti itu di
dalam kehidupannya di Moab, dengan keluarganya, dengan teman-temannya.

Tuhan mau pakai keluarga yang sederhana, dengan segala kelemahan-kelemahannya, tetapi tetap ada
yang Tuhan bisa pakai.
Musa Tuhan pakai dengan apa yang ada padanya. Ia bertanya “apa yag ada padamu? “ Musa menjawab
“tongkat”. Tuhan pakai tongkat itu menjadi alat bagikemuliaanNya.
Dalam korintus dikatakan

Siapapun kita, siapapun orang percaya yang hadir hari ini, bagaimana pun tingkat iman kita. Tuhan tetap
bisa pakai kita.
Sekarang, pertanyaannya? Apa yang ada padamu?

Dan pertanyaan lebih krusial dalam hal ini “apakah saudara mau dipakai?”

90 persen orang kristen maunya jadi orang di tengah-tengah saja. Semua setengah-setengah. Tetap
berada di tempat yang sama, dibanding 5 tahun lalu, tetap aja sebenarnya posisi nya di situ saja.
Orang-orang seperti ini hanya memberikan hati nya available, pikirannya available untuk dirinya sendiri
saja. Tidak mau dipakai Tuhan. Tidak available untuk Tuhan. Ya, pergi ibadah, ya kasih persembahan, ya
berdoa, ya melayani. Tapi tetap di situ situ aja. Tidak menjadi sesuatu yang baru, berbeda, dibandingkan
tahun tahun yang lalu nya.
Pertanyaan tadi gmn? 99 % orang tidak mau. Kenapa? Sudah nyaman dengan keadaan nya sekarang.
Tidak mau dipakai.

Tahun 53, sir edmund

Anda mungkin juga menyukai