Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, ada dua sikap dan cara hidup yang dimiliki oleh setiap manusia, Yaitu

sikap dan cara hidup yang baik dan buruk. Hal ini terjadi sejak kejatuhan manusia ke dalam

dosa karena manusia melakukan pelanggaran akan perintah Allah. Karena pelanggaran itu

manusia tidak luput dari perbuatan dosa, dosa keturunan yang diturunkan oleh Adam dan

Hawa menyebabkan adanya pemberontakan manusia terhadap perintah Allah.

Dalam konteks Perjanjian Lama, Dosa menjadi penyebab terjadinya pemisahan antara

Allah dengan umat-Nya, tetapi Allah tetap memegang teguh janji-Nya kalau ia tidak akan

pernah meninggalkan ciptaan-Nya tersebut dengan menebus dosa dan pelanggaran mereka,

mulai dari masa peristiwa air bah, keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir dan juga Babel

adalah bukti Allah tidak pernah lalai dalam menepati janji-Nya untuk menebus dosa bangsa

Israel. Namun, bangsa pilihan Allah itu selalu melanggar perintah Allah dan dikenal sebagai

bangsa yang tegar tengkuk, Oleh karena itu berdasarkan sikap, tindakan dan jalan hidup

mereka, manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu orang benar dan orang fasik.

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan studi eksposisi kitab Mazmur 1 mengenai “Jalan

orang benar dan jalan orang fasik”. Isi kitab Mazmur berupa syair, puisi dan nyanyian yang

dinyanyikan oleh bangsa Israel beragama Yahudi di dalam penyembahan mereka kepada

1
2

Allah. Kitab Mazmur sudah pasti adalah bagian dari Firman Allah yang diilhami, dalam 1

Tawarikh 25:1-6 tertulis bahwa sejumlah pelayan di bait suci "bernubuat", dan salah satunya

adalah pelihat/nabi. Beberapa dari orang-orang ini muncul sebagai penulis mazmur kanonik.

Dalam kitab Mazmur pasal 1, Daud menuliskan suatu Mazmur kebijaksanaan mengenai sikap

dan jalan hidup orang benar dan juga orang fasik, serta konsekuensi yang akan diterima orang

fasik jika mereka tidak bertobat dan tetap pada jalan hidup mereka.

Menurut Matthew Henry, Mazmur 1 adalah instruksi tentang yang baik dan yang

jahat, menghadapkan kita kepada hidup dan mati, berkat dan kutuk, agar kita mengambil

jalan yang benar yang menuju kebahagiaan dan menghindari apa yang pasti akan berakhir

dengan kesengsaraan dan kehancuran.1

Menurut Dianne Bergant dan Robert J Karris dalam buku yang berjudul “Tafsir

Perjanjian Lama”, Mazmur 1 secara dramatis memperlawankan “dua jalan”, suatu pandangan

fundamental dari manusia. Cara bicara Ibrani sering memandang pandangan hidup moral

sebagai tindakan, dan melukiskannya dengan menyebutkan tindakan-tindakan khas dan

akibat-akibatnya.2

Sama dengan bangsa Israel yang diperhadapkan dengan “dua jalan” hidup yang

berlawanan, Jemaat Kristen pada masa kini juga diperhadapkan dengan dua jalan hidup yang

berlawanan tersebut. Namun dewasa ini, masih ada ditemukan sikap jemaat Kristen yang

melakukan kebiasaan hidup orang fasik, mereka tidak menjalin persekutuan dengan Allah

dan juga tidak membaca dan merenungkan firman Allah. Hal ini dimungkinkan disebabkan

oleh kesibukan, pergaulan, dan penggunaan media sosial yang kurang bijak sehingga

membuat mereka tidak memprioritaskan hal yang membangun iman mereka, seperti bersaat

teduh dan merenungkan firman Allah.

1
Matthew Henry Comentary: Bible Works 9
2
Bergant, Diane dan Robert J Karis.2002.Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.Depok:Kanisius.
3

Terkadang permasalahan di dalam keluarga dan lingkungan sekitar yang

tidak mendukung kebangunan rohani juga menyebabkan kurangnya persekutuan

mereka dengan Allah. Mereka datang beribadah di Gereja tetapi tidak terjadi

pertumbuhan rohani dalam kehidupan mereka karena menganggap beribadah

hanyalah rutinitas, bukan karena kerinduan untuk bersekutu dan mendengarkan

firman Allah.

Ini menjadi pergumulan bagi peneliti untuk meneliti jemaat Kristen masa

kini mengenai pemahaman mereka akan makna teologis dari jalan hidup orang

benar dan orang fasik menurut kitab Mazmur 1 dalam kehidupan mereka, karena

isi kitab Mazmur 1 menguraikan sikap dan cara hidup orang benar yang dikatakan

“Berbahagia” dan cara hidup orang fasik yang dikatakan “menuju pada

kebinasaan”, hal ini patut menjadi pedoman bagi kehidupan jemaat Kristen masa

kini.

Yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah karena

masih ada keraguan peneliti apakah jemaat masa kini merasakan implikasi makna

teologis dari jalan orang benar dan orang fasik menurut kitab Mazmur 1 ? Karena

masih ada ditemukan jemaat Kristen yang mengikuti sikap dan cara hidup orang

fasik.

B. Identifikasi Masalah

Setelah mengkaji latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi

adanya beberapa masalah yang menyebabkan adanya Jemaat Kriten masa

kini yang mengikuti sikap dan cara hidup orang fasik, antara lain :

1. Malas untuk beribadah.


4

2. Belum merasakan implikasi dari makna teologis mengenai “jalan

orang benar dan orang fasik” dalam kitab Mazmur 1

3. Memiliki permasalahan dalam keluarga.

4. Putus asa karena kegagalan dalam kehidupan mereka.

5. Lingkungan sekitar yang tidak membangun kerohanian mereka.

6. Merasa nyaman dengan cara hidup orang fasik

7. Bersikap angkuh, sehingga mengabaikan Allah dan firman-Nya.

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan peneliti dalam segi waktu, bahan dan dana, maka

demi terarahnya penelitian ini, penelitian skripsi ini dibatasi oleh apakah

jemaat kristen masa kini merasakan implikasi dari makna teologis mengenai

jalan orang benar dan orang fasik menurut kitab Mazmur 1 ?

D. Perumusan Masalah

Apakah jemaat Kristen masa kini merasakan implikasi dari makna

teologis mengenai jalan orang benar dan orang fasik menurut kitab Mazmur

1?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

jemaat kristen masa kini merasakan implikasi dari makna teologis

mengenai jalan orang benar dan orang fasik dalam kitab Mazmur 1

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan dari tinjauan teologis yang

dilakukan ini adalah sebagai berikut :


5

1. Dengan menggumuli Penelitian ini, peneliti dapat lebih

memahami makna teologis dari “Jalan orang benar dan jalan

orang fasik” menurut kitab Mazmur 1 serta implikasinya bagi

jemaat Kristen masa kini. sehingga dapat menjadi pedoman

bagi kehidupan peneliti sendiri.

2. Sebagai sumbangsih bahan literature kepustakaan di

perpustakaan Sekolah Tinggi Teologi Sumatera (STTS) Medan

yang membahas tentang tinjauan Teologis “Mengenai jalan

orang benar dan jalan orang fasik” dalam kitab Mazmur 1 serta

implikasinya bagi jemat Kristen masa kini

3. Dari hasil penelitian ini, dapat membantu para pembaca

khususnya Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Sumatera

(STTS) untuk mendalami makna teologis mengenai “jalan

orang benar dan jalan orang fasik” dalam kitab Mazmur 1 serta

implikasinya bagi jemaat Kristen masa kini.

G. Preposisi

Masih ada jemaat Kristen masa kini yang belum merasakan

implikasi dari makna teologis mengenai “jalan orang benar dan orang

fasik” menurut kitab Mazmur 1.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Makna dan theologi dari kitab Mazmur sangat diperdebatkan sampai saat ini.

Kecenderungan sebagian besar abad ini adalah menempatkan setiap Mazmur dalam

sitz im leben (situasi sejarah) yang lebih besar dari kehidupan kepercayaan Israel

kuno.

Pendekatan diakronis ini menggunakan karya-karya puitis untuk membangun

kembali pola-pola pemikiran penyembahan Israel yang berkembang. Akan tetapi

orang lain yang mengikuti kritik sastra baru menganggap Mazmur sebagai unit yang

terpisah dan hanya mencari seninya sendiri.

Tetapi, mayoritas ahli menolak untuk memisahkan aspek kolektif (Mazmur

sebagai bagian dari penyembahan kepercayaan orang israel) dan aspek individual

(Mazmur sebagai karya dari penulis tertentu), keduanya saling bergantung dan harus

dipelajari bersama. Ada mazmur-mazmur individual dan kolektif, dan tiap mazmur

memainkan suatu peran yang agak berbeda di dalam formasi religius dari kegunaan

nyanyian pujian Israel.

2.1 Prinsip-prinsip Hermeneutika Kitab Mazmur

6
Menurut Grant R. Osborn3 dalam bukunya yang berjudul Spiral Hermeneutika,

Meskipun setiap penjelasan mengenai puisi dalam Alkitab telah cukup menolong, kita

tetap perlu memperhatikan bagaimana mendekati dan menafsir Kitab Puisi (Mazmur)

dengan tepat. Caranya antara lain sebagai berikut :

a. Memperhatikan pola-pola bait (stanza) dari suatu puisi atau himne.

Struktur merupakan langkah pertama dari eksegesis. Elemen utama dari

puisi Ibrani adalah pola-pola dan baris-baris yang sejajar. Terjemahan-

terjemahan yang lebih baru memperlengkapi para pembaca dengan

menempatkan baris-baris itu berdampingan, menginden bagian-bagian

yang sejajar itu dan memberi jarak di antara bait-baitnya. Kriteria yang

paling penting untuk menemukan jeda di antara bait-baitnya adalah

perkembangan pemikiran. Misalnya, dalam Mazmur 31 bait pertama (ayat

1-6) adalah permohonan Daud meminta tolong, yang kedua (ayat 7-9)

berisi pernyataan percayanya dan ketiga (ayat 10-14) adalah

pengaduannya.

b. Kelompok baris-baris yang paralel. Penyair sedang mengungkapkan

pikirannya di dalam keseluruhan unit menggunakan bahasa yang paling

emotif dan bersemangat. Seorang penafsir yang jelas harus berhati-hati

agar tidak terlalu terfokus pada baris-baris individual dan menganggap itu

sinonimi kapanpun pemikiran-pemikiran mirip. Pembaca harus berhati-

hati agar tidak terlalu fokus pada perbedaan makna di dalam situasi-situasi

seperti ini. Namun, pada saat yang sama konteksnya yang harus

menunjukan apakah baris-baris itu sinonimi atau tidak.

3
Osborne,Grant R.2006.”Spiral Hermeneutika”.Surabaya:Momentum

7
8

c. Pelajarilah bahasa yang bersifat metafora. Di dalam puisi, bahasa yang

bersifat metafora lebih menonjol dan adakalanya lebih sulit dipahami

daripada dalam prosa. Misalnya dalam Mazmur 19 kata “langit”

sebenarnya menceritakan kemuliaan Allah, bukan dimaksud untuk

mengajar kosmologi Ibrani. Walau untuk memahami makna dari kata-kata

yang bersifat metafora dalam kitab Mazmur sulit dipahami, namun latar

belakang dari gambaran tersebut menambah kekayaan dan kedalaman

untuk memahami Mazmur itu. Oleh karena itu sebagai penafsir yang benar

perlu berhati-hati dalam menafsir kata-kata metafora dalam Puisi Ibrani.

d. Jika memungkinkan, perhatikan latar belakang sejarah mazmur itu. Di

dalam banyak kasus, judul tradisional dari mazmur akan menyediakan ini.

Walaupun judul-judul ini ditambahkan pada waktu yang kemudian dan

bukan bagian dari kitab suci yang kanonis, judul tersebut biasanya tradisi

yang dapat diandalkan walaupun para ahli berbeda pendapat mengenai

seberapa jauh mereka dapat diandalkan. Judul tradisional dari Mazmur

mengandung lima jenis data yang berbeda yaitu penulis atau orang-orang

yang berhubungan dengan Mazmur itu, latar belakang sejarah, notasi-

notasi musik, catatan-catatan liturgi dan ragam dari Mazmur itu.

e. Pelajarilah Mazmur dengan melihat tipe dan bentuk dasarnya. Setiap tipe

Mazmur yang telah dijelaskan seperti Mazmur ratapan, pujian,

kebijaksanaan atau kerajaan harus dipelajari secara berbeda. Pernyataan-

pernyataan tentang Allah dan hubungan Allah dengan umat-Nya jelas

berbeda dari satu tipe dengan tipe lainnya dan penerapannya di masa

sekarang juga berubah. Mereka yang menyembah Allah akan memilih

Mazmur pujian ketimbang ratapan, sementara mereka yang sedih karena


9

merasakan ketidakhadiran Allah dalam kehidupan mereka lebih memilih

Mazmur ratapan.

f. Pelajarilah Mazmur sebagai keseluruhan sebelum menarik kesimpulan.

Alur pemikiran dari Mazmur sangat penting terhadap maknanya. Setelah

memperhatikan struktur dasar dari suatu perikop dan mengeksegesis

detail-detailnya, sangatlah penting untuk kembali meninjau ulang

seluruhnya sebelum menjelaskan maknanya. Mazmur-mazmur

dimaksudkan untuk dipahami sebagai unit-unit sastra, karena mereka

ditulis secara individu pada peristiwa sendiri. Oleh karena itu, lebih

penting bagi puisi (ketimbang prosa) bahwa prinsip keseluruhan

merupakan kunci terhadap bagian-bagiannya.

2.2 Bentuk Puisi Ibrani

Sangatlah penting untuk memahami cara puisi Ibrani berfungsi. Dengan tepat

telah ditunjukan bahwa tidak ada bagian Kitab Suci yang dibaca secara luas selain

Mazmur. Banyaknya Mazmur dikutip dalam perjanjian Baru menunjukan pentingnya

Mazmur di dalam kehidupan Gereja mula-mula. Namun, Mazmur tidak dapat

dipahami dengan mudah. Paralelisme dan pola-pola metrika (sajak) lebih sulit

diungkap, dan pembaca-pembaca yang tidak waspada akan lebih banyak melihat ke

dalam pernyataan-pernyataan paralel ketimbang konteksnya.

2.2.1 Pola-pola metrik (sajak).

Puisi dapat dikenali melalui sajak atau rima dan melalui paralelisme tata

bahasa dan bahasa. Identifikasi melalui sajak dan rima terutama berguna bagi

yang ahli dan tidak terlalu digunakan bagi para pengkhotbah, Namun,

pengetahuan dasar sajak itu penting dalam memampukan pembaca untuk


10

memperoleh sedikit kepekaan mengenai puisi Ibrani. Seperti yang freedman

nyatakan dalam bukunya “setiap puisi kelihatannya mengemban tanda-tanda

yang berbeda. Para ahli berbeda pendapat menyusun strukturnya, apakah

melalui penekanan atau jumlah suku kata. Keduanya bergantung pada

pengetahuan mengenai bahasa dan mengenai fonetik.”4

Namun, tidak semua puisi mudah dipilah atas dasar penataan yang

manapun, ada terlalu banyak variasi, dan tiap puisi dalam kitab suci harus

dipelajari berdasarkan nilainya. Setidaknya kita dapat mengatakan bahwa rima

merupakan tanda-tanda utama untuk mengenali puisi Ibrani. Dengan

menggunakan baris-baris penekanan, para ahli membagi Mazmur menjadi

pola-pola 2:2, 3:2, 2:3 dan banyak pola lainnya.

2.2.2 Paralelisme.

Pada tahun 1750 Bishop Robert Lowth mengembangkan posisi yang

secara umum didukung di masa modern, yaitu tiga tipe dasar dari paralelisme :

sinonimi, sintesis, dan antitesis. Beberapa orang masih mengikutinya. Akan

tetapi, semakin banyak beberapa ahli menolak teori ini, mereka berpendapat

bahwa posisi seperti itu sebenarnya mereduksi puisi menjadi prosa dengan

meratakan baris puisi. Mereka menyatakan bahwa baris kedua selalu

menambah makna (dalam beberapa gaya baris kedua menjelaskan baris

pertama).

a. Paralelisme Sinonimi : terjadi ketika baris kedua mengulang yang pertama

dengan sedikit atau tidak ada makna ditambahkan. Sering sekali mencakup

kesejajaran tata bahasa, kadang yang kedua secara tata bahasa cocok

4
Freedman, David Noel.1977.”Pottery,Poety,and Prophechy : An Essay on Biblical Poetry.”JBL 96, no 1 : 5-
26
11

dengan yang pertama (seperti frasa preposisi, subjek, verba, dan objek)

dan juga mungkin cocok dalam makna. Sebagai contoh dapat dilihat di

Mazmur 2:2a

Raja-raja dunia bersiap-siap

dan para pembesar bermufakat bersama-sama

Meskipun subjeknya raja-raja dunia dan para pembesar merupakan

sinonimi, ada perkembangan antara “bersiap-siap” dan “bermufakat

bersama-sama” karena “bermufakat bersama-sama” mencakup

persetujuan yang mengikuti “bersiap-siap,”.

b. Paralisme Sintesis : yang menunjuk kepada suatu perkembangan

pemikiran dimana baris kedua menambah ide-ide kepada yang pertama.

Sebagian orang meragukan validitas ini karena makna tambahan

menghancurkan paralisme. Tetapi, ini merupakan bentuk dominan dan

harus diterima, ini umumnya menjadi defenisi dari paralisme Ibrani.

Sebagai contoh dapat dilihat di Mazmur 1:3

Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,

Yang menghasilkan buahnya pada musimnya,

dan yang tidak layu daunnya;

apa saja yang diperbuatnya berhasil.

Ada tiga langkah disini, dari penanaman (baris 1) sampai menghasilkan

buah (baris 2) sampai bertahan (baris 3), sampai penuaian yang berlimpah

(baris 4, yang membuang metaforanya). Sering kali perkembangannya jelas

sehingga banyak yang berpikir tidak ada paralisme sama sekali.


12

c. Paralelisme antitesis : membalikan penekanan dari yang lainnya.

Bukannya membangun suatu ide, baris kedua dikontraskan dengan yang

pertama. Sebagai contoh dapat dilihat dalam Mazmur 20:8

Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan

kuda,

tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita.

Baris pertama memberitahukan apa yang tidak boleh diandalkan dan baris

yang kedua memberitahukan yang harus diandalkan.

2.2.3 Bahasa dan gambaran dalam puisi.

Para pemazmur menggunakan banyak teknik retorika seperti sinonimi,

klimaks, dan kiasme. Sebagai tambahan mereka menggunakan paranomasia

(Permainan kata-kata), aliterasi (baris-baris dimulai dengan huruf yang sama

dari alfabet), dan akrostik (setiap baris mulai dengan huruf berurutan dari

alfabet) dan asonasi (kata-kata yang bunyinya serupa).

Penggunaan gambaran figuratif dalam puisi sangat kaya. Pemazmur

terus-menerus mengambil dari pengalaman kehidupan sehari-hari dari umat

untuk melukiskan kebenaran-kebenaran rohani yang sedang mereka

munculkan. Dalam Mazmur 1:3-4 pemazmur mengontaskan orang benar, yang

“seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada

musimnya” dengan orang fasik yang “seperti sekam yang ditiupkan angin.”

Ibarat yang seperti ini sering ditemukan di sepanjang kitab puisi.

2.2.4 Ragam-Ragam Puisi

Banyaknya tipe kebutuhan religius menuntut tipe-tipe himne yang

berbeda. Puisi Ibrani bukanlah bersifat rekreasi melainkan bersifat fungsional

di dalam kehidupan bangsa itu dan hubungannya dengan Allah. Puisi memiliki
13

fungsi penyembahan dalam memediasi antara bangsa itu dengan Allah serta

memiliki fungsi khotbah dalam mengingatkan orang-orang tentang tanggung

jawab mereka di hadapan Allah. Mazmur bukanlah sesuatu yang tidak penting

seperti nyanyian-nyanyian sekarang ini, namun merupakan sesuatu yang

sentral dalam pelayanan baik dalam Bait Allah maupun dalam Sinagoge.

Ragam-Ragam puisi Ibrani adalah sebagai berikut :

a. Nyanyian-nyanyian perang.

b. Ratapan

c. Nyanyian Pujian

d. Nyanyian ucapan syukur

e. Mazmur-mazmur hikmat dan pengajaran.

f. Mazmur yang bersifat mengutuk

2.3 Latar Belakang Kitab Mazmur

Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang merupakan kumpulan mazmur,

nyanyian dan doa yang digunakan dalam ibadah Bangsa Israel. Para ahli menemukan

bahwa kitab Mazmur ditulis oleh berbagai pemazmur dalam waktu yang lama sekali,

yaitu mulai dari zaman Musa sampai setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan

di Babel. Nyanyian-nyanyian dan doa-doa ini dikumpulkan oleh orang Israel dan

dipakai dalam ibadah di Bait Allah.

Mengenai penulis-penulis dari kitab Mazmur, kalimat pembukaan

menyebutkan Daud adalah penulis 73 Mazmur, Asaf yang adalah seorang lewi

berkarunia musik dan nubuat menulis 12 Mazmur, Bani korah yang adalah keluarga

dengan karunia pujian penyembahan di Bait Allah menulis 10 Mazmur, Salomo

menulis 2 mazmur, dan masing-masing satu ditulis oleh Heman, Etan, dan Musa.
14

Kecuali Musa, Daud dan Salomo, semua penulis Mazmur lainnya adalah imam atau

orang lewi dengan karunia musik dan mempunyai tanggung jawab dalam ibadah

kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh Mazmur tidak diketahui

penulisnya, acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud, Hizkia

dan Ezra terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk

dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab Mazmur yang terakhir mungkin

dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).

Jika melihat masa penulisan dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya, maka

tidak heran jika di dalam Mazmur ada sebagian pasalnya yang memuat situasi dan

keadaan yang berkaitan dengan sejarah bangsa Israel. Keluarnya Israel dari

perbudakan Mesir, perjalanan Israel di padang gurun, peperangan Israel dengan

musuh-musuhnya, hingga pemberontakan dan pengkhianatan raja Israel kepada Allah.

Kitab Mazmur penuh dengan pujian kepada Allah untuk semua kebaikan-Nya. Karena

segala yang telah dan akan diperbuat-Nya.

2.4 Theologi di Dalam Kitab Mazmur

Fungsi utama Mazmur adalah sebagai buku nyanyian umat Allah dalam

ibadah mereka yang berkumpul. Lagu-lagu ini mencakup berbagai pengalaman dan

emosi, dan memberi umat Tuhan kata-kata untuk mengekspresikan emosi ini dan

untuk membawa pengalaman ini ke hadapan Tuhan. Pada saat yang sama, mazmur

tidak hanya mengekspresikan emosi: ketika dinyanyikan dengan iman, mereka benar-

benar membentuk emosi orang-orang saleh. Oleh karena itu, emosi bukanlah masalah

yang harus dipecahkan tetapi merupakan bagian dari bahan mentah kemanusiaan yang

sekarang telah jatuh yang dapat dibentuk untuk tujuan yang baik dan mulia.

Banyak kritik masa kini yang menekankan puisi dan seni dari Mazmur

mempermasalahkan isi theologis dan lebih cenderung memikirkan dunia yang


15

dilukiskankan dalam mazmur-mazmur itu. Kumpulan himne kepercayaan Israel

sangat luas sehingga usaha untuk mensistematiskannya tidak akan mampu mencakup

kebesaran dan kedalamannya. Namun, nilai-nilai sentral bagi mazmur-mazmur ini

tentu saja bernilai bagi upaya seperti ini.

Pertama, Mazmur berpusat pada ibadah dan doa; Mazmur memperlihatkan

kesadaran Israel akan Allah dengan lebih baik dari genre-genre Alkitab. Mazmur-

mazmur tersebut tidak membuat pernyataan-pernyataan theologis yang nyata, namun

keberpusatan mereka kepada Allah sangat theologis. Setiap aspek kehidupan

terhubung kepada Allah, dan Allah dipandang berdaulat atas segala hal.seperti yang

Peter Craige tunjukan, kerangka kerja untuk ini disediakan oleh konsep kovenan:

“Pengetahuan mereka tentang Allah berakar di dalam kovenan: mereka merespon

kepada Allah dalam doa, dalam pujian, atau dalam situasi kehidupan yang khusus,

karena adanya suatu hubungan kovenan yang membuat respon seperti ini

memungkinkan.”5. Allah kovenan sering dilukiskan dalam suatu hubungan yang intim

dengan umat-Nya, dan di dalam pengertian ini Mazmur mencerminkan kepercayaan

umum, karena mereka mencerminkan kehidupan iman yang hakiki bagi setiap anak

Allah.

Williem Van Gemeren memaparkan tujuh aspek tentang theologi dari kitab

Mazmur, yaitu :

a. Nama-nama Allah : Yahwe 700 kali; Elohim 365 kali; Adonai 54 kali;

memperlihatkan sentralitas dari kovenan)

b. Kesempurnaan Allah : Kebaikan dan kemuliaan-Nya, belas kasih dan

cinta-Nya, namun juga penghakiman dan keadilan-Nya.

c. Perbuatan-perbuatan Allah : Penciptaan, penebusan, proklamasi,

menolong, berkat dan menghakimi umat-Nya.


5
Craige,Peter C.1983.”Psalm 1-50”.WBC 19.Waco,Tex: Word
16

d. Harapan atas penebusan dan kebenaran : hasil dari tiga aspek pertama

berpusat pada pemerintahan yang benar dari Allah atas dunia dan peragaan

kedaulatan-Nya atas semua.

e. Kerajaan Allah : Allah pencipta telah membuat dan memelihara dunia ini,

dan Ia akan memerintah atasnya melalui Israel umat-Nya, tempat kerajaan-

Nya hadir.

f. Mesias dari Daud : Raja dari keturunan Daud (Mazmur 2; 72; 89; 132)

merupakan sarana Allah untuk meluaskan kerajaan-Nya di seluruh dunia.

g. Hikmat dari atas : walaupun dianiaya, orang benar milik Allah hidup

dalam ketaatan kepada hukum-hukum-Nya, dengan kata lain, kehidupan-

kehidupan yang berhikmat.6

Langkah dalam menentukan theologi dari kitab Mazmur adalah dengan

mempertimbangkan genre. Tiap tipe Mazmur memiliki pesan tersendiri yang ingin

disampaikan. Ratapan berpusat pada penderitaan dan pencobaan, Mazmur kerajaan

berpusat kepada raja dan mazmur-mazmur yang bersifat mengutuk berhubungan pada

musuh-musuh seseorang. Namun dalam setiap khusus, kedaulatan dan janji kovenan

menjadi pusatnya.

Kitab Mazmur merayakan tanggung jawab etika dari umat Allah seiring

mereka berhubungan kepada-Nya di dalam iman dan menerapkannya di dalam

kehidupan pada kehidupan sehari-hari. “Kebenaran” dalam mazmur-mazmur itu

berhubungan dengan hidup, melukiskan kehidupan moral yang dipraktikkan oleh

mereka yang telah mengalami kemurahan Allah. Kebenaran terutama merupakan

hubungan dengan Allah dan kemudian hasilnya, yaitu kehidupan yang beriman.

Mazmur juga memberikan panduan dalam pendekatan ibadah: kadang-kadang

mereka menawarkan konten yang sulit dicerna, menyerukan umat Tuhan untuk
6
VanGemeren,Willem A.1991.”Psalms.”.EBC 5
17

menggunakan pikiran serta hati dan suara mereka. Mereka memperlihatkan

penghargaan yang dalam kepada Allah serta kesenangan yang tak terbatas kepada-

Nya. Mereka memungkinkan seluruh jemaat untuk mengambil ke atas diri mereka

sendiri, untuk memiliki kesulitan dan kemenangan masing-masing anggota, sehingga

setiap orang dapat "bersukacita dengan mereka yang bersukacita dan menangis

dengan mereka yang menangis" (Rm. 12:15). Mereka memungkinkan umat Allah

untuk lebih menikmati berada di bawah pemeliharaan-Nya, dan lebih ingin menjadi

murni dan suci, melihat kemurnian dan kekudusan sebagai bagian dari karunia Allah

daripada sebagai beban.7

Dalam pengertian ini, mazmur-mazmur merupakan suatu perayaan kehidupan

bangsa Israel, yang menekankan fakta bahwa keberadaan tidak ada artinya tanpa

kehadiran dan izin Allah. Hampir semua Ahli setuju bahwa tiap mazmur dulu

digunakan dalam penyembahan Israel. Kumpulan ratapan dan ucapan syukur

langsung mencerminkan orientasi ini, tetapi mazmur-mazmur individual pun secara

sekunder terhubung dengan cara pemujaan itu.8

Beberapa orang mempertahankan pendapat bahwa iman bangsa Israel pada

dasarnya berhubungan dengan pernyataan kepercayaan, bahwa ia juga mengakui

imannya secara berjemaat (kolektif), dan selanjutnya pernyataan iman itu terjelma

dalam peristiwa sejarah, dengan itu melahirkan sejarah di sekitar pengakuan iman.

Dalam hal ini Israel dituntut mengikrarkan kesetiaannya, dan berdasarkan itu ia

menyatakan pengakuan iman akan Allah.

Kitab Mazmur menyatukan berbagai aspek budaya serta keagamaan yang

beragam dari kehidupan Israel. Gambaran tentang Allah sama beragamnya, pada

suatu saat bersifat maha tinggi (transenden) dan pada saat lain bersifat maha hadir.

7
ESV Study Bible : Bible works 9
8
Osborne,Grant R.2006.”Spiral Hermeneutika”.Surabaya:Momentum
18

Keberanian memberi penggambaran tersebut kadang-kadang mengesankan suatu

pandangan yang rendah tentang Allah atau suatu pemahaman yang tidak tepat dari

manusia (Mis. Mazmur 78:65-66). Bagaimanapun juga kecnderungan-kecenderungan

manusia di dalam Mazmur mengimbangi kemahatinggian serta mengingatkan bahwa

Allah dekat kepada manusia.

Ciri-ciri dari gambar Allah yang Allah memberikan kita gambaran keallahan,

yang pada akhirnya tidak dapat dimengerti oleh manusia, kecuali Allah sampai pada

taraf tertentu menyatakan diri-Nya sendiri. Namun, sebagaimana ketika Allah muncul

dalam segala kemuliaan surgawi-Nya, membuat manusia tampak seperti debu,

kemuliaan serta kemahatinggian itu berubah menjadi maha hadir. Pengaruhnya pada

manusia adalah ialah memperbaiki citra dirinya, bahwa makhluk ciptaan seperti

dirinya pasti diciptakan dan disertai oleh Allah yang begitu luar biasa dan diberi

wewenang untuk menguasai dunia (Mazmur 8:3-8). Oleh sebab itu, Mazmur

mempunyai nilai penyembuhan atau terapi. Mereka yang membacanya dengan serius

dan taat mengambil isinya bagi diri mereka sendiri, tidak lagi memiliki pandangan

yang rendah terhadap diri mereka sendiri atau terhadap Allah.

Jika Mazmur menggambarkan Allah secara jelas, maka gambarannya tentang

manusia sama jelasnya. Dalam Mazmur 114:1, ciri eksistensi manusia yang sementara

dan tidak kekal ditampilkan secara sangat berlawanan dengan kekekalan ilahi yang

diumpamakan “Gunung batu”. Menyangkal eksistensi yang benar dari Allah sama

dengan menyangkal hakikat dari manusia sendiri. Kita tidak dapat menyangkal Allah

sementara membenarkan manusia, sebab Allah menganugrahi dia dengan realitas dan

tujuan.

Selain itu, Mazmur menganggap manusia telah dirusak oleh dosa. Gambaran

mengenai manusia dalam Mazmur adalah gambaran yang realistis. Realisme


19

mengenai perjanjian lama tidak akan dapat mengabaikan atau menyembunyikan dosa

manusia, melainkan Mazmur menjumpai manusia dimana dia berada, dan

memberikan harapan bagi manusia sehingga ia menemukan penebusan di dalam

Allah.

2.5 Struktur Kitab Mazmur

Para ahli tidak lagi menganggap kitab Mazmur sebagai karya-karya terpisah

yang dikoleksi tanpa perencanaan dan secara acak. Melainkan Mazmur diakui sebagai

suatu kesatuan kanonis yang utuh, dan studi-studi cenderung mempertimbangkan

pola-pola dan tema-tema yang melingkupi atau pada hubungan-hubungan di antara

pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil atas Mazmur.

Gerald H. Wilson dalam bukunya memperlihatkan bahwa Kitab Mazmur

diedit dengan hati-hati dengan menggunakan kritik-kritik bentuk, dia memperlihatkan

adanya lima Kitab Mazmur. Tiap kitab berakhir dengan doksologi yang menandai

koleksi itu. Dengan Kitab Mazmur tersebut dapat dibedakan :

1. Pendahuluan (Mzm. 1-2) – Sebagian menganggap ini merupakan mazmur

tunggal yang ditandai oleh ucapan-ucapan bahagia dari Mazmur 1:1 dan

Mazmur 2:1. Mazmur 1:1 mengundang orang benar untuk merenungkan

Mazmur dan Mazmur 2:1 berpusat pada Raja yang diurapi di Gunung

Sion.

2. Kitab 1 (Mzm. 3-41) – Mazmur ini berpusat pada Daud, yang meminta

perlindungan ilahi di hadapan musuh-musuhnya. Hampir semua mazmur

ini berasal dari Daud.

3. Kitab 2 (Mzm. 42-72) – Mazmur 42-49 berasal dari “bani korah” yang

adalah satu keluarga yang bertanggung jawab atas musik Bait Allah, dan

Mazmur 51-65;68-70 adalah Mazmur Daud.


20

4. Kitab 3 (Mzm.73-89) – Mazmur ini tertutama berasal dari Asaf (Mazmur

73-83) dan membentuk suatu rangkaian ratapan yang berpusat bada

pelanggaran kovenan dan keadaan menyedihkan bangsa itu.

5. Kitab 4 (Mzm. 90-106) – Di dalam Kitab Mazmur ini, suatu harapan baru

dihadirkan, ketika Allah melakukan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar

demi umat-Nya. Musa menempati tempat yang sentral (disebutkan tujuh

kali), memperlihatkan bahwa Allah yang telah menyelamatkan Israel dapat

melakukan yang sama sekarang. Walaupun kerajaan sudah tidak ada,

Allah dapat menyelamatkan mereka.

6. Kitab 5 (Mzm. 107-145) – Allah memang telah membawa mereka keluar

dari masalah-masalah mereka (mungkin pembuangan), dan inilah

waktunya kembali ke model Daud (Mzm. 108-110;138-145). Mazmur

120-143 merupakan nyanyian-nyanyian ziarah yang berpusat pada

perjalanan ke Yerusalem untuk beribadah.

7. Kesimpulan (Mzm. 146-150).9

Tradisi Yahudi yakin bahwa koleksi itu merupakan suatu refleksi sengaja

terhadap lima kitab pentateuk. Sebagian yakin bahwa kitab-kitab itu dapat dianggap

sebagai sejarah tematis mengenai Israel. Dengan kitab 1 pada masa terjadi konflik

Daud dengan Saul, kitab 2 pada masa Daud menjadi Raja, kitab 3 pada masa krisis

Asyur, kitab 4 pada masa penghancuran Bait Allah dan pembangunan dan kitab 5

adalah pujian serta renungan saat saat kembali dari pembuangan., namun hal ini tidak

dapat dibuktikan secara penuh.

2.6 Eksegesis Mazmur Pasal 1


9
Wilson,Gerald H.1985.”The Editing of the Hebrew Psalter”.SBLDS 76.Chico,Calif: Scholar Press
21

Istilah eksegesis berasal dari bahasa Yunani “exegesis” yang berarti

“memimpin atau membawa keluar”. Jadi, dalam pengertian istilah eksegesis berarti

suatu penjelasan eksposisi dan interpretasi Alkitab. Sebagai suatu defenisi, eksegesis

berarti menjelaskan suatu kata, kalimat, paragraf, atau keseluruhan kitab dengan

memimpin keluar pengertian sebenarnya seperti yang dimaksudkan Penulis dari suatu

teks Alkitab.

Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan eksegesis ialah mencari tahu isi dan

maksud si Penulis dalam sebuah teks dengan memperhatikan latar belakang dan corak

gaya bahasa yang digunakan dalam teks firman Tuhan tersebut. Dalam konteks

Alkitab, peran dan konteks yang ingin disampaikan oleh Roh Kudus melalui

kepribadian, gaya bahasa dan keadaan masing-masing Penulis juga perlu

diperhatikan.

Oleh karena itu, pada Eksegesis kitab Mazmur 1 ini, peneliti akan

menguraikan latar belakang dari kitab Mazmur 1 terlebih dahulu sebelum melakukan

studi kata, agar dengan mudah memahami maksud dari penulis Mazmur 1 mengenai

“Jalan orang benar dan jalan orang fasik”.

2.6.1 Latar Belakang Mazmur 1

Mazmur 1 adalah pengantar yang cocok untuk kitab Mazmur karena

merangkum dua jalan yang terbuka bagi umat manusia, jalan orang benar dan

jalan orang fasik. Ini dapat diklasifikasikan sebagai mazmur kebijaksanaan karena

penekanannya pada dua cara hidup ini, penggunaan perumpamaan, pengumuman

berkat, dan sentralitas Hukum untuk pemenuhan dalam kehidupan. Motif-motif

dalam mazmur ini berulang-ulang muncul di mazmur lainnya.10

Editor yang menempatkan mazmur ini di awal Kitab Mazmur melakukan

hal yang bijaksana, karena menunjukkan jalan untuk memberkati dan


10
Bible Knowledge comentary.PC Bible Study V5
22

memperingatkan tentang penghakiman ilahi. Ini adalah tema yang sering muncul

dalam kitab Mazmur. Gambaran dalam mazmur ini akan mengingatkan pembaca

akan ajaran-ajaran sebelumnya dalam Perjanjian Lama. Dalam Kejadian, Anda

menemukan orang-orang berjalan dengan Tuhan (Kejadian 5:21,24; 6:9; 17:1),

sungai yang memberi kehidupan ( Kejadian 2:10-14), serta pohon dan buah

(Kejadian 2:8-10). Hukum Tuhan menghubungkan mazmur dengan Keluaran

melalui Ulangan. Menemukan kesuksesan dengan merenungkan hukum itu dan

menaatinya mengingatkan kita pada Yosua 1:8.

Mazmur menyajikan dua jalan, yaitu jalan berkat dan jalan penghakiman.

Yang merupakan pilihan yang harus diambil Israel (Ul 30:15,19). Yesus

menggunakan gambar yang serupa (Mat 7:13-14). Sejarah Alkitab tampaknya

dibangun di sekitar konsep "dua orang": "Adam pertama" dan "Adam terakhir"

(Rom 5; 1 Kor 15:45) — Kain dan Habel, Ismael dan Ishak, Esau dan Yakub,

Daud dan Saul, dan sejarah Alkitab berpuncak pada Kristus dan Antikristus. Dua

orang, dua cara, dua takdir.11

2.6.2 Studi Kata

Mazmur 1:1-6 (TB)

1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang

tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan

pencemooh,

2. tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat

itu siang dan malam.

3. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya

pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya

berhasil.
11
The Bible Exposition Comentary Old Testament.PC Bible Study V5
23

4. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.

5. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang

berdosa dalam perkumpulan orang benar.

6. Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju

kebinasaan.

Mazmur 1:1-6 (WTT) - Ibrani

‫ׁשעִים ּובְדֶ ֶרְך ַח ָּטאִים ֹלא עָמָד ּובְמֹוׁשַ ב ֵלצִים ֹלא י ָׁשָ ב‬
ָ ‫ׁשר ֹלא ָהלְַך ַּב ֲעצַת ְר‬
ֶ ‫ׁש ֵרי־ ָהאִיׁש ֲא‬
ְ ‫ ַא‬1
ashrey haa’iysh asher lo’ haalak ba’sat rashaaim ubderek khataim lo aamaad ubmoshab lesim lo yashab

‫ְתֹורתֹו י ֶ ְהּגֶה יֹומָם ָו ָליְלָה‬


ָ ‫ְתֹורת י ְהוָה ֶחפְצֹו ּוב‬
ַ ‫ ּכִי אִם ּב‬2

Kiyim betorat Yahweh kepesou ubtoratou Yehegeh yomaam walayelah

‫ׁשר ּפ ְִריֹו י ִּתֵ ן ְּבעִּתֹו ְו ָעלֵהּו ֹלא־י ִּבֹול וְכ ֹל אֲׁשֶ ר־יַעֲׂשֶה י ַ ְצלִי ַח‬
ֶ ‫ ְו ָהי ָה ְּכעֵץ ׁשָתּול עַל־ ַּפ ְלגֵי ָמי ִם ֲא‬3
Wehayah kes shatul al-palge mayim asher piryo yiten bito walehu lo-yibul wekol asher-yaseh yasliak

‫ׁשר־ּתִ ּדְ פֶּנּו רּו ַח‬


ֶ ‫ׁשעִים ּכִי אִם־ּכַּמ ֹץ ֲא‬
ָ ‫ ֹלא־כֵן ה ְָר‬4
Lo-ken haarsaim kiyim-kamos esher-tidepnu ruka

‫ׁשּפָט ְו ַח ָּטאִים ַּבעֲדַ ת צַּדִ יקִים‬


ְ ‫ׁשעִים ַּב ִּמ‬
ָ ‫ עַל־ּכֵן ֹלא־יָקֻמּו ְר‬5
Al-ken lo-yaqmu reshayim bamishpat wekataim baadet sadiqim

‫ׁשעִים ּת ֹאבֵד‬
ָ ‫ ּכִי־יֹודֵ ַע י ְהוָה ּדֶ ֶרְך צַּדִ יקִים וְדֶ ֶרְך ְר‬6
Ki-yodea yihwah derek sadiqim wederek reshayim tobed

Dalam kitab Mazmur pasal 1, Daud menuliskan suatu Mazmur kebijaksanaan

yang patut diperhatikan oleh bangsa Israel pada masa itu. Mazmur kebijaksanaan

adalah mazmur yang merayakan hikmat sebagai pemberian yang besar dari Allah

kepada umat-Nya dan hubungannya dengan firman dan hukum taurat yang telah
24

tertulis. Umat Allah dipanggil kepada suatu kesadaran yang baru tentang hak

istimewa dan kewajiban mereka untuk memperhatikan hikmat ilahi melalui

kemurnian rohani dan ketaatan. Mazmur 1 juga Konteks peristiwa dalam Mazmur 1

ini adalah Daud sedang memberikan suatu nasihat/wejangan bagi Bangsa Israel

mengenai kehidupan kerohanian mereka dalam hal ketaatan mereka terhadap Taurat

Allah (Torah). Kita dapat mengkaji teks ini dengan melakukan studi eksegesis. Kitab

Mazmur memiliki Paralisme Sintesis dalam puisi Ibrani yang menunjuk kepada suatu

perkembangan pemikiran dimana baris kedua menambah ide-ide kepada yang

pertama.

Studi eksegesis adalah studi penelitian teks kitab suci dengan memperhatikan

konteks sejarah, sastra dan tata bahasa yang terkandung terkandung dalam teks guna

menghasilkan makna teologis yang sesuai dengan teks kitab suci tersebut. Makna

teologis dari kitab Mazmur 1 yang diperoleh setelah melakukan studi eksegesis adalah

sebagai berikut.

a. Pada ayat pertama dalam Mazmur 1, Kata “Berbahagialah” dalam bahasa Ibrani

ialah Ashrey ‫ ) ) אַׁשְ ֵר‬yang berasal dari kata esher (‫ׁשר‬


ֶ ‫ ) ֶא‬atau ashar (‫ׁשר‬
ָ ‫ ) ָא‬yang

merupakan partikel interjection memiliki arti “Kebahagiaan”. kata Ashrey dalam

Mazmur 1 memiliki makna kebahagiaan atau berkat kepada manusia yang

melakukan sesuatu dan biasanya adalah sesuatu yang positif. Misalnya, seseorang

berbahagia/diberkati karena percaya kepada Allah tanpa keraguan. Kata “Orang

fasik” dalam bahasa Ibrani ialah reshaim (‫ׁשעִים‬


ָ ‫ ) ְר‬berasal dari kata rasha (‫ׁשע‬
ָ ‫) ָר‬

Reshaim (‫ ) ְרׁשָ עִים‬merupakan bentuk kata sifat adjective masculin plural absolute

yaitu kata sifat bentuk jamak yang tidak memiliki perbandingan atau sudah

merupakan gambaran yang paling tinggi . Arti kata reshaim (‫ׁשעִים‬


ָ ‫ ) ְר‬dalam

Mazmur 1 adalah orang jahat atau kriminal. Secara paralel, kata ini sering
25

digunakan untuk menggambarkan dosa, kejahatan dan kesalahan dimana pelaku

kejahatan tersebut lebih dari satu orang. Kata ini juga berfungsi sebagai kata sifat

untuk menunjuk secara konkret tindakan dan prilaku dari seseorang. Kata “Orang

berdosa” dalam Mazmur 1 adalah hataim (‫ ) ַח ָּטאִים‬berasal dari kata dasar heta (

‫ ) ַחּטָא‬Sama seperti reshaim (‫ׁשעִים‬


ָ ‫) ְר‬, hataim (‫ ) ַח ָּטאִים‬juga merupakan bentuk kata

adjective maskulin plural absolute yang memiliki arti tersesat atau berdosa, yaitu

orang-orang yang melakukan kesalahan dan hal-hal yang tidak sesuai dengan

Taurat Tuhan “Pencemooh” dalam bahasa ibrani ialah letsim (‫ ) ֵלצִים‬berasal dari

kata luts (‫)לֵץ‬, kata letsim (‫ ) ֵלצִים‬merupakan bentuk kata benda masculin plural

absolute yaitu bentuk kata benda jamak yang tidak memiliki perbandingan atau

sudah merupakan gambaran yang paling tinggi. Arti kata letsim (‫ ) ֵלצִים‬yaitu orang

yang suka mengejek atau menghina orang lain. Dari studi kata Mazmur 1:1 ini,

dapat diketahui bahwa orang yang berbahagia (Ashrey) itu adalah orang yang

tidak mengikuti nasehat dari orang fasik (reshaim), tidak berdiri/berada dalam

jalan hidup orang berdosa (hataim), dan tidak berkumpul bersama dengan para

pencemooh (letsim).

b. Pada ayat kedua dari Mazmur 1, kata “kesukaannya” dalam bahasa ibrani ialah

hepeso (‫ ) ֶחפְצֹו‬berasal dari kata hepes (‫) ֵחפֶץ‬, hepeso (‫ ) ֶחפְצֹו‬adalah bentuk kata

benda maskulin singular (tunggal) ditujukan untuk orang orang ketiga tunggal

yang berarti “kesenangan”. dalam konteks Mazmur 1, kata ini menunjuk kepada

kesenangan orang benar, yaitu merenungkan Taurat Allah di siang dan malam

hari. Kata “Taurat TUHAN” dalam bahasa Ibrani ialah betorat Yahweh (‫ְתֹורת‬
ַ ‫ּב‬

‫)י ְהוָה‬. Be (‫ ) ְּב‬merupakan partikel preposisi yang berarti “dan”, kata torat (‫ּתֹורה‬
ָ )

adalah bentuk kata benda feminim singular (tunggal) , dan kata Yahweh (‫) י ְהוָה‬
26

adalah bentuk kata benda yang tidak memiliki gender ataupun jumlah, yaitu

“Allah”. Jadi, Betorat Yahweh berarti “Hukum Taurat Allah” yang menjadi aturan

bagi kehidupan bangsa Israel dan Taurat Allah direnungkan oleh orang benar yang

hidup di dalam Allah, pada masa perjanjian lama Torah ialah berupa kitab

pentateukh dan kesepuluh hukum taurat. Kata “merenungkan” dalam kitab

Mazmur 1 adalah Yehegeh (‫ ) י ֶ ְהּגֶה‬yang merupakan kata kerja tidak beraturan

ditujukan pada orang ketiga tunggal yang berarti “mengucapkan atau

memperkatakan” Taurat Tuhan siang dan malam (sepanjang hari)

c. Pada ayat ketiga dari Mazmur 1, Daud mengibaratkan orang benar seperti pohon

yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan

yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Kata “berhasil”

dalam bahasa ibrani ialah yasliah (‫ ) י ַ ְצלִי ַח‬berasal dari kata salah (‫ ) ָצלַח‬yang

merupakan kata kerja tidak beraturan yang ditujukan pada orang ketiga tunggal

yang memiliki arti “menjadi makmur”. Dalam konteks Mazmur 1, Daud

menggambarkan orang benar yang suka dengan taurat Allah akan menjadi

makmur dalam kehidupan mereka.

d. Pada ayat keempat dari Mazmur 1, Daud mulai menggunakan kata kiasan untuk

menggambarkan kehidupan orang fasik yang adalah seperti sekam yang ditiupkan

angin. Sekam dalam bahasa ibrani ialah chaff (‫ ) ּכַּמ ֹץ‬yang merupakan bentuk kata

noun common masculin singular absolut yaitu bentuk kata benda tunggal yang

tidak memiliki perbandingan dengan kata lain, yang berarti bagian bulir dari padi-

padian atau gandum, sekam begitu ringan sehingga mudah bergerak ketika kena

tiupan angin, demikian Daud menggambarkan orang fasik yang tidak menyukai

Taurat Tuhan sama seperti sekam (chaff) tersebut.


27

e. Pada ayat kelima dari Mazmur 1, Daud menjelaskan mengapa orang fasik

diibaratkan seperti sekam yang ditiupkan angin, karena orang fasik tidak tahan

akan penghakiman, juga tidak tahan dalam perkumpulan orang benar. Kata

“penghakiman” dalam bahasa Ibrani ialah Bamishpat (‫ׁשּפָט‬


ְ ‫ ) ַּב ִּמ‬berasal dari kata

mishpat (‫)מִׁשְ ּפָט‬. Kata ba (‫ ) ַּב‬adalah bentuk preposisi yang berarti “dalam” dan

kata mishpat (‫ )מִׁשְ ּפָט‬adalah bentuk kata benda tunggal yang tidak memiliki

perbandingan dengan kata lain (absolut), kata mishpat (‫ׁשּפָט‬


ְ ‫ ) ִמ‬merujuk kepada

waktu penghakiman, dimana pada waktu itu orang fasik tidak akan tahan

melaluinya, Begitu juga dengan orang berdosa yang tidak tahan dalam

perkumpulan orang benar.

f. Pada ayat terakhir dari Mazmur 1, tertulis bahwa Allah mengenal jalan orang

benar.

Kata “mengenal” dalam bahasa Ibrani ialah yodea (‫ ) יֹודֵ ַע‬berasal dari kata yada (

‫ )ידע‬yang merupakan bentuk kata kerja maskulin tunggal yang tidak memiliki

perbandingan dengan kata lain (absolut), yang berarti berarti mengetahui dengan

benar dan pasti. kata “jalan” dalam bahasa Ibrani ialah derek (‫ ) ּדֶ ֶרְך‬yang

merupakan bentuk kata benda tunggal. Menurut konteks Mazmur 1, kata derek (

‫ )ּדֶ ֶרְך‬merujuk pada tindakan dan perilaku orang benar dan orang fasik tersebut,

dimana jalan orang benar terkait pada “Jalan Allah” yaitu jalan yang menuju

kepada kehidupan yang kekal bersama dengan Allah. Dan jalan orang fasik

menuju kebinasaan. Kata “Kebinasaan” dalam bahasa Ibrani ialah tobed (‫) ּת ֹאבֵד‬

yang berasal dari kata abad (‫ )ָאבַד‬merupakan kata kerja yang tidak beraturan

ditujukan kepada orang ketiga tunggal yang berarti orang fasik akan binasa atau

akan mengalami kehancuran.


28

2.7 Eksposisi Mazmur pasal 1

Eksposisi adalah metode penafsiran Firman Allah yang merujuk kepada

aplikasi kontemporer (masa kini) atas dasar penyelidikan eksegesis yang sudah

dilakukan.12 Berdasarkan hasil Eksegesis kitab Mazmur pasal 1 yang dilakukan oleh

peneliti, kitab Mazmur 1 dapat diuraikan menjadi 3 bagian :

a. Pada ayat 1-3, Daud menguraikan ciri-ciri dari orang benar.

b. Pada ayat 4-5, Daud menguraikan ciri-ciri dari orang fasik

c. Pada ayat 6, adalah konsekuensi yang akan dialami oleh orang benar dan

orang fasik jika mereka tetap berada dalam masing-masing cara hidup

mereka.

2.7.1 Orang benar

Setelah melakukan studi kata dalam eksegesis Mazmur pasal 1, kita

dapat melihat ciri-ciri orang benar yang dikatakan berbahagia tersebut,

sebelumnya ada beberapa teolog yang sudah memberikan suatu pandangan

mengenai “orang benar” dalam Mazmur pasal 1 ini. Salah satunya ialah

Mathew Henry13, yang memberikan suatu pandangan mengenai ciri-ciri orang

benar dalam Mazmur pasal 1 antara lain :

 Orang benar adalah orang yang benar-benar dapat menghindari

kejahatan, meninggalkan persahabatan dengan pelaku kejahatan

(orang fasik, orang berdosa, dan pencemooh) dan tidak mau

dipimpin oleh mereka. Ia melihat para pelaku kejahatan

tersebut ada di sekelilingnya dan ia menyadari bahwa dunia ini

sudah dipenuhi oleh mereka, Tetapi ia menghindari mereka

12
Website : dekynggadas.wordpress.com
13
Matthew Henry Comentary, Bible works 9
29

dimanapun ia melihat mereka, ia juga tidak melakukan hal yang

sama seperti apa yang mereka perbuat, dan agar tidak

berprilaku sama seperti mereka ia tidak berbicara akrab dengan

mereka.

 Agar orang benar dapat melakukan hal yang baik dan

berpegang teguh pada perintah Allah mereka harus tunduk pada

Firman Allah dan mulai terbiasa dengan Firman (Taurat)

Tuhan. Inilah yang menjauhkannya dari jalan orang fasik dan

Firman itu membentenginya dari percobaan mereka. Ia menjadi

terbiasa dengan Taurat Allah karena mereka menyukai Taurat

itu. Meskipun itu adalah hukum tetapi mereka menyukainya

karena mereka tahu bahwa hukum itu berasal dari Allah yang

kudus, adil dan baik sehingga hal itu menimbulkan suatu

kesenangan bagi mereka, sama seperti kesenangan Rasul

Paulus akan hukum Allah (Roma 7:16,22). Cara orang benar

supaya bisa menjadi akrab dengan firman Allah adalah dengan

merenungkan firman itu siang dan malam, dengan melakukan

hal ini maka terbuktilah kesenangan orang benar akan firman

Tuhan, karena seseorang akan selalu memikirkan hal yang

mereka sukai. Tidak hanya sekedar memikirkan, orang benar

juga memperhatikan firman Tuhan sebagai aturan dari tindakan

dan perkataan mereka dalam kehidupan yang mereka jalani.

 Orang benar mendapatkan suatu jaminan dalam kehidupan

mereka karena kesalehan mereka, yaitu secara umum

kehidupan mereka diberkati. Allah memberkati mereka dan


30

berkat itu membuat mereka berbahagia. Mereka diumpamakan

“seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air” yang memiliki

makna bahwa mereka ditanam oleh kasih karunia Tuhan. Pada

dasarnya pohon ini ialah pohon zaitun liar yang akan tetap

sama sampai mereka dicangkokan lagi dan ditanam oleh

kekuatan yang dari atas. Karena tidak pernah ada pohon yang

baik yang tumbuh dengan sendirinya, itu adalah penanaman

Tuhan dan karena itu Dia harus dimuliakan di dalamnya. Pohon

tersebut ditempatkan oleh rahmat yang dalam Mazmur 1:3

disebut “aliran air” yaitu aliran sungai-sungai yang

menyenangkan kota Allah (Mazmur 46:4), dari sini orang benar

yang diumpamakan seperti pohon menerima berkat dan

kekuatan. Lewat berkat yang Tuhan berikan maka orang benar

dapat menghasilkan buah, yaitu buah amalan-amalan mereka

yang berlimpah.

 Tidak hanya menerima berkat, tetapi buah-buah orang benar

juga terpelihara noda dan pembusukan, seperti pada Mazmur

1:3 tertulis bahwa pohon yang ditanam di tepi aliran air itu

“tidak layu daunnya”, karena Firman Tuhan telah memerintah

di dalam hati mereka sehingga mereka tetap menghasilkan buah

bagus dan daun yang hijau.

 Karena kesalehan mereka, orang benar akan menjadi makmur

dalam kehidupan mereka, kemakmuran itu akan menyertai

mereka kemanapun mereka pergi, apapun yang mereka


31

lakukan, yang sesuai dengan hukum Allah pasti akan berhasil

sesuai dengan harapannya.

Dr. Christoph Barth dan Marie-Claire Barth juga memberikan

pendapat bahwa orang benar adalah orang bijak yang berbahagia dan apa

saja yang diperbuatnya berhasil.14 Yang berarti orang benar juga disebut

sebagai orang yang bijak karena mereka memperoleh hikmat dari

perenungan firman Tuhan.

Menurut pandangan peneliti berdasarkan studi kata dari Mazmur

pasal 1, orang benar dikatakan berbahagia dalam kehidupan mereka karena

mereka menjauhi segala hal ataupun sosok yang membawa mereka kepada

kejahatan yang berujung kerusakan hubungan mereka dengan Tuhan.

Dalam usaha menjauhkan diri dari kejahatan, ada tiga orang yang harus

dijauhi oleh orang benar, yaitu orang fasik, orang berdosa, dan

pencemooh. Yang berarti mereka tidak boleh hidup dalam kefasikan, tidak

melakukan tindakan dosa dan tidak menghina sesama mereka. Dalam

perjanjian baru di 1 Korintus 15:33 tertulis “Janganlah kamu sesat :

pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”, jadi jika orang

benar yang hidup di dalam Tuhan bergaul karib dengan orang fasik, orang

berdosa dan pencemooh, maka kebiasaan baik dalam diri orang benar akan

dirusakan oleh kebiasaan buruk mereka. orang benar dapat dikenali dengan

membandingkan mereka dengan ketiga ciri negatif yang tertulis dalam

Mazmur 1:1, pertama, mereka tidak berjalan/mengikuti nasehat orang

fasik, tidak berdiri/berada di jalan hidup orang berdosa, dan tidak

duduk/bersama dengan pencemooh atau pengejek.

14
Dr. Christoph Barth dan Marie Clarie Barth.Teologi Perjanjian Lama 2.2010.BPK Gunung Mulia.
32

Dalam Mazmur 1:2, Orang benar dikatakan menyukai taurat

Tuhan, menyukai berarti merasakan perasaan senang saat mereka

merenungkan Firman Tuhan dan tidak merasa bosan ataupun terpaksa,

Mereka merenungkan Firman Tuhan sepanjang hari. Tetapi, orang benar

tidak hanya berhenti sampai “merenungkan”, tetapi mereka juga

menjadikan Firman Allah menjadi landasan dalam kehidupan mereka,

yang berarti orang benar harus hidup sesuai dengan apa yang tertulis

dalam firman Tuhan.

Orang benar diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran

air, yang menghasilkan buah pada musimnya dan tidak layu daunnya, apa

saja yang diperbuatnya berhasil. Orang benar menghasilkan buah

perbuatan yang baik, seperti pandangan dari Matthew Henry, bahwa kata

“pohon” dalam Mazmur 1:3 itu adalah pohon zaitun liar yang akan tetap

sama walau dicangkokan dan ditanamkan kembali, demikian juga cara

hidup orang benar akan tetap sama dalam situasi apapun, pohon itu

ditanam di tepi aliran air yang berarti mereka menerima rahmat dari Allah,

sehingga apa saja yang mereka lakukan berhasil, dalam arti jika mereka

melakukan suatu pekerjaan, usaha atau kegiatan yang berkenan dan untuk

kemuliaan Allah, maka mereka akan memperoleh keberhasilan dari apa

yang mereka kerjakan, dan itu semua oleh karena berkat dari Tuhan bagi

orang benar tersebut.

Perihal keberhasilan bagi orang benar, dapat kita lihat juga di

dalam Matius 6:33 yang tertulis : “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah

dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

Konteks dari kitab Matius 6:33 adalah mengenai hal kekuatiran, Tuhan
33

Yesus mengangkat hal ini dalam khotbah-Nya di bukit supaya para

pendengar tidak perlu kuatir akan kebutuhan hidup mereka (Matius 6:25)

tetapi meminta mereka untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya,

mencari Kerajaan Allah bisa ditafsirkan membangun hubungan dengan

Allah dengan cara hidup di dalam firman Allah, maka semuanya (berkat,

kebutuhan) akan ditambahkan kepada orang-orang benar yang hidup di

dalam Tuhan.

2.7.2 Orang fasik

Ciri-ciri dari orang fasik dapat kita lihat dalam Mazmur 1:4-5, dimana

Daud mengibaratkan mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Menurut

pandangan Matthew Henry, sekam adalah debu yang begitu ringan yang ingin

dibuang oleh pemilik pantai, tidak dapat digunakan untuk apapun. Seperti sekam

(debu) yang tidak berguna dan tidak berharga, seperti itulah orang fasik yang

dianggap tidak berguna dan tidak berharga bagi Allah. Berarti, jika orang fasik

diibaratkan seperti seperti debu yang ringan (sekam), maka mereka mudah

diombang-ambingkan oleh angin (percobaan, permasalahan, pergaulan yang

buruk), karena tidak memiliki pemahaman yang baik tentang Allah dan firman-

Nya, hal ini menyebabkan mereka tidak tahan ketika hari penghakiman tiba dan

mereka tidak suka berada dalam perkumpulan orang-orang benar.

Orang fasik adalah orang yang tidak suka merenungkan firman Allah

tetapi suka melanggar firman Allah. Mereka hidup berdasarkan keinginan hati

mereka, memprioritaskan hal-hal yang bersifat duniawi ketimbang bersekutu

dengan Tuhan dan selalu menghasut dan mencemooh atau mengejek orang benar.

Orang fasik juga tidak suka beribadah dan mungkin jika mereka beribadah,

mereka tidak menjalin hubungan yang baik dengan Allah dengan sepenuh hati
34

mereka. Sampai pada masa penghakiman tiba, mereka akan dihakimi menurut

perbuatan mereka.

2.7.3 Konsekuensi yang dihadapi orang benar dan orang fasik

Konsekuensi dari jalan hidup orang benar dan orang fasik dapat dilihat di

Mazmur 1:6. Dalam ayat itu dikatakan bahwa TUHAN mengenal jalan orang

benar yang berarti Allah mengetahui dengan baik cara hidup orang benar karena

sikap dan cara hidup orang benar berkenan bagi Allah. Jika seseorang tetap

mempertahankan sikap dan cara hidup mereka maka dengan merenungkan firman

dan bersekutu dengan Allah, maka Allah berkenan atas mereka karena Allah

berkenan atas perbuatan mereka.

Dan jalan orang fasik menuju pada kebinasaan, yang berarti perbuatan

orang yang tidak hidup di dalam Tuhan akan membawa mereka kepada

kehancuran, baik kehancuran selama hidup di dunia ini maupun di kehidupan

yang kekal, karena Allah tidak berkenan akan perbuatan mereka yang tidak seturut

dengan firman-Nya.

2.8 Aplikatif Mazmur 1 bagi Jemaat Kristen Masa Kini.

Setelah melakukan studi eksegesis dan eksposisi Kitab Mazmur 1, peneliti

dapat menemukan aplikatif dari Mazmur 1 tersebut bagi jemaat Kristen masa kini,

Pentingnua mengemukakan aplikatif setelah melakukan studi eksegesis dan eksposisi

adalah dengan tujuan memberikan penjelasan kepada jemaat Kristen masa kini

mengenai makna teologis dari teks firman Allah dan penerapannya pada masa kini

karena aplikatif adalah penerapan dari makna teologis kitab suci dalam kehidupan

Jemaat Kristen masa kini.


35

Berdasarkan hasil eksegesis dan eksposisi Mazmur 1 mengenai “jalan orang

benar dan jalan orang fasik.”, peneliti menemukan beberapa hal sebagai aplikatif dari

Kitab Mazmur 1, antara lain :

a. Jemaat Kristen masa kini perlu mengetahui dengan siapa mereka

seharusnya bergaul untuk mempertahankan kebiasaan baik yang

mereka miliki, dengan cara tidak perlu bergaul karib dengan orang-

orang yang tidak hidup di dalam firman Tuhan.

b. Dalam Mazmur 1:3, tertulis bahwa orang yang suka akan Taurat Allah

dan merenungkan Taurat itu siang dan malam seperti pohon yang

ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buah pada musimnya, dan

tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Oleh karena

itu, sangat perlu bagi jemaat Kristen masa kini untuk bertekun dalam

merenungkan firman Allah, karena dengan merenungkan firman Allah

akan terjadi perubahan pola pikir dan tindakan yang seturut dengan

kehendak Allah, sehingga Allah akan memberkati mereka jika mereka

menuruti firman Allah.

c. Jemaat Kristen masa kini tidak boleh merasa nyaman akan perbuatan

yang tidak berkenan bagi Allah, tetapi harus menjauhi perbuatan yang

jahat itu.

d. Tetap setia dan taat kepada Allah dan firman-Nya, karena kebahagiaan

diperoleh oleh orang yang menjaga kesetiaan mereka kepada Allah dan

juga hidup di dalam firman-Nya.

Lewat aplikatif dari Mazmur 1 di atas, jemaat Kristen masa kini dapat lebih mudah

memahami dan menerapkan makna teologis dari Firman Tuhan tersebut dalam kehidupan

sehari-hari.
36

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah alur pikir peneliti sebagai dasar-dasar pemikiran untuk

memperkuat sub fokus yang menjadi latar belakang dari penelitian ini. Di dalam penelitian

kualitatif, dibutuhkan sebuah landasan yang mendasari penelitian agar penelitian lebih

terarah, oleh karena itu dibutuhkan kerangka pemikiran untuk mengembangkan konteks dan

konsep penelitian lebih lanjut sehingga dapat memperjelas konteks penelitian, metodologi

dan penggunaan teori dalam penelitian.

Sebuah kerangka pemikiran bukanlah sekedar sekumpulan informasi yang didapat

dari berbagai sumber-sumber, atau bukan juga sekedar pemahaman. Tetapi, kerangka

pemikiran membutuhkan lebih dari sekedar data-data atau informasi yang relevan dengan

sebuah penelitian, dalam kerangka pemikiran dibutuhkan sebuah pemahaman yang didapat

peneliti dari hasil pencarian sumber-sumber, dan kemudian diterapkan dalam sebuah

kerangka pemikiran. Pemahaman dalam sebuah kerangka pemikiran akan melandasi

pemahaman-pemahaman lain yang terdahulu. Kerangka pemikiran ini akhirnya akan menjadi

pemahaman yang mendasar dan menjadi pondasi bagi penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

Berdasarkan pemaparan dari landasan teori yang sudah dijelaskan, maka tergambar

beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikasikan

penelitian ini. Landasan Teori di atas akan diterapkan dalam kerangka konseptual sesuai

dengan penelitian yang akan diteliti yaitu “Studi Eksposisi Kitab Mazmur 1 Mengenai Jalan

Orang Benar dan Jalan Orang Fasik serta Implikasinya Bagi Jemaat Kristen Masa Kini.”

Kitab Mazmur merupakan kitab berisi syair/puisi Ibrani yang digunakan oleh bangsa

Israel sebagai pujian penyembahan mereka kepada Allah di dalam Bait Allah. Untuk

memahami puisi Ibrani perlu memahami pola-pola metrik (sajak), paralelisme, bahasa dan

gambaran puisi seperti yang sudah dipaparkan di atas. Kitab mazmur memiliki berbagai
37

ragam puisi, yaitu Nyanyian perang, ratapan, nyanyian ucapan syukur, nyanyian pujian dan

Mazmur hikmat dan pengajaran.

Fungsi utama kitab Mazmur adalah sebagai buku nyanyian Bangsa Israel dalam

perkumpulan ibadah mereka dan setiap isi kitab Mazmur berpusat pada ibadah dan doa, untuk

menentukan theologi dari kitab Mazmur adalah dengan mempertimbangkan genre. Tiap tipe

Mazmur memiliki pesan tersendiri. Ratapan berpusat pada penderitaan dan pencobaan,

Mazmur kerajaan berpusat kepada raja dan mazmur-mazmur yang bersifat mengutuk

berhubungan pada musuh-musuh seseorang. Namun dalam setiap khusus, kedaulatan dan

janji penebusan Allah menjadi pusatnya.

Mazmur 1 merupakan mazmur hikmat dan pengajaran yang ditulis oleh Daud. Setelah

melakukan eksegesis dan eksposisi kitab Mazmur 1 mengenai “jalan orang benar dan jalan

orang fasik.” Peneliti memiliki pemahaman akan makna teologis dari Mazmur 1 bahwa

Orang yang menjauhi perbuatan dosa, tidak mengikuti cara hidup orang berdosa dan suka

membaca atau merenungkan firman Allah akan senantiasa berhasil dalam kehidupan mereka,

karena Allah berkenan dengan perbuatan mereka, sedangkan orang berdosa akan binasa di

hari penghakiman kelak, karena mereka melakukan perbuatan dosa, tidak membangun

persekutuan dengan Allah dan juga tidak membaca atau merenungkan firman Tuhan.

Penting bagi jemaat Kristen masa kini untuk menjadikan isi Mazmur 1 sebagai

pedoman bagi kehidupan mereka, karena Mazmur 1 berisikan perbandingan cara hidup orang

benar dan orang fasik serta konsekuensi yang akan diterima oleh mereka. Agar jemaat

Kristen masa kini hidup berdasarkan Firman Allah dan tidak mudah terpengaruh oleh ajakan

orang berdosa agar mereka dapat berhasil dalam kehidupan mereka dan tidak binasa.

Dengan kerangka pemikiran ini Peneliti akan melakukan penelitian Jemaat Kristen

masa kini dari berbagai gereja untuk memperoleh hasil dari rumusan masalah “Apakah

jemaat Kristen masa kini merasakan implikasi dari makna teologis mengenai jalan orang
38

benar dan jalan orang fasik menurut kitab Mazmur 1 ?” untuk mengetahui apakah makna

teologis mengenai jalan orang benar dan jalan orang fasik berdampak bagi kehidupan jemaat

Kristen masa kini.

Kitab Mazmur

Prinsip
Hermeneutika
kitab Mazmur

Bentuk Puisi Theologi Kitab Latar belakang Struktur Kitab


Ibrani Mazmur Kitab Mazmur Mazmur

Eksegesis Kitab
Mazmur 1

Eksposisi Kitab
Mazmur 1

Aplikatif Mazmur
1 bagi jemaat
Kristen Masa Kini

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir Peneliti


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Menurut Lexy J

Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.15 Penulisan

kualitatif adalah lebih menekankan analisis pada pengumpulan data deduktif dan induktif

serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan

menggunakan logika ilmiah. Hal ini bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak

menggunakan dukungan data kuantitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada pengkajian

hipotesis, melainkan pada usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian melalui cara-

cara berfikir formal dan argumentatif.

Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

alamiah maupun rekayasa manusia.

Metode penelitian Kualitatif deskriptif ini digunakan untuk mengetahui apakah jemat

Kristen masa kini merasakan implikasi dari makna teologis mengenai “jalan orang benar dan

jalan orang fasik” dalam Mazmur 1:1-6.

15
Lexy. J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Hlm. 3

39
40

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti apa implikasi dari Mazmur 1:1-6

mengenai “jalan orang benar dan jalan orang fasik” bagi jemaat Kristen masa kini. Penelitian

ini dilakukan di daerah sekitar peneliti yaitu di kota Medan dan sekitarnya dalam rentan

waktu 4 bulan, mulai Juni 2022 sampai September 2022.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Karena Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, maka jenis

data penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut sugiyono, data kualitatif adalah data

yang berbentuk kata, skema, dan gambar. 16 Data kualitatif juga dapat didefenisikan

sebagai data yang mendekati dan mencirikan sesuatu, data ini dapat diamati dan

dicatat.

3.3.2. Sumber Data

Dalam suatu penelitian, sumber data terbagi menjadi dua bagian, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder. Menurut Sugiyono, sumber data primer

merupakan sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti sedangkan

sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

peneliti.17

Maka sumber data yang diperoleh peneliti dalam meneliti apa implikasi

Mazmur 1:1-6 mengenai “jalan orang benar dan jalan orang fasik” bagi jemaat

Kristen masa kini yaitu :

 Data Primer : Teks Alkitab ( dengan melakukan eksegesis Mazmur

1:1-6), Buku-buku pendukung, dan aplikasi bible works 9 sebagai

referensi dalam meneliti Mazmur 1:1-6.


16
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta
17
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta
41

 Data Sekunder : hasil wawancara.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, dokumentasi adalah cara yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka

dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.18

Bahan yang digunakan peneliti untuk mendukung penelitian ini adalah Teks

Alkitab (Mazmur 1:1-6), buku-buku teologi, dan buku-buku tafsir, dan aplikasi bible

works 9 sebagai sumber data primer dari penelitian ini, dimana lewat sumber data ini

peneliti dapat melakukan studi eksegesis dan eksposisi Mazmur 1:1-6.

3.4.2 Wawancara

Menurut Esterberg dalam buku Sugiyono, wawancara adalah pertemuan yang

dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara

tanya jawab sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna

dalam topik tertentu.19

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

wawancara semi terstruktur dimana akan dilakukan oleh jemaat Kristen yang telah

membaca Mazmur 1:1-6. Tujuan penggunaan teknik wawancara semi terstruktur ini

adalah untuk menemukan implikasi dari Mazmur 1:1-6 secara lebih terbuka karena

pihak yang diwawancarai dapat diminta untuk mengemukakan pandangannya

mengenai jalan orang benar dan jalan orang fasik dalam Mazmur 1:1-6.

18
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta. Hal 76.
19
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta. Hal 72.
42

Dalam wawancara terdapat tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh peneliti

untuk melakukan pengumpulan data, yaitu :

1. Membuat pedoman pertanyaan wawancara, sehingga pertanyaan yang

diberikan sesuai dengan tujuan wawancara tersebut.

2. Menentukan narasumber wawancara.

3. Menentukan lokasi dan waktu wawancara.

4. Melakukan proses wawancara

5. Dokumentasi

6. Memastikan hasil wawancara telah sesuai dengan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti.

7. Merekap hasil wawancara.

Pertanyaan umum yang ditanyakan kepada subjek penelitian adalah :

1. Sudahkah saudara/i membaca Mazmur 1:1-6 ?

2. Apa hal yang saudara/i dapatkan setelah membaca Mazmur 1: 1-6 ? (akan

ada beberapa pertanyaan lainnya yang ditanyakan berkaitan dengan

jawaban atas pertanyaan ini)

3. Apakah saudara/i membaca alkitab setiap hari ? jika iya, apakah anda

merenungkan firman itu ?

3.4.3. Observasi

Menurut Widoyoko, observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap unsur unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek
43

penelitian.20 Guna observasi secara umum adalah untuk mendapatkan hasil yang bisa

direlevansikan dengan penelitian yang sudah ada.

Setelah melakukan wawancara, peneliti akan melakukan observasi pada objek

penelitian, agar dapat memperoleh hasil penelitian yang relevan. Peneliti akan

melakukan perbandingan kesesuaian antara hasil wawancara dengan hasil observasi.

Hasil perbandingan ini akan memberikan suatu jawaban pada rumusan masalah

penelitian ini yaitu “apakah jemaat Kristen masa kini merasakan implikasi dari makna

teologis mengenai jalan orang benar dan jalan orang fasik dalam Mazmur 1:1-6 ?”

Peneliti melakukan teknik observasi dengan cara :

1. Bertemu dengan subjek penelitian

2. Mengamati kebiasaan hidup subjek penelitian (jemaat Kristen)

3. Bertanya kepada orang-orang terdekat subjek penelitian.

4. Mencatat hasil observasi.

3.5. Teknik Penentuan Subjek Peneliti (Sampling)

Teknik sampling yang ditentukan oleh penelitian ini adalah teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono, Purposive sampling adalah suatu teknik pengambilan sumber

data dengan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu 21, dan menurut Winarno,

Teknik purposive sampling digunakan karena adanya pertimbangan tertentu. Sampel yang

digunakan atau diambil bukan berdasarkan strata, random  (acak), atau daerah, akan tetapi

didasarkan pada suatu tujuan 22. Tujuan dari purposive sampling adalah untuk memilah-milah atau

untuk menentukan suatu sampel dalam penelitian berdasarkan kriteria yang ditentukan secara

20
Widoyoko.Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.2014.Jakarta:Pustaka Belajar. Hal 46
21
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta.

22
Prof.Dr, Winarno Surakhmad M.SC.Ed.Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan
Teknik.1980.Jakarta:Tarsito.
44

khusus oleh peneliti. Sampel-sampel yang diambil oleh seorang peneliti dengan kriteria-kriteria

atau ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya.

Peneliti memilih lima jemaat Kristen untuk ditentukan sebagai sampel dalam

penelitian ini yang akan mewakili “Jemaat Kristen masa kini” untuk memperoleh hasil dari

rumusan masalah “apakah jemaat kristen masa kini merasakan implikasi dari makna teologis

mengenai jalan orang benar dan jalan orang fasik dalam Mazmur 1:1-6?”. Kriteria jemaat

Kristen yang dipilih oleh peneliti adalah jemaat yang aktif beribadah di gereja dan jemaat

tersebut sudah membaca Mazmur 1:-6.

3.6. Teknik Analisis Data

3.6.1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu tahap analisis data yang fokus pada proses

pemilihan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data yang dihasilkan dari

proses pengumpulan data. Dalam teknik analisis data ini, peneliti akan memilah hal-

hal penting sehingga data hasil wawancara dan observasi lebih terfokus pada tujuan

penelitian yaitu untuk mengetahui apakah jemaat Kristen masa kini merasakan

implikasi dari makna teologis mengenai jalan orang benar dan jalan orang fasik dalam

Mazmur 1:1-6.

3.6.2. Penyajian Data

Penyajian data adalah tahap dimana peneliti menyajikan data yang sudah

direduksi atau disederhanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dengan

cara menguraikan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan sampel serta

menyajikan hasil observasi untuk memastikan kebenaran dari hasil wawancara

bersama sampel tersebut.

3.6.3. Penarikan Kesimpulan


45

Penarikan Kesimpulan merupakan tahap dimana peneliti menyampaikan suatu

hasil penelitian berupa informasi dalam pola bisa ditarik kesimpulannya. Proses

penarikan kesimpulan dilakukan ketika peneliti sudah melakukan reduksi data dan

melakukan perbandingan hasil wawancara dan observasi dengan hasil eksegesis dan

eksposisi Mazmur 1:1-6, sehingga peneliti bisa melakukan penarikan kesimpulan

dengan tepat dalam menjawab rumusan masalah “apakah jemaat Kristen masa kini

merasakan implikasi dari makna teologis dari jalan orang benar dan jalan orang fasik

dalam Mazmur 1:1-6 ?”.

Anda mungkin juga menyukai