BAB II
Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai beberapa sub bab yang
sudah tidak asing lagi didengar dikalangan masyarakat. Dalam kehidupan orang
pengajar seperti yang diketahui ada begitu banyak pandangan mengenai pandangan
1
https://www.australianchurchrecord.net/author/profil-alan-stibbs, diakses 19 Juli 2019.
21
32
Kutipan di atas menjelaskan bahwa A. M. Stibbs dia adalah seorang
pendeta, pengajar dan penginjil yang terlahir dalam keluarga Kristen. Dan untuk
pertama kalinya pada usia 16 tahun ia belajar menganai eksposisi Alkitab. Setelah ia
fakultas tersebut. Bukan hanya itu A. M. Stibbs juga berperan penting dalam
kebangkitan evangelical. Dan dia sangat terkenal sebagai seorang ekspositor Alkitab
dan pengkhotbah.
mengatakan bahwa: “Obat penawar terbaik melawan pengajar yang palsu adalah
nasehat dan moral yang positif, yang memperkembangkan kesehatan rohani dan
Memiliki Moral
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kata moral berarti baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi
pekerti; susila; kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
pengajar berkaitan dengan moral yang positif mengenai sikap dan perbuatan
seseorang. “Pengertian moral secara umum adalah suatu hukum tingkah laku yang
diterapkan kepada setiap individu untuk dapat bersosialiasi dengan benar agar
2
A. M. Stibbs, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: Medio BPK Gunung
Mulia 1980), 742.
3
seseorang untuk menilai benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran dalam cara hidup
seseorang mengenai apa yang baik dan buruk mengenai perbuatan seseorang. Orang
yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif dimata manusia. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh seseorang. Moral adalah sifat dasar yang diajarkan seseorang untuk
memiliki sikap yang baik jika ingin dihormati oleh sesamanya. Pengajaran tentang
moral sangat penting untuk dipahami oleh jemaat di Kreta, karena melihat keadaan
Seorang pengajar yang dikatakan baik apabila ia memiliki sikap dan tingkah
laku yang baik kepada orang lain dalam mengajar, sehingga ia menjadi pengajar
yang membawa orang kedalam kebenaran akan Injil. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata baik yang berarti elok, teratur, apik, rapi, tidak ada celanya, dan tidak
ada cacatnya.”5 Dalam hal ini Paulus menginginkan agar jemaat memiliki sikap
moral yang menunjukkan tingkah laku yang baik sesuai dengan perbuatan yang baik.
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan pengajaran Rasul Paulus mengenai
suka akan yang baik. Dalam pasal 1:8 Paulus menengaskan agar jemaat suka akan
hal yang baik. Menurut R. Budiman mengatakan dalam bukunya Surat-surat Pastoral
I dan II Timotius dan Titus mengatakan bahwa, “suka akan hal yang baik ini
merupakan rumusan yang umum, yang mencakup segala sesuatu yang baik sebagai
4
Pengertian Moral Menurut Para Ahli dan Secara Umum, diakses 20 Mei 2019
https://www.zonareferensi.com/pengertian-moral.
5
“Baik”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Terbaru Tim Prima Pena Gita Media
Press, 209.
32
6
lawan.” Penulis menemukan persyaratan sebagai seorang pengajar harus suka akan
hal yang baik. Paulus dalam surat-surat Pastoral menasihati Titus dan jemaat yang ia
layani untuk tetap berpengang teguh pada pengajaran yang benar, sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Paulus kepada jemaat untuk tidak mengikuti pengajar yang
sesat karena apa yang diajarkan itu sangat bertentangan dengan kebenaran. Istilah-
istilah seperti ajaran sehat (1 Tim. 1:10:2, Tim. 4:3; Tit.1:9). Ini menunjukkan
adanya masalah antara para pengajar sesat dengan kebutuhan untuk memberitakan
Injil dalam upaya menentang pengajar-pengajar sesat. Salah satu aspek yang sangat
dan II Tim surat Titus berisi petunjuk cara bagaimana menata hidup jemaat dan
menanggulangi ajaran-ajaran yang sesat.”7 Dalam usaha melawan para pengajar sesat
jemaat.
membangun suatu ketentraman, baik dalam gereja maupun dalam jemaat. Namun
dalam surat ini Paulus lebih mengarahkan perhatiannya kepada jemaat dan perlunya
pemimpin yang bermutu dalam gereja. Paulus memberikan perintah kepada Titus
untuk mengatur dan memelihara ketertiban di dalam gereja. Cara hidup yang
demikian dituntut seorang pemimpin bukan saja penekanan pada pengajarannya tapi
juga kepada para pengajar yang melayani karena berkaitan dengan tugasnya sebagai
seorang penatalayanan Allah, dengan melihat dan mengamati cara hidup anggota
jemaat di kota Kreta, sangat diperlukan pengajar yang sehat untuk memimpin jemaat
6
R. Budiman, Surat-Surat Pastoral I & 2 Timotius dan Titus (Jakarta: Gunung Mulia, 2011),
130.
7
R. Budiman, Surat-Surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus (Jakarta: Gunung Mulia,
2011), 125.
32
agar tidak mudah terpengaruh dengan pengajaran yang disampaikan oleh pengajar
Aien Wilson (A. W.) Tozer, yang lahir tanggal 21 April 1897. A. W. Tozer
adalah salah satu teolog yang paling berpengaruh di abad 20, yang memiliki
ketajaman dan kedalaman yang sangat luas dalam memahami kebenaran
Alkitab. Ia dijuluki Nabi abad 20 karena ketegasannya dalam menyuarakan
kebenaran Alkitab. Dia adalah hamba Tuhan di Christian and Missionary
Alliance (CMA) sejak 1919 s/d 1963 dan merupakan editor Alliance Witness
(sekarang bernama Alliance Life) dari 1950 s/d 1963. Selama hidupnya, Dr.
Tozer telah menulis banyak buku, termasuk The Pursuit of God dan The
Knowledge of the Holy (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:
“Mengenal Yang Mahakudus” menjadi karyanya yang terbesar dan paling
laris sampai sekarang. Pada tahun 1950, Tozer menerima gelar kehormatan
Doctor of Letters (Litt D) dari Wheaton College dan pada tahun 1952,
beliau mendapat gelar kehormatan Doctor of Laws (LL. D.) dari
Houghton College. Beliau menikah dengan Ada Cecelia Pfautz dan
dikaruniai 7 orang anak, yaitu: 6 anak laki-laki dan 1 anak wanita.
Beliau meninggal pada tanggal 12 Mei 1963.8
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Aiden W. Tezor adalah salah satu teolog
yang berpengaruh dan memiliki ketejaman yang sangat luas dalam memahami
menyuarakan kebanaran Alkitab. Dan dia adalah seorang hamba Tuhan di Christian
and Missionary Alliance. Selama hidupnya, Dr. Tozer telah menulis banyak buku
termasuk The Pursuit of God dan The Knowledge of the Holy (diterjemahkan ke
terbesar dan paling laris sampai sekarang. Pada tahun 1950, Tozer menerima gelar
kehormatan Doctor of Letters dari Wheaton College dan pada tahun 1952, beliau
hal-hal rohani adalah keharusan apabila kita ingin hidup dengan benar. Sama seperti
8
http://pelitaku.sabda.org/biografi_singkat_w_tozer, diakses 19 Juli 2019.
32
orang tidak dapat memetik anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri,
demikian pula karakter tidak akan tumbuh dari pengajar yang tidak sehat.”9 Pengajar
Memiliki Karakter
sifat bahwahan atau kejiwaan, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Karakter merupakan hal terpenting dalam diri
seseorang karakter dapat dipahami sebagai yang dianugerahkan dan sulit untuk
menjadi karakter yang baik dan membangun.”11 Pentingnya karakter, sebab dengan
orang yang bertanggung jawab. Betapa pentingnya karakter dalam hidup manusia
sehingga Tuhan Yesus mengajak orang datang kepada-Nya dan belajar kepada Dia.
tindakan seseorang yang keluar dari dirinya untuk dilakukan Yesus Kristus, jangan
hanya karakter yang baik-baik saja yang kita miliki, tetapi iman yang menjadi
sebagai benih rohani (nilai kehidupan rohani) yang tertanam di dalam diri dan batin
orang percaya yang harus dibangun secara terus menerus atas dasar iman kepada
9
A. W. Tozer, “Karakter”, diakses 21 Mei 2019,
https://hmministry.id/id/blog/single/article/beware-of-false-teachings.
10
menunjukkan siapa kita yang sebenarnya, yang penulis maksudkan di sini adalah
karakter yang baik harus dibangun atas dasar iman kepada Yesus Kristus.
benar sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
benar, mengenai hal-hal yang layak dilakukan seorang pendidik dan pengajaran tetap
aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
pengajaran Pendidikan Agama Kristen dan bimbingan konseling yang efektif, kreatif
dan inovatif serta dinamis mampu dan dapat membentuk karakter siswa seperti
menasehati Timotius bahwa jadilah teladan kepada semua orang dalam segala aspek
dia ajarkan orang lain kepadanya. Untuk dapat melayani dengan baik maka
diperlukan karakter-karakter yang baik yang mau tundukkan kepada Kristus, artinya
yang baik dan sungguh-sungguh berserah penuh kepada Kristus. Dengan demikian,
bertindak ketika kita tidak dilihat orang lain atau seperti dikatakan pepatah lama,
karakter adalah apa yang anda lakukan saat tidak ada orang yang melihat.”14 Artinya,
karakter itu adalah nilai dari kehidupan manusia yang tersembunyi di dalam dirinya
namun apa dinyatakan melalui tindakan yang baik dan benar. Dengan demikian
seseorang bisa mempunyai kekuatan dalam diri sendiri untuk mempertahankan hal-
hal yang benar. Hal-hal baik yang dilakukan seseorang tidak hanya untuk
kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. “Pendidikan
karakter dapat dilakukan tanpa arah namun memiliki tujuan yang jelas, tidak terukur,
hal ini guru sebagai pengajar, memerlukan metode atau strategi sebagai usaha untuk
pengembangan peserta didik. Dengan demikian tugas sebagai seorang guru harus
memiliki keterampilan dalam mengajar selain menguasai semua ilmu yang akan
diajarkan. Guru tidak hanya memberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik tetapi
juga harus bisa menunjukkan karakter atau sikap seseorang yang sebenarnya.
Surat Paulus kepada Timotius dan Titus juga berbicara mengenai karakter
pemimpin gereja. “Karakter itu meliputi kualitas seperti: integritas, kemurnian moral,
Baru. Unsur karakter Kristen sangat penting sehingga Yesus mengambil waktu
khusus untuk mengajarkannya kepada mereka yang akan memimpin jemaat dalam
gereja.”16 Jelas yang dikatakan bahwa pendidikan karakter dipahami sebagai cara
14
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2012), 17.
15
BPK Penabur, Pengantar Pendidikan Karakter, (Penerbit: Badan Pendidikan Kristen), 25.
16
GKRI Harapan Indah Renungan All Renungan, Membangun Dan Mengembangkan
Karakter Kristen yang Kuat, diakses 22 Mei 2019, http://www.gkri-hi.com/?p=353.
32
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas seseorang dalam menjalani
kehidupannya baik secara individu maupun dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan
untuk bisa melahirkan karakter yang baik dari seorang peserta didik. “Karakter yang
baik dapat dilihat dari cara berpikir, rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat
dipahami melalui pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak, dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai yang benar.”17
mendidik harus memiliki karakter atau sikap yang baik dalam mengajar, karena
Dalam kitab Titus 1:5 dikatakan bahwa Titus ditugaskan oleh Paulus untuk
mengatur apa yang masih perlu diatur dalam jemaat dengan menetapkan penatua-
penatua di setiap kota, ketika Rasul Paulus meninggalkan Titus di Kreta, karena
melihat masih ada guru-guru palsu yang mengajar ajaran yang sesat kepada jemaat.
Paulus sampaikan kepada Titus agar menetapkan para pemimpin rohani dalam gereja
Rasul Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu yang singkat di
Kreta, teks ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk
menanggulangi pengajar yang sesat. Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus
dalam pelayanannya, Titus merupakan seorang non Yahudi yang menjadi Kristen
dan kemudian mengikuti rombongan Paulus. Titus digambarkan sebagai orang yang
sangat setia. Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar
jemaat-jemaat baru di sana selain Titus, surat ini juga ditujukan kepada semua
anggota jemaat karena Paulus mendengar berita tentang kondisi jemaat pada waktu
Paulus melakukan kegiatan untuk beberapa waktu lamanya dalam mengabarkan Injil,
kemudian Paulus meninggalkan Titus di pulau tersebut dengan tugas untuk mengurus
dan membina jemaat, karena ketika dilihat dari latar belakang kehidupan jemaat di
Kreta yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Menurut Hakh dalam bukunya
Perjanjian Baru mengatakan bahwa: “situasi yang di hadapi oleh jemaat yang
dilayani oleh Timotius dan Titus sedang mengalami ancaman dari para pengajar sesat
yang masuk ke dalam lingkungan jemaat itu, ciri dari para guru sesat itulah telah
menanggulangi ajaran-ajaran yang sesat atau tidak sehat yang telah dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran sesat itu adalah dengan mengangkat para penatua untuk mengajarkan
Jemaat perlu diajarkan ajaran sehat dan kemudian menerapkan kebenaran atau ajaran
tersebut dalam kehidupan. Jadi, di perlukan pemimpin yang memiliki karakter yang
baik untuk dapat memimpin jemaat dan seorang pemimipin harus dewasa secara
rohani, dengan memilki karakter yang baik untuk dapat memimpin jemaat. Surat
pastoral yang ditulis oleh Paulus dan ditunjukkan kepada Titus, memberikan ajaran
18
Benyamin Samuel Hank, Perjanjian Baru I (Bandung: Bina Media Informasi), 247.
32
Tentunya setiap orang mempunyai definisi dan pandangan yang berbeda
tujuan. Menjadi seorang pemimpin tentu bukanlah hal yang mudah.”19 Seorang
pemimpin memiliki tanggung jawab besar yang harus dijalankannya demi kemajuan
pemimpin adalah memiliki sikap atau karaktek yang baik. Pengertian pemimpin
yang baik akan sangat berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Karena
pandangan tiap orang tentang sosok seorang pemimpin pasti berbeda dan itu
karakter diri dan pandangan. Pemimpin yang baik pasti akan dapat dapat
memimpin seseorang kepada hal yang baik sesuai dengan yang diinginkan
sekadar mengajar, yakni berusaha membentuk karakter siswa. Dua hal ini
tidak dapat dipisahkan antara peranan guru dengan karakter, namun fokus
19
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Rajawaligrafindo Persada,
2011), 60.
32
membentuk karakter siswa, misalnya kondisi para siswa, ketersediaan
sarana prasarana, metode belajar yang baik, dan peranan guru. “Dari semua
faktor tersebut guru adalah kompenen yang sangat penting dan perlu
pemimpin rohani yang memiliki sikap dan perbuatan sesuai dengan firman
Tuhan.
20
A. Hasan Saragih, Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar,
Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol. 5, No. 1 Juni 2008, 27.