Anda di halaman 1dari 12

32

BAB II

PERSPEKTIF KEHIDUPAN PENGAJAR

MENURUT BEBERAPA AHLI THEOLOGI

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai beberapa sub bab yang

menjelaskan mengenai pandangan kehidupan pengajar menurut beberapa ahli teologi

yaitu: A. M. Stibbs dan A. W. Tozer.

Berbicara mengenai pandangan-pandangan tentang pengajar yang sesat

sudah tidak asing lagi didengar dikalangan masyarakat. Dalam kehidupan orang

percaya tentunya memiliki pandangannya masing-masing mengenai kehidupan

pengajar seperti yang diketahui ada begitu banyak pandangan mengenai pandangan

tenatang kehidupan seorang pengajar.

Penulis menemukan beberapa pandangan menurut beberapa ahli yang

membahas mengenai kehidupan pengajar sebagai berikut:

Kehidupan Pengajar Menurut A. M. Stibbs

Dalam artikel mengenai Alan M. Stibbs menjelaskan bahwa:

Pendeta Alan M. Stibbs (1901-1971) dilahirkan dalam keluarga Kristen dan


mulai memberikan eksposisi Alkitab pertamanya pada usia 16 tahun. Setelah
menghabiskan waktu di ladang misi di Tiongkok, pengabaran dan
pengajarannya membawanya ke fakultas Oakhill Theological College di
London di mana ia menjadi wakil kepala sekolah. Ia memainkan peranan
penting dalam kebangkitan evangelikalisme konservatif di Inggris setelah
Perang Dunia Kedua dan menjadi terkenal sebagai ekspositor Alkitab dan
pengkhotbah yang menuntut diadakannya konferensi dan konvensi
evangelikal.1

1
https://www.australianchurchrecord.net/author/profil-alan-stibbs, diakses 19 Juli 2019.
21
32
Kutipan di atas menjelaskan bahwa A. M. Stibbs dia adalah seorang

pendeta, pengajar dan penginjil yang terlahir dalam keluarga Kristen. Dan untuk

pertama kalinya pada usia 16 tahun ia belajar menganai eksposisi Alkitab. Setelah ia

menghabiskan waktu di ladang misi untuk mengabarkan Injil dan mengajar di

Tiongkok, sehingga pengajarannya membawanya untuk mengajar di fakultas Oakhill

Theological College di London dan ia diangkat menjadi wakil kepala sekolah di

fakultas tersebut. Bukan hanya itu A. M. Stibbs juga berperan penting dalam

kebangkitan evangelical. Dan dia sangat terkenal sebagai seorang ekspositor Alkitab

dan pengkhotbah.

Menurut A. M. Stibbs dalam bukunya Tafsiran Alkitab Masa Kini 3,

mengatakan bahwa: “Obat penawar terbaik melawan pengajar yang palsu adalah

nasehat dan moral yang positif, yang memperkembangkan kesehatan rohani dan

kelakuan yang layak sebagai hasilnya.”2

Memiliki Moral

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kata moral berarti baik buruk yang

diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi

pekerti; susila; kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,

bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana

terungkap dalam perbuatan.”3 Kutipan di atas menjelaskan bahwa kehidupan

pengajar berkaitan dengan moral yang positif mengenai sikap dan perbuatan

seseorang. “Pengertian moral secara umum adalah suatu hukum tingkah laku yang

diterapkan kepada setiap individu untuk dapat bersosialiasi dengan benar agar

2
A. M. Stibbs, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: Medio BPK Gunung
Mulia 1980), 742.
3

“Moral”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses 20 Mei 2019,


https://kbbi.web.id/moral.
32
terjalin rasa hormat dan menghormati. Kata moral selalu mengacu pada baik dan

buruknya perbuatan seseorang (akhlak).”4 Moral dapat diartikan sebagai tindakan

seseorang untuk menilai benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan

kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran dalam cara hidup

seseorang mengenai apa yang baik dan buruk mengenai perbuatan seseorang. Orang

yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak

memiliki nilai positif dimata manusia. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus

dimiliki oleh seseorang. Moral adalah sifat dasar yang diajarkan seseorang untuk

memiliki sikap yang baik jika ingin dihormati oleh sesamanya. Pengajaran tentang

moral sangat penting untuk dipahami oleh jemaat di Kreta, karena melihat keadaan

cara hidup jemaat yang tidak sesuai dengan Alkitab.

Seorang pengajar yang dikatakan baik apabila ia memiliki sikap dan tingkah

laku yang baik kepada orang lain dalam mengajar, sehingga ia menjadi pengajar

yang membawa orang kedalam kebenaran akan Injil. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata baik yang berarti elok, teratur, apik, rapi, tidak ada celanya, dan tidak

ada cacatnya.”5 Dalam hal ini Paulus menginginkan agar jemaat memiliki sikap

moral yang menunjukkan tingkah laku yang baik sesuai dengan perbuatan yang baik.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan pengajaran Rasul Paulus mengenai

suka akan yang baik. Dalam pasal 1:8 Paulus menengaskan agar jemaat suka akan

hal yang baik. Menurut R. Budiman mengatakan dalam bukunya Surat-surat Pastoral

I dan II Timotius dan Titus mengatakan bahwa, “suka akan hal yang baik ini

merupakan rumusan yang umum, yang mencakup segala sesuatu yang baik sebagai

4
Pengertian Moral Menurut Para Ahli dan Secara Umum, diakses 20 Mei 2019
https://www.zonareferensi.com/pengertian-moral.
5

“Baik”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Terbaru Tim Prima Pena Gita Media
Press, 209.
32
6
lawan.” Penulis menemukan persyaratan sebagai seorang pengajar harus suka akan

hal yang baik. Paulus dalam surat-surat Pastoral menasihati Titus dan jemaat yang ia

layani untuk tetap berpengang teguh pada pengajaran yang benar, sebagaimana yang

telah disampaikan oleh Paulus kepada jemaat untuk tidak mengikuti pengajar yang

sesat karena apa yang diajarkan itu sangat bertentangan dengan kebenaran. Istilah-

istilah seperti ajaran sehat (1 Tim. 1:10:2, Tim. 4:3; Tit.1:9). Ini menunjukkan

adanya masalah antara para pengajar sesat dengan kebutuhan untuk memberitakan

Injil dalam upaya menentang pengajar-pengajar sesat. Salah satu aspek yang sangat

ditekankan oleh Paulus dalam surat-surat Pastoralnya adalah pengaturan atau

penataan penatua dalam gereja. Menurut R. Budiman mengatakan: “sama seperti I

dan II Tim surat Titus berisi petunjuk cara bagaimana menata hidup jemaat dan

menanggulangi ajaran-ajaran yang sesat.”7 Dalam usaha melawan para pengajar sesat

menghadapi ajaran sesat dibutuhkan pemimpin-pemimpin rohani untuk menata hidup

jemaat.

Paulus menasehati Titus untuk mengingatkan jemaat yang ia layani agar

membangun suatu ketentraman, baik dalam gereja maupun dalam jemaat. Namun

dalam surat ini Paulus lebih mengarahkan perhatiannya kepada jemaat dan perlunya

pemimpin yang bermutu dalam gereja. Paulus memberikan perintah kepada Titus

untuk mengatur dan memelihara ketertiban di dalam gereja. Cara hidup yang

demikian dituntut seorang pemimpin bukan saja penekanan pada pengajarannya tapi

juga kepada para pengajar yang melayani karena berkaitan dengan tugasnya sebagai

seorang penatalayanan Allah, dengan melihat dan mengamati cara hidup anggota

jemaat di kota Kreta, sangat diperlukan pengajar yang sehat untuk memimpin jemaat

6
R. Budiman, Surat-Surat Pastoral I & 2 Timotius dan Titus (Jakarta: Gunung Mulia, 2011),
130.
7
R. Budiman, Surat-Surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus (Jakarta: Gunung Mulia,
2011), 125.
32
agar tidak mudah terpengaruh dengan pengajaran yang disampaikan oleh pengajar

sesat yang telah menyebar luas dalam jemaat di Kreta.

Kehidupan Pengajar Menurut A. W. Tozer

Penulis memposting artikel Profil Dr. A. W. Tozer menjelaskan bahwa:

Aien Wilson (A. W.) Tozer, yang lahir tanggal 21 April 1897. A. W. Tozer
adalah salah satu teolog yang paling berpengaruh di abad 20, yang memiliki
ketajaman dan kedalaman yang sangat luas dalam memahami kebenaran
Alkitab. Ia dijuluki Nabi abad 20 karena ketegasannya dalam menyuarakan
kebenaran Alkitab. Dia adalah hamba Tuhan di Christian and Missionary
Alliance (CMA) sejak 1919 s/d 1963 dan merupakan editor Alliance Witness
(sekarang bernama Alliance Life) dari 1950 s/d 1963. Selama hidupnya, Dr.
Tozer telah menulis banyak buku, termasuk The Pursuit of God dan The
Knowledge of the Holy (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:
“Mengenal Yang Mahakudus” menjadi karyanya yang terbesar dan paling
laris sampai sekarang. Pada tahun 1950, Tozer menerima gelar kehormatan
Doctor of Letters (Litt D) dari Wheaton College dan pada tahun 1952,
beliau mendapat gelar kehormatan Doctor of Laws (LL. D.) dari
Houghton College. Beliau menikah dengan Ada Cecelia Pfautz dan
dikaruniai 7 orang anak, yaitu: 6 anak laki-laki dan 1 anak wanita.
Beliau meninggal pada tanggal 12 Mei 1963.8

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Aiden W. Tezor adalah salah satu teolog

yang berpengaruh dan memiliki ketejaman yang sangat luas dalam memahami

kebenaran Alkitab dan ia dijuluki sebagai nabi karena ketengasannya yang

menyuarakan kebanaran Alkitab. Dan dia adalah seorang hamba Tuhan di Christian

and Missionary Alliance. Selama hidupnya, Dr. Tozer telah menulis banyak buku

termasuk The Pursuit of God dan The Knowledge of the Holy (diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia: “Mengenal Yang Mahakudus” menjadi karyanya yang

terbesar dan paling laris sampai sekarang. Pada tahun 1950, Tozer menerima gelar

kehormatan Doctor of Letters dari Wheaton College dan pada tahun 1952, beliau

mendapat gelar kehormatan Doctor of Laws dari Houghton College.

Menurut A. W. Tozer dalam artikel adalah “Berpikir dengan benar tentang

hal-hal rohani adalah keharusan apabila kita ingin hidup dengan benar. Sama seperti
8
http://pelitaku.sabda.org/biografi_singkat_w_tozer, diakses 19 Juli 2019.
32
orang tidak dapat memetik anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri,

demikian pula karakter tidak akan tumbuh dari pengajar yang tidak sehat.”9 Pengajar

berkaitan dengan karakter seseorang dalam memimpin.

Memiliki Karakter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “karakter diartikan sebagai sifat-

sifat bahwahan atau kejiwaan, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan orang lain. Karakter merupakan hal terpenting dalam diri

seseorang karakter dapat dipahami sebagai yang dianugerahkan dan sulit untuk

dirubah.”10 karakter merupakan sebuah kekuatan dalam diri seseorang untuk

menyempurnakan dirinya. Namun, karakter yang dimiliki seseorang belum

sepenuhya membangun. Sehingga dibutuhkan peningkatan atau pembaharuan untuk

menjadi karakter yang baik dan membangun.”11 Pentingnya karakter, sebab dengan

adanya karakter seseorang mampu mengambil keputusan dalam hidupnya sebagai

orang yang bertanggung jawab. Betapa pentingnya karakter dalam hidup manusia

sehingga Tuhan Yesus mengajak orang datang kepada-Nya dan belajar kepada Dia.

Menurut Arozatulo Telaumbanua menjelaskan bahwa karakter adalah: “watak, sikap,

tindakan seseorang yang keluar dari dirinya untuk dilakukan Yesus Kristus, jangan

hanya karakter yang baik-baik saja yang kita miliki, tetapi iman yang menjadi

dasarnya.”12 Kutipan di atas menjelaskan bahwa pengertian karakter Kristen adalah

sebagai benih rohani (nilai kehidupan rohani) yang tertanam di dalam diri dan batin

orang percaya yang harus dibangun secara terus menerus atas dasar iman kepada
9
A. W. Tozer, “Karakter”, diakses 21 Mei 2019,
https://hmministry.id/id/blog/single/article/beware-of-false-teachings.
10

“Karaktek”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses 23 Mei 2019,


http://www.kbbi.com.
11

Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, (Penerbit: Erlangga, 2011), 17.


12
Arozatulo Telaumbanua, Saya Pasti Bisa Seperti Rajawali, (Sukoharjo: Born Win’s
Publishing, 2011), 61.
32
Yesus Kristus. Penulis berpendapat bahwa arti karakter yang sebenarnya adalah

menunjukkan siapa kita yang sebenarnya, yang penulis maksudkan di sini adalah

karakter yang baik harus dibangun atas dasar iman kepada Yesus Kristus.

Oleh karena itu, pendidikan karakter dibutuhkan pada semua jenjang

pendidikan. Pendidikan karakter adalah bagian terpenting dalam proses pendidikan,

karena pendidikan karakter merupakan proses pengajaran terhadap nilai-nilai yang

benar sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pendidikan karakter dapat dimulai dengan menanamkan pengetahuan yang

benar, mengenai hal-hal yang layak dilakukan seorang pendidik dan pengajaran tetap

menjadi hal penting dalam proses pembentukan karakter siswa. Jamil

Suprihatiningsih mengatakan bahwa “pendidikan atau proses belajar sebagai suatu

aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, dan pemahaman,

keterampilan serta nilai-nilai dan sikap (karakter hidup).”13 Dengan demikian,

pengajaran Pendidikan Agama Kristen dan bimbingan konseling yang efektif, kreatif

dan inovatif serta dinamis mampu dan dapat membentuk karakter siswa seperti

karakter Kristus. Karakter bagi pelayanan adalah sebagaimana Rasul Paulus

menasehati Timotius bahwa jadilah teladan kepada semua orang dalam segala aspek

kehidupanmu (1 Timotius 4:11-16). Artinya, seseorang harus menghidupi apa yang

dia ajarkan orang lain kepadanya. Untuk dapat melayani dengan baik maka

diperlukan karakter-karakter yang baik yang mau tundukkan kepada Kristus, artinya

dalam setiap aspek kehidupan seseorang tersebut mencerminkan seorang pelayan

yang baik dan sungguh-sungguh berserah penuh kepada Kristus. Dengan demikian,

pentingnya karakter dalam hidup seseorang untuk menentukan kehidupan manusia


13

Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi


(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 15.
32
itu sendiri. Thomas Lickona mengatakan “karakter kita menentukan bagaimana kita

bertindak ketika kita tidak dilihat orang lain atau seperti dikatakan pepatah lama,

karakter adalah apa yang anda lakukan saat tidak ada orang yang melihat.”14 Artinya,

karakter itu adalah nilai dari kehidupan manusia yang tersembunyi di dalam dirinya

namun apa dinyatakan melalui tindakan yang baik dan benar. Dengan demikian

seseorang bisa mempunyai kekuatan dalam diri sendiri untuk mempertahankan hal-

hal yang benar. Hal-hal baik yang dilakukan seseorang tidak hanya untuk

kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. “Pendidikan

karakter dapat dilakukan tanpa arah namun memiliki tujuan yang jelas, tidak terukur,

menyeluruh dalam semua aspek pendidikan dan juga berkesinambungan dengan

melihat tahapan-tahapan perkembangan yang dicapai oleh peserta didik.”15 Dalam

hal ini guru sebagai pengajar, memerlukan metode atau strategi sebagai usaha untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Guru memiliki tugas dalam pembentukan dan

pengembangan peserta didik. Dengan demikian tugas sebagai seorang guru harus

memiliki keterampilan dalam mengajar selain menguasai semua ilmu yang akan

diajarkan. Guru tidak hanya memberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik tetapi

juga harus bisa menunjukkan karakter atau sikap seseorang yang sebenarnya.

Surat Paulus kepada Timotius dan Titus juga berbicara mengenai karakter

pemimpin gereja. “Karakter itu meliputi kualitas seperti: integritas, kemurnian moral,

kelemahlembutan dan kesabaran. Kualitas kepemimpinan dibahas dalam Perjanjian

Baru. Unsur karakter Kristen sangat penting sehingga Yesus mengambil waktu

khusus untuk mengajarkannya kepada mereka yang akan memimpin jemaat dalam

gereja.”16 Jelas yang dikatakan bahwa pendidikan karakter dipahami sebagai cara
14
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2012), 17.
15

BPK Penabur, Pengantar Pendidikan Karakter, (Penerbit: Badan Pendidikan Kristen), 25.
16
GKRI Harapan Indah Renungan All Renungan, Membangun Dan Mengembangkan
Karakter Kristen yang Kuat, diakses 22 Mei 2019, http://www.gkri-hi.com/?p=353.
32
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas seseorang dalam menjalani

kehidupannya baik secara individu maupun dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai pendidikan yang diterapkan

untuk bisa melahirkan karakter yang baik dari seorang peserta didik. “Karakter yang

baik dapat dilihat dari cara berpikir, rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat

dipahami melalui pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak, dengan tujuan agar

peserta didik dapat mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai yang benar.”17

Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai

karakter melalui pengetahuan. Sebagai seorang pemimpin atau pengajar dalam

mendidik harus memiliki karakter atau sikap yang baik dalam mengajar, karena

karakter tidak akan tumbuh dari pengajaran yang tidak sehat.

Dalam kitab Titus 1:5 dikatakan bahwa Titus ditugaskan oleh Paulus untuk

mengatur apa yang masih perlu diatur dalam jemaat dengan menetapkan penatua-

penatua di setiap kota, ketika Rasul Paulus meninggalkan Titus di Kreta, karena

melihat masih ada guru-guru palsu yang mengajar ajaran yang sesat kepada jemaat.

Paulus sampaikan kepada Titus agar menetapkan para pemimpin rohani dalam gereja

untuk mengajar jemaat.

Rasul Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu yang singkat di

Kreta, teks ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk

menanggulangi pengajar yang sesat. Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus

dalam pelayanannya, Titus merupakan seorang non Yahudi yang menjadi Kristen

dan kemudian mengikuti rombongan Paulus. Titus digambarkan sebagai orang yang

sangat setia. Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar

kepada Titus. Dalam perjalanan Paulus meninggalkan Titus di Kreta untuk


17

Emi Budiastuti, Strategi Penerapan Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Praktek


Busana, Jurnal PTBB FT UNY (Desember 2010), 2-5.
32
menangani masalah-masalah yang terjadi, dan Titus di beri tugas untuk mengatur

jemaat-jemaat baru di sana selain Titus, surat ini juga ditujukan kepada semua

anggota jemaat karena Paulus mendengar berita tentang kondisi jemaat pada waktu

Paulus melakukan kegiatan untuk beberapa waktu lamanya dalam mengabarkan Injil,

kemudian Paulus meninggalkan Titus di pulau tersebut dengan tugas untuk mengurus

dan membina jemaat, karena ketika dilihat dari latar belakang kehidupan jemaat di

Kreta yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Menurut Hakh dalam bukunya

Perjanjian Baru mengatakan bahwa: “situasi yang di hadapi oleh jemaat yang

dilayani oleh Timotius dan Titus sedang mengalami ancaman dari para pengajar sesat

yang masuk ke dalam lingkungan jemaat itu, ciri dari para guru sesat itulah telah

disinggung dalam bagian sebelummya.”18 Paulus menungaskan Titus untuk

menyelesaikan pengukuhan jemaat, memperbaiki kesalahan-kesalahan jemaat dan

menanggulangi ajaran-ajaran yang sesat atau tidak sehat yang telah dipengaruhi oleh

guru-guru palsu terhadap jemaat. Pengajar sesat di Kreta mempunyai banyak

persamaan dengan yang ada di Efesus (1 dan 2 Timotius). Cara menanggulangi

ajaran-ajaran sesat itu adalah dengan mengangkat para penatua untuk mengajarkan

serta mempraktekkan ajaran-ajaran yang sehat atau kebenaran yang sesungguhnya.

Jemaat perlu diajarkan ajaran sehat dan kemudian menerapkan kebenaran atau ajaran

tersebut dalam kehidupan. Jadi, di perlukan pemimpin yang memiliki karakter yang

baik untuk dapat memimpin jemaat dan seorang pemimipin harus dewasa secara

rohani, dengan memilki karakter yang baik untuk dapat memimpin jemaat. Surat

pastoral yang ditulis oleh Paulus dan ditunjukkan kepada Titus, memberikan ajaran

kepada jemaat di Kreta yang hidupnya jauh dari ajaran Kristen.

18
Benyamin Samuel Hank, Perjanjian Baru I (Bandung: Bina Media Informasi), 247.
32
Tentunya setiap orang mempunyai definisi dan pandangan yang berbeda

tentang pemimpin. Definisi pemimpin menurut Kartini Kartono mengatakan

“pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan

khususnya disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain

untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian suatu

tujuan. Menjadi seorang pemimpin tentu bukanlah hal yang mudah.”19 Seorang

pemimpin memiliki tanggung jawab besar yang harus dijalankannya demi kemajuan

semua anggota yang dipimpinnya. Seseorang yang pantas menjadi seorang

pemimpin adalah memiliki sikap atau karaktek yang baik. Pengertian pemimpin

yang baik akan sangat berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Karena

pandangan tiap orang tentang sosok seorang pemimpin pasti berbeda dan itu

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pengalaman dan lingkungan yang membentuk

karakter diri dan pandangan. Pemimpin yang baik pasti akan dapat dapat

memimpin seseorang kepada hal yang baik sesuai dengan yang diinginkan

oleh seorang pemimpin.

Seorang guru pendidikan agama Kristen tidak bisa mengabaikan

perannya sebagai guru yang memiliki tanggungjawab membentuk karakter

siswanya. Artinya, guru Pendidikan Agama Kristen tidak hanya sekedar

mengajar, melainkan memberikan kontribusi yang sangat berharga lebih dari

sekadar mengajar, yakni berusaha membentuk karakter siswa. Dua hal ini

tidak dapat dipisahkan antara peranan guru dengan karakter, namun fokus

utamanya adalah pembentukan karakter. Ada banyak faktor yang dapat

19
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Rajawaligrafindo Persada,
2011), 60.
32
membentuk karakter siswa, misalnya kondisi para siswa, ketersediaan

sarana prasarana, metode belajar yang baik, dan peranan guru. “Dari semua

faktor tersebut guru adalah kompenen yang sangat penting dan perlu

mendapatkan sorotan khusus.”20 Artinya, guru memiliki peranan dan

pengaruh yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa.

Demikianlah dalam bab ini penulis telah membahas mengenai

pandangan-pandangan kehidupan pengajar. Dengan memahami tentang

pandangan-pandangan ini tentulah orang percaya mengetahui pemimpin-

pemimpin rohani yang memiliki sikap dan perbuatan sesuai dengan firman

Tuhan.

20
A. Hasan Saragih, Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar,
Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol. 5, No. 1 Juni 2008, 27.

Anda mungkin juga menyukai