NIM : 23.07.260
JAWABAN :
Model yang cocok bagi Gereja saya (GKPI) adalah Model Penerjemahan, Model
Antropologi dan Model Praktis.
Ketiga, Kontekstualisasi tampak dalam pelbagai ungkapan iman dan liturgi. Dalam
pemahaman ini, Nuban Timo memandang bahwa liturgi dan susunan-susunan
didalamnya masih mewarisi budaya dari luar daerah kita. Menurutnya, ungkapan iman
dalam liturgi maupun nyanyian gereja itu masih bahasa dari budaya luar.
Tanggapan saya: Apa yang disampaikan oleh Nuban Timo itu ada benarnya, karena
selama ini liturgi dan nyanyian itu masih bernuansa budaya luar. Padahal Perlu
kontekstualisasi nyanyian-nyanyian di tengah gereja, agar keimanan jemaat benar-benar
bertumbuh dan merasakan Allah di tengah konteksnya berada. Tetapi kelihatannya
Gereja-gereja di Indonesia, khususnya GKPI belum mampu keluar dari tradisi atau
kebiasaan yang mendarah daging terhadap liturgi dan nyanyian yang digunakan. Jika
beda dari liturgi dan nyanyian yang biasa dilakukan, akan banyak jemaat mengatakan itu
salah dan bahkan kita disebut sesat.
Keempat, wujud dari ungkapan iman yang kontekstual tampak dalam bentuk perilaku
dan model pelayanan. Yang Alkitab kenal dengan pelayanan adalah perbuatan atau
pertolongan nyata kepada sesama. Dalam Matius 25 Yesus menegaskan: ”Ketika Aku
lapar kamu memberi Aku makan, ketika Aku sebagai orang asing kamu memberi Aku
tumpangan.”
Tanggapan Saya: apa yang disampaikan oleh Nuban Timo, semestinya itulah gereja
yang sesungguhnya. Harus tritugas gereja itu ada didalam konteks umat Kristiani. Jadi
tidak hanya marturia, koinonia, tetapi diakonia itu harus ada sebagai wujud dari iman
kita. pelayanan yang nyata/aksi kepada sesama. Namun, yang terjadi di lapangan
banyaknya motivasi yang salah dalam melaksanakan aksi. Tidak lagi berdasarkan
motivasi yang murni untuk kemulian nama Tuhan.
Kelima, rumusan ajaran atau pengakuan iman merupakan aspek yang patut juga
diperhatikan dalam upaya merumuskan eklesiologi kontekstual.
Tanggapan Saya: apa yang disampaikan oleh Nuban Timo benar, rumusan ajaran itu
patut memperhatikan eklesiologi kontestual, gereja-gereja suku mestilah memperhatikan
kembali eklesiologi kontekstual yang sejalan dan tidak terlepas dari konteks gereja itu
berada, janganlah menganut eklesiologi yang diterapkan oleh eropa, tetapi mulailah
pengakuan iman itu dikontekstualisasikan dengan unsur-unsur budaya yang ada.
Sehingga iman itu bertumbuh sesuai konteks-konteks masing-masing yang mudah
dipahami.
5. Pemikiran dan komentar Saya tentang pelaksanaan Perjamuan Kudus bagi anak!
Perjamuan Kudus bagi anak, adalah hal yang baru saya dapatkan dalam mata kuliah s2.
Selama ini saya bertanya-tanya kenapa anak-anak tidak dapat mengikuti Perjamuan Kudus. Dan
Jawaban yang saya dapat bahwa selama ini di gereja suku, memahami bahwa anak-anak tersebut
belum memahami dan mengerti arti perjamuan yang dilakukan. Karena itulah anak-anak tidak
perlu mengikuti Perjamuan Kudus. Namun,setelah saya mendapatkan pelajaran atau pemahaman
yang benar akan Perjamuan Kudus yang disampaikan bapak Dosen, ternyata Perjamuan Kudus
itu juga harus diberikan kepada anak-anak. Dan saya sepakat hal itu, ketika kita tinjau dari
Pemahaman bahwa Perjamuan Kudus itu merupakan suatu Anugerah yang diberikan oleh
Tuhan Yesus kepada umatnya, dan juga harus didasarkan bahwa Perjamuan Kudus itu
merupakan suatu persekutuan. Dan Perjamuan kudus itu Gambaran Meja Tuhan yang
Eskhatologis. Perjamuan Kudus itu terbuka bagi segenap orang yang percaya kepada Kristus,
hal itu tercatat dalam Wahyu 19:9. Artinya, Perjamuan Kudus itu tidak hanya diperuntukkan
kepada orang yang sudah sidi saja, tapi kepada siapa saja. Maka dari pemahaman yang benar,
Gereja-gereja pun akan terbuka untuk melaksanakan Perjamuan Kudus bagi anak, tetapi kalau
gereja inklusif terhadap pemahaman yang diatas, maka itu akan sulit diterima. Sama halnya
seperti yang saya alami saat ini ketika saya dan beberapa rekan pendeta membahas hal tersebut,
mereka tetap pada pemahaman bahwa anak itu belum mengerti makna perjamuan kudus. Tetapi
saya tetap sepakat bahwa Perjamuan Kudus kepada anak itu perlu dilakukan.