I. Pendahuluan
II. Pembahasan
II.1 Teologi Elementer
Elementer adalah berkenaan dengan unsur atau elemen, permulaan atau tingkat
pertama atau dasar (tentang pengetahuan, pelajaran),sangat awal. Perkembangan ilmu
pengetahuan telah membawa manusia pada pengetahuan tentang materi elementer. Di
dalam ilmu Fisika Partikel, partikel elementer atau partikel fundamental adalah partikel-
partikel yang tidak diketahui memiliki struktur dalam, yaitu partikel-partikel yang tidak
1
Hasan Sutanto. Hermeunetik - Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: Seminari Alkitab Asia
Tenggara, 2001.
2
Suwardi Endraswara, FIlsafat Ilmu (Jakarta: CAPS, 2015), 246.
1
diketahui tersusun oleh partikel-partikel yang lebih kecil. Bila partikel elementer benar
tidak memiliki substruktur, maka partikel itu adalah dasar bagi alam semesta, yang dari
partikel-partikel itu alam semesta diciptakan. Dengan memahami hal tentang partikel
elementer, mudah bagi kita untuk memahami bahwa awal penciptaan adalah satu partikel
yang ke dalamnya terdapat serangkaian sifat dasar, kecenderungan-kecenderungan dasar,
dan potensi pengembangannya.3
Teologi klasik umumnya memberi penekanan pada kampus dan dunia akademik
(sentralistik). Teologi klasik bertitik tolak pada tiga aspek yakni Kitab Suci, Tradisi
Gereja dan Hak mengajar Gereja. Pandangan klasik mengatakan bahwa, berteologi yang
sungguh apabila pengajaran itu diturunkan oleh Gereja Induk Vatikan Roma
(sentralistik), konseptual dan dogmatis yang bersumber pada tiga hal penting yakni Kitab
Suci, Tradisi Gereja dan Hak Mengajar/otoritas Gereja. Konsep dogmatis seperti ini telah
berabad-abad dipertahankan. Salah satu contoh pengajaran sebelum Konsili Vatikan II
yakni pengajaran tentang Gereja. Pengajaran pra-Konsili menegaskan bahwa di luar
Gereja tidak ada Keselamatan. Konsep ini mendapat visi baru setelah Konsili Vatikan II,
bahwa ada pengecualian di luar Kristus tidak ada keselamatan sedangkan di luar Gereja
masih ada keselamatan, masih ada benih-benih kebaikan. Contoh ini lebih mengarah
kepada gereja-gereja non Kristen Katolik Roma seperti gereja Kristen Ortodoks Yunani
dan Gereja Anglikan Inggris.
3
https://www.google.com/amp/s/wahyuancol.wordpress.co.id diakses tanggal 8 Feb 2021, jam 20.45
2
benar-benar aktual, kontekstual dan radikal sesuai situasi dan kondisi mereka. Namun,
khusus bagi orang India bahkan Afrika melihat simbol itu tidak berarti bagi mereka. Dan
simbol identifikasi ini telah meluas dan mengakar dalam teologi Katolik selama berabad-
abad. Akan tetapi, bagi orang India simbolisasi ini bukannya menobatkan melainkan
pengajaran yang mengecewakan mereka. Titik penekanan yang berbeda seperti inilah
yang menjadi soal dalam berteologi. Cara berteologi tidak lagi mengalami sentralisasi
melainkan desentralisasi dengan titik penekanan pada situasi budaya setempat, keadaan
topografi wilayah dan sebagainya agar warta Kristus masuk lebih bermakna dan
kontekstual.4
III. KESIMPULAN
Teologi Elementer yaitu berbicara tentang dasar atau permulaan suatu tingkatan
yang memiliki partikel di dalamnya/bagian-bagian untuk memahami sesuatu yang di ada
di dalamnya. Lalu Teologi Klasik yaitu berbicara mengenai titik tolak/sejarah pada tiga
aspek yakni Kitab Suci, Tradisi Gereja dan Hak mengajar Gereja. Cara berteologi ini
tidak lagi mengalami sentralisasi melainkan desentralisasi dengan titik penekanan pada
situasi budaya setempat, keadaan topografi wilayah dan sebagainya agar warta Kristus
masuk lebih bermakna dan kontekstual hal ini yang memicu persoalan dalam berteologi.
Teologi Elementer maupun Klasik hakikatnya sama; yaitu Teologi yang ada dari dulu dan
berlaku hingga sekarang.
4
Jurnal.stiparende.ac.co.id di akses tanggal 8 Feb 2021, jam 21.10
3
Daftar Pustaka
Sutanto, Hasan 2001 Hermeunetik - Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara,
Endraswara , Suwardi 2015, FIlsafat Ilmu, Jakarta: CAPS
Sumber Lain;
https://www.google.com/amp/s/wahyuancol.wordpress.co.id diakses tanggal 8 Feb 2021, jam
20.45
Jurnal.stiparende.ac.co.id di akses tanggal 8 Feb 2021, jam 21.10