Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Teologi Kontekstual

Dosen : Dinson Saragih, M.Si

Tugas : Hermeneutika Teologi Elementer dan Klasik

Nama/NIM : Devi Kristi Siregar/1810022, Eky Samuel Gultom/1810023, Esteria


Pasaribu/1810025

I. Pendahuluan

Hermeneutika adalah menerjemahkan sebuah teks berbahasa asing ke dalam bahasa


kita sendiri, kita harus memahami lebih dahulu dan kemudian mencoba menterjemahkan
melalui pemahaman kita. Hermeneutika dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, tetapi
juga seni.1 Sifat dari Hermeneutika yang pertama; ilmiah, masuk akal, dapat diuji dan
dipertahankan. Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para
teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan,
menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi sebagai
suatu ilmu merefleksikan hubungan Allah dengan manusia; dan manusia berteologi karena
ingin memahami imannya dengan cara yang lebih baik dan ingin
mempertanggungjawabkannya”.2 Teologi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa.
Dinamika yang terjadi ini diantaranya sebagai wujud respon Kristen dalam menanggapi
perkembangan dunia dan pertumbuhan kehidupan keagamaan yang terjadi. Berteologi dalam
bingkai teologi kontekstual adalah setiap orang yang mampu menerjemahkan segala aktivitas,
menyadari kehadiran Allah dalam hidup mereka sesuai situasi dan budaya mereka sendiri.

II. Pembahasan
II.1 Teologi Elementer

Elementer adalah berkenaan dengan unsur atau elemen, permulaan atau tingkat
pertama atau dasar (tentang pengetahuan, pelajaran),sangat awal. Perkembangan ilmu
pengetahuan telah membawa manusia pada pengetahuan tentang materi elementer. Di
dalam ilmu Fisika Partikel, partikel elementer atau partikel fundamental adalah partikel-
partikel yang tidak diketahui memiliki struktur dalam, yaitu partikel-partikel yang tidak

1
Hasan Sutanto. Hermeunetik - Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: Seminari Alkitab Asia
Tenggara, 2001.
2
Suwardi Endraswara, FIlsafat Ilmu (Jakarta: CAPS, 2015), 246.

1
diketahui tersusun oleh partikel-partikel yang lebih kecil. Bila partikel elementer benar
tidak memiliki substruktur, maka partikel itu adalah dasar bagi alam semesta, yang dari
partikel-partikel itu alam semesta diciptakan. Dengan memahami hal tentang partikel
elementer, mudah bagi kita untuk memahami bahwa awal penciptaan adalah satu partikel
yang ke dalamnya terdapat serangkaian sifat dasar, kecenderungan-kecenderungan dasar,
dan potensi pengembangannya.3

II.2 Teologi Klasik

Teologi klasik umumnya memberi penekanan pada kampus dan dunia akademik
(sentralistik). Teologi klasik bertitik tolak pada tiga aspek yakni Kitab Suci, Tradisi
Gereja dan Hak mengajar Gereja. Pandangan klasik mengatakan bahwa, berteologi yang
sungguh apabila pengajaran itu diturunkan oleh Gereja Induk Vatikan Roma
(sentralistik), konseptual dan dogmatis yang bersumber pada tiga hal penting yakni Kitab
Suci, Tradisi Gereja dan Hak Mengajar/otoritas Gereja. Konsep dogmatis seperti ini telah
berabad-abad dipertahankan. Salah satu contoh pengajaran sebelum Konsili Vatikan II
yakni pengajaran tentang Gereja. Pengajaran pra-Konsili menegaskan bahwa di luar
Gereja tidak ada Keselamatan. Konsep ini mendapat visi baru setelah Konsili Vatikan II,
bahwa ada pengecualian di luar Kristus tidak ada keselamatan sedangkan di luar Gereja
masih ada keselamatan, masih ada benih-benih kebaikan. Contoh ini lebih mengarah
kepada gereja-gereja non Kristen Katolik Roma seperti gereja Kristen Ortodoks Yunani
dan Gereja Anglikan Inggris.

Stephen B. Bevans menggunakan teologi klasik yang mengidentikkan Kristus


dengan simbol matahari sejati. Bagi orang India melihat analogi Kristus dengan simbol
matahari sungguh tidak cocok dan sungguh di luar konteks mereka. Khotbah Bevans
dikritisi oleh orang India. Adapun alasannya bahwa matahari musuh bagi mereka karena
sinar matahari telah membakar kulit orang India sehingga kelihatannya hitam-hitam,
matahari membawa kehausan, mematikan banyak sumber air dan sebagainya. Hal inilah
yang menjadi soal dalam berteologi yang notabene mengajarkan tentang simbol yang
benar dan yang bertahan dalam segala zaman bagi masyarakat yang berbudaya lain.
Pengenaan gelar Kristus sebagai “penyelamat” secara teologis, dapat dipandang terbalik
sama sekali sebagai “musuh” karena persoalan simbol. Bagi orang Italia dan negara
Eropa sekitarnya memahami simbol matahari merupakan sebuah analogi ajaran yang

3
https://www.google.com/amp/s/wahyuancol.wordpress.co.id diakses tanggal 8 Feb 2021, jam 20.45

2
benar-benar aktual, kontekstual dan radikal sesuai situasi dan kondisi mereka. Namun,
khusus bagi orang India bahkan Afrika melihat simbol itu tidak berarti bagi mereka. Dan
simbol identifikasi ini telah meluas dan mengakar dalam teologi Katolik selama berabad-
abad. Akan tetapi, bagi orang India simbolisasi ini bukannya menobatkan melainkan
pengajaran yang mengecewakan mereka. Titik penekanan yang berbeda seperti inilah
yang menjadi soal dalam berteologi. Cara berteologi tidak lagi mengalami sentralisasi
melainkan desentralisasi dengan titik penekanan pada situasi budaya setempat, keadaan
topografi wilayah dan sebagainya agar warta Kristus masuk lebih bermakna dan
kontekstual.4

III. KESIMPULAN

Teologi Elementer yaitu berbicara tentang dasar atau permulaan suatu tingkatan
yang memiliki partikel di dalamnya/bagian-bagian untuk memahami sesuatu yang di ada
di dalamnya. Lalu Teologi Klasik yaitu berbicara mengenai titik tolak/sejarah pada tiga
aspek yakni Kitab Suci, Tradisi Gereja dan Hak mengajar Gereja. Cara berteologi ini
tidak lagi mengalami sentralisasi melainkan desentralisasi dengan titik penekanan pada
situasi budaya setempat, keadaan topografi wilayah dan sebagainya agar warta Kristus
masuk lebih bermakna dan kontekstual hal ini yang memicu persoalan dalam berteologi.
Teologi Elementer maupun Klasik hakikatnya sama; yaitu Teologi yang ada dari dulu dan
berlaku hingga sekarang.

4
Jurnal.stiparende.ac.co.id di akses tanggal 8 Feb 2021, jam 21.10

3
Daftar Pustaka
Sutanto, Hasan 2001 Hermeunetik - Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara,
Endraswara , Suwardi 2015, FIlsafat Ilmu, Jakarta: CAPS

Sumber Lain;
https://www.google.com/amp/s/wahyuancol.wordpress.co.id diakses tanggal 8 Feb 2021, jam
20.45
Jurnal.stiparende.ac.co.id di akses tanggal 8 Feb 2021, jam 21.10

Anda mungkin juga menyukai