Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN BACA

Nama : Doni Mikha


NIM : 712021052

I. PENDAHULUAN
Judul buku yang digunakan dalam penulisan laporan baca ini yaitu, Apa itu Teologi?.
Buku ini ditulis oleh Julianus Majou dan B.F. Drewes dan diterbitkan oleh BPK
Gunung Mulia, di Jakarta. Topik pembahasan dalam buku ini yaitu terkait penjelasan
isi dan metode ilmu teologi. Buku ini menyajikan uraian mengenai bidang-bidang
dalam ilmu teologi: Biblika, Umum, Historika, Sistematika, dan Praktika, serta
penjelasan hubungan antarbidang. Topik ini menjadi penting bagi penulis untuk
menghindari kesalahpahaman tentang ilmu teologi yang telah menerima tempat
formal dalam dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Pada tahun 1996, melalui menteri
pendidikan dan kebudayaan mengakui bahwa ilmu teologi sebagai salah satu program
studi dalam rangka Program Pendidikan Ilmu Sastra dan Filsafat.

II. RINGKASAN
a. Definisi Teologi
Istilah “teologi” berasal dari istilah bahasa Yunani, yaitu theos berarti Allah/ilah, dan
logos berarti perkataan/firman/wacana. Jadi istilah teologi adalah wacana (imliah)
mengenai Allah atau ilah-ilah. Penjelasan tentang makna definisi ilmu teologi adalah
sebagai berikut.
- Firman Allah yang hidup. Firman Allah yang sejati adalah Yesus Kristus; Firman
Allah menjadi manusia dalam Dia. Firman di sini tidak hanya berarti “perkataan;
tetapi pernyataan dalam perkataan dan tindakan. Alkitab merupakan kesaksian
akan Firman Tuhan, Alkitab boleh disebut Firman Allah. Pemberitaan Firman
Allah yang berdasarkan Alkitab disebut Firman Allah.
- Memahami karya Allah mengerjakan “damai sejahtera” di dunia ini. Memahami
Karya Allah hanya dapat terjadi berkat Penyataan Diri oleh Allah.
- Menghayati Karya Allah. Usaha untuk memahami karya Allah dengan memuji
serta memuliakan-Nya, dan dengan “mengarahkan kaki kita kepada jalan damai
sejahtera” (Luk.1:79)
- Sesuai dengan Firman Allah yang hidup. Usaha untuk memahami dan menghayati
karya Allah harus terjadi sesuai dengan Firman Allah yang hidup.
- Gereja. Gereja adalah persekutuan orang yang terpanggil oleh Firman Allah
dalam Yesus Kristus. Orang Kristen berusaha untuk memahami dan menghayati
karya Allah.
- Gereja diutus ke dalam dunia. Gereja tidak (ber)ada demi kepentingannya sendiri
saja, tetapi Gereja diutus ke dalam dunia. Gereja (ber)ada di dunia ini demi dunia
itu.
- Kritis terhadap praktik dan misi gereja. “Kritis” di sini berarti membedakan
dengan teliti antara tepat dan yang tidak tepat. Dengan sikap ini tidak berarti ilmu
teologi mengambil posisi sebagai hakim gereja.
- Ilmu teologi adalah bidang studi ilmiah. Mengenai sifat ilmiah perlu diperhatikan
dua hal.
1. Pra-anggapan. Titik tolak yang dengan hanya memakai akal budi, sulit
dibuktikan kebenarannya atau ketidakbenarannya.
2. Metode. Salah satu segi dari metode ilmu teologi ialah adanya bahasa metafora
(misalnya, “Bapa kami yang ada di surga”). Namun, tidak berarti bahwa ilmu
teologi bisa mengabaikan kriteria umum ilmu-ilmu yang lain (yaitu bersifat
konsisten dan logis).
b. Teologi Implisit dan Teologi Eksplisit
Pada hakikatnya dalam setiap pribadi orang Kristen terkandung teologi implisit
(tersirat), yang mewujud dalam bentuk refleksi yang tidak konsisten, tidak terstruktur
secara ilmiah atau kritis. Teologi implisit merupakan reaksi orang percaya atas karya
Allah yang diterima dalam iman. Sedangkan, teologi eksplisit (tersurat) sebagai ilmu
teologi yang bersifat logis, konsisten, dan kritis.
c. Perbedaan dan Hubungan antara Ilmu Teologi dan Ilmu Religi
Ilmu religi mempelajari agama-agama secara umum. Pertama, memperhatikan banyak
aspek, yaitu aspek ajaran/doktrin, aspek cerita, aspek etika, aspek upacara, aspek
pengalaman, dan aspek lembaga. Studi agama memiliki jangkauan yang sangat luas.
Ilmu religi yang berhubungan erat dengan jiwa manusia disebut psikologi agama.
Studi yang menyelidiki agama dalam kehidupan kelompok (sosial) disebut sosilogi
agama. Kedua, agama-agama dipelajari secara netral. Ilmu religi disebut ilmu
deskriptif sebab hanya menjelaskan keberadaan agama-agama. Sedangkan, ilmu-ilmu
yang mempelajari makna agama tertentu secara internal melakukannya berdasarkan
pra-anggapan yang sesuai bagi agama itu. Ilmu seperti ini bersifat normatif.
Hubungan antara ilmu religi dan ilmu yang mempelajari agama secara internal, yaitu
ilmu religi dapat menolong kita membangun perspektif dan bertindak bersama-sama
dengan penganut agama-agama lain menghadai isu-isu kemanusiaan.
d. Ilmu Teologi dan Spiritualitas
Pengertian spiritualitas yang dipakai adalah “sikap batin”. Sikap batin merupakan
sikap yang menentukan keseluruhan hidup kita, entah disadari atau tidak disadari.
Spiritualitas Kristen adalah sikap batin yang berjuang untuk menghayati iman sesuai
dengan Firman Allah yang hidup, yaitu mengikuti Yesus Kristus dalam kehidupan
sehari-hari dan menghayati kabar damau sejahtera di tengah dunia ini. Pembentukan
spiritualitas terdapat tiga unsur pokok, yaitu pergaulan yang teratur dengan Alkitab;
pergumulan penuh kasih dengan dunia; dan doa yang jujur kepada Allah.
e. Pembidangan Ilmu Teologi
Bidang Biblika. Materi pokok bidang ini adalah Alkitab (Perjanjian Lama dan
Perjanian Baru). Metode yang dipakai adalah metode ilmu sastra. Bidang Umum.
Materi pokok bidang ini adalah seluruh situasi-kondisi atau konteks kita sekarang ini.
Metode yang dipakai adalah metode sosiologi, psikologi, dan metode-metode lain,
tergantung dari segi mana suatu konteks hendak dipelajari. Bidang Historika. Materi
pokok bidang ini adalah sejarah. Metode yang dipakai adalah metode ilmu sejarah.
Bidang Sistematika. Materi pokok bidang ini adalah makna Firman Allah dalam
kehidupan atau konteks kita kini. Metode yang dipakai adalah metode kontekstual.
Bidang Praktika. Materi pokok bidang ini adalah mediasi atau perantaraan empiris
antara Firman Allah dan kehidupan manusia dalam masyarakat modern. Bidang ini
cenderung menggunakan banyak metode/pendekatan (dari bidang Umum).
1. Bidang Biblika
a. Perjanjian Lama. Perjanjian Lama terdiri dari tiga bagian: Torah, Neviim,
dan Khetuvim. Bagian pertama dan terutama ialah Taurat. Kitab-kitab ini
menyatakan perjanjian antara Allah dengan umat Israel, yang diadakan demi
damai sejahtera bagi seluruh umat manusia. Bagian kedua disebut Kitab-kitab
Para Nabi. Bagian ketiga merupakan karangan-karangan yang berisi
bermacam-macam reaksi atas kehidupan dalam hubungan perjanjian dengan
Allah.
b. Perjanjian Baru. Perjanjian Baru terdiri dari, Kitab-kitab Injil, Kisah, Surat-
surat Paulus, Surat-surat lain, dan Kitab Apokalips/Penyingkapan.
Terjemahan Alkitab yang paling umum dipakai ialah Alkitab dalam Terjemahan
Baru (TB) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Kita mempelajari Alkitab karena
yakin bahwa langkah-langkah demikian menolong kita untuk mengerti Firman
Allah dalam konteks masa kini.
2. Bidang Umum
Firman Allah senantiasa berperanan dalam konteks tertentu. Artinya, Firman
Allah selalu diterima dalam situasi-kondisi yang konkret. Ilmu teologi selalu
berkembang dalam konteks tertentu. Ilmu teologi akan selalu berhubungan dengan
ilmu-ilmu lain. Ada bermacam-macam konteks, antara lain.
a. Konteks pribadi. Setiap orang mempunyai sejarahnya sendiri, dengan
pengalaman pribadi yang mempengaruhi kehidupannya.
b. Konteks keluarga. Setiap orang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan
tertentu dengan kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi tertentu. Setiap orang
harus kritis menggali makna dari kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung
dalam masyarakatnya.
c. Konteks jemaat/gereja. Konteks jemaat selalu mengacu pada catatan-catatan
dan interpretasi berdasarkan Alkitab, sejarah berdirinya, struktur sosial jemaat
dan sebagainya.
d. Konteks daerah. Berhubungan dengan sejarah, bahasa, dan adat istiadat suatu
daerah/kota. Setiap daerah/kota itu memiliki pergumulan-pergumulan tertentu
yang berbeda-beda.
e. Konteks nasional. Konteks suatu negara yang memiliki sejarah, bahasa, dan
keadaan ekonomi yang secara signifikan mempengaruhi kehidupan kita
sebagai rakyat atau warga negaranya.
f. Konteks internasional. Pembahasan mengenai masalah nasional tidak dapat
dilepaskan dari hubungannya dengan perkembangan yang terjadi secara
internasional. Proses globalisai telah mengikat seluruh dunia menjadi satu
kesatuan yang saling mempengaruhi.
Secara realitas konteks-konteks tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkait.
Adapun ilmu-ilmu dalam bidang umum yang sering menjadi mitra dialog ilmu
teologi, yaitu Ilmu Agama, Ilmu Filsafat, Psikologi/Ilmu Jiwa, Antropologi,
Sosiologi.
3. Bidang Historika
Bidang Historika tidak hanya mencakup sejarah gereja sebagai organisasi dan
sejarah ajaran gereja, tetapi juga sejarah pengaruh Alkitab di luar gereja. Melalui
bidang Historika kita dapat menulusuri dan mengerti berbagai tradisi dan sejarah
sebelum kita dan dengan demikian kita mengerti gereja/jemaat kita sendiri secara
lebih mendalam. Berteologi tanpa mengetahui sejarah sama dengan hidup tanpa
pengalaman. Kita sadar bahwa orang tanpa pengalaman adalah orang yang tidak
dewasa dan matang. Dengan sejarah, kita dapat menerima inspirasi dalam
menghadapi pergumulan rangkap sekarang ini dan menjadi terbuka terhadap
berbagai perubahan dan keanekaragaman iman Kristen. Dalam pergumulan
dengan konteks, kita tak terikat pada tradisi kita masing-masing saja, tetapi juga
dapat belajar dan memakai pengalaman, saudara-saudara Kristen lain dalam
menghadapi bermacam-macam tantangan. Bidang Historika menggunakan metode
deskriptif dan metode normatif. Metode deskriptif mencoba untuk
menggambarkan situasi-situasi sejarah seobjektif mungkin. Artinya sejarah tidak
hanya dipelajari menurut pandangan pihak-pihak yang dominan, melainkan juga
pandangan pihak yang terpinggirkan/termarginalisasi. Metode normatif
membantu kita menilai sejarah gereja dengan memakai norma atau tolak ukur
Injil.
4. Bidang Sistematika
Bidang Sistematika/Teologi Sistematika adalah usaha untuk menjelaskan
keseluruhan iman Kristen secara teratur. Teologi Sistematika merupakan alat yang
dapat menolong dalam membangun iman, baik mengenai apa yang kita percayai
(dogmatika) maupun tentang apa yang harus kita lakukan (etika) di dalam
menjalani panggilan hidup di dunia ini. Teologi Sistematika bersifat kontekstual.
Teologi Sistematika merupakan suatu usaha manusia yang bersifat interpretatif.
Artinya, sebagai upaya merumuskan pokok-pokok ajaran iman Kristen dan
pedoman-pedoman perilaku orang percaya.
5. Bidang Praktika
Bidang Praktika dianggap sebagai sebuah media untuk menjembatani pemikiran-
pemikiran teologis yang dianggap teoretis dengan kenyataan hidup jemaat dan
masyarakat setiap hari. Bidang Praktika tidak dapat disamakan dengan belajar dan
menghafalkan sejumlah petunjuk teknis untuk melaksanakan tugas-tugas
pelayanan di dalam jemaat atau masyarakat. Ada enam sub-bidang Praktika yaitu,
Liturgika (mempelajari aturan-aturan kebaktian), Homiletika (sebagai teori
membuat khotbah), Poimenika (mempelajari cara-cara untuk memelihara
kepercayaan anggota-anggota Jemaat), Kateketika dan Pendidikan Agama Kristen
(mengajarkan isi Kitab Suci kepada orang yang belum dewasa atas
kegerejaannya), Pembangunan Jemaat/Pembinaan Warga Gereja, dan Diakonat.
f. Hubungan Antarbidang: Kontekstualisasi
Seorang teolog diperlukan pemahaman yang utuh mengenai hubungan antarbidang
tersebut, tidak cukup hanya dengan mendalami bidang-bidang tersebut. Hubungan
Alkitab dan konteks disebut hubungan timbal balik karena di dalamnya berlangsung
proses saling belajar, saling bertanya, dan saling menjawab. Dalam hubungan timbal
balik ini terdapat dua aspek. Aspek pertama, Alkitab turut menentukan sikap kita
dalam konteks dan pandangan kita terhadap konteks. Aspek kedua, konteks turut
menentukan pemahaman kita tentang Alkitab. Proses kontekstualisasi ini merupakan
proses dinamis, yang terus-menerus bergerak. Tujuan kontekstualisasi bukanlah
supaya persaudaraan universal di antara umat Kristen menjadi pecah terpisah-pisah,
melainkan suapaya ada konvergensi: satu sama lain saling menghargai kepribadian
masing-masing, satu sama lain belajar dari kekayaan masing-masing dan satu sama
lain tidak memaksakan unsur-unsur kebudayaan sendiri sebagai “kebenaran injil”
yang harus diterima kalau mau “selamat”.

III. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Kelebihan dari buku ini adalah buku ini mampu menjelaskan setiap mata kuliah studi
teologi dalam kerangka kesuluruhan ilmu teologi, sehingga pembaca mampu
memahami peranan setiap mata kuliah dalam keseluruhan studi teologi. Buku ini juga
menyajikan contoh kasus yang semakin menegaskan pokok penjelasan.
Kekurangan dari buku ini adalah buku hanya menyebutkan ilmu-ilmu lain yang
menjadi mitra dialog ilmu teologi. Buku ini tidak memberikan contoh dalam praktik
mengenai hubungan ilmu teologi dengan ilmu-ilmu lain seperti Ilmu Filsafat,
Psikologi/Ilmu Jiwa, Antropologi, Sosiologi.

IV. KRITIK KONSTRUKTIF


Buku ini akan menjadi semakin lengkap jika memberikan contoh nyata bagaimana
ilmu teologi dapat bersinggungan dengan ilmu-ilmu lain. Buku ini sudah memberikan
penjelasan yang lengkap mengenai ilmu teologi dan bidang-bidangnya, dengan
adanya tambahan dalam penjelasan hubungan ilmu teologi dengan ilmu lainnya, dapat
menambah wawasan pembaca khususnya dalam proses kontekstualisasi.

Anda mungkin juga menyukai