Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa,karena deangan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” PENDEKATAN TEOLOGIS
DALAM STUDI ISLAM “. Meski banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman yang membaca dari
hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh
dari kata kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharaokan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya bagi pembaca pada umumnya.

i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
A. PENDEKATAN TEOLOGIS DALAM STUDI ISALAM............................2
B. BERAGAM PENDEKETAN TEOLOGIS DALAM STUDI ISLAM..........3
C. IMPLEMENTASI PENDEKATAN TEOLOGIS-NORMATIF DALAM STUDI
ISLAM...........................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................8
A. KESIMPULAN..............................................................................................8
B. SARAN..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTKA...................................................................................................9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama sering dipahami sebagai sumber gambaran-gambaran yang
sesungguhnya tentang dunia ini, sebab ia diyakini berasal dari wahyu yang diturunkan
untuk semua manusia. Namun, saat ini, agama kerap kali dikritik karena tidak dapat
mengakomodir segala kebutuhan manusia, bahkan agama dianggap sebagai sesuatu
yang "menakutkan", karena berangkat dari sanalah tumbuh berbagai macam konflik,
pertentangan yang terus meminta korban.
Kemudian sebagai tanggapan atas kritik itu, orang mulai mempertanyakan
kembali dan mencari hubungan yang paling otentik antara agama dengan masalah-
masalah kehidupan sosial budaya kemasyarakatan yang berlaku saat ini. Apa yang
menjadi kritik terhadap agama adalah bahwa agama, tepatnya pemikiran-pemikiran
keagamaannya terlalu menitik beratkan pada struktur-struktur logis argumen tekstual
(normatif). Ini berarti mengabaikan segala sesuatu yang membuat agama dihayati
secara semestinya. Struktur logis tidak pernah berhubungan dengan tema-tema yang
menyangkut tradisi, kehidupan sosial dan kenyataan-kenyataan yang ada di
masyarakat. Melihat kenyataan semacam ini, maka diperlukan rekonstruksi pemikiran
keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan pendekatan-pendekatan teologis yang
selama ini cenderung normatif, tekstual dan "melangit", sehingga tidak bisa
diterjamahkan oleh manusia. Oleh karena itu diperlukan pendekatan-pendekatan
teologis yang kontekstual "membumi", sehingga dapat dinikmati oleh manusia dan
tidak bertentangan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang ada.
Fenomena ini pada akhirnya mendorong penelitian ilmiah terhadap agama.
Pendekatan terhadap agama mengalami perkembangan signifikan. Hal tersebut
dindikasikan dengan pendekatan terhadap agama yang tidak hanya mememasatkan
pada aspek teologis, tapi menambah pada disiplin ilmu humaniora lainnya.
Pada makalah ini, kami rencana mengangkat "pendekatan teologis" dalam
studi agama. Namun, kami hanya memfokuskan pada "pendekatan teologis dalam
studi agama Islam".
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pendekatan teologis dalam studi islam?
2. Bagaimana ragam pendekatan teologis dalam studi islam?
3. Bagaimana implementasi pendekatan teologis-normtif dalam studi islam?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu pendekatan teologis dalam studi islam
2. Untuk mengetahui bagaimana ragam pendekatan teologis dalam studi islam
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pendekatan teologis-normatif
dalam studi islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Teologis Dalam Studi Islam
Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia Yang
terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu.
Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan sedangkan pendekatan teologis
adalah suatu pendekatan yang normatif dan subjective terhadap agama. Pada
umumnya, pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut agama dalam usahanya
menyelidiki agama lain. Secara harfiah, pendekatan teologis normatif dalam
menahami agarna dapat diartikan sebagai upayamemahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
wujud empiris dari suatu keagamaan. dianggap sebagai yang paling benar
dubandungkan dengan yang lainnya.
Menurut The Encyclopedia of American Religion, di Amerika Serikat terdapat
1.200 sekte keagamaan Satu diantaranya adalah sekte Davidian bersama 80 orang
pengikut fanatiknya melakukan bunuh diri masal setelah berselisih dengan kekuasaan
pemerintah Amerika Serikat Dalam Islam pun secara tradisional dapat dijumpai
teologi Mu'tazilah, teologi Asy'anyah, dan teplogi Maturidiyan. Sebelumnya terdapat
pula teologi bernama Khawarij dan Murji'ah.
Di masa sekarang ini, perbadaan dalam bentuk formal teologis yang terjadi di
antara berbagai madzhab dan aliran teologis keagamaan. Namun, pluralites dalam
perbedaan tersebut seharusnya tidak membawa mereka pada sikap saling bermusuhan
den saling menonjolkan segi segi perbedaan masing- masing secara arogan, tapi
sebaiknya dicari titik persamaanya untuk menuju subtensi dan misi agama yang
paling suci. Salah satunya adalah dengan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam yang
dilandasi pada prinsip keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kemitraan, saling
menolong, saling mewujudkan.
Kedamaian, dan seterusnya. Jika misi tersebut dapat dirasakan, fungsi agama.
bagi kehidupan manusia segera dapat dirasakan.dan imoleran. Mode of thought
seperti ini lebih memonjolkan aspek perbedaan dengan menutup rapat uspek
persamaan. Oleh karena itu, merupakan tugas mulia bagi para teolog yang berupaya
memperkecil kecenderungan tersehur dengan cara memformulasilkan kembali
kisazanah pemikiran teologi dengan mengacu pada titik teniu antar penganut teologi
Pada kenyataannya, teologi sering berpusat pada persoalan doktrin, termasuk
dari studi Islam. Gagasan tentang teologi dalam tradisi keagamaan juga cenderung
menitik beratkan elemen konseptual dalam agama sebagai sesuatu yang lebih sentral
dibandigkan dengan praktik, spiritualitas, atau perilaku. Selain itu, teologi juga
berkepentingan dengan transedensi.

2
Dewasa ini muncul teologi masa kritis, yaitu suatu usaha mamaia untuk
memahami penghayatan "iman" atau penghayatan "agama "nya, suatu penafsiran atas
sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalara konteks permasalahan masa kini, yaitu
teologi yang bergerak antara dua kutub teka dan situasi, masa lampau dan masa kini.
Hal yang demikian niscaya ada dalum setiap agama meskipun dalam bentuk dan
fungsinya yang berbeda-beda. Begitu juga dalam agama Islam.
Selain itu, Frank Whaling mengungkapkan bahwa telah muncul suatu
pandangan baru tentang teologi dalam pandangan dunia (world view) global
kontemporer saat dan berusaha mengouseptialisasikan kategori-kategori teologis
universal guna memenuhi kebutuhan dunia Ada tiga hal yang ditekankan oleh
pandangan ini. Pertama, teologi senantiasa berkaitan dengan Tuban atau transendensi,
dilihat secara mutologis, filosofis, atau dogmatis, Kedua doktrin tetap menjadi elemen
signifikan dalam memaknai teologi. Ketiga, teologi sesungguhnya adalah aktivitas
(second order active) yang muncul dari keimanan dan penafsiran atas keimanan."
Selanjutnya, sistem teologis dan bentuk konseptual mengalami perkembangan,
la berubah menurut konteks kultural dan concern kontemporer dalam lingkaran
historia yang terus berjalan. Dalam Islam, penekanan pada Allah sebagai yang
transendent, hanya Allah yang dimediusikan lewat al-Qur'an melalui Muhammad, dan
penekanan pada rukun Islam serta syariah (hukum Islami schagai kunci bagi
kehidupan yang benar, tetap, dan tidak berubah).
B. Ragam Pendekatan Teologis Dalam Studi Islam
1. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama, ialah upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap yang
paling benar beda dibandingkan dengan elemen lainnya. Model pendekatan ini,
oleh Muh Natair Mahmud, disebut sebagai pendekatan teologis-apologis. Hal itu
karena pendekatan ini cenderung mengklaim diri sebagai yang paling benar.
Selain itu, pendekatan teologis normative memandang yang herada di luar dirinya
sebagai sesuatu yang salah, atau minimal kelina.
Dalam kerangka studi agama, normativitas ajaran wahyu dibangun, dikemas, dan
dilalukan melalui pendekatan doktrinal-teologis. Pendekatan normatif ini
berangkat dari teks yang sudah tertulis dalam kitab suci masing-masing agama.
Oleh karena itu, pendekatan ini dianggap sebagai bercorak literalis, tektualin, dan
skripturalis.
Menurut Amin Abdullah, teologi senatiasa mengacu pada agama tertentu.
Adapun ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis diantaranya adalah
loyalitas terhadap kelompok. sendiri, komitmen dan dedikasi tinggi serta
penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni huhasa sebagai pelaku, bukan
sebagai pengamat
Dari pemikiran tersebut di atas, dapat diketaliai buliwa pendekatan teologis
normatif dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang menekankan

3
pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing dari
bentuk forma simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang
paling benar, sedangkan yang lainnya salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin
dan fanatik bahwa pahamnya-lah yang benar, sedangkan faham lainnya adalah
salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain itu kelina, sesat, kafir,
murtal dan seterusnya.
Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh
kepada pihak lain sebagai yang sesat dun kafir. Dengan ini demikian, maka
terjadilah proses saling mengkafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya.
Dengan demikian antara satu aliran dengan aliran yang lainnya tidak terbuka
dialog atau saling menghargai. Oleh karena itu, yang ada hanyalah ketertutupan,
sehingga yang terjadi adalah pemisahan dan pengkorak- korakan.
Penelitian terhadap agama tertentu dengan menggunakan pendekatan teologi
normatif. banyak ditemukan dalam karya-karya orientalis Kristen, yang
cenderung mendiskreditkan Islam. Me Donal umpamanya, seperti yang dikutip
oleh M. Natsir Mahmud mengatakan hahwa, "Islam pada mulanya adalah ajaran
Kristen yang diselewengkan oleh keadaan patologis (penyakit jiwa) Muhammad.
Islam menurutnya adalah bagian pemikiran ketimuran. Ada dua karakteristik
pemikiran ketinsuran menurutnya:
1) Menghargai fakta dan diikuti oleh fantasi yang bebas, tetapi di sisi lain
terkongkang.
2) Tidak menghargai kebebasan berpikir dan kebebasan intelektual
Contoh tersebut hanya merupakan contoh kecil dari soderetan pandangan
subjektif Istamolog Kristen dalam memandang Islam. Pandangan seperti itu,
dalasatkan pada pandangan subjektivitas tentang kebenaran agama tertentu yang
dianutnya.
Amin Abdullah, dalam hal ini mengomeniari bawa pendekatan teologi semata-
mata tidak dapat memecahkan esensial pluralitas agama dewasa ini. Terlebih-
lebih lagi kenyataan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi pada
dasarnya tidak pemah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau
kelernlugaun sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.
Kepentingan ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran
teologis yang sudah mengelompok dan mengkristal dalam suatu komunitas
masyarakat tertentu.
Uraian di atas bukan mengindikasikan bahwa pendekatan teologis normatif
dalan memahami agusa humpir tidak dibutuhkan. Namun, pada kenyataannya,
proses pelembagaan perilaku keagamaan melalui mazhab-mazhab, sebagaimana
hulnya yang terdapat dalam teologi, sarigat diperlukan untuk mengawetkan ajaran
agama. Selain itu, pendekalan ini juga berfungsi sebagai pembentukan karakter
pemelukarya dalam rangka membangun masyarakat ideal menurut pesan dasar
agama

4
Jadi, pendekatan teologis memiliki arti yang berkaitan dengan aspek
ketuhanan. Sedangkan, normutif secara sederhana diartikan dengan hal-hal yang
mengikuti aturan ataunorma-norma terteam. Dalam konteks ajaran Islam,
normatif merupakan ajaran agama yang belum dicampuri oleh pemahaman dan
penafsiran marsasia. Dengan kata lain, pendekatan teologis normatif dalam
agama adalah melihat agama sebagai suatu kebenaran yang mutlak dari Tuhan,
tidak ada kekurangan sedikit pun dan nampak bersifat ideal Phalam kaitan ini,
agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas
Pendekatan normatif dapat diajukan dalam studi Islam yang memandang
masalah dari sudut legal formal atau dari segi normatifnya. Dengan kata lain,
pendekatan normatif lebih melihat sradi Islam dari apa yang tertera dalam teks
Al-Quran dan Hadits. Pendekatan normatif dapat juga dikatakan pendekatan yang
bersifat domain keimanan tanpa melakukan kritis kesejarahan atas nalar lokal dan
nalar zaman yang berkembang, serta tidak memperhatikan kompleks kesejarahan
Al-Quran. Pendekatan ini mengasumsikan seluruh ajaran Islam haik yang
terdapat dalam Al-Quran, Hadits maupun ijtihad sebagai suatu kebenaran yang
harus diterirna saja dan tidak boleh diganggu gugat lagi."
Dalam konteks agama Islam misalnya, secara normatif pasti benar, terjunjung
nilai- nilai luhur. Seperti halnya dalam bidang sosial, agama tampil menawarkan
nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetia kawanan, tolong-menolong,
tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Sementara itu, dalam bidang
ekonomi, agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran dan saling
menguntungkan. Demikianlah, agunsa tampil sangat ideal dan ada yang dibangun
berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.
2. Pendekatan Teologis-Dialogis
Pendekatan teologis-dialogis adalah mengkaji agama tertentu dengan
mempergunakan perspektif agama lain. Model pendekatan ini, banyak digunakan
oleh orientalis dalam mengkaji bilam.
Seorang Islananlog Barat, Hans Kung, seperti yang disinyalir oleh M. Natsir
Mahmud, dalım berbagai tulisannya terkait dengan pengkajian Islan
menggunakan pendekatan teologin-diulogia, yakni bertolak dari perspektif teologi
Kristen Kung menyajikan pandangan-pandangan teologi Kristen dalam melihat
eksistensi Islam, mulai dari pandangan. teologis yang intern sampai pandangan
yang tokran, yang saling mengakui eksistensi masing-masing ngama.
Dalam melengkapi komentarnya, pertanyaan teologis yang diajukan Kung
adalah, bulrwa apakah Islam merupakan talun keselamatan? Pertanyaan ini
menjadi tunk volak untuk melihat apakah Islam sebuah ugumu yang
menyelematkan penganatnya bila dilihat dari wolegi Kristen, Kang
mengemukakan pandangan beberapa teolog Kristen, misalnya, Origin, yang
mengeluarkan pernyataan controversial, yakni "Ekstra Gelesiam Nuila Suna",
artinya idak ada keselamatan di luar gereja.

5
Selain itu, pendekatan teologis-dialogis juga digunakan oleh W. Montgomery
Watt Hakikat dialog merkurut Watt, sebagai upaya untuk saling menguluh
pundangan antar penganut agama dan saling terbuka dalam belajar satu sama lain.
Dalam hal ini Watt bermaksud menghilangkan sikap merendahkan agama
seseorang oleh penganut agama yang lain serta menghilangkan ajanus yang
bersifar apologis dari masing-masing agama.
Sementara itu, C.W. Trell mengomentari penjelasan Watt tersebut dalarn tiga
hal: (1) masing-masing penganut agama saling mengakui buliwa mereka adalah
pengikut Tuhan yang beriman, (2) sebagai konsekuensi dan yang pertama, perlu
merevini doktrin masing-masing ugarna untuk dapat membawa pada keimanan
kepada Tuhan secara damai, (3) melakukan kritik-kritik yang menghasilkan vai
baru. Watt dalam hal ini berusaha melakukan reinterpretasi terhadap ajaran
agama yang mengandung nada apologis terhadap agama lain.
3. Pendekatan Teologis-Konvergensi
Pendekatan teologi konvergemi" adalah merupakan metode pendekatan
terhadap agama dengan melihat unsar unsar penamaan dari masing-masing agama
atau alirun Adapun maksual dari pendekatan ini ialah ingin mempersatukan
unsur-unsur esensial dalam agarma-agama, sehingga tidak nampak perbedaan
yang esensial. Dalam kondisi demikian, agarna dan penganutnya dapat disatukan
dalam satu korsep teologi universal dan umatnya disatukan sebagai satu urmat
beragama
Dalam hal pendekatan teologi konvergensi ini, Wilfred Contwell Smith
ruenghendaki agar penganut agama-agama dapat menyatu, hukan banya dalam
dunia praktis, tetapi juga dalam pandangan teologis. Sehubungan dengan hal
tersebut, Smith mencoba membuat pertanyaan "di mana letak titik terms
keyakinan agama-agama itu untuk mencapai sebuah konvergensi agama?" Dalam
hal ini Smith terlebih dahulu membedakan antara ah (iman)dengan belief
(kepercayaan). Di dalam fair, agama-agarna dapat disatukan, sedungkan dularn
belhef tidak dapat menyanu
Menurut Smith, belief seringkali normatif dan intoleran. Selain itu, belief
bersifat histotik yang mungkin secara konseptual berbeda dari satu generasi ke
generusi yang atas dasar belief itulah penganut agama berbeda-beda, dan dari
perbedaan itu akan menghasilkan konflik. Sebaliknya, dalam farth, umat
beragarna dapat menyatu. Jadi, orang bisa berbeda dalam kepercayaan (belief),
tetapi menyatu dalam faith. Sebagai contoh, dalanı masyarakat Islam terdapat
berbagai aliran teologia maupun aliran fiqih. Mereka mungkin penganut aliran al-
Asy'ariyah atau Murtazilah atau pengikut Imani Syafi'i atau Imam Hamibol Belief
mereka berbeda yang mungkin menimbulkan sikap keagamaan yang berbeda,
tetapi mereka tetap satu dalam furti (iman). Demikian pala, antara penganut
agama, mercka berbeda dalam filter dan respon karagamaan yang berbeda, tetapi
hakikatnya menyatu dalam fath.

6
Dari ketiga metode pendekatan tealogis tersebut di atas, maka yang paling
akurat dipergunakan menurut analesa penulis adalah pendekatan teologis
konvergerai, di mana pendekatan ini telah tercukup di dulamnya nilai-nilai
normatif dan dialogis. Lain halnya dengan menggunakan metode pendekatan
normatif atau dialogis saja, belum tentu terdaput unsur konvergensi di dalamnya.
C. Implementasi Pendekatan Teologis-Normatif dalam Studi Islam
Pendekatan teologis-normatif pada hakikatnya adalah pendekatan yang baik
sebab selalu melihat aspek nash dalam setiap implmentasinya. Hal ini terjadi sebab
pendekatan ini menjadikan nash-nash syar’i sebagai objek kajiannya.
Kekuatan nash ini menjadikan problematika umat dipandang sebagai
sebuahkebenaran jika terdapat nash yang mendukungnya dan menjadi haram jika
tidak ada nash yang mendukungnya. Dengan demikian, Islam normatif adalah
menggali, menghayati, dan mengamalkan Islam melalui sumber-sumber pokoknya.
Pendekatan ini jika digunakan pada aspek yang qath’i atau tauqi>fy tentu tidak
begitu menemukan kendala yang berarti sebab tidak begitu bersiggungan dengan
problematika kontemporer yang berubah-ubah. Permasalahan dalam pendekatan akan
muncul jika bersinggungan dengan realitas umat Islam dan problematika kontemporer
saat ini, terlebih pada problematika yang tidakPermasalahan antara sifat absolut dan
problematika umat saat ini dalam implementasi pendekatan ini tentu membutuhkan
jalan tengah sebagai solusinya.
Menurut Arif, menghadapi persoalan masyarakat kontemporer saat ini tidak
cukup hanya dengan pendekatan normatif saja. Para mujtahid membutuhkan
pendekatan-pendekatan lain dalam menyikapi persoalan tersebut, contohnya
kolaborasi antara pendekatan normatif dan sosial. Kolaborasi ini dapat menghadirkan
solusi yang dinamis dalam bingkai nash-nash syar’i.
Dengan demikian, persoalan yang dihadapi dapat ditemukan solusinya,
utamanya pada masyarakat plural seperti Indonesia. Solusi lain yang dapat dilakukan
yaitu menerapkan pendidikan multikultural sebagai jalan menghindari perpecahan
dalam masyarakat plural di Indonesia.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agama sebagai obyek kajian dapat didekati dengan mempergunakan berbagai
pendekatan Pendekatan teologi dalam memandang suatu agama atau ujaran terkadang
masih sulit untuk mewujudkan objektivitas, sebab sering seorang peneliti dalam
melakukan penelitian, diwarnai dengan pola pikir berdasarkan doktrin yang
dianutnya. Kecenderungan seperti itu, cenderung melahirkan hasil penelitian yang
bersifat apologis dan menutup mata terhadap kemungkinan adanya kebenaran ajanın-
jaran di luar yang dianutnya.
Studi islam secara metodologis memiliki urgensi dan signifikansi dalam
konteks untuk memahami cara mendekati islam, baik pada tataran realitas-empirik
maupun normatif doktrinal secara unuh dan tuntas. Islam tidak bisa dilihat dari satu
sudut pandang saja, serayu menafikan sudut pandang lainya yang kehadirannya sama-
sama penting. Apabila Islam hanya dilihat dari satu sisi saja maka akibat yang
ditimbulkannya adalatı reduksi dan distorsimakna. Implikasi logis dari hal tersebut
adalah gambaran Islam yang uruh, tanpa diwarnai oleh sikap apologetik dan truck
elain sepiluak, akan sulit dicapai
B. SARAN
Perkembangan zaman yang senantiasa herubah dan disertai munculnya
berbagai persoalan baru dalam kehidupan manusia, akhirnya menjadi sebuah imbutan
untuk memahami agama sesasi zamanya. Tuntutan terhadap agarna yang demikian itu
dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan
pendekatan teologis-normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang
menggunakan pendekatan lain yung secara oprasional konseptual dapat memberikan
jawaban terhadap masalah yang timbul Oleh karena itu, sebaiknyn umat Islam tidak
hanya memahami Islam melalui pendekatan teologis saja, agar pemahaman tentang
Islam menjadi integral, universal, dan komprehenshif.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://catatan-ustadz.blogspot.com/2015/09/pendekatan-teologia.html?m=1
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-syarif-hidayatullah-jakarta/
studi-islam-2-lanjut/pendekatan-teologis-dalam-studi-islam/44199164

Anda mungkin juga menyukai