Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Keislaman

Dosen Pengampu:

Dr. Qomarul Huda, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Iftita Ziyan Amalia (1860402232085)


2. Farandia Aranza (1860402232091)
3. Denta Khrisna Firnanda (1860402232109)

KELAS ES1D

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

OKTOBER 2023
PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF

A. Pendahuluan
Makalah ini akan menjelaskan mengenai pendekatan teologis normatif.
Teologi secara bahasa adalah ilmu tentang ketuhanan, dan merupakan
kebutuhan primer bagi ummat islam, memahaminya dengan benar adalah
suatu kewajiban bagi setiap muslim sehingga dapat merepresentasikan
bentuk-bentuk penghambaan yang sebenamya dalam kehidupan, terjadinya
berbagai penyimpangan dalam peribadatan adalah dampak dari kesalah
pahaman dalam memahami teologi, meskipun dewasa ini dan memang sejak
dahulu sudah terjadi perbedaan-perbedaan dalam memaknai teologi itu
sendiri begitu juga aplikasinya dalam berkehidupan sehingga muncul
berbagai aliran dengan teologi yang berbeda-beda pula dalam hal
pemaknaan dan prakteknya.
Memahami teologi yang lurus atau kembali pada kemurnian teologi
adalah salah satu kunci untuk memahami agama dengan benar, sehingga
tidak menyebabkan pelaku agama tersebut jatuh dalam kesesatan, begitu
juga di dalam agama Islam, memahami teologi islam yang sesuai dengan
ajaran Nabi Muhammad merupakan hal yang sangat urgen dan menjadi
faktor diterima atau tidaknya amal ibadah seseroang. Oleh karena itu penulis
dalam makalah ini akan mencoba memaparkan beberapa hal yang berkenaan
dengan teologi islam dalam dimensi norma-norma agama atau normatif-
teologis dan pendekatannya dalam menelaah kajian-kajian islam.

B. Pembahasan
a. Pendekatan Teologi Normatif
Secara etimologi, teologi (theology) berasal dari kata Yunani yaitu
theos, artinya tuhan (god) dan logos yang berarti pengetahuan. Berarti
teologi dapat difahami sebagai ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan.
Dalam ensyklopedia Everyman's disebutkan tentang teologi sebagai
pengetahuan tentang agama yang karenanya membicarakan tentang Tuhan
dan manusia dan pertaliannya dengan Tuhan. Terdapat beberapa definisi
dan kesamaan makna dan pembahasan terkait dengan istilah teologiDalam
isitilah Arab, ajaran dasar itu disebut dengan usul al din dan oleh karena itu
buku- buku yang membahas soal-soal teologi dalam islam selalu diberi
nama kitab ushul al-din oleh para pengarangnya. Ajaran-ajaran dasar itu
juga disebut dengan aqaidcredos atau keyakinan. Teologi dalam islam juga
disebut dengan ilmu al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau esa,
dan keesaan dalam pandangan Islam disebut sebagai agama monotheisme
merupakan sifat yang terpenting di antara segala sifat Tuhan. Selanjutnya
teologi islam disbeut juga ilm al- kalam.1

Sebagai suatu ilmu tentang ketuhanan, teologi memiliki peranan yang


cukup signifikan dalam upaya membentuk pola pikir yang nantinya akan
berimplikasi pada perilaku keberagamaan seseorang. Untuk membentuk
suatu pola pikir, maka diperlukan pendekatan-pendekatan teologis yang
berfungsi sebagai suatu cara melahirkan suatu pemikiran teologis yang baru,
apakah pemikiran itu tradisional, liberal, atau modern.2

Dari berbagai pendekatan-pendekatan teologis yang ada, pendekatan


teologis normatif merupakan salah satu pendekatan teologis dalam upaya
memahami agama secara harfiah. Pendekatan normatif ini dapat diartikan
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu
ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari
suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
yang lainnya.3

Hal tersebut memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap


perilaku para pengikut teologi normatif ini." Pemikiran teologi yang keras
akan mendorong pengikutnya menjadi agresif, sementara teologi yang

1
M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999) hlm. 10
2
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000) hlm. 28
3
Afif Muhammad, Ali Syariati, Humanisme Antara Islam dan Mazhab Barat, (Jakarta Selatan:
Pustaka Hidayah, 1992) hlm. 28
"kalem" cenderung menggiring pengikutnya bersikap deterministik dan
"pasrah".4

b. Kelebihan dan Kekurangan

Pendekatan normati-teologis dalam memahami agama menggunakan


cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berawal dari keyakinan yang
diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari tuhan,
sudah pasti benar, sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu
melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-
dalil dan argumentasi. Tentunya, sebagai sebuah paradigma atau cara
pandang, pendekatan normatif memiliki sisi kelebihan dalam memahami
dan mengkaji Islam. Sekaligus memiliki kekurangan di sisi yang lainnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak satu pendekatan atau cara pandang
yang dapat mengantarkan dan menawarkan suatu kebenaran sejati, atau
absolut. 5

 Kelebihan :
Melalui pendekatan normatif-teologis, seseorang akan memiliki sikap
teguh terhadap agama yang diyakininya sebagai sesuatu yang benar, serta
tidak memandang dan meremehkan agama lain. Melalui pendekatan ini
seseorang akan memiliki sikap fanatik dan kecintaan yang dalam
terhadap agama yang dianutnya.

 Kekurangan :
1. Bersifat eksklusif
Ketika meyakini sesuatu dengan kebenaran yang mutlakmaka individu
tersebut akan menjadi pribadi yang tertutuptidak mau menerima
pendapat serta pemahaman orang lain. Orang- orang yang memahami
Islam dengan pendekatan normatif-teologis akan menutup diri dari
kebenaran yang dibawa orang lain. Namun demikian, jika sikap eksklusif

4
Muktafi Sahal, Ahmad Amir Aziz, Teologi Islam Modern, (Surabaya: Gitamedia Press, 1999)
hlm. 11
5
Toni Pransiska. “Pendekatan Teologi-Normatif, Historisitas”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian,
Vol. 5, (Sumatera Barat: UIN Imam Bonjol Padang, 2017)
ini hanya berkaitan dengan masalah tauhid, maka hal itu bukan menjadi
suatu kekurangan.
2. Dogmatis
Dogma adalah pokok-pokok ajaran yang harus diterima sebagai hal yang
baik dan benar, tidak boleh dibantah dan tidak diragukanIndividu yang
memahami Islam dengan pendekatan normatif-teologis cenderung
menganggap ajarannya sebagai ajaran yang tidak boleh dipertanyakan
lagi kebenarannya dan tidak boleh dikritisi.
3. Tidak mengakui kebenaran orang lain.
Pendekatan normatif-teologis menghasilkan individu yang tidak
mengakui kebenaran orang lainHal ini karena adanya anggapan bahwa
yang diyakini adalah sesuatu paling benar dan yang tidak sama adalah
sesuatu yang salah.6

c. Karakteristik

Pendekatan normatif-teologis mempunyai ciri-ciri yang melekat


sebagai sebuah pendekatan, dengan dalil-dalil dan argumentasi. yaitu terdiri
atas:

1. Loyalitas terhadap diri sendiri


Loyalitas terhadap diri sendiri timbul bila kebenaran keagaaman
dimaknai dengan kebenaran sebagaimana dipahami oleh pribadi itu
sendiri. Kebenaran sebagaimana diyakni oleh seseorang merupakan
kebenaran yang tidak bisa lagi diungkit-ungkit. Sebagai
konsekuensinya, kebenaran yang ditunjukkan oleh orang lain dianggap
kurang benar atau salah sama sekali.
2. Komitmen
Pendekatan normatif-teologis menghasilkan individu yang
berkomitmen tinggi terhadap kepercayaan. Individu yang meyakini
suatu kebenaran akan siap berjuang mempertahankannya serta siap
menghadapi tantangan dari pihak-pihak lain yang mencoba menyerang

6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000) hlm. 34
kebenaran yang telah diyakini secara mutlak.
3. Dedikasi
Hasil dari loyalitas dan komitmen yang besar akan menghasilkan
dedikasi yang tinggi dari penganut agama sesuai dengan kebenaran yang
diyakini. Dedikasi itu diwujudkan dalam bentuk ketaatan terhadap ritual
keagamaan, antusias dalam menjalankan keyakinan dan
menyebarkannya, serta kerelaan untuk berkorban demi pengembangan
keyakinan yang dianut.7

d. Asumsi Dasar Terhadap Islam

Dalam kaitannya dengan pendekatan normatif dalam studi islam,


menjadi penting diketengahkan disini mengenai asumsi dasar tantang islam
itu sendiri bila didekati dengan pendekatan normatif-teologis. Hal ini perlu
dilakukan agar memperjelas tipologi islam yang akan dikaji dan dipahami
dengan pendekatan normatif-teologis tersebut. Adapun asumsi dasar
tersebut sebagai berikut;

1. Islam sebagai Wahyu


Jadi, inti islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Kita percaya bahwa wahyu itu terdiri atas dua macam; wahyu
yang berbentuk al-Qur’an dan wahyu yang berbentuk hadist, Sunnah
nabi Muhammad Saw (Atho Mudzhar, 1998: 19). Pada dataran ini,
Islam identik dengan nash wahyu atau teks yang ada dalam al-Qur’an
dan Sunnah yang dianggap sebagai sumber yang otentik, sakral dan
obsolut. Oleh karena islam dipahami sebagai sesuatu yang sakral,
bersifat absolut, maka yang datang kemudian sebagai pemikiran,
interpretasi dan pemahaman keagamaan pun juga diaggap sebagai yang
sakral, kebal kritik, ajek dan absolut pula. Nah, inilah yang diistilahkan
oleh Arkoun sebagai proses sakralisasi pemikiran atau pemahaman
keagamaan (taqdīs al-afkār al-dīniyah).

7
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) hlm. 76
2. Islam Sebagai Doktrin
Islam sebagai doktrin adalah islam yang berisi tentang ajaran-ajaran
yang mampu membawa manusia pada keselamatan, kesejahteraan, dan
kemakmuran dunia dan akhirat, lahir dan batin selama berpegang teguh
pada pokok-pokok ajaran islam (Suparman Syukur, 2015: 38). Islam
merupakan agama yang sangat multidimensi, universal yang dapat
dikaji dari berbagai aspek baik dari tinjuan budaya, sosial maupun dari
aspek dosktrin keimanan sekalipun. Islam sebagai doktrin dapat
dikatakan sebagai wahyu. Oleh karena itu, islam sebagai wahyu
didefinisikan yakni kumpulan perintah dan hukum-hukum yang
berkaitan dengan kepercayaan (iman dan ibadah) dan berhubungan
kemasyarakatan (mu’amalah) yang diwajibkan oleh Islam untuk
diaplikasikan guna mencapai kemaslahatan umat atau masyarakat.
3. Islam Sebagai Way of Life
Dalam perkembangannya, kata tersebut memiliki arti pandangan hidup.
Islam sebagai way of life sangatlah detail dan komprehensif. Syariah
islam mengatur kehidupan manusia dari buaian sampai ke liang lahat,
dengan menjabarkan bagaimana seharusnya dan sebenarnya manusia
hidup. Syari’ah islam tidak hanya mengatur masalah ritual, masalah tata
negera, interaksi sosial, budaya, ekonomi bahkan etika keseharian juga
dijelaskan.8

e. Aplikasi Pendekatan Normatif-Teologis Dalam Islam

Islam sebagai agama yang berisi tentang ajaran-ajaran, norma dan


dogma, tentunya dapat juga dipahami dengan pendekatan normatif. Adapun
sebagai domain (wilayah) dan tema dalam studi Islam melalui pendekatan
normatif yakni ada dua domain penting yaitu:

1. wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad yang otentik (Khoiruddin Nasution, 2007).

8
Toni Pransiska, “Pendekatan Teologi-Normatif, Historisitas”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian,
Vol. 5, (Sumatera Barat: UIN Imam Bonjol Padang, 2017)
Pendekatan ini dapat diaplikasin pada wilayah ini. Dengan berbekal
bantuan bahasa, sebagai intrument untuk memahami makna dan ajaran
yang terkandung di dalamnya.
2. Kedua, pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks
asli Islam (Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW). Dapat pula
disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam,seperti tafsir dan fikih.
Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan yang terdapat di
dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan sebagian
masih bersifat global yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Di
samping permasalahan kehidupan selalu berkembang terus, sedangkan
secara tegas permasalahan yang timbul itu belum/ tidak disinggung.
Karena itulah diperbolehkan berijtihad, meski masih harus tetap
bersandar kepada kedua sumber utamanya dan sejauh dapat memenuhi
persyaratan (Amin Syukur, 2006: 34).9

C. Penutup
a. Kesimpulan
Dari materi yang telah dijelaskan, pemateri menyimpulkan bahwa
Teologi dapat difahami sebagai ilmu tentang Tuhan dan ilmu ketuhanan.
Sebagai ilmu tentang ketuhanan, teologi memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam upaya membentuk pola pikir yang nantinya akan
berimplikasi pada perilaku keberagaman seseorang. Pendekatan teologi-
normatif dalam memahami agama menggunakan cara berfikir deduktif,
yaitu cara berfikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan
mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan sudah pasti benar.
Inti islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Islam sebagai doktrin berisi ajaran-ajaran yang mampu membawa manusia
pada keselamatan, kesejahteraan dan kemakmuran dunia akhirat.

9
Toni Pransiska, “Pendekatan Teologi-Normatif, Historisitas”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian,
Vol. 5, (Sumatera Barat: UIN Imam Bonjol Padang, 2017)
D. Daftar Pustaka
Abdullah, M. Amin. 1999. Studi Agama Normativitas atau Historisitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daradjat Zakiah. 1997. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad Afif dan Syariati Ali. 1992. Humanisme Antara Islam dan Madzhab
Barat. Jakarta Selatan: Pustaka Hidayah.
Nata Abuddin. 2000. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Pransiska Toni. 2017. “Pendekatan Teologi-Normatif, Historisitas”, Jurnal
Penelitian dan Pengabdian, Vol. 5. UIN Imam Bonjol Padang.
Sahal Muktafi dan Ahmad Amir Aziz. 1999. Teology Islam Modern.
Surabaya: Gitamedia Press.

Anda mungkin juga menyukai