PENGANTAR TEOLOGI
Kita mulai dengan sebuah pertanyaan pokok, apakah teologi itu?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu memberikan definisi teologi
secara menyeluruh. Itu berarti kita harus memberikan batasan yang jelas
sehingga teologi bisa dibedakan dari ilmu-ilmu yang lain. Pertanyaan apakah
teologi itu sama dengan bertanya tentang Hakekat Teologi. Karena itu dalam
bagian ini kita akan membahas pertama, Definisi Teologi dan Konteks
penggunaannya. Kedua, Teologi Sebagai Ilmu Iman dan Ketiga Teologi
sebagai Ilmu Gereja.
1.1Definisi Teologi
Kata teologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni theos yang bearti
Allah dan logos yang berarti perkataan, uraian, pikiran atau ilmu. Secara
etimologis, teologi berarti ilmu tentang Allah. Teologi adalah sebuah cabang
ilmu pengetahuan. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, teologi adalah sebuah
pengetahuan yang sifatnya bertanya dan berusaha untuk memahami tentang
iman. Pada saat kita berteologi berarti kita sedang bertanya tentang iman,
sebuah usaha untuk mencari suatu pengertian yang mendalam tentang
iman. Namun sebagai ilmu, ia berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain.
Dalam teologi, pengetahuan yang diperoleh bukan hanya melalui akal budi,
indrawi dan intuisi rohani, tetapi juga pengetahuan wahyu dan iman
(Revelatio dan Fides).
Pengetahuan wahyu dan iman bersifat adi-kodrati karena didasarkan
pada wahyu Allah yang mengatasi daya kemampuan manusia. Sifat adi-
1
kodrati juga bentuknya yang ilmiah, yakni teologi. Kebenaran yang dicari
dalam teologi, yang direnungkan dan diuraikan olehnya bukanlah kebenaran
yang dapat dibuktikan secara empiris atau pengalaman hidup, bukan pula
kebenaran yang dengan sendirinya jelas karena masuk akal, melainkan
kebenaran yang diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah. Pemahaman
arti wahyu dan iman yang dijelaskannya akan menjadi jelas untuk mengerti
bahwa keduanya merupakan prinsip bagi teologi sebagai ilmu. Sebagai ilmu,
teologi berusaha menerangkan iman (misalnya iman tentang Yesus Kristus
Sang Juru Selamat). Supaya dapat diimani manusia, wahyu harus
disampaikan kepada manusia dalam peistiwa sejarah. Wahyu Allah dimuat
dalam Kitab Suci dan Tradisi.
Dikatakan bahwa wahyu merupakan inisiatif Allah untuk mendekati
manusia. Supaya wahyu ini diterima atau diimani oleh manusia, pertama-
tama wahyu ini harus disampaikan. Penyampaian wahyu tersebut pertama-
tama terungkap dalam sejarah keselamatan manusia, secara khusus dalam
sejarah umat Israel. Melalui para nabi Allah menyatakan kehendakNya,
kemahakuasaanNya, kemuliaanNya, keadilan dan kerahimanNya.
Pewahyuan diri Allah ini mencapai puncaknya dalam diri Yesus Kristus.
Peristiwa wafat dan kebangkitanNya merupakan wujut dan merupakan
kepenuhan rencana keselamatan Allah bagi manusia. Sikap manusia terhadap
wahyu Allah ini haruslah percaya. Iman atau percaya pertama-tama dimulai
dengan sikap mendengarkan yakni sabda Allah. Sabda Allah yang
didengarkan tersebut kemudian diresapkan dalam hati dengan penyerahan
diri yang total terhadap apa yang dikatakanNya.
4
Supaya dapat disebut ilmiah, pengetahuan harus diusahakan bersifat
obyektif. Artinya seorang ilmuwan berusaha membuat rekonstruksi dari apa
yang terjadi di dalam kenyataan. Diusahakan agar pengetahuannya memang
sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya.
Obyek Teologi
Sebagai ilmu iman, teologi mempelajari wahyu Allah. Dalam kaitan
dengan obyek teologi, kita perlu bedakan dua macam obyek. Pertama, obyek
material atau objectum material (Lat.) atau material object (Eng.),
maksudnya bidang penyelidikan sebuah ilmu. Obyek material adalah apa
yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan atau materi pembicaraan. Karena
itu objek material teologi ialah iman yang diwahyukan Allah.
Kedua, obyek formal atau objectum formale (Lat.) atau formal object
(Eng.) adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material atau sudut
pandang mana sebuah ilmu pengetahuan memandang obyek material itu.
Maka obyek formal teologi adalah isi iman yang diwahyukan Allah itu.
Maka tidak mengherankan kita mengenal macam-macam teologi
menurut agama yang dipeluk oleh seseorang. Misalnya teologi Yahudi adalah
refleksi ilmiah atas imannya itu. Demikian teologi Kristiani dan teologi
Islam. Kesamaan antara semua teologi adalah sama-sama merenungkan
secara ilmiah apa yang diimani penganutnya sebagai wahyu Allah kepada
manusia. Perbedaannya terletak dalam sudut pandangan yang ditentukan oleh
masing-masing agama. Obyek formal itulah yang membedakan antara ketiga
macam teologi itu.
Kedua, teologi tidak lepas dari Gereja karena teologi juga harus
terlaksana di dalam suatu komunitas ilmiah. Sifat keilmiahan dari teologi
9
harus dikomunikasikan dan diatur dalam kelompok ilmiah pula. Misalnya
melalui pertukaran pendapat atau pandangan; melalui dialog yang terbuka
dan saling menerima dengan pemikiran-pemikiran yang telah dikemukakan
oleh ilmuwan yang lain. Ia berdialog dengan pemikiran teologis dari para
teolog, baik dari masa lampau maupun yang hidup pada masa sekarang ini.
Karena unsur kritis inilah, maka sering ada antipasti terhadap teologi.
Selain itu juga Bahasa teologi yang terkadang terasa terlalu intelektual dan
kering. Dalam kehidupan bergereja, lebih terasa bahwa pengungkapan
gagasan dalam Bahasa yang menggugah perasaan, penuh kehangatan,
kedamaian dengan contoh-contoh dari praksis pastoral lebih dibutuhkan.
Terasa bahwa gagasan-gagasan teologis ilmiah itu kurang menjawab
langsung kebutuhan pastoral. Oleh karena itu dalam kehidupan menggereja
sangat diperlukan interaksi yang lebih besar antara umat, petugas pastoral
dan teolog dalam menerjemahkan gagasan-gagasan teologis itu.
Teologi adalah refleksi ilmiah atas iman. Iman itu sebagai sebuah
ilmu dan iman itu ilmu dalam Gereja. Lalu bagaimana teologi itu harus
dijalankan. Karena berteologi artinya berefleksi tentang iman Gereja. Iman
Gereja itu menyangkut pengalaman hidup Gereja. Maka dari mana kita harus
mulai, kita mulai refleksi teologis dari hidup Gereja. Hidup Gereja menjadi
titik tolak berteologi.
Karena itu kita akan membahas Hidup Gereja sebagai Titik Tolak
Teologi dalam beberapa sub pokok bahasan. Pertama, Mengapa harus mulai
dengan Hidup Gereja. Kedua, Hidup Gereja dan magisterium. Ketiga, Hidup
10
Gereja sebagai satu fenomena kebudayaan. Keempat, Hidup Gereja sebagai
satu peristiwa Sabda. Kelima, Penafsiran Hidup Gereja secara teologis.
11
BAB 2
GEREJA SEBAGAI TITIK TOLAK TEOLOGI
Karena iman ditemukan dalam Gereja. Gereja muncul dari iman dan
tobat orang-orang yang percaya kepada Kristus. Karena iman kepada Kristus,
para pengikut Kristus itu berhimpun dalam satu persekutuan yang disebut
Gereja. Di dalam persekutuan itu, iman dihayati dalam perilaku hidup sehari-
hari. Hal itu selaras dengan apa yang dicita-citakan dan dijalankan oleh
jemaat awal (bdk. Kis 2:41-47), perihal cara hidup jemaat. Iman itu
diteguhkan dan dihayati dengan saling melayani, saling menghibur dan saling
menguatkan satu sama lain.
Selain itu juga karena teologi adalah suatu reflesi iman untuk
membangun Gereja. Pembangunan ini tidak mungkin terjadi kalau orang
tidak mengenal kehidupan Gereja, dan tidak ada orang yang mengadakan
refleksi kritis atas visi dan misi Gereja. Demikianlah Gereja dan teologi
saling membutuhkan pada pembangunan Gereja itu.
13
Gereja merasa kehilangan kekuasaannya. Ketaatan umat yang sampai
sekarang dinikmatinya dengan tentram mendapat ancaman. Kekerasan dan
kekacauan muncul di mana-mana. Gereja lalu berpendapat bahwa kebebasan
dan persamaan hanya membawa kekerasan dan anarki. Pandangan ini jelas
terikat pada zaman.
Hidup Gereja sebagai suatu peristiwa sabda berarti hidup Gereja itu
lahir dari sabda (bdk. 1 Ptr 1:23; Yak 1:18; Yoh 1:12-13) dan berkembang
karena pewartaan sabda dan jawaban manusia atas pewartaan itu (bdk. Rm
10:14-15). Oleh sebab itu Gereja ada untuk melaksanakan dan melanjutkan
hidup Kristus. Artinya Gereja bertugas untuk merefleksikan dan menyatakan
karya Kristus. Refleksi dan pernyataan itu kelihatan dalam Bahasa Gereja,
yang menunjukkan salah satu kekhasannya. Manakah ciri-ciri Bahasa Gereja
itu? Peristiwa Bahasa Gereja terdiri atas tiga ciri yatu:
15
Kedua, kaya dengan penggunaan Bahasa kiasan. Bahasa kiasan tidak
bermaksud untuk mengatakan hal atau fakta dari apa yang terucapkan, tetapi
untuk memberikan gambaran akan sesuatu agar dapat lebih dimengerti; dan
itu terikat pada lingkungan dan kebudayaan masyarakat setempat pengguna
bahasa tersebut. Misalnya penginjil Lukas menggambarkan Yesus sebagai
Terang yang menyelamatkan dengan kata-kata kiasan ini: “Surya pagi dari
tempat yang tinggi untuk menyinari mereka yang tinggal dalam kegelapan
dan naungan maut, untuk mengarahkan kaki kita ke jalan damai sejahtera”
(bdk. Luk 1:78-79).
16
BAB 3
SUMBER DAN METODE TEOLOGI
Pendahuluan
Teologi adalah refleksi atas iman sebagaimana yang diwartakan dalam Kitab
Suci dan diajarkan oleh Gereja. Proses komunikasi iman dari satu generasi
kepada generasi berikut dan di antara orang sezaman disebut Tradisi. Karena
itu sumber teologi adalah Kitab Suci, Tradisi dan Buku-buku lain yang telah
dihasilkan oleh teologi biblis dan sistematis yang dipakai sebagai sarana
membantu penyelidikan Kitab Suci yang lebih sehat. Dalam bagian ini kita
akan berturut-turut membahas: Teologi dan Kitab Suci; Kitab Suci dan
Tradisi, Saksi-saksi utama dalam Tradisi serta Penafsiran dokumen-dokumen
dalam Tradisi.
Namun Kitab Suci memiliki kualitas istimewa dan unik karena ditulis
dengan ilham atau inspirasi ilahi. Inspirasi ini memberikan kepadanya suatu
fungsi khusus yang tak tergantikan dalam meneruskan wahyu. Tetapi
kekhususan itu tidak membuat Kitab suci menjadi satu-satunya sarana
19
penerusan wahyu. Kitab suci dalam hubungan dengaan wahyu, hanya
merupakan salah satu bentuk kesaksian. Bentuk ini tidak lengkap karena
pengalaman yang diperoleh para Rasul dari kontak langsung dengan Kristus,
sang Pewahyu dan wahyu sendiri, mengatasi dan melebihi tulisan-tulisan
yang memberi kesaksian tentangNya. Kitab Suci sendiri berasal dari
pewartaan rasuli yang hidup. Para rasul meninggalkan dalam Gereja tidak
hanya kitab-kitab, tetapi juga pewartaan lisan yang hidup, segala yang telah
mereka perbuat dan mereka ajarkan tanpa ditulis, oleh mereka diterukan.
Tradisi yang berasal dari para Rasul itu berkat bantuan Roh Kudus
berkembang dalam Gereja. Para rasul telah meneruskannya mencakup segala
sesuatu yang membantu umat Allah untuk menjalani hidup yang suci dan
berkembang dalam imannya. Di antara semua kesaksian Tradisi itu kita
pantas menyebut dua saksi utama Tradisi yaitu Ungkapan-ungkapan para
Bapa Gereja dan Liturgi Gereja yaitu semua praktek dan hidup keagamaan
seluruh persekutuan Gerejawi.
20
3.3.2. Liturgi Gereja yaitu praktek hidup keagamaan seluruh
persekutuan Gerejawi
21
Sebagai saksi utama Tradisi disebut juga Magisterium yaitu wewenang
mengajar Gereja. Kuasa mengajar ini dimiliki oleh seluruh dewan para
Uskup yang menjadi pengganti dewan para rasul dan masing-masing uskup
dalam kesatuan dengan Uskup Roma atau Paus (bdk. LG 20-25). Salah satu
penafsiran magisterium yang paling berwibawa adalah melalui Konsili
Ekumenis. Magisterium tidak membahas sistematis lengkap mengenai apa itu
iman, tetapi memberikan petunjuk yang perlu untuk menghadapai situasi
Gereja. Misalnya kita bisa sebutkan:
22
BAB 4
WAHYU DAN IMAN
Pengertian Wahyu
Wahyu merupakan tindakan Allah menyapa dan menyatakan diri
pada manusia. Yesus Kristus adalah puncak wahyu diri Allah. Penerusan
wahyu ini dismpaikan melalui para rasul dalam pewartaan mereka tentang
Yesus Kristus dan karya keselamatanNya. Dan akhirnya, fase kontinuitas
wahyu disampaikan secara tidak tertulis dengan istilah Tradisi maupun
tertulis yakni dalam Kitab Suci. Keduanya mengungkapkan wahyu diri Allah
yang dijamin oleh Allah melalui Roh Kudus. Dalam Tradisi, wahyu Allah
disampaikan secara verbal. Apa yang diterima para rasul dalam kontak
langsung dengan Yesus diteruskan dalam pewartaan secara lisan. Dengan
pewartaan tertulis, wahyu Allah tersebut diteruskan yakni dalam Kitab Suci.
23
ini Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putra-Nya yaitu Yesus
Kristus ( Ibr.1:1-21) dalam teks ini selain memjelaskan perbedaan esensial
antara wahyu dalam perjanjian lama dan perjanjian baru, tetapi juga
menunjukan sifat hakiki seluruh wahyu dalam alkitabiah. Dalam kitab suci
wahyu di rangkum dalam dua kata yaitu Allah berbicara. Allah keluar dari
keadaan yang tersembunyi dan secara aktif menyatakan diri, memberikan
kesaksian mengenai sikap, sifat, dan kehendakNya membuat diriNya dikenal
dan diakui sebagai Allah yang hidup.istilah yang digunakan dalam kitab suci
yang mengacu pada kenyataan yang kita tunjukkan dengan kata” wahyu” dan
“mewahyukan” itu berkisar pada perbuatan menyingkapkan, mengambil
selubung,membuka apa yang telah tertutup,menyampaikan apa yang
sebelumnya tak dikenal dan apa yang dahulu tersembunyi akan menjadi
nyata.
Surat ibrani 1:1-2 wahyu Allah terjadi paling utama yaitu melalui para
nabi.yang dinyatakan Tuhan adalah
kehendak,kemahakuasaan,kemuliaan ,keadilan dan kerahimanNya.
24
yang adil dan berbelas kasih yakni memilih, membimbing, dan
melindungi umatNya.
• Allah yang hidup (Yos 3:10; UL 5:23; Maz 96:5; 97:7; Yes 40:12-26,
44:6)
• Tuhan yang adil dan berbelaskasih- memilih, membimbing dan
melindungi umat-Nya (Kel 19:4)
Yang dinyatakan Tuhan yaitu kehendak-Nya, kemahakuasaan, kemuliaan-
Nya dan keadilan serta kerahiman-Nya.
Adalah wahyu dalam dan oleh Yesus Kristus, Anak Allah (Mat.17:5).
Sifatnya unik karena dua alasan yakni karena Yesuslah satu-satunya
pembawa wahyu dalam arti yang sesungguhnya dan sepenuhnya (Yoh
1:18),tidak seorang pun yang melihat Allah tetapi anak tunggal Allah yang di
pangkuan Allah yang menyatakannya. Dan karena Yesus merupakan satu-
satunya objek wahyu (Yoh 14:9-11).
Obyek Wahyu
Jelas bahwa yang menjadi subyek wahyu atau pelaku pewahyuan
adalah Allah sendiri. Timbul juga pertanyaan tentang obyek wahyu, atau
apakah yang diwahyukan oleh Allah? Menurut Dei Verbum, obyek wahyu
adalah “Diri Allah sendiri dan rahasia kehendakNya”. Yang dimaksudkan
dengan rahasia kehendakNya (bdk. Ef 1:9) ialah rencana Allah untuk
menyelamatkan manusia. Namun keselamatan manusia, menurut iman
Kristen justru terletak dalam persatuan mesra dengan Allah sendiri.
Puncak Wahyu
Kita yang masih berada di bumi ini, belum dapat mengalami dengan
sepenuhnya wahyu yang penuh itu. Baru kelak, “apabila Kristus menyatakan
diriNya, kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya” (bdk. 1
Yoh 3:2). Jadi sekarang ini kita belum mengalami Kristus Mulia secara
langsung dan penuh. Wahyu eskatologis kita masih kita nantikan. Namun
demikian sekarang ini juga kita sungguh mengenal Kristus melalui berbagai
ungkapanNya yang terbatas, yaitu melalui sabdaNya dan semua peristiwa
hidupNya dahulu, dan juga melalui karyaNya sekarang di dalam Gereja dan
dunia.
Perbuatan Yesus yang bersifat wahyu itu tidak terdapat suatu teologi wahyu
yang sistematis sebab sebagai kesaksian iman angkatan pasca-Paskah yang
pertama dan kedua, Injil Sinoptik merupakan pewartaan yang hidup. Menurut
kesaksian murid-murid beriman, Allah telah menawarkan keselamatan (Mat
10:26/Luk12:2) dan amanat Yesus untuk mencintai orang kecil (Mat
11:25/Luk 10:21-22)
Mengemukakan perbuatan dan perkataan Yesus yang bersifat wahyu itu tidak
terdapat suatu teologi wahyu yang sistematis karena sebagai kesaksian iman
angkatan pasca-paskah yang pertama dan kedua.injil sinoptik merupakan
endapan tertulis bukan dari refleksi sistematis melainkan dari pewartaan yang
hidup. Dua sabda Yesus yang yang disampaikan oleh injil sinoptik,tawaran
keselamatan itu diungkapkan sebagai penyingkapan dari apa yang
tersembunyi.
Secara lebih refleksif, uraian paham wahyu terutama terdapat pada surat-
surat paulusdan tulisa Yohanes.kata yang biasanya dipakai rasul paulus untuk
menunjuk kepada wahyu, yaitu apokaluptein (menyingkap,mengambil
selubung,menyatakan) dan phaneroun (memperkenalkan,menjelaskan).
Terminology ( istilah) dalam hal ini yaitu rahasia yang dahulu tersembunyi
ataupun didiamkan itu kini dinyatakan dan dengan demikian memberikan
kebijaksanaan rohani.istilah ini seluruhnya dapat dijelaskan dari bahasa
sastra hikmat dan apokaliptik zaman yudaisme.
Surat Paulus
Kata yang biasa dipakai rasul Paulus untuk menunjuk kepada wahyu,
yaitu apokaluptein (menyingkapkan, mengambil selubung, menyatakan)
dan phaneroun (memperkenalkan, menjelaskan). Terminologi yang
digunakan Paulus yaitu “rahasia” yang dahulu tersembunyi, sekarang
dinyatakan dan dengan demikian memberi kebijaksanaan rohani.
Paulus dalam Perjanjian Baru memakai istilah untuk menyatakan wahyu:
• Menyingkapkan
• Mengambil selubung
• Menyatakan
• Memperkenalkan
• Menjelaskan
• Rahasia yang dahulu tersembunyi
• Kebijaksanaan rohani
Maksud Paulus dengan “wahyu” ialah penyingkapan rencana Allah tentang
keselamatan dalam Kristus (Rm 16:25-27) dan juga tentang penghakiman
yang adil (Rm 2:5; 1 Kor 3:13)
Wahyu-aktif personal # kebendaan, tidak tertutup, masa lampau tetapi
perbuatan Allah yang eskatologis. Wahyu- tindakan penyelamatan yagn
berdaya cipta berupa penyampaian pengetahuan dengan jalan intelektual
belaka.
Tulisan Yohanes
Pengarang Injil Yohanes memiliki keunikan dalam menyatakan Wahyu:
Yohanes memakai kata-kata: terang/kegelapan, melihat dan menatap Allah
atau hal-hal surgawi. Kristus yang membawa Wahyu itu berdiri di pusat-
Sang Pewahyu, Dia adalah Hidup dan Terang (Yoh 1:4). Sikap manusia
terhadap wahyu- iman kepercayaan (Yohanes menyebutnya “melihat” (Yoh
6:40; 12:45; 14:19). Walaupun teologi Yohanes seluruhnya dikuasai oleh
gagasan wahyu namun terminologi yang berasal dari sastra hikmat dan
apokaliptik Yahudi tidak terdapat dalam Injil Yohanes.
29
Surat ibrani
Memandang Allah sebagai pihak ciri khas Wahyu.wahyu tidak ada maksud
kiasan. Didalam yesus perkataan yang berbuat dan perbuatan yang berkata
kata itu bertindih tepat,bersatu padu.yang patut di ingat yaitu berbicara bukan
secara langsung melainkan dengan perantaraan melalui orang pilihan (nabi-
nabi dan anaknya. Dalam pembicaraan dari manusia ( nabi- nabi dan
anakNya) kepada manusia( nenek moyang) terjadilah wahyu Allah. Wahyu
yang terakhir adalah Yesus Kristus.dari berbagai segi sifat yang kokoh dan
teguh membuat kepercayaan itu stabil tetapi bukan statis.
Kitab wahyu
30
pengetahuan. Kebenaran iman yang tidak dapat dimengerti dengan akal budi
insani itu sering ditolak oleh kaum Modernis. Melawan Modernisme ini
Vatikan I menyatakan bahwa kebenaran iman yang tidak dapat dipahami
dengan cahaya kodrati akal budi manusia, harus diterima oleh orang beriman,
sebab diwahyukan oleh Allah yang tidak dapat sesat atau pun menyesatkan.
Oleh karena itu jelaslah Vatikan I juga tidak bertanya apakah wahyu itu
sebenarnya, melainkan menanyakan hubungan antara wahyu dan akal budi.
Vatikan I tidak memandang wahyu secara menyeluruh melainkan
memandangnya dari sudut pengetahuan saja.
Dalam Gereja timbul ajaran sesat yang mendasarkan diri pada “wahyu” tetapi
sebenarnya mengancam hakikat iman sendiri. Melawan ajaran itu, para
pemikir Kristiani yang ortodoks menonjolkan ciri khas wahyu Kristiani
dengan naik banding kepada ekonomi keselamtan, yakni kepada perwujudan
historis dari rencana Allah untuk menyelamatkan bangsa manusia. Tokoh-
32
tokohnya adalah Ireneus, Hipolytus dari Roma, Tertullianus dan Cyprianus
dari Kartago.
Vatikan I
Adanya gerakan modernism pada saat itu, yakni mengintegrasikan hasil ilmu
pengetahuan modern ke dalam iman, tetapi adanya kekhawatiran pemimpin
Gereja bahwa iman kepercayaan akan dikorbankan demi ilmu pengetahuan.
Bahaya rasionalisme dapat mengancam dalam bidang teologi, yang
menyatakan bahwa iman tidak dapat ditangkap secara rasional akan ditolak
oleh penganut rasionalisme. Dalam konstitusi Dogmatis Dei Filius tentang
iman Katolik, konsili membahas hubungan wahyu dengan akal budi. Konsili
ini menentang aliran Deisme dan rasionalisme absolut. Pentingnya wahyu
untuk sampai kepada keselamatan adikodrati
Komentar tokoh teologi masa kini yaitu H.U.von Balthasar bahwa akal budi
manusia dapat mengenal Allah dengan pasti dari alam ciptaan.
Sedangkan Karl Rahner menyatakan, Allah mewahyukan misteri dan
mencurahkan iman ke dalam hati manusia itu sama dengan Allah yang telah
memberikan terang akal budi kepada manusia sebagai makhluk rohani.
Vatikan II
Dalam Konstitusi Dogmatis Dei Verbum tentang wahyu, yaitu wahyu dilihat
sebagai komunikasi pribadi antara Allah yang transenden dengan manusia
yang di bumi ini. relasi interpersonal antara Allah dan manusia sehingga
Allah menyapa mereka dan manusia menjawab Allah atau menanggapi
sapaan yang ilahi.
Kepenuhan wahyu itu terungkap dalam pribadi Yesus Kristus. Wahyu tidak
lagi berupa pengetahuan atau teoritis belaka tetapi pesan yang telah
disampaikan Allah lewat para nabi. Wahyu yang telah dinantikan dan
34
diharapkan kini telah ada secara real atau konkrit dalam kehidupan manusia.
Kepenuhan wahyu hadir lewat tanda-tanda dan mukjizat yang dilakukan oleh
Yesus. Kepenuhan Wahyu itu juga sempurna dengan wafat dan kebangkitan-
Nya yang penuh kemuliaan yang senantisa menyertai manudia sampai
selama-lamanya.
35
2. Taat dan patuh kepada perintah Allah-dijelmakan kepada tingkah
laku. (Kej 12:1-4a)
3. Kesetiaan dalam melaksanakan kehendak Allah-hidup menurut
tuntutan perjanjian.
4. Percaya pada janji Allah (Kej 15:6)
Pertama-tama iman berarti mendengarkan sabda Allah. Beriman berarti taat
dan patuh pada perintah Allah seperti yang dilakukan Abraham (Kej.
12:1.4a), setia melaksanakan kehendak Allah, dan percaya pada janji Allah.
Iman Menurut Perjanjian Baru
Maria dalam Iman perjanjian Baru memuncak menjadi kepatuhan hamba
Tuhan yang total (Luk 1:38), menjadi kepercayaan seorang wanita yang
kepadaNya Allah itu setia pada janji-Nya (Luk 1:46-55).
Perjanjian pertama-Allah Yesus bukanlah Allah baru. Perjanjian kedua yaitu
iman dikaitkan pada sejarah sendiri sejauh sejarah itu dipadatkan dalam
riwayat hidup Yesus, terutama wafat dan kebangkitanNya.
Injil Sinoptik
Yesus tampil sebagai pribadi yang mewartakan Kerajaan Allah- mengajak
manusia supaya bertobat dan percaya kepada Injil (Mark 1:15)
Tindakan percaya memiliki makna:
1. Mendengar apa yang diwartakan (Mark 4:9)
2. Mengerti dan memahami apa yang didengar (Mat 13:19)
3. Tidak membatasi pelaksanaan firman itu menjadi satu dua kali saja,
melainkan selalu dan dimana-mana sehingga terbina sikap batin u
membiasakan diri melaksanakan sabda Tuhan.
Percaya mempunyai arti: mendengar apa yang diwartakan (Mrk 4:9),
mengerti apa yang didengar (Bdk Mat 13:19), dan bertobat sebagai unsur
hakiki dari iman kepercayaan (Mat 1:15; Bdk 4:17).
Memaparkan iman yang diyakini sebagai anugerah dalam Kisah Para Rasul
adalah sikap taat dan melekat kepada Kristus secara total dan mutlak (Kis
3:16; 9:42; 11:17; 16:31). Kisah Para Rasul- iman dilukiskan sebagai sikap
batin yang menyeluruh, melibatkan manusia seluruhnya dan mengarahkan
36
manusia kepada diri Yesus seluruhnya. Iman- sikap taat dan melekat kepada
Kristus secara total dan mutlak. Surat St. Paulus-pewartaan Sabda Allah
yakni pewartaan diri Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat. Dengan percaya,
kita mengenal misteri Allah dalam Yesus Kristus, baik rencana maupun
pelaksanaan penyelamatan manusia.
Dalam Surat Paulus, dengan percaya berarti kita mengenal misteri Allah
dalam Yesus Kristus baik rencana maupun pelaksanaan penyelamatan
manusia yang dilangsungkan Allah dalam penjelmaan hidup, wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus (Bdk 1 Kor 1:17-2:4; Flp 2:5-11).
38