Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rahmantyo Bahtiar Surya Al Irsyad

NIM : 16410171

Kelas : Teosofi D

Soal

1. Dalam satu pengertian, teologi diartikan sebagai faith seeking understanding. Uraikan
maksud yang terkandung dalam pengertian tersebut secara luas!
2. . Dalam pengertian yang lain, teologi diartikan juga sebagai the science of things divine.
Uraikan maksud yang terkandung dalam pengertian tersebut secara luas!
3. Prof. Ahmed dari Nigeria mengartikan Teologi Islam sebagai the science which studies
religious doctrines and provides logical proofs in defense of faith. Berdasarkan pengertian
tersebut, berikan contoh tentang bentuk-bentuk pembuktian logis dalam mempertahankan
keyakinan tentang Kemahaesaan, Kemahakuasaan, dan Kemahasucian Allah SWT.
4. Sebutkan tiga tujuan utama mempelajari Teologi Islam dan uraikan pemahaman anda
mengenai ketiganya secara argumentatif!
5. Apa saja yang menjadi ruang lingkup pembahasan Teologi Islam, jelaskan secara
argumentatif!
6. Apa saja yang menjadi faktor internal dan faktor eksternal kemunculan persoalan dan
aliran-aliran teologi dalam Islam?
7. Dari mana ajaran-ajaran teologi dalam Islam dikembangkan oleh para mutakallimun?
Jelaskan secara argumentatif!

Jawaban

1. Faith Seeking Understanding membahas pentingnya dan tujuan dari pencarian iman untuk
pemahaman. "Saat ini, iman hanya terelihat samar-samar dan pertanyaan-pertanyaan
tentang iman berlimpah." Ada peristiwa yang mungkin akan menantang keyakinan kita,
pada saat yang sama, membuka kita pada fenomena yang dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan hidup. Fait Seeking Understanding bukan untuk memperoleh pengetahuan
tetapi mencari kebijaksanaan yang akan memberikan petunjuk kehidupan. Mengutip dari
berbagai filsuf, teori tanpa praktik itu sama dengan kosong, praktik tanpa teori itu buta.
Ketika iman dipikirkan kembali dan memahaminya, tujuan dan maknanya maka akan
memperoleh kejelasan.
2. Dalam memaparkan gagasan teologisnya, Plato berbicara di seputar kepercayaan
masyarakat Yunani tentang keberadaan para dewa. Di situ ia bermaksud menawarkan
sebuah gagasan baru, bahwa berdasarkan investigasi filosofis alam semesta ini bermula
dari suatu wujud yang Esa, yang Abadi. Wujud yang merupakan Sebab Puncak (an
ultimate efficient cause) dari semesta rangkaian kausalitas. Wujud yang juga merupakan
pencipta para dewa. Plato memberinya nama khusus yaitu dēmiourgos (the Demiurge)
yang berarti pembuat; pencipta. Pembicaraan Plato tentang hal-ihwal para dewa tersebut
dan gagasannya tentang dēmiourgos, oleh muridnya Aristoteles disebut dengan teologi.
Aristoteles kemudian mengembangkannya lebih jauh dalam karyanya yang berjudul
Metafisika (the Metaphysics). Ini berarti bahwa, makna kata theos sebenarnya tidak
identik dengan tuhan dalam tradisi agama-agama monoteis, tidak pula dengan istilah dewa
dalam tradisi politeis. Namun apa yang dimaksudkan tuhan dan dewa (gods atau deities),
keduanya tercakup di dalam makna kata theos.
Dengan demikian, padanan kata yang lebih komprehensif untuk kata theos adalah the
divine, yang berarti sesuatu atau sosok yang agung, sakral, suci, bagaimanapun sesuatu
atau sosok tersebut dinamakan dan dikonsepsikan. Dari sini, bisa kita lakukan
pendefinisian yang komprehensif untuk kata teologi. Robert Jackson, misalnya,
mendefinisikan teologi, “to discouse about the divine” (diskursus tentang wujud yang
diagungkan). Definisi lain yang juga komprehensif misalkan menurut Richard Hooker,
yaitu: “ilmu tentang segala sesuatu yang diagungkan (the science of things divine).”
Dengan definisi ini, maka teologi dapat mencakup semua jenis diskursus tentang wujud-
wujud yang disakralkan dan dalam komunitas relijius apapun baik yang monoteis maupun
politeis.
3. Agama Islam adalah agama yang luas dan komprehensif. Agama Islam berkaitan dengan
berbagai disiplin ilmu dan mengatur urusan manusia secara detail. Pesan atau teks yang
terkandung di dalam agama Islam harus di lihat dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu
sosial, ekonomi, budaya, psikologi, politik, teknologi, hukum, pendidikan, sejarah dan
lainya. Hanya dengan cara seperti itu, Islam akan lebih bermakna dalam kehidupan bagi
pemeluknya.
Agama Islam mengatur urusan manusia secara detail dari hal hal yang kecil sampai yang
besar, dari persoalan pribadi sampai hal hal umum, dari obyek yang terlihat secara kasat
mata (lahir) sampai yang tidak kasat mata (batin), dari urusan yang memerlukan logika-
rasional (ta'aquly) sampai urusan yang memerlukan hati-perasaan (ta'abbudy)
Dari persoalan yang berhubungan dengan Tuhan (ubudiyah) sampai dengan yang
berurusan dengan sesama manusia (mu'amalah). Mulai urusan dunia (duniawi) sampai
pada urusan akherat (ukhrowi). Dengan demikian Islam disebut agama yang menyeluruh
(syamil), agama sempurna (kamil) dan agama yang menyempurnakan atau melengkapi
(mutakamil).
4. Tujuan utama mempelajari Teologi Islam
a. Mengenal lebih dalam ajaran dan tradisi agama. Dengan mengenal lebih dalam akar
ajaran suatu agama. Dengan demikian manusia akan lebih memahami tradisi
keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya.
b. Membandingkan antar tradisi agama. Belajar teologi juga memungkinkan untuk
membandingkan tradisi suatu agama dengan yang lainnya.
c. Melestarikan, memperbarui suatu tradisi tertentu. Ajaran agama dekat sekali dengan
upacara keagamaan. Ketika terjadi pergeseran budaya maka perlu diketahui adakah
tradisi yang bisa diperbaharui tanpa merusak kaidah-kaidah agama tersebut.
d. Menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa
kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.
5. Ruang lingkup pembahasan Teologi Islam
a. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau yang sering disebut dengan istilah
Mabda. Dalam bagian ini termasuk Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta dan
manusia.
b. Hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara manusia dan Allah
atau disebut pula wasilah meliputi: Malaikat, Nabi/Rosul, dan kitab-kitab suci.
c. Hal-hal yang berhubungan dengan sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh melalui lewat
sumber yang meyakinkan, yakni Al-Quran dan Hadits, misalnya tentang alam kubur,
azab kubur, bangkit di padang mahsyar, alam akhirat, arsh, lauhil mahfud, dll).
6. Faktor-faktor kemunculan persoalan dan aliran-aliran teologi dalam Islam
a. Faktor internal: Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda, adanya pemahaman
ayat Al-Qur’an yang berbeda, adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda, adanya
kepentingan kelompok atau golongan, Mengedepankan akal, adanya kepentingan
politik, adanya perbedaan dalam kebudayaan.
b. Faktor eksternal: Akibat adanya pengaruh dari luar islam, kibat terjemahan filsafat
Yunani
7. Munculnya keragaman perkara memerlukan perenungan dan masing-masing aliran
mengambil sesuatu yang menurutnya benar. Perdebatan dan pemikiran ini sangat
berpengaruh hingga mampu mewujudkan individu-individu yang mengikuti metode baru
dalam pembahasan, perdebatan dan diskusi. Pemikiran-pemikiran filsafat yang mereka
pelajari sangat mempengaruhi mereka dalam cara beristidlal (pengambilan dalil), juga
terhadap sebagian pemikiran mereka. Maka terbentuklah ilmu kalam yang menjadi ilmu
tersendiri. Kemudian muncul di negeri-negeri Islam dan di tengah-tengah kaum Muslim
kelompok mutakallimin (ahli kalam).

Anda mungkin juga menyukai