Anda di halaman 1dari 9

PENDEKATAN STUDI ISLAM DALAM SUDUT PANDANG FILSAFAT

Tugas Terstruktur Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Pendekatan Studi Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Sumanta, M. Ag

Disusun Oleh:
Tiya Imtiyazunnisa

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON

1
A. PENDAHULUAN

Pendekatan filosifi dalam memahami agama disebut dengan study Philosophy


of religion. Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy yang di maksud dengan
Philosophy of religion ialah, "pemeriksaan filosofis tema sentral dan konsep yang
terlibat dalam tradisi agama." Ilmu ini sudah sejak lama di ajarkan melihat di
temukannya manuskrip awal tentang ilmu filasafat, serta banyak cabang yang
berhubungan dengan filasat dan ilmu kalam termasuk logika, sejarah, dan metafisika.
Religious philosophy pastinya berbeda dengan philosophy of religion, dimana
Religious philosophy yaitu ilmu yang menekuni masalah yang terjadi oleh sistem
keyakinan tertentu, Sedangkan Philosophy of religion berusaha untuk menjawab
pertanyaan mengenai sifat dari agama itu sendiri secara luas dan keseluruhan. Hal ini
disusun secara rinci sehingga bisa digunakan tanpa perasaan oleh orang orang yang
mengaku beriman atau tidak. Philosophy of religion sendiri merangkul keyakinan
kepada Sang Pencipta, macam-macam pengalaman keagamaan, hubungan keduanya
antara sains dan agama,buruk dan baik suatu sifat dan ruang lingkup ,terjadinya
kemunculan agama, history, dan kematian. Ilmu ini juga rediri dari keterlibatan etis
antar komitmen agama, ketergantungan antara akal dan iman, kesucian wahyu,
sessuatu yang mustahil, kekuasaan, keselamatan, kerahasiaan. Beberapa agama
menitik beratkan wahyu sebagai sumber dari pengetahuan utama yang menyediakan
bentuk pengetahuan yang abstak tidak terlihat, demi berupaya mengajak kepada
pemeluknya afar mengimani alasan terhadap beberapa informasi yang abstak tersebut,
juga menyediakan pendapat yang dikuatkan dengan pemikiran yang rasional dalam
suatu batasan tertentu.

Keimanan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan semua sifat ke-
Tuhanannya, status ke-Nabian yang dihadiahkan kepada manusia-manusia pilihan-
Nya, keberadaan hal-hal yang tidak terlihat seperti jin, syetan, malaikat dan surga-
neraka memaksa pemeluk agama sebagai seorang yang beriman langsung
mempercayai kebenarannya. Tetapi sebagaimana dalam ilmu filsafat metafisika,

2
meskipu objek tersebut tidak bisa di lihat dengan panca indra, beberapa kajian dalam
ulmu filasfat metafisika meberikan penalaran yang logis dan dapat diterima oleh
manusia.

B. PEMBAHASAN

Watak Filsafat Sebagai Disiplin ilmu Istilah penalaran berasal dari bahasa
Yunani, philosophia, yang terdiri dari dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik) dan sophia (kecerdasan, kecerdasan, informasi, keahlian,
pengalaman akal sehat, pengetahuan). Jadi secara etimologis, nalar berarti cinta
Kecerdasan atau kebenaran Istilah lain dari teori, untuk lebih spesifiknya dalam
bahasa Inggris disebut reasoning dan in Falsafah bahasa Arab, yang menyiratkan
penyelidikan yang diselesaikan oleh kaum rasionalis. Plato menganggap Socrates
sebagai philosophos (ahli logika) yang dimaksudkan untuk menjadi pengagum
kecerdasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nalar menunjukkan makna:
informasi dan permintaan dengan alasan tentang gagasan tentang semua yang ada, titik
awalnya dan hukumnya. Plato (427-348 SM) menyatakan, teori adalah informasi yang
sampai pada kebenaran pertama. Sedangkan Aristoteles (382-322 SM) mencirikan
penalaran sebagai ilmu yang menggabungkan realitas yang terkandung dalam studi
tentang kekuasaan, alasan, cara berbicara, moral, masalah keuangan, masalah
pemerintahan, dan perasaan. Sementara itu, seorang sarjana lain Cicero (106–043 SM)
menyatakan bahwa cara berpikir adalah ibu dari ilmu yang tersisa. Penalaran adalah
ilmu yang paling tinggi dan keinginan untuk mendapatkannya. Seperti yang
ditunjukkan oleh Descartes (1596-1650), penalaran adalah bermacam-macam dari
semua informasi di mana Tuhan, alam terlebih lagi, manusia adalah subjek ujiannya.
Irmayanti M Budianto pernah memperhatikan beberapa pekerjaan nalar, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang sains: pertama, teori atau filsafat
menyambut orang untuk berwawasan luas dan berwawasan luas tidak disetujui, ada
berbagai masalah yang mereka hadapi, dan orang-orang diandalkan untuk memiliki
pilihan untuk mengatasinya masalah-masalah tersebut dengan cara membedakannya

3
agar dapat dijawab jawabannya. - jawaban bisa didapat tanpa masalah. Kedua,
berfilsafat dapat membentuk pertemuan bermanfaat seseorang dengan lebih imajinatif
premis perspektif tentang kehidupan dan juga pemikiran yang muncul sebagai akibat
dari keinginan mereka. Ketiga, penalaran dapat membingkai mentalitas dasar individu
dalam mengelola masalah, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan lainnya kehidupan (bergaul dengan masyarakat, daerah setempat, agama,
dan sebagainya) lebih sejahtera, lebih terpuji, dan tidak terjebak dalam pengabdian
yang tidak perlu. Keempat, khususnya bagi para peneliti atau skolastik, penting untuk
dapat menyelidiki, pemeriksaan dasar secara menyeluruh dan efisien masalah logis
yang berbeda seperti yang diilustrasikan dalam eksplorasi, penelitian, atau tinjauan
logis lainnya. Dalam periode globalisasi, ketika studi lintas-logis atau multidisiplin
yang berbeda terlibat dengan latihan logis, penting untuk mengadakan pertemuan,
khususnya disposisi dasar dalam mengelola sebagian besar pemikiran dari berbagai
ilmu. Hamami dan Wibisono mengungkapkan cara berpikir tersebut bermaksud untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang muncul dalam kebenaran kehadiran,
isuisu penting Perkembangan Historis Pendekatan Filosofis Dalam Studi Agama
Secara adat, agama dianggap sebagai sesuatu yang suci, sakral, dan mulia.
Menempatkan hal-hal yang memiliki nilai sedemikian rupa sehingga suatu barang
nonpartisan akan dianggap mengurangi, meremehkan atau bahkan menghapuskan adat
kelebihan agama. Pergaulan penganut yang ketat, terus menerus menimbulkan rasa
komitmen dan keinginan untuk kehilangan keyakinan mereka. Setiap usaha untuk
menjadikan agama sebagai objek konsentrasi secara konsisten memiliki bahaya
mengelola respons murid-muridnya, yang seringkali mematikan. Memiliki kemajuan
teori dan pengalaman pertama dengan agama, sebagian besar dapat diatur dalam
periode: Pertama, zaman cara berpikir Yunani (0-6 M).

Saat ini cendekiawan itu adalah Thales yang ahli dalam cara berpikir,
mengamati bintang, dan matematika. Dalam pengembaraan ilmiahnya ia
menggunakan a contoh deduktif. Aristoteles sebagai tokoh dalam cara berpikir dan
ilmu eksakta menggunakan pendekatan induktif pendekatan, sementara Phtagoras

4
menggunakan metodologi magis dan numerik dalam angka-angka dan matematika.
Kedua, masa pengenalan Nabi Isa (6-13 M). Saat ini ada pertengkaran antara jemaah
yang disapa oleh kiai dengan penguasa yang berpihak pada kapel. Jadi sekarang teori
mengalami penurunan. Sedapat mungkin kesempatan berpikir dengan tujuan agar cara
berpikir itu muncul telah menangguhkan keaktifan. Ketiga, masa restorasi Islam (abad
ketiga belas M), sekarang ini orang-orang Kristen Eropa dunia mengalami
ketidakjelasan, dimana jemaah merupakan pemegang kekuasaan langsung dalam suatu
pemerintahan. Keempat, masa restorasi Eropa (abad 4-20). Sekarang keputusan kristen
dan sumber otoritas kebenaran dimusnahkan. Perlawanan terhadap jemaah dan tuan
yang kejam berlanjut, gangguan logis itu menguat dan meluas, baik dalam spesialisasi
maupun— bidang ilmiah, meskipun sebelumnya, agama Kristen dengan penuh
semangat menolak penggunaan teori sebagai metodologi yang ketat. Ada sekitar tiga
penjelasan di balik Kekristenan untuk mengabaikan penalaran: (1) Kekristenan tidak
akan dijadikan cinta terdekat atau agama negara, dan meminta ketabahan total dari
semua orang. (2) Kekristenan menolak fantasi politeistik dengan menyatakan
kehadiran monoteistik juga, Tuhan umum. (3) penekanan pada keagungan dan
persyaratan untuk keyakinan membuat agama Kristen menjadi agama non-filosofis.
Kedudukan Filsafat Dalam Studi Agama Ilmu filsafat dalam agama terdiri oleh
keyakinan terhadap Tuhan, hubungan antara sains dan agama, perilaku baik dan
buruk, sejarah ,pengalaman keagamaan, lahir, kematian serta menjaga agama. Ilmu ini
juga merangkul keterlibatan dari etis dari keteguhan agama, hubungan iman dan akal,
pengalaman dan tradisi, mistisime, kekuasaan, dan keselamatan. Filsafat agama
disebutkan sebagai pemeriksaan filosofi unsur inti dan konsep yang terkandung dalam
tradisi keagamaan. Secara khusus dapat dikelompokkan menjadi lima hubungan antara
filsafat dan agama: a) filsafat sebagai agama b) Filsafat sebagai pelayan agama c)
Filsafat sebagai pembuat d) Filsafat sebagai suatu perangkat analitis bagi agama e)
Filsafat sebagai studi tentang penalaran yang digunakan dala pemikiran keagamaan.
Prinsip-prisip Filsafat Sebagai Pendekatan Studi Agama John Hick mengatakan bahwa
pemikiran filosofis tentang bukan termasuk dalam pembelajaran studi agama dan juga

5
bukan cabang teologi agama, namun merupakan bagian dari filsafat itu sendiri.
Dengan demikian, filsafat agama merupakan suatu aktifitas keteraturan kedua yang
menggubakan perangkat-perangkat filsafat bagi agama dan pemikiran keagamaan.
Pada dasarnya kita bisa menyatakan pendekataan filosofis terbagi dalam empat
macam:

1. Pertama, Logika. Berasal dari bahasa yunani logos, secara literal logika berarti
‘pemikiran’ atau akal’, logika adalah seni argumen rasionl dan koheren. Logika
mencangkup cara seseorang untuk menjadia dia menjadi lebih cermat dalam
menjalankan proses tersebut.

2. Kedua, Metafisika. Metafisika diperkenalkan pertama kali oleh sorang filsuf


yunani Androicus pada tahun 60 SM. Metafisika terdiri dari hal yang dasar,
pertanyaan-pertanyaan yang dasar dalam kehidupan, eksistensi, dan watak
seseorang itu sendiri, secara harfiah metafisika berarti kehidupan, alam, dan
segala hal.

3. Ketiga, Epistemologi . Ini merujuk pada sesuatu hal yang dapat kita ketahui, dan
bagaimana cara kita mengetahui. Epistemologi membatu dalam proses
memdapatkan pengetahuan dan cara kita mendapatkan pengetahuan. Plato
misalnya berpendapat tidak mungkin memperoleh pengetahuan, dan dia
menggunakan apa yang dia sebut dengan ‘paradok Meno' guna menunjukkan
seseorang tidak akan mencari tau apa yang ia ketahui dengan beropini bahwa jika
ia tahu dia tidak akan menyelidikinya, demikian juga ia tidak dapat menyelidiki
apa yang tidak dia ketahui karena dia tidak tahu apa yang harus diselidiki. Inti dari
pernyataan Plato adalah ketika kita ingin mendapatkan pengetahuan maka kita
harus memulainya dari awal.

4. Keempat, Etika. Secara harfiah etika berarti pelajaran tentang “perilaku” atau tata
cara tentang sesuatu yang dengannya kita hidup, yang mengatur cara kita hidup
dengan lainnya, dalam satu kelompok baik dalam kelompok lokal, kelompok

6
global, kelompok internasional. Etika berfokus dalam sesuatu tentang kewajiban,
keadilan, cinta, dan kebaikan.

Model Pendekatan Filsafat Kontemporer dalam Studi Islam Ada tiga macam
jenis pendeatan fisafat kontempoter atau moden yang di gunakan dalam pembelajaran
islam pada masa ini sebagaimana di katakan oleh Amali Sahrodi, yaitu: Pendekatan
Hermeneutika, pendekatan Teologi-filosofis, dan pendekatan Tafsir Falsafi Pertama,
Pendekatan Hermeneutik. Kata hermeneutik di ambil dari bahasa Yunani hermeneuein
yang diartikan sebagai “menafsirkan”. Kata hermeneuein ini berasal dari kata benda
yang memiliki arti “interpretasi” atau “penafsiran”, hermeneuein sendiri memiliki areti
yaitu penafsiran. Kata ini sering diberikan kepada salah satu dewa dari Yunani yaitu
Hermes, diaman ia di anggap sebagai utusan pembawa pesan dari para dewa untuk
manusia. Pada dahulu tidak di temukanya Istilah hermeneutika khususnya dalam tafsir
alQuran klasik. Istilah tersebut baru lahir dalam masa kemunduran. Menurut farid
Esack yang di ambil dalam buku Qur’an : Liberation and Pluralism oelh Fakhrudin
Faiz, praktik hermeneutik sebenarnya sudah di lakukan oleh umat muslim sejak
dahulu, terutama dalam menghadapi al-Quran. Diantara bukti tersebut adalah: (1)
Permasalahan Hermeneutik sering kali di lakukan dan di ulang, meskipun ridak di
munculkan secara pasti. Hal ini dikuatkan dari kajian-kajian mengenai asbab an nuzul
dan nasakh-mansukh. (2) Perbedaan antara komentar komentar yang nyata terhadap
al- Qur`an (tafsir) dengan beberapa aturan, cara penafsiran telah muncul sejak adanya
tafsir yang telah di bangun dalam ilmu tafsir (3) Tafsir tradisional sendiri sering
dijadikan beberapa kelompok, misalnya tafsir hukum, tafsir Syi’ah, tafsir mu’tazilah,
tafsir filsafat, dan lain sebagainya. Hal itu memunculkan sebagian kelompok tertentu,
pemahaman tertentu, masa-masa tertentu dari ilmu tafsir. Hassan Hanafi yang pertama
kali memperkenalkan Hermeneutika dalam bukunya sebuah bukunya pada tahun 1965.
Kedua, Pendekatan Teologis-Filosofis. Kajian ini pertama kali di gunakan oleh para
ahli kalam di kalangan umat muslim dalam pendekatan Teologi-Filosifis, yaitu
mazhab Mu’tazilah. Mu’tazilah memberikan pemahaman-pemahaman teologi (ilmu
kalam) dengan berbasiskan metodologi dan epistemologi, disiplin filsafat Yunani yang

7
di masa itu tengah menerobos dalam perkembangan intelektual dunia keislaman (masa
pemerintahan Bani Abbas) akibat kegiatan penterjemahan sastra-sastra Yunani yang
dilakukan oleh para sarjana muslim pada masa tersebut. Kehadiran mazhab teologi
rasional ini berusaha memberikan jawaban dengan filosofis atas pokok pokok Tauhid
yang pada masa itu menjadi persebatan dalam pemikiran umat islam di dunia Ketiga,
Pendekatan Tafsir Falsafi. Menurut Al-Dzahabi, yang di ambil dari Jamali Sahrodi,
mengatakan bahwa tafsir falsafi adalah penafsiran ayat-ayat Al-Quran melalui studi
filosofis, baik yang berusaha untuk mengadakan kesimpulan teori falsafi dengan ayat
alQuran maupun yang berusaha menolak teori falsafi yang melenceng dengan ayat
alQuran. Munculnya tafsir jenis ini membuat umat islam secara tidak langsung
mengenal filsafat hellenisme yang kemudian membuat mereka mempelajarinya dan
dijadikan sebagai alat untuk menganalisis ajaran ajaran islam, khususnya al- Qur`an.
Tafsir falsafi juga diartikan sebagai suatu tafsir yang bercorak filsafat. Dalam
menjelaskan makna suatu ayat, mufassir mengambil dari pendapat filsuf.
Permasalahan yang dibicarakan dalam suatu ayat di artikan berdasarkan pandangan
ahli filsafat. Makna suatu ayat ditakwilkan sehingga sesuai dengan pandangan mereka.

C. SIMPULAN

Ilmu filasafat begitu penting dalam memahami berbagai bidang selain agama.
Misalnya dalam bidang hukum, kebudayaan, sejarah, ekoonomi, dan lain sebagainya.
Filsafat yang mengandung perenialis ini secara ilmu metode dapat memberikan
harapan yang bagus terhadap hubungan antara umat beragama, sebab metode ini tidak
hanya untuk menemukan kesatuan dalam agama pada wilayah di luar kesanggupan
manusia antara umat beragama, namun juga dapat mencari secara lebih detail,
sehingga kebenaran yang pasti benar akan di temukan, dan yang sesat pasti akan sesat.
Dalam Islam para penganutnya di ajarkan untuk berfikir yang memerlukan pendekatan
filosifis untuk memahami ajaran ajaranya, seperti beberapa contoh yang telah di
terangkan di atas. Meskipin beberapa kelompok kecil terutama kaum tradisional yang
lebih cenderung memahami agama hanya dengan melaksanakan aturan formalistik

8
dari pengalam agama,beberapa kelompok lain menggunakan filsafat supaya
memberilan kesejukan dan harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad. Islam Falsafah Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Heriyanto, Husein. Nalar Saintifik Peradaban Islam. Bandung: Mizan, 2011.

Iqbal, Sir Muhamad. The Reconstruction of Religious Thougt in Islam. New


Delhi: Nusrat Ali Nasri, 1981.

Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir. Studi Islam: dalam Ragam
Dimensi dan Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014.

Nasution, Harun. Falsafah Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

———. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

———. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Poespoprodjo, W. Logika Sientifika Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 1985

Anda mungkin juga menyukai