Anda di halaman 1dari 15

ISLAM DALAM TATARAN

OBJEK ILMU
FISOLOSOFIS DAN
PSIKOLOGI
 Kelompok 3 :
 Febri Ariani Lubis
 Eka Ariani
 Elfian Zuhri
 Saddam Amin
 Ihsanul Ma’arif
 Sri Muharani
 Dewi Kartika
 Khairunnisa
 Depri
Dalam studi filsafat, ada satu kajian yang dikenal dengan filsafat ketuhanan. Filsafat
ketuhanan adalah pemikiran tentang tuhan dengan pendekatan akal budi, maka di-
pakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu
(terutama agama Islam, Kristen, Yahudi),akan menambahkan pendekatan wahyu
didalam usaha memikirkannya. Jadi, filsafat ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang tuhan.
Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan tuhan secara absolut
atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan kemungkinan bagi
manusia untuk sampai pada kebenaran tentang tuhan. Kattso ff, sebagaimana dikutip
oleh Associate Webmaster Professional,menyatakan karakteristik filsafat sebagai
berikut :
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis;
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis;
3) Filsafat mengahasilkan sesuatu yang runtut;
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif
Adapun Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
 Teori Corenpondence : Menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti
benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan
objek yang dituju dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
 Teori Consistency : Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil
test dan exsprimen dianggap relible jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu penyelidik
bersifat konsisten dengan hasil test exsprimen penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang
lain.
 Teori Pragmatisme : Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra
pendidik sebagai metode project atau metode problem olving dai dalam pengajaran.
 Kebenaran Religius : Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasion dan kemauan individu.
Kebenaran bersifat objective, universal, berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran
ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
 ObjekFilsafat: 1) Objek material filsafat adalahsegala sesuatu yang ada,
yang meliputi: ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam
kemungkinan. 2) Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu
yang ada. Conny Semiawan at. All menyatakan bahwa filsafat ilmu pada
dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of
sciences ) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.
 Setidaknya ada empat telaah substantif filsafat ilmu, yaitu: kenyataan,
kebenaran,kepastian/konfirmasi dan keempat logika inferensi. Sedangkan
cabang utama filsafat ilmu meliputi ontologi, epistemologi & axiologi.
Dengan kata lain beberapa persoalan yang hendak di jawab dalam filsafat
ilmu ini harus dihadirkan dengan tiga pertanyaan berikut, yaitu apa ilmu itu?
Bagaimana ia muncul dan untuk apa?
 Dengan demikian filsafat Ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
mengenai pengetahuan ilmiah dan cara–cara untuk memperoleh pengetahuan
tersebut. Pengetahuan, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan
knowledge, Menurut Jujun S pada hakikatnya merupakan segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu,termasuk di dalamnya adalah ilmu,
jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di
samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
Menimbang Filsafat Ilmu dalam Pendekatakan Agama
Kalau filsafat adalah berpikir secara kritis sistematis; mengahasilkan
sesuatu yang runtut; berpikir secara rasional dan bersifat komprehensif yang
bisa jadi berangkat dari akal tanpa adanya pembatas apapun, termasuk
terkadang juga menabrak aturan agama.Berbeda dengan pendekatan agama
yang mengagungkan akal, akan tetapi dilarang bertabrakan dengan wahyu.
Bahkan, dengan alasan apapun ketika akal sudah pada titikt ertentu yang tidak
dapat memecahkan per-soalan, maka di siitulah peranan agama me-nuntun.
tanpa agama, maka akan tersesat.
Hubungan antara filsafat dan agamadalam sejarah kadang-kadang dekat
danbaik, dan kadang-kadang jauh dan
buruk. Ada kalanya para agamawan merintisperkembangan filsafat. Ada
kalanya pulaorang beragama merasa terancam olehpemikiran para filosof yang
kritis dan tajam.Para filosof sendiri kadang-kadang memberikesan sombong,
sok tahu, meremehkan wahyu dan iman sederhana umat.
Manusia dalam Dialog Psikologi dan Islam
Sigmund Freud (1859-1939) adalah tokoh psikiatri berkebangsaan
Austria yang merintis berdirinya disiplin ilmu psikologi. Salah satu
konsepsinya yang relevan—khususnya dengan perspektif Islam—adalah
Teori Model Topografi Alam Fikiran. Ia membagi tiga elemen penting dalam
pikiran manusia, yakni alam ketidak kesadaran atau unconsiuss mind, alam
preconsiouss mind atau mediator, dan alam kesadaran atau consiouss mind.
Ulul Albab dan Tafakur
 ditulis sebuah ayat Al-Qur’an, yaitu surat Ali Imran ayat 190-191. Aksioma
tersebut menjelaskan tentang ulul albab, yaitu orang-orang yang mampu
membaca, menangkap, menelaah, dan menghimpun fenomena-fenomena
alam yang merepresentasikan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Mereka
(ulul albab) adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah pada setiap
saat.Pada ayat tersebut terdapat sebuah kata kunci yang memberitakan perihal
ciri-ciri mereka Ciri utama dimulai dengan aktivitas dan memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi, sedangkan kalam yang menegaskan substansi
ayat itu adalah seraya berkata, ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini semua dengan sia- sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
azab neraka.”
 Begitu besar manfaat konsep tafakkur yang dituntun oleh Allah swt. dalam
Al-Qur’an. Sejarah membuktikan bahwa para scientist berbagai disiplin ilmu
selalu mendapatkan konsep-konsep pemikiran dari proses berpikir yang
elaboratif dan selalu mengeksplorasi data, baik secara fenomenologis maupun
ekperimental. Dimulai dari Isaac Newton yang berpikir di teras rumahnya
dalam proses merumuskan formula gravitasi hingga perkembangan ilmu
kloning saat ini. Oleh sebab itu, konsep eksploratif ilmu yang ditawarkan oleh
Islam melalui tafakkur adalah suatu kesempatan besar untuk kaum muslimin.
 Manfaat yang dapat diraih adalah peran serta umat Islam dalam menyusun
konsep ilmu sebagai pelengkap literatur berbagai disiplin ilmu dan
pengembangan sumber daya manusia sebagai makhluk religius. Tujuannya
tidak lain adalah mengharap rahmat dan pahala dari Allah swt. yang tidak
terputus hingga kita meninggalkan dunia disebabkan aplikasi ilmu yang
pernah kita rumuskan.
 Paradigma Ilmu Psikologi Sebagai Pedoman Psikolog Muslim
 Bertolak dari pertimbangan perlunya peranan religi dalam suatu disiplin ilmu,
khususnya disiplin ilmu psikologi maka sebaiknya diiringi diawali dengan kajian
epistemologi struktur-filosofis . Kelahiran disiplin ilmu psikologi yang berkaitan
dengan beberapa disiplin ilmu lain, terutama filsafat sebagai mater scientiarum
seharusnya dibentengi dan bersumber kepada kerangka spiritual. Literatur psikologi
yang bersandar dan bersumber secara mutualisme dengan disiplin ilmu lain, akan
menjadi tidak terkendali dan semu dalam pengembangannya apabila terjadi
diskontinuitas—dari atau seiring—dengan perspektif spiritual.
 Hal itu menjadi suatu preferensi karena keterkaitan yang erat antara ilmu
pengetahuan dan manusia sebagai penggunanya. Tujuan ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia tidak akan terwujud jika terjadi diskontinuitas
antara paradigma ilmu dan spiritual. Berkaitan dengan hal tersebut, pertanyaan
pertama yang muncul adalah apakah mungkin suatu kajian ilmiah yang bersifat
universal dan rasionalisme dapat dijelaskan oleh perspektif spiritual, khususnya Al-
Qur’an?
 Bertolak dari konsepsi, secara umum struktural-filosofis atau paradigma
ilmiah psikologi—yang dapat dijelaskan terbentuk dari pemisahan kajian
ilmiah positivistik dan fenomenologis.
 Cabang positivistik yang membentuk psikologi adalah cabang
antropobiologi dan neurologi, sedangkan fenomenologis diwakili oleh ilmu-
ilmu sosial dan humaniora, sedangkan preferensi-filosofis atau acuan utama
adalah agama Islam—Al-Qur’an dan Hadits.
 Argumen penulis untuk menjadikan alQuran dan Hadis sebagai landasan
utama berpikir dan bersikap untuk dunia keilmuan, mulai dari filsafat sampai
kepada psikologi merupakan upaya menyelaraskan dialektika ilmu dan
Islam.
 Skema Paradigma Keilmuan Psikologi
 Al-Qur’an dan Hadits yang sangat banyak mengandung proposisi-filosofis yang berkaitan
dengan manusia dan perilakunya, mengindikasikan perlunya pembuktian-pembuktian empiris.
Langkah-langkah itu sudah mulai tampak dihadapan kita. Beberapa dan atau banyak dari pakar
muslim yang mulai berupaya untuk melaksanakannya. Di antara mereka, ada yang
mengkhususkan diri untuk meneliti pengaruh shalat terhadap keseimbangan fisiologis, pengaruh
zikir terhadap tingkat kecemasan, pengaruh bacaan Al-Qur’an terhadap penurunan perilaku adiksi,
dan bahkan pengaruh puasa terhadap penurunan perilaku seksual menyimpang. Akhirnya,
sekelumit pembahasan tentang berbagai titik temu antara perspektif Islam dan psikologi
menunjukkan kompetensi agama dalam upaya ekstensifikasi kajian ilmiah psikologiPrinsip ini
diharapkan dapat membukakan mata ilmuwan muslim khususnya cendekiawan muslim psikologi
—untuk mengembangkan ayat-ayat kauniyah yang mengandung unsur sumber daya manusia
melalui sebuah penelitian sehingga menghasilkan jawaban yang bernuansa Islami.
 Dalam paradigma spiritual, sifat kebenaran agama yang absolut pada saat diturunkan kepada
Nabi, Rasul atau Sang Utusan, dapat tereduksi karena intervensi progresivitas akal yang terjadi
dalam proses aktualisasi diri manusia terhadap objek pluralisme. Sementara itu, diferensiasi materi
juga mencakup seluruh perkembangan aspek eksternal individu, yaitu manusia Perbedaan itu
diyakini agentif pluralisme sebagai media adaptasi kebutuhan-kebutuhan manusia dalam proses
aktualisasi diri.
 Prediksi tentang Akhir Dinamika Psikologi
 Bertolak dari sketsa perkembangan psikologi di atas, mulai dari popularitas
psikologi di tangan seorang ateis, analisis ringkas tentang agama dan ateis hingga
perkembangan psikologi beberapa dekade terakhir ini menunjukkan perkembangan
psikologi yang sudah ditetapkan Allah swt.
 Pembuktian mutakhir tentang eksistensi aspek spiritual dalam diri manusia
dibebankan oleh Allah swt. pertama kalinya melalui pemikiran seorang ateis. Tanpa
disadari oleh Freud, ia adalah robot Allah swt. dalam menjalankan perkembangan
psikologi ke arah kebenaran-Nya.
 Lebih dari itu, melalui spekulasi-falsafah, penulis mencoba memprediksikan
bahwa proses perkembangan itu adalah langkah awal untuk menyatukan berbagai
disiplin ilmu yang diciptakan oleh manusia, yang suatu saat akan diakumulasikan
oleh psikologi. Akumulasi itu selanjutnya akan menggambarkan betapa Kekuasaan
Allah swt. melalui kebenaran Al-Qur’an (QS. 2:2) akan menampik pengkultusan
sains, baik oleh Freud yang ateis, maupun di kalangan ilmuwan positivistik yang
ber-Tuhan-kan rasionalitas.
 Allah swt. telah menetapkan pembuktian dalam konsep simulasi-
prediktif oleh penulis tersebut pertama sekali melalui pemikiran salah seorang
ateis untuk kemudian menghancurkan prinsip-prinsip anti Tuhan sebagai
prinsip filosofis mereka. Psikologi diciptakan sebagai mediator antara
unsur spiritual dan sains melalui pemikiran-pemikiran Islam untuk
menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya. Untuk membuktikannya
kebenaran itu, dibutuhkan andil dan kontribusi cendekiawan muslim dari
berbagai kalangan ilmuwan, khususnya cendekiawan psikologi muslim.
 Kajian tafsir yang intensif terhadap ayat-ayat dan hadits yang
menceritakan tentang fungsi psikologis manusia masih belum terungkap
secara keseluruhan. Al-Qur’an dan Al-Hadits tetap menunggu penafsiran
yang tepat dari pakar ilmu Islam dan psikologi untuk mengembangkan
referensi kajian ilmu jiwa yang akurat dan efektif. Tujuannya bukan untuk
menandingi psikologi, akan tetapi agar integritas kajian ilmu jiwa mampu
mengaktifkan fungsi spiritual manusia secara optimal sehingga orientasi
kelimuan terhadap integritas individu adalah peningkatan kualitas perilaku
manusia yang akhlakul karimah.
KESIMPULAN
Filsafat ilmu membuat setiap disiplin ilmu pengetahuan menjadi
bermakna dan aktualitatif melalui paradigma ontology, epistemology, dan
axiology. Berkaitan dengan hal itu, mengutip pidato Einstein tentang
pentingnya sebuah nilai (aksiologi) yang harus dikandung oleh masing-
masing ilmu pengetahuan, khususnya psikologi.
Kesinambungan filsafat ilmu, psikologi, agama (Islam), budaya, dan
disiplin ilmu lainnya merupakan bagian penting yang paparkan dalam tulisan
ini. Upaya untuk melihat manusia sebagai objek material filsafat dan
psikologi secara luas, utuh, dan integral mencapai satu kesimpulan, yaitu
alangkah naifnya jika sebuah tulisan atau teori tanpa pertanyaan baru yang
kritis dan skeptis.
Dengan bahasa yang puitis, kuriositas merupakan kerinduan seorang
ilmuwan kepada ilmu dan dinamikanya sebagai bentuk kecintaan seorang
ilmuwan kepada ilmu pengetahuan seperti perintah Allah untuk mencintai dan
merindukan ilmu pengetahuan dan akhirnya ilmuwan mengalami ketiadaan
dan kerendahan hati di hadapan Tuhan, manusia, dan ilmu pengetahuan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai