Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FILSAFAT AGAMA

Epistemologi Filsafat Agama

Kelompok 1

1. Amanda angelina

2. Bunga pradiva

Dosen Pengampu:

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1445/2023
PENDAHULUAN
pengertian epistemologis adalah yang di ketahui secara umum yang
pertama ‘ cinta pada kebijaksanaa’ yang kedua ‘tidak pergi pengertian ini
agama di padan kan dengan religi yang berarti mengikat’ menjadi identik.agama
merupakan suatau relitas yang ada,maka agama juga termasuk dalam skup objek
material filsafat jadi sederhananya dapat di mengerti bawah filsafat agama
merupakan filsafat yang objek material nya adalah agama dengan menitip
beratkan pada aspek rasionalnya.dengan pengertian filsafat agama tersebut dapat
kita simpulkan bawah filsafat agama hanya membahas dasar-dasar agama pada
umum nya bukan dasar-dasar agama tertentu:filsafat agama tidak terikat pada
dasar-dasar agama,melainkan untuk menilai kebenaran dasar-dasar itu secara
filosofis;filsafat agama tidak dapat memaksa tiologi dan tidak dapat menentukan
hukum nya serta filsadat agama tidak dapat menjangkau tentang fakta wahyu .

i. RUMUSAN MASALAH

* apa epistemologi itu?

* apa hubungan epistemologi dan filsafat agama ?

* bagaimana epistemologi filsafat agama itu ?


PEMBAHASAN

A. Epistemologi

Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang membahastentang


fakta pengetahuan manusia. Pertanyaan tentang pohon manaberkembang dalam
epistemologi adalah meliputi sumber-sumberpengetahuan, watak dari
pengetahuan manusia, apakahpengetahuan itu benar (valid) ataukah tidak.
Bagaimanapengetahuan manusia itu didapat, dengan cara apa dan apa sajasyarat-
syarat yang harus dipenuhi. Sehingga epistemologi sampaipada problem hubungan
metodologi dengan obyek dari ilmupengetahuan. Dalam lingkungan studi Islam,
istilah epistemologi seringdipertukarkan dengan istilah pemikiran. Pemikiran berasal
darikata pikir yang berarti akal budi, ingatan, angan-angan, sehinggapemikiran
berarti proses, cara, perbuatan memikir. Dalam KamusBesar Ilmu Pengetahuan,
pikiran berarti suatu entitas yangmemperlihatkan fungsi-fungsi seperti mencerap,
mengamati,mengingat memungkinkan manusia merefleksikan duniaobyektif ke
dalam tataran konsep, putusan dan teori lewat prosesabstraksi, analisis, sintesis,
pemecahan dan hipotesis. Menurut Michel Foucault, sebagaimana dikutip Johan
Meuleman dalamkata pengantar penebitan karya Arkoun, pemikiran
berartipemahaman dan pandangan seseorang terhadap suatu objek(kenyataan).
Pemahaman tersebut meliputi apa yang dianggappenting dan tidak penting,
hubungan apa yang diadakan antaraberbagai unsur kenyataan dalam
penggolongan dan analisis, danlain sejenisnya.Dengan demikin pemikiran juga
termasuk studi yangmenekuni hal-hal yang fundamental dalam pengetahuan
yaituparadigma kefilsafatan yang menyangkut asumsi dasar yangdisusun sebagai
landasan dan kerangka dari suatu bangunankeilmuan. 1

1 3Johan Meuleman, “Pengantar”, dalam


Mohammed Arkoun; ter. Rahayu S.Hidayat (Jakarta: INIS, 1994), 21-2.
Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari
filsafat. Sistem filsafat di samping meliputi epistemologi, juga ontologi dan aksiologi.
Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori
tentang "ada", yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran.
Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat,
kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga sub
sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan, mulai dari ontologi, epistemologi,
kemudian aksiologi. Dengan gambaran yang sederhana dapat dikatakan; ada
sesuatu yang perlu dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannya
(epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat
atau kegunaan (aksiologi).

Demikian juga, setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri- ciri yang
spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan;
ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan
aksiologi ilmu dan seterusnya. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu,
maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.' Secara detail,
tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan
aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistemik, justru
ketiganya harus senantiasa dikaitkan.1

B. Hubungan epistemologi dan filsafat agama

Epistemologi dan filsafat agama adalah dua bidang dalam filsafat yang seringkali
terkait karena keduanya mencoba memahami aspek-aspek pengetahuan,
keyakinan, dan kebenaran. Berikut adalah beberapa hubungan antara epistemologi
dan filsafat agama:

1. Sifat Pengetahuan: Epistemologi mempertanyakan sifat pengetahuan itu sendiri,


termasuk bagaimana kita tahu sesuatu dan apa yang dapat dianggap sebagai
pengetahuan yang sah. Dalam konteks filsafat agama, epistemologi membantu
kita memahami dasar-dasar keyakinan agama, seperti bagaimana kita bisa tahu
tentang Tuhan atau kebenaran-kebenaran agama.

2. Justifikasi Kepercayaan: Epistemologi mempertanyakan bagaimana kita dapat


membenarkan atau meyakinkan diri sendiri tentang keyakinan kita. Dalam konteks
filsafat agama, ini berarti mempertimbangkan argumen-argumen yang mendukung
keyakinan agama dan bagaimana keyakinan itu dapat dipertahankan.

3. Penggunaan Alat Pikiran: Epistemologi membantu kita memahami alat-alat


berpikir dan metode yang digunakan dalam proses mendapatkan pengetahuan.
Dalam filsafat agama, ini dapat mencakup penggunaan logika, bukti, pengalaman
mistik, dan metode lainnya untuk mendekati pertanyaan-pertanyaan agama.

4. Analisis Keyakinan Agama: Filsafat agama seringkali melibatkan analisis kritis


terhadap keyakinan-keyakinan agama, termasuk pertanyaan-pertanyaan tentang
apakah keyakinan tersebut masuk akal, konsisten, atau dapat dibuktikan.
Epistemologi membantu dalam mengevaluasi dasar-dasar pengetahuan yang
digunakan untuk mendukung keyakinan agama.

5. Konflik dan Kompromi: Dalam dunia yang kompleks dan pluralistik, epistemologi
dan filsafat agama juga dapat membantu kita memahami konflik antara keyakinan
agama dan pandangan lainnya, serta mencari cara untuk mencapai pemahaman
dan toleransi yang lebih baik.

Dengan kata lain, epistemologi dan filsafat agama memiliki interaksi yang erat
karena keduanya berkaitan dengan sumber, sifat, dan justifikasi pengetahuan,
terutama dalam konteks keyakinan agama.

C. Epistemologi filsafat agama

Pembahasan epistemologi lebih terfokus pada sumber pengetahuan (the origin of


knowledge) dan teori tentang kebenaran (the theory of truth) pengetahuan.
Pembahasan yang pertama berkaitan dengan suatu pertanyaan apakah
pengetahuan itu bersumber pada akal pikiran semata (aqliyyah), pengalaman
indera (tajribiyyah), kritik (naqdiyyah) atau intuisi (hadasiyyah). Sementara itu,
pembahasan yang kedua terfokus pada pertanyaan apakah kebenaran
pengetahuan itu dapat digambarkan dengan pola korespondensi, koherensi atau
praktis-pragmatis. Selanjutnya, pembahasan dalam epistemologi mengalami
perkembangan, yakni pembahasannya terfokus pada sumber pengetahuan, proses
dan metode untuk memperoleh pengetauan, cara untuk membuktikan kebenaran
pengetahuan, dan tingkat-tingkat kebenaran pengetahuan. Artikel ini mencoba
mengeksplorasi kedudukan pengetahuan dan kebenaran.
KESIMPULAN

Epistemologi menurut istilah ulama Arab disebut sebagai nazhariyah al-ma’rifah.


Secara terminologi epistemologi Islam merupakan cabang filsafat yang
membicarakan dasar-dasar pengetahuan, sumber pengetahuan, karakteristik
pengetahuan, ukuran kebenaran pengetahuan serta cara mendapatkan
pengetahuan berdasarkan perkembangan pemikiran Islam.

Epistemologi Islam berbeda dengan epistemologi Barat. Perbedaan tersebut


diantaranya dalam mendefinisikan ilmu dan memandang objek secara keseluruhan.
Epistemologi Barat menganggap yang dapat diketahui adalah segala sesuatu
sejauh ia dapat diobservasi secara indrawi yang hanya dibatasi pada
bidang-bidang ilmu fisik atau empiris sedangkan epistemologi Islam memandang
terdapat objek indrawi maupun metafisik dan mengakui sumber ilmu tiga sekaligus
yaitu indra, akal, intuisi. Masing-masing sumber tersebut memiliki kadar
kemampuan yang berbeda sehingga mereka tidak bisa dipisah-pisah dan harus
digunakan secara proporsional.

Tiga dalam epistemologi Islam untuk mengetahui objek-objek ilmu yaitu


empirisisme melalui indra yang sangat kompeten untuk mengenal objek-objek fisik
alam materi dengan cara mengamatinya, rasionalisme yang mampu
mengabstraksi makna universal dari data-data indrawi dan objek-objek nonfisik,
intuisionisme melalui hati (qalbu) yang mampu menangkap objek-objek nonfisik
atau metafisik melalui kontak langsung dengan objek-objek yang hadir dalam jiwa
seseorang melalui penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs).

Anda mungkin juga menyukai