Ontologi
Secara etimologis, istilah ontologi berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari dua kata ontos
yang berarti ada atau keberadaan dan logos yang berarti studi atau ilmu tentang sesuatu. Jadi
secara sederhana, ontologi berarti ilmu atau studi tentang keberadaan atau ada. Sedangkan
dalam kamus Oxford, ontologi (ontology) merupakan sebuah cabang filsafat yang
berhubungan dengan inti keberadaan. Sementara itu, secara terminologis dalam kajian filsafat
terdapat sejumlah pengertian umum tentang ontologi,yakni :
1. Studi tentang ciri-ciri ensensial dari yang ada dalam dirinya sendiri yang berada dari
studi tentang hal-hal yang ada secara khusus.
2. Cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur riaritas dalam arti seluas mungkin,
yang menggunakan kategori-kategori seperti ada / menjadi, nyata / tampak,
perubahan, waktu, ketergantungan pada diri sendiri, hal mencukupi diri sendiri, hal-
hal terakhir dan dasar.
Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai teori tentang asas-asas umum dari hal
yang ada, sedangkan dalam pemakaiannya dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Jadi sebenarnya, ontologi merupakan sebuah studi yang mempelajari hakikat keberadaan
sesuatu, dari yang berbentuk kongkret sampai yang berbentuk abstrak, tentang sesuatu yang
tampak sampai sesuatu yang tidak tampak, mengenai eksitensi dunia nyata maupun eksitensi
dunia ghaib.
Epistemologi
Epistemologi merupakan suatu cabang filsafat sistematis yang membahas pengetahuan.
Hampir semua filsuf berpendapat bahwa epistemologi merupakan penyelidikan terhadap
pengetahuan, khususnya tentang kemungkinan, asal mula, kesahan, batas-batas, jenis-jenis,
sifat dasar pengetahuan, dan kebenaran. Hasil yang pasti ialah metafisika dan epistemologi
saling tergantung secara logis.
Menurut Amin Abdullah, terdapat persoalan pokok yang menjadi perhatian epistemologi:
1. Apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang
dan bagaimana mengetahuinya?
2. Apakah sifat dasar pengetahuan itu?
3. Apakah ada dunia yang benar-benar di luar pikiran kita, dan jika ada, apakah kita
dapat mengetahuinya?
4. Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)? dan
5. Bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dari yang salah?
Landasan epistemologi pada pengembangan ilmu merupakan titik tolak penelaahan ilmu
pengetahuan berdasarkan cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Metode ilmiah secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu: siklus empirik
melalui observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi (percobaan),
verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan sehingga melahirkan sebuah
teori.
Sedangkan cara kerja metode linier meliputi langkah-langkah berikut: persepsi yaitu
penangkap inderawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun konsepsi, akhirnya
dilakukan prediksi tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan
Aksiologi
Sedangkan konteks aksiologis lebih kepada yang berkaitan dengan nilai seperti etika,
estetika, atau agama. Dengan kata lain, bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis
yang membahas value (nilai-nilai)
Filsafat beserta cabang-cabangnya secara sederhana terbagi menjadi tiga macam yang
menjadi lahan kerja filsafat, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga dari lahan
garapan filsafat tersebut termuat dalam tiga pertanyaan dimana dalam ontologi bertanya
tentang apa. Pertanyaan apa tersebut merupakan pertanyaan dasar dari sesuatu. Sedangkan
dalam epistemologi, mengenalinya dengan menggunakan pertanyaan mengapa. Sedangkan
untuk aksiologi merupakan kelanjutan dari epistemologi dengan menggunakan pertanyaan
bagaimana. Pertanyaan bagaimana tersebut merupakan kelanjutan dari setelah mengetahui
dan cara mengetahuinya diteruskan dengan bagaimanakah sikap kita selanjutnya.