Anda di halaman 1dari 5

Dalam perekonomian, pengelolaan zakat yang baik tidak hanya berperan mengentaskan

kemiskinan tetapi juga berpotensi mendorong tingkat konsumsi dan investasi masyarakat
(swasta). Hal ini disebabkan zakat yang diberikan kepada kelompok mustahiq diharapkan
meningkatkan daya beli mereka, sehingga secara agregat dapat meningkatkan konsumsi
masyarakat. Implementasi kewajiban zakat juga dapat mendorong investasi dengan
mendisinsentif kepada kelompok pembayarnya, atau disebut muzakki, untuk menumpuk
harta kekayaan, karena harta kekayaan yang ditumpuk atau ditahan akan tergerus nilainya
oleh keberadaan zakat, kecuali jika diinvestasikan.
Dalam konteks ekonomi mikro, zakat menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan pendapatan mustahik. Sedangkan dalam konteks ekonomi makro, zakat
menjadi sarana distribusi pendapatan untuk menghilangkan kesenjangan ekonomi antara
masyarakat ekonomi kelas atas dengan masyarakat ekonomi kelas bawah. Apabila
pengelolaan zakat dilakukan secara sistematis dan terorganisasi dengan baik maka akan
memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap peningkatan pendapatan
nasional karena terjadi percepatan sirkulasi uang dalam perekonomian suatu negara
(Nasrullah, 2010).
Hal ini sejalan dengan ayat dan Hadits berikut.
Surat Al-Baqarah (2) : 261
‫ ٌع‬/ ‫ٓا ۚ ُء َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس‬/ ‫ُض ِعفُ لِ َمن يَ َش‬
َ ٰ ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ٰ َولَهُمۡ فِي َسبِي ِل ٱهَّلل ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَت َۡت َس ۡب َع َسنَابِ َل فِي ُك ِّل س ُۢنبُلَ ٖة ِّماَْئةُ َحب ٖ َّۗة َوٱهَّلل ُ ي‬
٢٦١ ‫َعلِي ٌم‬
261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
“Dari Ibnu Abbas RA meriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda menyampaikan
apa yang diterimanya dari Tuhannya, Allah azza wa jalla. ‘Sesungguhnya Allah menetapkan
kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya; barangsiapa berniat melakukan
kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu
kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu ia benar-benar
melakukannya maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus
kali lipat bahkan masih dilipatgandakannya lagi. Jika ia berniat melakukan keburukan tetapi
tidak jadi melakukan maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Dan jika ia berniat
melakukan keburukan lalu ia benar-benar melakukannya, maka Allah hanya mencatat di
sisi-Nya satu keburukan.’” (HR Bukhari dan Muslim)
Ayat dan Hadits di atas menggambarkan secara implisit efek pengganda zakat. Berdasarkan
ayat dan Hadits tersebut dapat dijelaskan mekanisme efek pengganda zakat, di mana dalam
hal ini diasumsikan bantuan zakat diberikan dalam bentuk konsumtif. Zakat dalam bentuk
bantuan konsumtif yang diberikan kepada mustahik akan meningkatkan daya beli mustahik
tersebut terhadap suatu barang yang menjadi kebutuhannya. Peningkatan daya beli terhadap
suatu barang akan berpengaruh pada peningkatan produksi suatu perusahaan. Dampak dari
peningkatan produksi adalah penambahan kapasitas produksi yang berarti perusahaan akan
menyerap tenaga kerja lebih banyak. Sementara itu peningkatan produksi akan meningkatkan
pajak yang dibayarkan perusahaan kepada negara. Jika penerimaan negara bertambah, maka
negara akan mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk pembangunan serta mampu
menyediakan fasilitas publik bagi masyarakat (Al-Arif, 2010).
Zakat berperan dalam memutar roda perekonomian secara terus menerus dan tidak boleh
berhenti. Zakat menjadi instrumen untuk mengatasi masalah sosio-ekonomi masyarakat kelas
bawah yang kebutuhan hidupnya harus dipenuhi seketika dan dalam jangka pendek. Zakat
merupakan faktor pendorong (push factor) dalam perbaikan kondisi masyarakat, khususnya
dalam hal ekonomi karena melalui distribusi zakat akan terjadi pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat yang lebih luas. Apabila zakat dikelola dengan baik dan benar seperti yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW maka akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengurangi pengangguran, serta mengurangi jumlah masyarakat fakir dan
miskin (Khasanah, 2010)

1 Mustahik 2
Muzakki Peningkatan
konsumsi

Pembangunan 5 Penerimaan 4 Produksi


meningkat negara meningkat
meningkat

Sumber: Al-Arif (2010)


Gambar 1. Efek Pengganda Zakat dalam Perekonomian
Keterangan :
1. Zakat
2. Daya beli meningkat
3. Investasi meningkat
4. Pajak
5. Dana pembangunan

Gambar di atas menunjukkan bahwa pembayaran dana zakat mampu menghasilkan efek yang
berlipat ganda (multiplier effect) dalam perekonomian yang pada akhirnya berdampak secara
tidak langsung bagi masyarakat. Zakat yang disalurkan dalam bentuk bantuan konsumtif saja
telah mampu memberikan efek pengganda yang signifikan, apalagi diberikan dalam bentuk
bantuan produktif seperti modal usaha atau dana bergulir, tentu akan menghasilkan efek
pengganda yang lebih besar dalam suatu perekonomian karena zakat dalam bentuk bantuan
produktif memberikan efek yang lebih besar daripada zakat dalam bentuk bantuan konsumtif
(Nasrullah, 2010). Zakat yang disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan akan
memberikan pengaruh lebih besar pada permintaan agregat (aggregate demand) karena
kebutuhan konsumsi golongan ini relatif lebih besar, akan tetapi perlu disadari bahwa peran
strategis zakat akan terwujud apabila kaum Muslim benar-benar meyakini dan menunaikan
zakat dengan benar. Selain itu, perlu ditanamkan keyakinan yang kuat tentang pentingnya
kewajiban zakat, baik dalam rangka menjalin hubungan vertikal dengan Allah SWT, maupun
mewujudkan kesejahteraan secara adil dalam kehidupan masyarakat (Hayati, 2009).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa zakat memiliki peran penting dalam
perekonomian, baik secara mikro maupun makro, baik dalam bentuk bantuan konsumtif
maupun produktif, serta bagi muzakki dan muztahik. Oleh karena itu pengelolaan zakat
secara profesional, amanah, dan transparan perlu ditingkatkan guna meningkatkan
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan ke arah yang lebih baik dalam pengeloaan harta zakat harus dilakukan,
sehingga zakat yang diberikan kepada lembaga dapat lebih terlihat manfaatnya secara nyata
di tengah-tengah masyarakat. Untuk menuju ke arah sana harus dapat dilakukan dan
menjadikan zakat sebagai investasi (investment).
Kajian investasi melalui zakat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, pengaruh kewajiban zakat
terhadap investasi; Kedua, pengaruh harta zakat ketika dikelola dengan pola investasi yang
bersifat produktif. Kewajiban zakat sangat memengaruhi kepada motivasi investasi yang
dilakukan oleh umat Islam. Di dalam Islam sangat dilarang terjadinya penimbunan atau
ihtikâr, seorang Muslim tidak dimotivasi untuk menyimpan modal atau kekayaannya, dia
harus mengembangkan modalnya untuk usaha-usaha ekonomi yang bersifat produktif. Untuk
menggugurkan persamaannya dengan penimbunan dari harta yang dapat diproduktifkan,
maka ketika harta itu sudah sampai nisabnya wajib dikeluarkan zakatnya. Apabila seseorang
tetap menyimpan kekayaanya tanpa menginvestasikannya, tetapi menimbunnya dalam
pelbagai bentuk, ia wajib menge- luarkan zakatnya sebagai kewajiban bagi hartanya.
Pengeluaran zakat yang terus menerus setiap tahun akan dapat mengancam harta dan tidak
dapat diselamatkan dari kepunahan. Hal ini dimaksudkan bahwa kewajiban zakat sangat
mendukung para penyimpan harta untuk mengaktifkan harta simpanan
(menginvestasikannya) dengan cara yang bisa menambah daya produktivitas untuk ekonomi.
Dengan demikian pendorong untuk investasi dalam ekonomi Islam lebih kuat dari dorongan
yang ada dalam ekonomi lain, disebabkan adanya kewajiban zakat. Sebaliknya dukungan
zakat terhadap penginvestasian harta dapat menimbulkan terjadinya pengeluaran zakat dari
hasil investasinya (keuntungan) dan perlindungan terhadap asset asasnya (modal) serta
pengembangannya. Dari sisi lain, menginvestasikan harta zakat dalam usaha-usaha yang
produktif. Mengeluarkan zakat dengan menyalurkan dan memberikannya kepada fakir miskin
dan mustahiq lainnya merupakan tanggung jawab bagi orang kaya, karena zakat tidak hanya
sekedar tanggung jawab kepada Allah tetapi institusi zakat juga dapat dijadikan sebagai
jaminan sosial. Sehingga pemberian zakat tidak hanya sekedar untuk memenuhi keperluan
mereka saja, tetapi dengan maksud untuk mengangkat nama mereka dari kefakiran dan
kemiskinan kepada kelompok yang mampu (kelas menengah) bahkan untuk
meningkatkannya sebagai seorang muzakkî (pemberi zakat). Memproduktifkan harta zakat
ini juga sesuai dengan filosofi zakat itu sendiri, yaitu usaha bagaimana kekayaan itu tidak
hanya beredar pada orang-orang kaya saja (Q.s. al-Hasyr [59]: 7).
Untuk mengembangkan produktivitas zakat, pengelola zakat (BAZ atau LAZ) dapat
melakukan investasi dalam bentuk pengucuran saham, yang pemilik dan keuntungannya
adalah untuk para mustahiq . Hal ini dapat dilaksanakan dalam beberapa strategi. Pertama,
pemberian modal kerja secara lepas. Kedua, sistem dana bergulir. Ketiga,
menginvestasikannya utuk usaha-usaha yang ril yang dikelola oleh para mustahiq. Keempat,
menginvestasikannya pada usaha-usaha yang sudah maju, dengan harapan mendapatkan
kentungan bagi para mustahiq. Kelima, menyalurkannya untuk pembangunan fasilitas umum,
seperti rumah zakit, sehingga para fakir dan miskin mendapatkan pelayanan yang baik untuk
kesehatan, dan mendapat keringanan pembayaran bahkan bila memungkinkan mereka tidak
membayar sama sekali sebagai suatu jaminan sosial.
Strategi pengembangan zakat melalui pemberian modal kepada mustahiq, akan memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Zakat dijadikan
sebagai wasîlah atau alat produksi bagi fakir sesuai dengan kemampuan dan profesional kerja
mereka.
Strategi yang kedua adalah dengan cara peminjaman modal dari dana zakat. Fakir miskin
yang memiliki kemampuan untuk berdagang diberikan modal, dengan syarat modal akan
dikembalikan kepada pengelola (BAZ/LAZ), sehingga nantinya juga dapat diberikan kepada
mustahiq lain. Strategi ini menjadikan harta zakat dikelola dalam bentuk qardh al-hasan
(pinjaman kebaikan).
Strategi ketiga adalah dalam bantuk dana bergulir. Harta zakat diberikan kepada mustahiq
dengan harapan dana itu dapat diserahkan kepada mustahiq lain, setelah mustahiq penerima
pertama mendapatkan keuntungan, kemudian menyerahkan modal kepada mustahiq yang
berikutnya dan begitu seterusnya. Misalnya, dalam pemeliharaan ternak, mustahiq akan
diberi modal untuk pembelian sapi, setelah sapi itu mempunyai anak, maka anak sapi menjadi
milik mustahiq pertama, sedangkan induk sapi akan diserahkan kepada mustahiq yang
berikutnya.
Strategi keempat adalah dalam bentuk penyertaan saham dalam suatu usaha yang juga
dikelola oleh para mustahiq itu sendiri. Dalam suatu usaha tersebut masing-masing mustahiq
diberikan saham dan sebagai pekerja pada usaha tersebut. Jadi dia akan mendapat keuntungan
dari saham yang dimilikinya dan akan mendapatkan upah dari pekerjaannya. Strategi ini
sekaligus akan meningkatkan daya produktifitas mereka, karena mereka pada hakikatnya
adalah bekerja untuk memajukan usahanya sendiri.
Strategi kelima, manfaatnya lebih diarahkan untuk jaminan sosial bagi masyarakat yang tidak
memiliki kemampuan atau para fakir miskin. Hal ini tentu dapat diharapkan dapat menjamin
kelangsungan kehidupan mereka, dengan mendapatkan kemudahan dan pelayanan yang baik
dalam bidang kesehatan, pendidikan dan bidang sosial lainnya dalam rangka menjamin hak
mereka di tengah-tengah masyarakat untuk hidup sejajar dengan masyarakat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai