Anda di halaman 1dari 4

Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Melalui Zakat dan Wakaf di Indonesia

Dosen pengampu: Khairunnisa, MA

Disusun Oleh:
Hasiyah (22160008)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

2023/2024
Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Melalui Zakat dan Wakaf di Indonesia

Di Indonesia, kemiskinan adalah masalah yang sangat nyata dan kompleks. Dua
masalah utama yang tidak pernah berakhir adalah tingkat pengangguran yang tinggi dan
kemiskinan. Salah satu faktor utama yang memperburuk keadaan adalah tidak meratanya
pembagian kekayaan dan pendapatan di seluruh lapisan masyarakat. Dibutuhkan upaya besar
untuk meredistribusikan kekayaan dan peluang ekonomi, serta pendekatan yang efektif untuk
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan sehingga sebagian besar penduduk hidup
dalam kemiskinan sementara sejumlah kecil orang menikmati kekayaan yang luar biasa.
Dalam kehidupan sehari-hari, kemiskinan melibatkan banyak aspek yang saling
berhubungan, terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan politik. Dari sudut pandang
ekonomi, kemiskinan didefinisikan sebagai tingkat pendapatan yang sangat rendah yang
menyebabkan seseorang atau keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Akibatnya, layanan pendidikan dan kesehatan tidak
setara, yang menghambat kualitas hidup. Ketika dilihat dari perspektif politik, kemiskinan
sering dikaitkan dengan ketidakmampuan untuk menjalani kehidupan yang layak.
Ketidakadilan sosial dan ekonomi dapat terjadi jika masyarakat miskin tidak memiliki
kelompok atau lembaga yang dapat mendukung aspirasi dan hak-hak mereka. Oleh karena
itu, untuk mengatasi akar masalah kemiskinan, diperlukan upaya holistik untuk
menyelesaikan masalah secara keseluruhan, termasuk upaya ekonomi dan politik. Tujuan dari
upaya ini adalah untuk mengatasi akar masalah kemiskinan dan memastikan bahwa setiap
anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama dalam hal akses ke keadilan.
Menurut data yang dirilis oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada tahun
2022, potensi zakat di Indonesia mencapai Rp327,6 triliun. Ini merupakan 22,8% dari total
kekayaan masyarakat Indonesia, yang mencapai Rp1.460 triliun, dan potensi wakaf mencapai
Rp1.000 triliun dari berbagai aset wakaf, seperti uang, tanah, dan struktur. Akibatnya, strategi
wakaf dan zakat belum sepenuhnya digunakan pemerintah untuk meningkatkan ekonomi
Indonesia. Zakat, yang berarti "membersihkan," memiliki potensi besar untuk menjadi alat
perubahan yang efektif dalam memerangi kemiskinan. Zakat juga mewajibkan orang Islam
atau badan hukum tertentu untuk memberikan sebagian harta mereka kepada orang yang
berhak menerimanya, yang disebut mustahik. Dengan mengintegrasikan ajaran Islam tentang
zakat dan wakaf ke dalam pembangunan ekonomi, Indonesia memiliki potensi besar untuk
mengatasi kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Prinsip
dasar zakat adalah untuk menciptakan keseimbangan ekonomi yang lebih adil dengan
mendistribusikan kekayaan secara merata dan mengurangi ketimpangan ekonomi.
Dalam sebuah penelitian tahun 2019 oleh Institute for Social and Economic Research
(ISER) menemukan bahwa wakaf dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
hingga 20%. Sebuah penelitian tahun 2020 oleh World Bank juga menemukan bahwa zakat
dapat berperan dalam mengurangi tingkat kemiskinan sebesar 10%. Pada tahun 2021,
Universitas Indonesia menemukan bahwa wakaf dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat sebesar 15%. Selanjutnya, penelitian dari Universitas Brawijaya pada tahun 2022
menemukan bahwa zakat dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebesar 20%.
Integrasi konsep zakat dan wakaf bukan hanya akan berdampak finansial, tetapi juga dapat
meningkatkan infrastruktur, produktivitas masyarakat, dan tingkat kemiskinan. Oleh karena
itu, pengentasan kemiskinan di Indonesia memerlukan strategi yang direncanakan dan
berkelanjutan. Jika bantuan sporadis tidak diikuti dengan upaya untuk memastikan bahwa
orang miskin dapat hidup sendiri dalam jangka panjang, bantuan tersebut dapat menjadi tidak
berkelanjutan. Melakukan pemetaan atau mapping, yang bertujuan untuk mengumpulkan data
akurat tentang lokasi orang miskin dan menentukan di mana mereka lebih mampu tinggal,
adalah langkah penting dalam mengatasi kemiskinan. Dalam prinsip prinsip Islam, terutama
zakat dan wakaf, menjadi instrumen penting. Untuk pemetaan membantu mencegah tumpang
tindih dalam upaya memerangi kemiskinan, memastikan bantuan yang tepat sasaran, dan
mengubah hidup mereka yang membutuhkan.
Adapun orang orang yang berhak menerima zakat ada diterangkan dalam surah (At-
Taubah: 60) yaitu: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir dan miskin,
pengurus (amil) zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak,
orang yang berhutang, untuk (usaha) di jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana." (At-Taubah: 60). "Dan berikanlah kepada mereka dari harta Allah yang
dikaruniakan kepadamu...." (An-Nur: 33), memperjelas bahwa harta yang dimiliki manusia
sebenarnya adalah karunia dari Allah, dan manusia dianggap sebagai pemegang amanah atas
harta tersebut. Dalam Islam, kepemilikan tidak hanya tentang hak eksklusif untuk
kepentingan pribadi semata. Kepemilikan dianggap sebagai amanah yang harus dikelola dan
digunakan dengan pertimbangan terhadap kebutuhan dan hak orang lain. Konsep ini
menekankan pentingnya berbagi melalui zakat, sedekah, dan perbuatan baik lainnya. Konsep
berkah (barakah) itu juga terkait erat dengan pengembangan harta dalam Islam. Dipercaya
bahwa harta yang dikelola dengan baik, termasuk melalui zakat dan sedekah, akan
menghasilkan keuntungan secara material dan spiritual. Keyakinan bahwa memberikan
sebagian kekayaan kepada orang yang kurang beruntung tidak akan merugikan pemiliknya;
sebaliknya, itu akan membawa berkah dan kebaikan, menumbuhkan keinginan untuk berbagi
dan memberdayakan orang lain. Zakat dalam Islam adalah cara yang berbeda untuk
mengukur kesejahteraan masyarakat. Zakat menjadi indikator utama yang menunjukkan
tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sistem zakat dirancang untuk membuat kekayaan
didistribusikan dengan lebih merata, menghindari bahwa hanya segelintir orang yang
memiliki banyak harta.
Selain zakat, wakaf juga memiliki peran kunci dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat. Pengelolaan wakaf yang efektif harus mempertimbangkan kebutuhan
praktis penerima manfaat dan potensi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi melalui wakaf
melibatkan membangun kapasitas, meningkatkan kesehatan mental dan spiritual, dan
memperoleh kemandirian finansial. Zakat dan wakaf sangat penting di Indonesia. Data
menunjukkan bahwa potensi zakat meningkat dari tahun ke tahun dan dapat mencapai
triliunan rupiah. Selain itu, wakaf dapat melibatkan berbagai jenis aset, seperti uang tunai,
saham, tanah, dan lainnya. Adapun Menurut Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf di
Indonesia sangat besar, mencapai sekitar 2000 triliun, dengan luas tanah wakaf mencapai 420
ribu hektar dan uang wakaf mencapai Rp188 triliun. Sementara itu, Kementerian Agama
mencatat jumlah tanah wakaf yang tersedia. luasnya 161.579 hektar dan memiliki 366.595
aset wakaf di seluruh dunia. Jika wakaf dikelola dengan baik dan efektif, wakaf memiliki
potensi yang sangat besar untuk mendukung pembangunan ekonomi umat. Jika digunakan
dengan benar, wakaf dapat menjadi titik balik bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan
umat.
Sehingaa masyarakat juga dapat meningkatkan kesadaran tentang zakat dan wakaf
dengan menggunakan teknologi, terutama media sosial. Dengan menggunakan strategi
penggalangan dana online yang teliti, Anda dapat meningkatkan partisipasi masyarakat,
khususnya generasi milenial. Melibatkan platform e-commerce dan bekerja sama dengan
berbagai lembaga pengelola wakaf dapat membantu memperluas jaringan wakaf yang
mungkin ada di Indonesia. Untuk meningkatkan peran zakat dan wakaf dalam mengentaskan
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi di Indonesia, diperlukan penguatan
kelembagaan, baik dari segi regulasi maupun implementasi. Sektor zakat dan wakaf dapat
berkembang jika ada aturan yang jelas dan mendukung dan sistem pelaksanaan yang baik.
Adapun Beberapa lembaga zakat di Indonesia telah mengimplementasikan program zakat
produktif, di mana dana zakat digunakan untuk memberikan modal usaha kepada masyarakat
yang kurang mampu. Contohnya, BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) meluncurkan
program "Zakat Produktif" yang memberikan modal usaha kepada para mustahik agar mereka
dapat mandiri ekonomi. Hasilnya, sejumlah mustahik berhasil meningkatkan taraf hidup
mereka melalui usaha mikro dan kecil.
Oleh karena itu, zakat dan wakaf di Indonesia dapat menjadi solusi yang efektif dalam
mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Dengan memanfaatkan potensi besar
zakat dan wakaf yang ada, pemerintah dan masyarakat dapat merencanakan strategi yang
berkelanjutan untuk mendistribusikan kekayaan secara lebih merata dan memberdayakan
masyarakat yang membutuhkan. Dalam konteks zakat, konsep membersihkan harta dan
mendistribusikannya kepada orang-orang yang berhak menerima memberikan dasar bagi
perubahan sosial dan ekonomi yang lebih adil. Begitu juga dengan wakaf, potensi besar aset
wakaf, seperti tanah dan uang, dapat digunakan untuk mendukung pembangunan ekonomi
umat. Pemetaan yang cermat diperlukan untuk mencapai kesuksesan, seperti memastikan
bantuan yang tepat sasaran dan memanfaatkan teknologi, terutama media sosial, untuk
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.

Daftar Pustaka
Firman Muhammad A.A, A. R. (2023). Peran Wakaf dan Zakat dalam Meningkatkan
Ekonomi Masyarakat Indonesia. Jurnal Studi Islam dan Sosial, 163-185.

Anda mungkin juga menyukai