Anda di halaman 1dari 8

UAS (UJIAN AKHIR SEMESTER)

Nama : Nazmi Nurul Fadilah


NIM : 1223020116
Jurusan/Kelas/Smt : HES/C/3
Mata Kuliah: Politik Hukum Ekonomi Syari’ah
Dosen : Prof. Dr. Fauzan Ali Rayid, M.SI
Asisten Dosen: Hamdani Kurniawan, S.H., M.I.POL
Tanggal: Sabtu, 23 Desember 2023

1. A. Apa yang menyebabkan LKS belum mampu untuk meneka atau mengentaskan
keimiskinan di Indonesia?
Jawab: Pertama-tama, Pembangunan mencakup upaya pemerintah untuk menciptakan
lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran, dan mengatasi masalah kemiskinan.
Meskipun tujuan nobel ini diinginkan, mewujudkannya memerlukan jangka waktu yang
lama, membutuhkan keterlibatan aktif dari masyarakat. Keterlibatan umat Islam di
Indonesia memainkan peran kunci dalam konteks ini. Islam menawarkan solusi melalui
wakaf, baik yang bersifat dinamis maupun statis. Meskipun demikian, Badan Wakaf
Indonesia (BWI) menghadapi kesulitan dalam menghimpun dana wakaf karena kurangnya
Sumber Daya Manusia Islam dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.

Kedua, walaupun ada banyak lembaga keuangan syariah di Indonesia saat ini, kontribusinya
masih belum mencapai tingkat optimal dalam menggerakkan potensi dana wakaf,
khususnya di sektor perbankan syariah. Hal ini disebabkan karena perbankan syariah masih
menghadapi dilema operasional, yaitu mengelola dana simpanan komersial dan wakaf
secara bersamaan. Tentu saja, perbankan lebih cenderung memprioritaskan simpanan
komersial harus menghasilkan keuntungan, sehingga pemanfaatan dana wakaf, terutama
yang berbentuk uang tunai, menjadi tidak produktif dan kurang optimal.

Ketiga, suatu bentuk lembaga keuangan syariah yang mendekati prinsip-prinsip wakaf
adalah Modal Ventura Syariah, dengan melakukan beberapa penyesuaian dalam
pelaksanaan operasionalnya. Oleh karena itu, tugas dari pemerintah, (DSN), (BWI), (MUI),
dan stakeholders lainnya ahli Islam adalah untuk lebih lanjut merumuskan lembaga tersebut
agar pengelolaan potensi dana wakaf dapat dikumpulkan dan dikelola dengan lebih
produktif, guna kemudian disalurkan kepada masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM).

B. Bagaimana seharusnya BAZ & LAZ atau LKS lainnya dapat difungsikan untuk membbantu
persoalan kemiskinan di Indonesia?

Jawab: Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki potensi untuk
membantu mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia melalui berbagai program
pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pembinaan komunitas. Cara BAZ & LAZ
mengelola dan mendistribusikan dana zakat terbukti efektif dalam mengurangi tingkat
kemiskinan, seperti yang telah berhasil dilakukan oleh Rumah Zakat Indonesia (RZI) melalui
beragam program andalannya di berbagai sektor. Selain itu, pelaksanaan program dana bergulir
oleh BAZ juga telah dinilai sebagai salah satu langkah efektif dalam mengurangi kemiskinan
di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kemiskinan tetap
menjadi isu yang signifikan, baik secara global maupun nasional, yang membutuhkan perhatian
serius. Pengelolaan dana zakat telah membuktikan dampak positifnya dalam menurunkan
tingkat kemiskinan. Oleh karena itu, dukungan dan pengembangan terus-menerus terhadap
peran BAZ & LAZ dalam upaya pengentasan kemiskinan perlu diperkuat sebagai bagian
integral dari strategi nasional dalam memberantas kemiskinan di Indonesia.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, fungsi Baznas dan
Laznas secara jelas dijelaskan dengan dua tujuan utama, yaitu meningkatkan kinerja dan
produktivitas layanan dalam pengelolaan zakat, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengatasi masalah kemiskinan, merupakan tujuan utama. Ini berarti administrasi zakat
perlu terus terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan
tingkat kefakiran. Oleh karena itu, kerjasama dan sinergi antara Baznas dan seluruh
Kementerian/Lembaga, termasuk yang bukan Kementerian, yang terlibat dalam usaha
pengentasan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial, sangat penting.

Sementara itu, dalam konteks distribusi dan pemanfaatan, disarankan agar penyaluran
zakat dilakukan secara bersinergi antara organisasi pengelola zakat (OPZ), baik dalam segi
teknis pelaksanaan program maupun pertukaran data dan informasi terkait penerima zakat. Hal
ini bertujuan untuk mencegah adanya penerima zakat yang mendapatkan bantuan ganda,
sementara di wilayah lain masih terdapat banyak penerima zakat yang belum mendapat
manfaat. Dalam kerangka ini, peran BAZNAS menjadi sangat penting dalam mengendalikan
ketidaksetaraan sosial melalui penyaluran zakat yang terkoordinasi secara nasional.

2. A. Jelaskan bagaimana peran organisasi, partai politik, dan pemerintah terhadap perkembangan
ekonomi syari’ah di Indonesia!
Jawab: Peran organisasi, partai politik, dan pemerintah dalam kemajuan prinsip-prinsip ekonomi
syariah di Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Organisasi: Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat memiliki fungsi dalam mengelola serta
mendistribusikan dana zakat untuk membantu mengatasi kemiskinan serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. BAZ & LAZ telah melaksanakan beragam program pemberdayaan
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pembinaan komunitas.

2. Partai Politik: Peran partai politik dalam memajukan ekonomi syariah di Indonesia terwujud
melalui kebijakan dan politik yang diadopsi. Partai politik membantu mengarahkan kebijakan
pemerintah terkait ekonomi syariah, seperti dukungan terhadap upaya peningkatan mobilitas
masyarakat dan daya beli.

3. Pemerintah: Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab dalam memajukan ekonomi


syariah melalui penetapan kebijakan dan program yang terstruktur. Pemerintah menciptakan
kondisi untuk pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang tetap
stabil di Indonesia. Pemerintah juga melaksanakan program pemberdayaan ekonomi syariah,
seperti program pemberdayaan ekonomi bagi kelompok miskin yang diinisiasi oleh BAZ Kota
Bandung.

Secara keseluruhan, peran organisasi, partai politik, dan pemerintah dalam kemajuan ekonomi
syariah di Indonesia bergantung pada pengembangan kebijakan dan program yang menjadi
landasan untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi syariah.
.

B. Jelaskan bagaimana relasi antara ekonomi syari’ah & ekosistem politik Indonesia dari masa ke
masa!

Jawab: Peningkatan perekonomian Islam di Indonesia telah mendorong kesadaran umat Islam
untuk terlibat dalam transaksi keuangan yang mematuhi prinsip syariah. Dampaknya, lembaga-
lembaga ekonomi syariah mulai tumbuh, diiringi oleh penyusunan peraturan yang mengaturnya.
Pendirian Bank Syariah memiliki keterkaitan yang erat dengan aspek sosial, ekonomi, politik,
budaya, dan keagamaan dalam struktur masyarakat Indonesia. Sementara itu, konteks
antropologis terhubung dengan perkembangan diskursus intelektual pada periode tersebut.

Aspirasi untuk mendirikan Bank syariah di Indonesia muncul setelah pemerintah


mengimplementasikan kebijakan deregulasi pada tanggal 1 Juni 1983. Kebijakan tersebut
membebaskan bank pemerintah untuk mengelola dan mengontrol tingkat suku bunga simpanan
dan pinjaman, termasuk pemberlakuan suku bunga nol persen. Hal ini membuka jalan bagi
munculnya sistem perbankan tanpa suku bunga di Indonesia, berdasarkan pada pemecahan laba
sesuai dengan kesepakatan bersama. Komitmen yang lebih mendalam Upaya membangun bank
syariah dimulai oleh para ekonom Islam yang mendedikasikan dirinya pada awal dekade 1990
melalui serangkaian forum diskusi dan seminar.

Majelis Ulama Indonesia memegang peran sebagai pihak yang mengusulkan dan
mendirikan Bank yang berbasis Keislaman, sementara (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia)
menjadi kekuatan pendorong, serta peran inisiator utama dipegang oleh Presiden Soeharto.
Pembentukan Bank Muamalat (Syariah) membawa harapan baru untuk kemakmuran ekonomi di
Indonesia. Namun, dalam hal operasional dan aktivitas bisnisnya, bank syariah masih menghadapi
kekurangan dalam payung hukum yang memadai untuk menjelaskan operasional keuangannya..
Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk memberikan legitimasi formal dalam pelaksanaan
perbankan melalui pengaturan dalam bentuk undang-undang. Aturan ini menjadi landasan hukum
yang memberikan izin sehingga banyak lembaga perbankan dapat bermunculan dan beroperasi
secara legal (sah).

Salah satu alasan utama untuk menetapkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Sistem Perbankan Syariah adalah ketegangan politik antara Pemerintah Orde Baru dan
umat Islam pada dekade tersebut. Selain dari pertimbangan latar belakang sosial, ketegangan
tersebut muncul karena pemerintah menolak gagasan dan aspirasi yang berasal dari umat Islam.
Meskipun pemerintah menolak ideologi yang berbasis pada nilai-nilai ke-Islaman dari umat Islam,
semangat untuk mengembangkan syariah di semua sektor di Indonesia tetap bersemangat.
Semangat ini terus mendorong dinamika keterkaitan antara pemerintah dan masyarakat Muslim
hingga saat ini.

Dengan berakhirnya Pemerintahan Orde Baru pada tahun 1986, hubungan antara
pemerintah dan umat Islam mulai menunjukkan gejala keseimbangan dan kedamaian. Kebijakan
pemerintah pada periode tersebut mencerminkan sikap yang lebih inklusif terhadap aspirasi umat
Islam, yang dapat dilihat dari pendirian Bank yang mengandung unsur keislaman pertama, yaitu
Bank Muamalat yang berdiri pada pada tahun 1991. Kemudian, UU No. 21 Tahun 2008 diterapkan
sebagai upaya untuk menyediakan dasar hukum tertulis mengenai perbankan syariah, guna
membimbing langkah-langkah untuk memajukan ekonomi di Indonesia di masa mendatang.
Dengan adanya norma-norma tersebut, yang termanifestasi dalam undang-undang dijalankan
melalui proses harmonisasi dan penyesuaian hukum berdasarkan syari’at, terutama dalam aspek
fiqh muamalah. Proses kerukuna ini terus berlangsung dan mengalami perkembangan,
menghasilkan regulasi yang diterima secara bersama-sama dalam pelaksanaan kegiatan perbankan
di Indonesia.

Bersamaan dengan perkembangan zaman, konflik dalam konteks ekonomi syariah


menjadi sangat rumit. Dengan demikian, pemerintah merancang HES melalui Peraturan MA RI
No. 2 Tahun 2008, yang nantinya digunakan sebagai landasan hukuman bagi hakim dalam
pengambilan keputusan terkait masalah dan perkara di Pengadilan Agama. Semua peraturan ini
mengacu pada Fatwa DSN MUI No. 1-96 yang mengatur transaksi keuangan di Indonesia. Tentu
saja, kebijakan ini berdampak pada era berikutnya, terutama dalam zaman industri 4.0 saat ini, di
mana manusia dihadapkan pada tantangan untuk berkembang dan bertahan, yang memerlukan
rencana yang sesuai. Pendekatan untuk menghadapi perubahan industri 4.0 melibatkan dua aspek
kunci, yakni (1) proses digitalisasi dan (2) penerapan prinsip syariah.

C. Apa yang menjadi hambatan dalam proses perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia?

Jawab: Pertama, Pangsa pasar Ekonomi dan Keuangan Syariah masih dalam kategori rendah. Saat
ini, informasi menunjukkan bahwa bagian total aset keuangan syariah hanya mencapai 9,9 persen
dari keseluruhan keuangan konvensional.

Kedua, tingkat literasi keuangan syariah masih rendah, terbukti dari indeks literasi dan
inklusi syariah yang hanya mencapai 8,93 persen hingga 9,1 persen. Sementara itu, tingkat
pemahaman dan partisipasi keuangan pada lembaga keuangan konvensional berkisar antara 38,03
persen hingga 76,19 persen. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa banyak anggota masyarakat
syariah berada di daerah yang belum terjangkau oleh edukasi dan literasi keuangan.

Ketiga, Model bisnis atau produk syariah masih memiliki keterbatasan dalam variasi.
Sebagai contoh, saham syariah, sukuk korporat, reksadana syariah, surat berharga negara, asuransi
syariah, dan pembiayaan syariah. Di samping itu, lembaga keuangan konvensional dinilai
memiliki produk yang lebih beragam.

Keempat, implementasi teknologi di lembaga keuangan syariah masih belum mencapai


tingkat yang memadai. Beberapa lembaga keuangan syariah masih belum maksimal dalam
menggunakan kemajuan teknologi digital untuk meningkatkan operasional bisnis mereka. Oleh
karena itu, diperlukan adopsi teknologi keuangan syariah yang lebih canggih, sejalan dengan
perkembangan yang telah diterapkan oleh lembaga keuangan konvensional.

3. A. Jelaskan apa yang disebut ekonomi rakyat & system jaminan sosial dari 3 ideologi yang
disebutkan diatas beserta contohnya!
Jawab: 1. Sistem ekonomi kapitalis ialah suatu kerangka ekonomi di mana dominasi sebagian
besar aset produktif dan faktor produksi dimiliki oleh sektor individu atau swasta. Adam Smith
merupakan tokoh pelopor sistem ini melalui karyanya "The Wealth of Nations." Beberapa
pemikirannya mencakup pembebasan hak kepemilikan swasta, (mekanisme pasar), penekanan
peran pemerintah (LasiezzFaire), dan menganut prinsip pasar bebas (Free Market).

2. Sistem ekonomi sosialis muncul sebagai respons terhadap sistem kapitalis yang dianggap
sebagai penyebab ketidakmerataan kesejahteraan. Dalam kerangka ini, pemerintah memiliki
peran besar dalam mengatur seluruh sektor ekonomi pemerintah, dimulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan terhadap rantai perekonomian masyarakat. Karl
Marx adalah tokoh terkemuka dalam menyuarakan prinsip sosialis yang menekankan
kebersamaan dan peran kuat pemerintah.

3. Sistem ekonomi Islam pada umumnya dapat dijelaskan sebagai disiplin ilmu yang berupaya
menangani su-isu ekonomi dengan pendekatan Islami, berasal dari Al-Quran, As-Sunnah, ijma’,
dan qiyas. Prinsip-prinsip ekonomi Islam telah ada sejak masa Rasulullah, dengan kerangka
kerjanya mencakup lima nilai universal, yaitu Tauhid, 'Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma'ad,
beserta tiga nilai turunan, seperti Multitype Ownership, Freedom to Act, dan Social Justice, yang
semuanya diselaraskan oleh Akhlak al-Karimah.
4. Dalam mengatasi kegagalan sistem konvensional, baik yang bersifat kapitalis maupun sosialis,
para pemikir ekonomi berupaya menemukan solusi yang paling baik. Salah satu Usulan solusi
yang diajukan oleh ahli ekonomi seperti Umer Chapra dalam karyanya "The Future of
Economics: an Islamic Perspectives" adalah penerapan Ekonomi Syari’ah. Ekonomi Syari’ah
dianggap sebagai sistem yang sesuai karena bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, serta sambil
memiliki pedoman syariah yang bertujuan untuk kesejahteraan dan keberhasilan manusia.
Sistem ini dianggap humanis, memfokuskan pada keberhasilan dunia dan akhirat,
menjadikannya sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan ekonomi saat ini.

B. Sebutkan dan jelaskan negara mana saja yang hari ini dianggap berhasil dalam menerapkan
ekonomi syari’ah sebagai basis aktivitas ekonomi masyarakatnya!

Jawab: Pada waktu terakhir saya memperbarui pengetahuan saya pada Januari 2022, beberapa
negara di seluruh dunia telah berupaya menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah sebagai
dasar aktivitas ekonomi mereka. Namun, penting untuk dicatat bahwa implementasi ekonomi
syariah dapat berbeda antara negara-negara ini dan mungkin mengalami perubahan seiring
berjalannya waktu. Beberapa negara yang dianggap berhasil atau aktif dalam menerapkan
ekonomi syariah melibatkan:

1. Arab Saudi, sebagai negara dengan sistem hukum Islam, menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
syariah. Ekonomi Saudi memiliki sektor keuangan yang diatur berdasarkan prinsip-prinsip
syariah, termasuk perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya

2. Malaysia, sebagai salah satu negara di Asia, telah lama menerapkan ekonomi syariah. Negara ini
memiliki sektor keuangan syariah yang berkembang, mencakup bank-bank syariah, lembaga
keuangan Islam, dan pasar modal syariah.

3. Qatar, sebuah negara di Timur Tengah, juga telah mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi syariah.
Banyak lembaga keuangan syariah beroperasi di sana, menyediakan berbagai produk dan
layanan keuangan sesuai dengan hukum Islam

4.Uni Emirat Arab, khususnya Dubai dan Abu Dhabi, memiliki inisiatif besar dalam
mengembangkan keuangan syariah. Dubai, misalnya, memiliki Dubai Islamic Economy
Development Centre (DIEDC) yang mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di sektor-sektor
seperti perbankan, keuangan, dan logistik.
5. Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, juga berupaya menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi syariah. Beberapa bank syariah beroperasi di Indonesia, dan pemerintah telah
mengeluarkan regulasi untuk mendukung pengembangan ekonomi syariah

6. Iran, sebagai negara mayoritas Muslim Syiah, memiliki sistem ekonomi yang diatur berdasarkan
prinsip-prinsip Islam. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, prinsip-prinsip ekonomi
syariah tetap menjadi dasar kebijakan ekonomi di Iran.

Perlu diingat bahwa meskipun beberapa negara telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
syariah, tingkat kepatuhan dan pengaruhnya dalam aktivitas ekonomi masyarakat dapat
bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai