Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Hany Yulyanti

NIM : 1209230091
KELAS : MKS 3C
MATA KULIAH : Kapita Selekta Pemikiran Ekonomi Syariah
DOSEN PENGAMPU : Dr.Yoyok Prasetyo, ST.,M.Sy
SOAL :

1. Jelaskan perkembangan ekonomi Syariah di Indoensia saat ini?


Jawab:
Perkembangan ekonomi syariah mengalami perkembangan signifikan meskipun relatif
melambat jika dibandingkan pada saat awal kemunculannya pada tahun 1990-an. Ekonomi
syariah banyak terkonsetrasi pada sektor finansial yang akan melambat jika tidak didukung
sektor riil. Tantangan dalam mengembangkan ekonomi syariah akan lebih mudah diatasi jika
ada upaya yang serius dari semua pemangku kepentingan. Masyarakat Ekonomi Syariah
(MES) tentu harus berada di garis depan memberi pemikiran dan mengurai permasalahan yang
ada.
Dari berbagai indikator seperti posisi (ranking) ekonomi syariah di dunia, pangsa pasar,
kontribusi sektor syariah terhadap produk halal, serta transaksi melalui digital terhadap produk
halal menunjukkan bahwa ekonomi syariah di Indonesia terus berkembang.
Diawali dengan kemunculan bank-bank syariah. Kemudian diikuti berbagai lembaga
keuangan non bank berbasis syariah seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, koperasi
syariah, baitul maal wa tamwil (BMT), pegadaian syariah hingga lembaga pengelola bantuan
sosial islam yakni zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf (ziswaf).
Perkembangan ekonomi syariah pun saat ini telah merambah ke sektor riil. Terbingkai
dalam label industri halal yang terdiri dari industri makanan, kosmetik, obat-obatan,
pariwisata, rekreasi, hiburan dan sebagainya.
Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia saat ini dapat dilihat dari:
1) Banyaknya pemikiran ekonomi syariah yang dikembangkan oleh para ahli. Pemikiran fiqh
muamalah misalnya, sudah mulai dikembangkan secara praktis sesuai dengan persoalan
aktual kontemporer.
2) Pemikiran fiqh muamalah yang dikembangkan oleh para ulama, telah diadaptasi
sedemikian rupa dalam bentuk fatwa. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) telah menjadi ‘panduan praktis’ bagi publik dalam bermuamalah sesuai
syariah.
3) Kini kita menjumpai banyak buku yang mengulas tentang relasi antara ekonomi modern
dengan ekonomi syariah. Gagasan para pemikir ekonomi Islam dituangkan dalam konteks
yang lebih modernis.
4) Ekonomi syariah tidak hanya identik dengan bank syariah, melainkan juga mencakup
ekonomi makro, ekonomi mikro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, pembiayaan publik
sampai dengan ekonomi pembangunan.
5) Tingginya jumlah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang saat ini diperkirakan mencapai
4500 buah. BMT sendiri merupakan lembaga keuangan syariah yang memberikan layanan
pembiayaan syariah pada usaha mikro bagi anggotanya. Keberadaan BMT menjadi
strategis, terutama untuk menjangkau wilayah perdesaan (sektor pertanian dan sektor
informal).
6) Berdirinya Bank Wakaf Mikro, yang berfungsi memberikan layanan penyediaan akses
pembiayaan bagi masyarakat yang belum terhubung dengan lembaga keuangan formal
khususnya di lingkungan pondok pesantren.
7) Upaya penguatan pengelolaan zakat terus dilakukan pemerintah, misalnya dengan
diterbitkannya UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Tujuan diterbitkannya
Undang-undang tersebut adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Berkaitan dengan pengelolaan wakaf, pemerintah telah mengeluarkan UU No. 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf. Undang-undang tersebut melahirkan paradigma baru tentang
pengelolaan wakaf di Indonesia, terutama pengelolaan wakaf uang. Hal ini merubah
paradigma publik bahwa obyek harta wakaf tidak hanya tanah, namun juga meliputi
barang-barang bergerak, seperti uang dan surat berharga lainnya.
2. Sebutkan bidang-bidang yang tercakup dalam ekonomi syariah di Indoneisa?
Jawab:
Bidang-bidang yang tercakup dalam ekonomi syariah di Indoneisa, adalah sebagai berikut:
1) Lembaga Keuangan Syariah
2) Perbankan Syariah
3) Lembaga Keuangan Mikro & Makro Syariah
4) Ekonomi Pembangunan
5) Investasi Based Public
a. Wakaf
b. Hibah
6) Investasi & Pasar Modal Syariah
a. Deposito Syariah
b. Saham Syariah
c. Obligasi Syariah
d. Reksadana Syariah
7) Baitul al-Mal wa Tamwil (BMT)
8) Marketing Syariah
9) Asuransi Syarriah
10) Kartu Kredit Syariah
3. Bagaimana tantangan perkembangan pemikiran ekonomi syariah di Indonesia?
Jawab:
Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi konvensional, namun dalam
penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain masih diberlakukannya
pajak ganda di perbankan syariah; belum siapnya dukungan SDM ekonomi syariah; tidak ada
kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum, sehingga pemahaman, kesadaran serta
kepedulian masyarakat rendah; persepsi negatif sekelompok muslim dan non-muslim yang
takut mengaplikasikan hukum syariah secara kafah; belum kuatnya dukungan parpol Islam
untuk menerapkan ekonomi syariah; meningkatnya apresiasi masyarakat dan kegairahan
memperluas pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan edukasi yang memadai.
1) Keterbatasan Sumber Daya Insani (SDI)
Pertumbuhan dan ekspansi bank-bank syariah dan lembaga keuangan syariah yang
demikian massif, membutuhkan ketersediaan SDI yang berkompeten dan professional.
Masalah lain terkait dengan SDI adalah masih minimnya SDI syariah yang utuh (integral).
Ekonomi syariah masih kekurangan SDI yang benar-benar mendalami dua bidang ilmu
sekaligus secara komprehensif, yaitu ilmu ilmu syariah dan ilmu ekonomi keuangan.
Kebanyakan SDI Lembaga Keuangan Syariah saat ini adalah mereka yang fasih berbicara
tentang ilmu ekonomi keuangan kontemporer, tetapi kurang dalam ilmu-ilmu syariah.
Sebaliknya banyak pakar yang mahir dalam ilmu fikih dan syariah tetapi minim tentang
Ilmu ekonomi keuangan modern. Karena kekurangan itu, maka saat ini lebih dari 70 persen
SDI syariah berasal dari lembaga konvensional. Dampak lain kekurangan SDI syariah
terjadinya praktek bajak membajak sesama lembaga keuangan syariah.
2) Regulasi ekonomi syariah.
Berbagai studi tentang hubungan hukum dan regulasi dengan pembangunan ekonomi
menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak akan berhasil tanpa pembangunan aspek
regulasi yang komprehensif. Saat ini masih banyak lembaga keuangan syariah yang belum
memiliki payung hukum spesifik.
Dalam bidang kelembagaan, tantangan ekonomi syariah meliputi banyak bidang dan aspek,
seperti belum adanya organisasi payung (APEX) untuk lembaga keuangan mikro syariah.
Peranan Biro Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Non-bank di Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) & Lembaga Keuangan (LK) perlu diperkuat agar institutusi ini dapat
menyediakan layanan atas segala kebutuhan LKS Non-bank. Demikian pula peranan
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPBS BI) perlu di tingkatkan di masa
depan agar dapat menyediakan layanan atas segala kebutuhan perbankan syariah. Selain
itu, di kantor wilayah Bank Indonesia saat ini belum tersedia unit kerja yang khusus
membidangi syariah, sehingga pelayanan perbankan syariah kurang kondusif.
3) Supervisi ekonomi syariah
Tantangannya adalah bagaimana market share ekonomi syariah sepuluh tahun ke depan
minimal mencapai 20 persen. Untuk mencapai itu diperlukan gerakan grand strategi,
edukasi, sosialisasi dan gerakan unorganik yang secara signigfikan, mendorong
peningkatan market share ekonomi syariah. Danadana umat Islam, dana yayasan dan
lembaga ekonomi umat, dana haji, zakat dan waqaf, masih banyak ditempatkan di bank
konvensional.
4) Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana, baik menyangkut software maupun fisik.
Sebagai gambaran, adanya kekurangan instrumen-instrumen untuk pengelolaan likuiditas
dan moneter yang sejalan dengan prinsip syariah
5) Kurangnya sosialisasi, promosi, informasi, edukasi dan koordinasi terhadap semua stake
holder, baik masyarakat, pejabat pemerintah terkait, ulama/ustad, dan praktisi. Sebagai
gambaran, adanya dualisme pendapat ulama/ustad tentang riba, Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sudah mengharamkan, namun realita di masyarakat banyak ditemukan
para pemuka agama yang masih berpendapat dibolehkannya bunga bank. Persepsi yang
berkembang di masyarakat bahwa bank syariah belum syariah atau sama saja dengan bank
konvensional.

Anda mungkin juga menyukai