Anda di halaman 1dari 48

BEBERAPA PERMASALAHAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Oleh
Al Fitri, S.Ag., S.H., M.H.I.
(Hakim Pratama Utama Pengadilan Agam Manna)

A. Pendahuluan

Tidak dapat dipungkuri masih ada stigma dalam memahami Islam secara
parsial yang diwujudkan dalam bentuk ritualisme ubudiyah semata dan
mengasumsikan Islam tidak ada kaitannya dengan dunia perbankan, pasar
modal, asuransi, deposito, giro, transaksi export import, dan sebagainya,
bahkan ada anggapan Islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya
penghambat laju pertumbuhan ekonomi, sebaliknya kegiatan ekonomi dan
keuangan akan meningkat dan berkembang jika free dari nilai-nilai normatif dan
ketentuan syariah. Ini bentuk padangan sempit karena tidak memahami Islam
secara kaffah. Menurut Saidus Syahar, Agama Islam bukan hanya Agama yang
memberikan ajaran-ajaran untuk mempersiapkan manusia bagi kehidupan
akhirat atau kehidupan kerohania belaka, tetapi mendorong manusia optimis
dengan hidupnya sekarang yang bersifat materiil dan positif. 1 Islam adalah
suatu cara hidup, way of life yang membimbing seluruh aspek kehidupan
manusia,2 dan bernuansa universal jika dipahami secara utuh dan totalitas
dengan mengamalkan ajarannya, sehingga sadar atau tidak sistem ekonomi
akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila landasannya bertumpu pada
nilai dan prinsip syariah, ketika diimplementasikan dalam aspek bisnis dan
transaksi ekonomi.

Sesungguhnya Sistem Ekonomi Islam bersifat universal dan dapat


digunakan oleh siapapun tidak terbatas pada pemeluknya, dalam bidang
apapun serta tidak dibatasi oleh ruang waktu ataupun zaman sesuai dalam
kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada kerangka kerja atau acuan
norma syara’ yang merupakan landasan hukum yang lengkap dalam mengatur
3
segala aspek lini kehidupan, dan khususnya di bidang ekonomi. Asumsi

1 Saidus Syahar, Asas-Asas Hukum Islam, Alumni, Bandung, 1996, hlm. 148-149.
2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo,
Jakarta, Edisi Ketiga, 2004, .hlm. 2.
3 Lihat QS. al Abiya’ ayat 107 (Islam rahmatan lilalamin), QS. Al Anfal ayat 28 (Harta
amanat Allah), QS. Asy Syuara ayat 183 (Larangan merugikan orang lain) dan QS. Al Baqarah
ayat 273-281 (Larangan usaha haram).
Page 1 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
tersebut terbukti dengan adanya krisis multi dimensi di bidang ekonomi dan
moneter yang pernah melanda Negara Indonesia beberapa waktu yang lalu,
meskipun sudah keluar dari krisis tersebut namun danpaknya masih terasa
sampai saat sekarang, bahwa ternyata sistem ekonomi yang dianut dan
dibanggakan selama ini khususnya di bidang perbankan kiranya tidak mampu
menanggulangi dan mengatasi kondisi krisis konomi, bahkan boleh dikatakan
sistem itu jauh dari nilai syar’i sebagai landasan operasionalnya, dan penyebab
tumbuh dan berkembangnya budaya korupsi.

Fakta dan realita berkata lain atau sebaliknya dunia perbankan dan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam operasionalnya bersendikan syara’,
sehingga krisis ekonomi dan moneter yang terjadi merupakan momentum positif
menunjukkan dan memberikan bukti secara nyata dan jelas kepada dunia
perbankan, bahwa perbankan syariah kenyataannya tetap bertahan dan
berkembang dalam kondisi krisis.

Oleh karena saatnya Pemerintah dan rakyat Indonesia untuk membuka


mata dan merubah cara pandang terhadap bank syariah sebagai alternatif
untuk ditumbuhkembangkan dalam dunia Perbankan Indonesia saat ini.

Namun kenyataannya terkandang sangat disayangkan perkembangan


bank syariah di Indonesia terkesan agak lambat karena kurang dikelola secara
profesional. Kurang berkembangnya bank syariah terletak pada umatnya
sendiri, karena masih ada umat Islam belum paham ekonomi Islam ataupun
tidak mempraktekkanya dalam bertransaksi bisnis dan keuangan sehari-hari,
merasa takut menjadi miskin karenanya.

Jika Indonesia menganut sistem ekonomi syariah tidak akan ditemukan


kemiskinan ataupun penurunan taraf hidup dan perekonomian rakyat seperti
saat ini. Manurut Handbook of Islami Banking diterbitkan dalam bahasa Arab
oleh The International Association of Islamic Banks di Kairo sebagaimana yang
dikutip Sutan Remi Sjahdeni, perbankan Islam ialah menyediakan fasilitas cara
mengupayakan instrumen-instrumen yang sesuai dengan ketentuan dan
norma-norma syariah.4 Masih ada harapan dan peluang menjanjikan dengan
memamfaatkan kondisi dunia sedang menghadapi berbagai tantangan seperti

4 Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Aditkarya, Jakarta, 1999, hlm. 21.
Page 2 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
menipisnya sumber daya energi dan mineral, dan krisis pangan akibat tingginya
permintaan disertai pertumbuhan populasi.

Ummat Islam harus yakin bahwa penerapan ekonomi syariah akan


mampu menyelesaikan permasalahan ekeonomi Negara karena tasharuf harta
endingnya memeratakan dan menjaga keseimbangan kesejahteraan. Sehingga
dunia saat ini akan melirik ekonomi syariah sebagai jalan keluar dari krisis
ekonomi kapitalisme, karena bank-bank konvensional tergoncang krisis, namun
perbankan syariah pada saat yang sama justru mampu tetap bertahan.
Ekonomi syariah mendorong masyarakat untuk mentasharufkan harta
kekayaannya melalui transaksi ekonomi riil dan tidak bersandar pada riba
maupun spekulasi (gharar), sehingga pertumbuhan ekonomi syariah memiliki
korelasi erat dengan tingkat kesejahteraan dan distribusi kekayaan di tengah
masyarakat.

Makalah singkat ini stresingnya fokus pada perkembangan Perbankan


Syariah sebagai sub unit financial yang merupakan bagian dari sub sistem
ekonomi ditinjau dari mitos dan kenyataan yang terjadi dalam prakteknya, serta
eksistensis Pengadilan Agama sebagai lembaga penyelesaian sengketa
ekonomi syariah itu sendiri.

B. Tantangan dan Permasalahan Pengembangan Perbankan Syariah

Jika dilihat dalam prakteknya ternyata banyak tantangan dan


permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan bank syariah terutama
kaitannya dengan penerapan sistem perbankan yang baru dan mempunyai
perbedaan yang sangat prinsip dari sistem keuntungan yang dominan dan telah
berkembang pesat saat ini. Permasalahan ini bersifat operasional perbankan
maupun aspek dari lingkungan makro. Di antara beberapa tantangan dan
permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Bank Syariah di Indonesia,
adalah:

1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.

Page 3 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


Modal5 merupakan permasalahan kursial senantiasa dihadapi merintis
usaha, setiap gagasan atau pun rencana mendirikan bank syariah tidak dapat
terwujud akibat tidak adanya modal signifikan untuk pendiriannya, walaupun
dari sisi niat ataupun keinginan para pendiri relatif sangat kuat. Permasalahan
utama pemenuhan permodalan antara lain disebabkan; pertama, keraguan
pemodal akan prospek dan masa depan keberhasilan bank syariah, sehingga
kuatir dana yang ditempatkan hilang; kedua, perhitungan bisnis pemodal yang
tidak dilandasai rasa nilai ubudiyah sehingga terkesan semata-mata hanya
mencari keuntungan duniawi dan merasa keberatan jika harus
menginvestasikan sebagian dananya di bank syariah sebagai modal; ketiga,
regulasi Bank Indonesia dalam penempatan modal yang relatif tinggi.

2. Regulasi Dunia Perbankan.

Seperti telah diketahui fungsi umum daripada undang-undang melayani


masyarakat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, sebagai azaz
berlakunya dalam arti material, undang-undang merupakan sarana semaksimal
mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat
6
maupun individu. Regulasi perbankan yang berlaku belum sepenuhnya
mengakomodir operasional bank syariah, mengingat adanya sejumlah
perbedaan dalam pelaksanaan operasional bank syariah dengan bank
konvensional.

Regulasi perbankan yang ada kiranya masih perlu disesuaikan agar


memenuhi ketentuan syariah agar bank syariah dapat beroperasi secara relatif
dan efisien serta mampu bersaing, antara lain; pertama, instrument yang
diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas; kedua, instrument moneter yang
sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan tugas bank sentral;
ketiga, standarisasi akuntansi, audit dan sistem pelaporan; keempat, regulasi
yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian. Ketentuan keempat regulasi ini
diperlukan agar bank syariah dapat menjadi elemen terpenting dari sistem

5 Lihat Adiwarman A. Karim, Op., Cit., hlm. 231-236, cakupannya; Konsep modal kerja
mencakup modal kerja (working capital asset) dan modal kerja brutto (gross working capital,
pengelolaan modal kerja (permanen dan seasonal, dan unsure-unsur modal kerja permanen
(kas, piutang dagang dan persedian, serta perputaran modal dan alokasi dana.
6 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Pereansuransian Syariah
di Indonesia, Kecana Prenada Media Group, Jakarta, hlm.180.
Page 4 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
moneter yang dapat menjalankan fungsinya secara baik, mampu berkembang
dan bersaing.

3. Minimnya Sumber Daya Manusia.

Maraknya bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan sumber


daya manusia (SDM) yang memamadai, terutama latar belakang disiplin ilmu
perbankan syariah sehingga perkembangannya menjadi lambat. 7 Sistem bank
syariah memang masih belum lama dikenal di Indonesia, disamping itu lembaga
pendidikan dan pelatihan masih terbatas, sehingga tenaga terdidik dan
berpengalaman dibidang perbankan syariah baik dari sisi bank pelaksana
maupun bank sentral (pengawas dan peneliti bank).

Pengembangan SDM sangat dibutuhkan karena keberhasilan


pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukan oleh kualitas
manajemen dan tingkat pengetahuan serta keterampilan mengelola bank. SDM-
nya memerlukan persyaratan pengetahuan general di bidang perbankan,
memahami implementasi prinsip-prinsip syariah dalam praktek perbankan serta
mempunyai komitmen untuk menerapkannya secara konsistensi (istiqamah).

4. Tingkat Pemahaman dan Kepedualian Ummat.

Pemahaman dan kepedulian sebagian besar umat mengenai sistem dan


prinsip bankan syariah belum tepat, bahkan ada di antara ulama dan
cendekiawan muslim sendiri masih belum ada kata sepakat untuk mendukung
eksistensi bank syariah. Bahkan masih ada kalangan ulama belum ada
ketegasan pendapat terhadap eksistensi bank syariah, sehingga terasa kurang
tegas, hal tersebut disebabkan; pertama, kurang komprehensifnya informasi
yang sampai kepada para ulama dan cendekiawan tentang bahaya dan
dampak destruktif sistem bunga terutama pada saat krisis moneter dan
ekonomi dilanda kelesuan; kedua, belum berkembangluasnya Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) sehingga ulama dalam posisi sulit untuk melarang
transaksi keuangan konvensional yang selama ini berjalan dan berkembang
luas serta yang sudah mendarah daging dalam masyarakat; ketiga, belum
dipahaminya operasional bank syariah secara mendalam dan kaffah; keempat,
kejumudan dan kemalasan intelektual yang cenderung pragmatis sehingga ada
7 Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan
Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012, hlm. 32
Page 5 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
anggapan sistem bunga yang berlaku saat ini sudah berjalan atau tidak
bertentangan dengan ketentuan syariah.

Padahal sejarah mengenal ulama bukan semata sosok berilmu,


melainkan juga sebagai penggerak dan motivator masyarakat. 8 Para ulama
yang berkompeten terhadap hukum-hukum syariah memiliki fungsi dan peran
yang amat besar dalam perbankan syariah yaitu sebagai Dewan Pengawas
Syariah dan Dewan Syariah Nasional. 9Minimnya pemahaman terhadap bankan
syariah barangkali disebabkan karena sistem dan prinsip operasional relatif
baru dikenal dibandingkan dengan sistem bunga, dan pengembangannya
masih dalam tahap awal jika dibandingkan dengan bank konvensional telah
terlebih dahulu mengambil posisi di hati masyarakat, serta keengganan bagi
pengguna jasa perbankan konvensional untuk berpindah ke bank syariah
disebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tetap dari
bunga.

5. Sosialisasi Setengah Hati.

Sosialisasi yang telah dilakukan dalam rangka menginformasikan secara


paripurna dan besar mengenai kegiatan usaha bank syariah belum dilakukan
semaksimal mungkin sehingga terasa dapat dikatakan setengah hati.
Sementara tanggungjawab sosialisasi tidak hanya dipundak para bankir syariah
sebagai pelaksana operasional bank sehari-hari, namun tanggungjawab itu
tertumpu kepada semua elemen umat baik secara individu, jamaah maupun
institusi. Dengan kata lain bagi yang memiliki kemampuan dan akses yang
besar dalam penyebarluasan informasi harus fokus, yang barang kali selama ini
masyarakat belum tahu ataupun belum memahami secara detail apa dan
bagaimana keberadaan dan operasional bank syariah walaupun dari kaca mata
fiqh sangat faham. Cakupan sosialisasi tentu tidak sekedar memperkenalkan
eksistensi bank syariah di suatu tempat, tetapi juga memperkenalkan
mekanisme, produk dan instrumen-instrumen keuangan bank syariah kepada
masyarakat.10
8 Lihat; Abdul Qadir Audah, Islam Antara Kebodohan Umatnya dan Kelemahan
Ulamanya.
9 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani,
Jakarta, Cetakan Kesembilan, 2001, hlm. 180.
10 Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan
Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012, hlm. 33.
Page 6 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
6. Piranti Moneter Ribawi.

Piranti moneter yang pada saat ini masih mengacu pada sistem bunga
(riba) sehingga belum bisa memenuhi dan mendukung kebijakan moneter dan
kegiatan usaha bank syariah, seperti kelebihan / kekurangan dana yang terjadi
pada bank syariah ataupun pasar uang antar bank syariah dengan tetap
memperhatikan prinsip syariah. Bank Indonesia selaku penentu kebijakan
perbankan harus menyiapkan piranti moneter yang sesuai dengan prinsip
syariah.

7. Pelayanan Publik

Perlu dicatat dunia perbankan senantiasa tidak terlepas pada masalah


persaingan, baik dari sisi rate / margin yang diberikan maupun pelayanan. Dari
hasil survei lapangan membuktikan kualitas pelayanan merupakan peringkat
pertama kenapa masyarakat memilih bergabung dengan suatu bank. Ternyata
bank konvensional berlomba-lomba untuk senantiasa memperhatikan dan
meningkatkan pelayanan kepada nasabah, tidak telepas dalam hal ini tentunya
juga bagi bank syariah yang dalam operasionalnya wajib memberikan jasa
tentunya unsur pelayanan yang baik dan Islami harus diprioritaskan dan
senantiasa ditingkatkan. Tentu harus pula didukung oleh adanya SDM yang
cukup handal dibidangnya, kesan jorok, kotor, miskin, lusuh dan tampil ala
kadarnya yang selama ini melekat dalam tradisi Islam harus dihilangkan
sehingga harus diganti dengan nuansa modern, modif dan serasi selama tidak
bertentangan dengan prinsip dasar nash.

8. Bank Syariah Ternyata Belum Syariah.

Jika diamati hampir semua bank yang ada, mulai mengembangkan


sistem perbankan syariah. Peluang apa yang akan diraihi, ternyata bank
syariah tumbuh subur layaknya seperti jamur di musim hujan. Namun sayang
kenyataam di lapangan, prakteknya tidak dapat diharapkan lebih untuk
memperjuangkan secara final nilai syariah dalam prakteknya. Masih ada bank
berkutat pada sistem kapitalisme, walaupun baju yang dikenakan baju syariah.
Ironis sekali memang, ketika seorang peneliti perbankan terheran-heran dengan
ada mekanisme bank syariah yang anti-krisis, disaat tahun 1998 menjadi
kebangkrutan bank-bank konvensional hampir secara nasional. Setelah

Page 7 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


dilakukan penelitian dengan seksama ternyata bank syariah yang dimaksud
masih berbau kapitalis, artinya bank hanya memberikan bantuan kepada
pemilik usaha besar saja, sedangkan pemilik usaha menengah ke bawah tidak
tersentuh sama sekali.

Keinginan untuk memakai nama syariah tidak dapat dipungkiri menjadi


nilai plus tersendiri untuk meraih nasabah muslim. Produk-produk bank syariah
diperkenalkan dan dikemas sedemikian rupa, sehingga meyakinkan nasabah.
Namun disisi lain para praktisi bank syariah belum menguasai praktik-praktik
syariah dalam lapangan. Terbukti dengan perbandingan beberapa orang yang
mencoba meminjam pada bank syariah tertentu, namun apa yang terjadi
ternyata bunga yang mencapai lebih tinggi dibandingkan dengan bank
konvensional. Kasus itu yang sedikit banyak telah terjadi, dan harus
ditindaklanjuti, dalam jangka panjang harus ada pelatihan tentang produkproduk
bank syariah dalam praktek kesehariannya, atau sekarang yang berkembang
adalah masing-masing bank mencari alternatif pengawas yang terdiri dari
kalangan ulama, atau pihak yang telah menguasai betul produk syariah.
Dengan alternatif pengawas ini, proses transaksi banking telah diawasi oleh
seorang ahlinya, sehingga kekeliruan yang terjadi dilapangan bisa diminimalisir.

Konsep tentu akan mengangkat wajah perekonomian bangsa, artinya


memperkuat basis perekonomian bangsa yang selama ini menganut sistem
kapitalis. Dalam jangka panjang akan memberi pengertian kepada masyarakat,
harta bukan lagi kepemilikan pribadi, melainkan kepemilikan sosial. Dari sisi ini
tentu mengangkat kembali perekonomian bangsa dengan sistem ta'awun,
harapannya kaum aghni’a bisa menolong orang-orang menengah ke bawah
(dhuafa) untuk mengangkat taraf ekonominya ke jenjang yang lebih mapan.

C. Solusi Permasalahan Pengembangan Perbankan Syariah

Dibalik permasalahan yang sedang dan yang akan dihadapi oleh


perbankan syariah tentu ada peluang-peluang yang akan selalu menjanjikan di
depan mata, di belakang permasalahan-permasalahan itu harus dicari jalan
keluarnya (problem solving) sehingga perbankan syariah dapat menjawab
keterpurukan ekonomi bangsa. Di antara solusi yang dapat ditindaklanjuti
secara berjamaah adalah:

Page 8 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


1. Korelasi Institusi Pendidikan dalam Pengembangan Perbankan Syariah.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu penghambat


pengembangan bank syariah adalah keberadaan sumber daya manusia, upaya
untuk menciptakan SDM yang handal dan profesional di bidang perbankan
syariah tentunya tidak terlepas dari peranan institusi pendidikan yang dalam hal
ini memang berperan sebagai pencetak SDM. Mengingat prospek bank syariah
dalam dunia perbankan menjanjikan dan sangat bagus bahkan mendapat
tanggapan positif dari semua pihak, sebaliknya perkembangan bank syariah
sendiri masih berada dalam fase growth justru sangat kritis / riskan. Hanya ada
satu opsi yaitu bagaimana mewujudkan keberhasilan atau sukses, dengan
dukungan SDM yang berkualitas, berintegritas dan bermoral. Mengingat sampai
saat ini masih minim lembaga / institusi pendidikan yang handal dan berkualitas
dalam menciptakan SDM perbankan syariah, saatnya semua elemen muslim
untuk turut serta memikirkan pengembangannya dengan cara menyiapkan SDM
yang handal dan profesional melalui institusi pendidikan yang dimilikinya. Solusi
ini tentu akan menjawab kekurangan akademisi perbankan syariah yang
selama ini berbasis pada instrumen dan lebih familier dengan literatur
konvensional dengan jalan ini tentu bank syariah akan mendapat legitimasi
secara ilmiah di masyarakat.

2. Perhatian Pemerintah.

Melihat peran yang besar ekonomi syariah tersebut, seyogyanya


Pemerintah memberikan perhatian serius, berupa dukungan penuh (full time)
terhadap praktek perbankan syariah, salah satunya dengan meyakinkan
beberapa pihak yang masih ragu terhadap perbankan syariah yang tidak hanya
bermanfaat bagi umat Islam semata, akan tetapi juga bagi rakyat Indonesia
secara keseluruhan. Pemerintah harus turut serta dalam mendorong iklim
investasi bank-bank syariah di Indonesia, sebab memang sudah harus menjadi
tugas dan tangungjawab Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan serta

Page 9 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


perkembangan perbankan syariah yang saat ini menjadi tuntutan masyarakat
secara luas.

Namun terkadang Pemerintah tampaknya belum cukup serius menjalin


kerja sama dengan masyarakat terutama umat Islam dalam masalah
perekonomian. Padahal masyarakat muslim adalah mayoritas di negeri ini dan
mencatat sejarah yang mengagumkan sekaligus mengharukan dalam
memperjuangkan kemerdekaan republik ini. Sejarah mencatat bahwa ulama
dan umat Islam-lah yang sering memicu perlawanan terhadap pemerintahan
kolonial.

Dalam hal pertumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah dunia yang


begitu pesat, aplikasi perbankan syariah dalam konteks ke-Indonesia-an justru
acap kali mengahadapi ganjalan yang berasal dari bangsa sendiri. Bahkan
menurut Prof. Abdul Manan, belum sepenuhnya peraturan pemerintah di bidang
perbankan syariah yang memadai sekaligus solusi untuk menjawab
permasalahan pengembangan bank syariah, upaya merealisasikan
undangundang yang lebih komprehensif belum begitu memadai, agar mampu
menginterprestasikan perkembangan bank syariah di masa depan yang
membutuhkan proses perbankan secara bertahap. 11

Saatnya Pemerintah untuk memberi pengertian terhadap golongan yang


menolak penerapan ekonomi syariah yang selama ini dengan alasan klise,
yakni penerapan syariat agama tertentu dalam kehidupan bangsa Indonesia,
mereka sepertinya phobia terhadap Islam yang lambat laun akan menggantikan
dasar negara Indonesia. Padahal, sejarah mencatat umat Islam Indonesia
adalah umat berjiwa besar serta legowo yang karena alasan persatuan bangsa
rela menerima penghapusan klausul sila pertama yang berbunyi "dan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya."

Perlu diingat bahwa dengan ekonomi syaraiah banyak sekali manfaat


yang akan diperoleh tidak hanya bagi umat Islam tapi masyarakat Indonesia
secara keseluruhan seperti masuknya investor asing yang sangat potensial
terutama dari negara Timur Tengah yang boleh dikatakan negara terkaya.

11 Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan
Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012, hlm. 32.
Page 10 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Demikian juga yang sangat penting adalah masalah regulasi, penerapan
syariah yang makin meluas dari industri keuangan dan permodalan
membutuhkan regulasi yang tidak saling bertentangan atau tumpang tindih
dengan aturan sistem ekonomi konvensional. Para pelaku ekonomi syariah
sangat mengharapkan regulasi untuk perbankan syariah bisa memudahkan
mereka untuk berekspansi bukan malah membatasi. Realitas di lapangan
menunjukan, para pelaku ekonomi syariah masih menghadapi tantangan berat
untuk menanamkan prinsip syariah sehingga mengakarkuat dalam
perekonomian nasional dan umat Islam sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut
penerapan ekonomi syariah harus dipahami sebagai bagian integral dari
penerapan syariat secara kaffah.

Keyakinan kita untuk penerapan hukum syariah dalam perekonomian


telah didukung oleh penerapan hukum syariah di bidang yang lain seperti
penyelesaian sengketa ekonomi syaraiah yang telah tegas dalam
penyelsaiannya sebagaimana Pasal 55 ayat 2 UU Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah 12
telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi
melalui putusan Nomor : 93/PUU-X/2012 mengakhiri dualisme (choice of forum)
penyelesaian sengketa ekonomi syariah antara peradilan agama dan peradilan
umum. Teori dan sistem ekonomi syariah yang baik, tentu harus mengakhiri
atas keraguan penyelesaian sengketa.

3. Perlihatkan Peran Nyata Ekonomi Syariah.

Praktek perbankan syariah yang adil, yang berbasis bagi hasil selain
menguntungkan juga berhasil menggaet nasabah dengan indikasi
pertumbuhannya yang sangat pesat. Selain itu, praktek sektor keuangan
syariah senantiasa bersesuaian dengan sektor riil, yang pelaku utamanya
adalah masyarakat menengah ke bawah. Makin besar porsi sektor keuangan
syariah beroperasi makin besar pula sektor riil yang beroperasi sehingga tidak
terjadi ketimpangan antara sektor riil dan sektor moneter serta makin sempitnya
jurang pemisah si kaya (aghnia) dan si miskin (masakin).

Dengan tumbuhnya sektor riil, pertumbuhan ekonomi bisa dirasakan


masyarakat secara lebih adil dam merata. Selain itu, sektor syariah yang tidak
bisa dianggap remeh adalah peran sosial ekonomi syariah melalui
12 Fokus Media, Kitab Undang-Undang Ekonomi Syariah, Bandung, 2011, hlm. 63.
Page 11 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
instrumeninstrumennya seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf. Melalui
pengelolaan yang optimal, berpotensi besar mengatasi berbagai permasalahan
bangsa baik ekonomi maupun sosial.

4. Penerapan Mata Uang Dinar dan Dirham Sebuah Keniscayaan.

Ekonomi syariah mendorong masyarakat untuk mentasharufkan harta


kekayaannya melalui transaksi ekonomi riil dan tidak bersandar pada riba
(bunga) maupun spekulasi, sehingga pertumbuhan dalam ekonomi syariah
memiliki korelasi erat dengan tingkat kesejahteraan dan distribusi kekayaan di
tengah masyarakat. Ekonomi syariah juga lebih stabil karena ditopang mata
13
uang emas (dinar) dan perak (dirham) yang merupakan logam mulia.
Ternyata nilai nominal yang tercantum pada mata uang tersebut terjamin oleh
zatnya itu sendiri, hal mana tentu sangat berbeda dengan sistem konvensional
yang bersandar pada dolar atau uang kertas lainnya sehingga sangat rentan
terkena krisis.

Bahkan bank syariah mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan bank


konvensional, di antaranya, beban biaya yang disepakati bersama waktu akad
perjanjian, penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, dalam kontrak pembiayaan proyek tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti diterapkan di
muka dan pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan
dianggap titipan (al wadiah).14

5. Office Network.

Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka


perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu kurangnya
jumlah bank syariah yang ada juga menghambat perkembangan kerjasama
antar bank syariah. Jumlah jaringan kantor bank yang luas juga akan
meningkatkan efisiensi usaha serta meningkatkan kompetisi ke arah

13 Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari perdaban
Romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Dinar adalah mata uang emas yang diambil dari Romawi dan Dirham
adalah mata uang perak warisan perdapan Persia. Lihat; Mustafa Edwin Nasution, dkk,
Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Edisi Pertama,
2006, hlm. 242.
14 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002, hlm. 13.
Page 12 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
peningkatan kualaitas pelayanan publik dan mendorong inovasi produk dan
jasa perbankan syariah. Pengembangan jaringan dapat saja dilakukan dengan
beberapa opsi; pertama, peningkatan kualitas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yang telah beroperasi; kedua, perubahan kegiatan
usaha bank konvensional yang memiliki kondisi usaha yang baik dan berminat
untuk melakukan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah; ketiga,
pembukaan kantor cabang syariah (full branch) bagi bank konvensional yang
memiliki kondisi usaha yang baik dan berminat untuk melakukan kegiatan
usaha tentunya berdasarkan prinsip syariah.

D. Penutup

Perkembangan perbankan syariah pada dasarnya merupakan bagian


integral dan urgen sehingga tidak dapat dipisahkan dari pengembangan
ekonomi syariah karena salah satu alternatif yang cocok diterapkan di
Indonesia untuk memperbaiki keterpurukan ekonomi. Perankan syariah tidak
akan berhasil berkembang dengan baik apabila tidak ada dukungan dari semua
elemen bangsa, serta adanya satu kesatuan pola pikir tentang perbankan
syariah sehingga tidak lagi ditemukan perbedaan pendapat yang kontroversial,
karena hanya akan membingungkan umat, yang berakibat kepada keraguan
mereka untuk berinvestasi secara syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Hukum Perbankan Syariah, dalam Jurnal Mimbar Hukum dan
Peradilan, Edisi Nomor 75, 2012.

Abdul Qadir Audah, Islam Antara Kebodohan Umatnya dan Kelemahan


Ulamanya.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja
Grafindo, Jakarta, Edisi Ketiga, 2004.

Buku Pintar EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), Bahasa & Sastra Indonesia,
Cabe Rawit, Cetakan Kedua, 2012.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya.

Fokus Media, Kitab Undang-Undang Ekonomi Syariah, Bandung, 2011.

Page 13 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Pereansuransian
Syariah di Indonesia, Kecana Prenada Media Group, Jakarta,
2004.

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani,
Jakarta, Cetakan Kesembilan, 2001.

Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Kencana


Prenada Media Group, Jakarta, Edisi Pertama, 2006.

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2002.

Saidus Syahar, Asas-Asas Hukum Islam, Alumni, Bandung, 1996.

Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata


Hukum Perbankan Indonesia, Aditkarya, Jakarta, 1999.

G. KENDALA BANK SYARIAH 1. Minimnya Informasi Bank Syariah

Masyarakat masih banyak memiliki persepsi yang salah


tentang bank syariah. Secara visual dan analogis masih banyak
masyarakat yang menafsirkan bank syariah adalah bank
konvensional pada umumnya yang menggunakan dasar pembagian
hasil di dalam mendistribusikan pendapatan yang diperoleh bank.
Persepsi yang kurang tepat lagi bank syariah dianggap sebagai
bank yang sifatnya bank sektarian sehingga segala transaksi dan
operasionalnya diperuntukkan golongan umat agama tertentu, yang
seakan-akan tertutup mengadakan transaksi dengan golongan
umat yang lain.

Beberapa anggapan atau persepsi yang tidak benar dari


beberapa masyarakat dapat dipahami karena masih minimnya
informasi dan pemahaman tentang Bank Syariah. Masih minimnya
literatur, referensi dan karya tulis yang lain menyebabkan
terbatasnya sosialisasi tentang informasi dan pemahaman bank
syariah. Informasi dan pemahaman bank syariah yang masih
terbatas disebabkan pula masih langkanya universitas atau
lembaga pendidikan di negara kita yang menyediakan

Page 14 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


kurikulumekonomi dan perbankan syariah, terlebih untuk mencari
lembaga pendidikan tinggi yang memiliki Islamic Economic Research
Center masih jau dari harapan.

2. Sumber Daya Manusia Masih Terbatas

Indonesia dewasa ini bahkan di tingkat glonal dirasakan


masih langka bankir yang memiliki keahlian operasional bank
syaraih. Bahkan para bankir yang telah mengikuti berbagai kursus
dan pelatihan dalam praktiknya masih merasakan keterbatasan
pengetahuan tentang aplikasi model penghimpunan dana,
pembiayaan dan jasa dari Bank Syariah.

Perbankan syariah menuju abad mendatang di era


globalisasi harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
mempunyai daya saing yang andal. Bank Syariah memerlukan
SDM yang memiliki kemampuan dua sisi yang meliputi ketrampilan
pengelolaan operasional dan pengetahuan syariah termasuk akhlak
dan moral dengan integritas yang tinggi.

Persyaratan SDM Bank Syariah mendatang harus memenuhi


STAF merupakan kependekan dari Shidiq artinya SDM bank syariah
harus jujur dan pintar. Jujur dan pintas di dalam melaksanakan
tugas operasional bank sehari-hari, Tabligh yang berarti
menyampaikan dan menyebarluaskan kebaikan, berani
menyatakan dan menyampaikan kebaikan ataupun mengatakan
dan mencegah kemungkaran. Amanah berarti dapat dipercaya.
Memegang teguh amanah dan kepercayaan yang telah
dipercayakan pimpinan kepadanya. Fathonah yang artinya pandai
dan memiliki kemampuan yang andal terhadap tugasnya. Bagi
otoritas pengawas persyaratan SDM Bank Syariah yang
dirumuskan dalam STAD ini secara eksplisit dan implisit harus
ditetapkan dalam berbagai ketetntuan dan petunjuk otoritas
pengawas.

Page 15 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


3. Jaringan dan Kantor Cabang yang Terbatas

Jaringan dan kantor cabang Bank Syariah di Indonesia


masih jauh dari jumlah jaringan dan kantor cabang yang dimiliki
bank konvensional . Tersedianya fasilitas untuk dapat melayani
nasabah yang akan bertransaksi dengan bs masih sangat minim.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah Bank Syariah yang ada di Indonesia
terdapat satu bank umum dan 78 BPR perkembangan perbankan
syaraih ini dibandingkan dengan total volume usaha dan jumlah
perbankan nasional secara keseluruhan relatif masih sangat kecil
yaitu di bawah 1 % sehingga peranannya terhadap ekonomi makro
belum signifikan. Kuran volume usaha dan jaringankantor yang
sangat kecil tersebut merupakan salah satu kendala utama dalam
pengembangan perbankan syariah sebagaimana yang telah
diindikasikan oleh M. Umer Chapra sehingga mempengaruhi
kemampuan bank untuk melakukan pelatiha yang memadai,
penelitian pasar, pengembangan produk dan pengembangan
teknoligu. Kondisi yang masih serba terbatas tersebut akan
mempengaruhi pada akademisi maupun praktisi untuk melakukan
kegiatan penelitian yang terbukti dengan masih sangat terbatasnya
literatur maupun keterlibatan para pakar dalam pengembangan
Bank Syariah.

Termasuk dalam hal ini keterbatasan bank syariah di dalam


taraf pengembangan adalah masih terbatasnya sistem informasi.
Teknologi sistem informasi yang tepat guna akan menjadikan bank
beroperasi lebih efisien seperti di beberapa negara kaya minyak di
Timur Tengah seperti Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, Qatar.
Kecanggihan sistem informasi bank syariah sangat menonjol,
sehingga mampu menyediakan data dan pelayananjasa kepada
masy melalui produk-produk bank yang modern seperti phone
banking, smart card dan investment product.

Page 16 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


4. Penerapan Standar Tingkat Kesehatan Perbankan

Masalah standar laporan keuangan perbankan syariah yang


dituntut menyajikan laporan keuangan sebagai lembaga mencari
untung juga terkait dengan laporan keuangan bank yang fungsinya
sebagai fungsi sosial. Hal ini berkaitan dengan konsep dasar usaha
perbankan syariah di samping mempunyai konsep investasi juga
berkonsep pada norma moral atau sosial. Memperhatikan dasar
keadilan dan dasar kebenaran maka konsep Islam dalam
pencatatan keuangan tetap mengacu pada konsep dasar laporan
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan, adil dan
dapat diperbandingkan. Dalam laporan keuangan ini bank syariah
dapat berpedoman kepada standar akuntansi lembaga keuangan
Organisasi Akuntansi dan Auditing bagi lembaga keuangan Islam
atau AAQIFI yang berkedudukan di Bahrai. Maslahnya sekarang
Bank Sentral sebagai otoritas pengawas harus mengadakan
pengawasan terhadap kegiatan bank syariah. Dalam tugasnya
otoritas pengawas harus mengadakan pengawasan terhadap
kegiatan bank syariah. Dalam tugasnya otoritas pengawas mutlak
memerlukan piranti pengaturan dalam bentuk standar. Standar
pengukuran kinerja atau tingkat kesehatan perbankan seperti
standar CAMEL, KPMM (Ketentuan Pemenuhan Modal Minimum)
atau CAR, PDN (Posisi Devisa Neto), BMPK (Batas Maksimum
Pemberian Kredit) dan NPTS (Nisbah Pembiayaan terhadap
Simpanan) yang telah diterapkan pada sistem perbankan
konvensional yang kita kenal selama ini. Dengan beroperasinya
bank syariah timbul pertanyaan apakah standar CAMEL dan prinsip
atau ketentuan kehati-hatian atau prudentialbanking tersebut dapat
diterapkan pada sistem perbankan syariah yang mempunyai
sistemkonsep yang berbeda dalam operasionalnya dengan bank
konvensional.

Penerapan prudential banking pada bank syariah ini telah


lama menjadi isu pakar perbankan. Working paper IMF (Maret 1998)

Page 17 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


Banking : Issues in prudential regulation and supervision, menyatakan
bahwa implementasi prinsip kehati-hatian pada bank syariah dapat
menggunakan referensi standar Bask Committee on Banking
Supervision (BIS). Seperti yang diterapkan pada bank konvensional.
Namun standar BIS tidakdapat sepenuhnya diadopsi dalam
perbankan syariah karena terdapat kendala yaitu adanya
perbedaan penerapan prinsip syariah di tiap-tiap negara muslim.
Perbedaan derajat penerapan prinsip syariah dalam lembaga atau
instrumen perekonomian seperti misalnya Iran dengan Islam.
Konservatif dan Malaysia dengan Islam Liberal.

FENOMENA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Pelaku sistem ekonomi syariah yang dominan di Indonesia adalah sektor


perbankan. Bank dengan segenap sistem dan fasilitas yang ditawarkan mampu
menjadi aktor utama dalam transaksi ekonomi syariah. Dasar hukum (Legal
standing) untuk landasan operasi bank syariah pertama kali adalah Undang-
undang No. 07 Tahun 1992 tentang perbankan. Dengan adanya dasar hukum
untuk perbankan dengan sistem syariah tersebut, maka pada tahun yang sama
berdirilah Bank Muamalat sebagai pioneer dalam menawarkan konsep syariah
kepada konsumen yang pada saat itu masih melakukan transaksi di bank-bank
konvensional.

Pada tahun 1998 pemerintah memperbaharui regulasi perbankan syariah


dengan menerbitkan Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan,
disini semakin jelas dinyatakan bahwa dua sistem perbankan yang diakui oleh
pemerintah yakni sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan
syariah. Pada tahun 2008 pemerintah republik Indonesia kembali mengeluarkan
undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang ditujukan
untuk menyempurnakan undangundang sebelumnya. Nurhasanah dan Adam
(2017) menyatakan regulasi terbaru ini semakin menegaskan eksistensi
perbankan syariah didalam bisnis perbankan di
Indonesia.

Dengan semakin jelasnya regulasi tentang sistem perbankan syariah ini,


pelaku perbankan nasional semakin bergairah untuk membentuk bank umum

Page 18 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


syariah, BPR syariah ataupun memdirikan unit usaha syariah (UUS) pada bank
konvensional yang sudah berdiri sebelumnya. Hal ini ditandai dengan berdirinya
beberapa bank umum yang menjalankan operasionalnya dengan sistem
syariah. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam menjadi salah
satu faktor penyebab pihak perbankan melirik sistem perbankan yang
menganut prinsip syariah. Bank dengan sistem konvensional identik dengan
unsur ribawi, sementara praktek riba ini dilarang menurut keyakinan ajaran
agama Islam.

Persentase pangsa pasar perbankan syariah pada kuartal pertama


tahun 2021 menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat sebesar 9,96%,
sementara pada akhir tahun 2017 jumlah persentase pengguna layanan
perbankan syariah ini tercatat sebesar 5,78%. Angka ini menunjukkan
peningkatan yang lumayan pesat namun belum signifikan jika dibandingkan
dengan komposisi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Dengan kata lain masih banyak terdapat warga negara Indonesia yang
beragama Islam yang masih menggunakan layanan perbankan konvensional.
Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi perbankan syariah. Oleh karena itu
dalam jurnal ini akan dibahas problematika dan dinamika perbankan syariah di
era globalisasi saat ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Problematika Bank Syariah

Dalam penelitian yang dituliskan kedalam jurnalnya Subandi (2012)


menyampaikan bahwa mayoritas pangsa pasar perbankan adalah masyarakat
ekonomi kelas menengah ke bawah. Kehadiran perbankan syariah diharapkan
mampu membantu mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia yang
mayoritas pendudukanya beragama Islam. Akan tetapi dalam hal ini perbankan
syariah belum mampu berbuat banyak dalam mengelola pangsa pasar
potensial ini. Bank-bank dengan sistem operasi konvensional mendominasi
penguasaan market share dengan tingkat kesenjangan yang cukup tinggi.

Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi


perkembangan perbankan syariah di Indonesia, yaitu: 1. Keterbatasan Sumber
Daya Manusia
Manan (2012) penelitiannya menyebutkan sumber daya manusia
merupakan faktor utama yang memiliki peran penting dalam perkembangan

Page 19 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


bank syariah. Maraknya pertumbuhan bank syariah tidak di imbangi kualitas
SDM yang memadai, terutama yang khusus mengusai disiplin ilmu
perbankan syariah. Bank syariah memang sudah lama dikenal di Indonesia
akan tetapi lembaga atau perguruan tinggi yang khusus memberikan
pendidikan ekonomi atau perbankan syariah masih terbatas. Hal yang turut
mempengaruhi kualitas SDM adalah adanya transisi dari pegawai bank
konvensional menjadi pegawai bank syariah, ini biasanya terjadi ketika bank
konvensional mendirikan unit usaha syariah (UUS) akan tetapi tidak
merekrut pegawai baru yang berlatar belakang disiplin ilmu ekonomi syariah
melainkan hanya mengalih fungsikan pegawai dari bank konvensional yang
sudah ada ke unit usaha syariah tersebut.

Berdasarkan data dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi


(BAN-PT) tahun 2018, dari baru 10 prodi ekonomi syariah yang
terakreditasi A, yang terakreditasi B berjumlah 99 prodi dan yang
mendapatkan akreditasi C sebanyak 10 prodi. Dari pemaparan data statistik
perbankan syariah, diketahui bahwa 38% pegawai bank syariah merupakan
sarjana ekonomi konvensional, hanya 9,1% berasal yang memiliki latar
belakang ekonomi syariah.

2. Minimnya sosialiasi dan edukasi tentang perbankan syariah


Sosialiasi adalah suatu proses untuk mengkomunikasikan
kebudayaan baru kepada masyarakat. Sosialisasi ini merupakan elemen
yang sangat penting dalam memperkenalkan sesuatu hal kepada publik
atau calon kosumen. Pembuatan iklan dan reklame merupakan salah
bentuk sosialisasi kepada masyarakat selain sosialisasi yang dilakukan
secara langsung dalam bentuk seminar, kajian dan pertemuan tatap muka
lainnya. Sosialiasi dan edukasi ini tidak bisa hanya ditumpukan kepada
bankir syariah akan tetapi ini juga patut menjadi perhatian bagi semua pihak
(stakeholder) yang terkait secara langsung dan tidak langsung dengan
perbankan syariah, seperti pemerintah, institusi pendidikan, maupun
lembaga dan komunitas Islam (MUI, MES, Komunitas Masyarakat Anti Riba,
dan lain-lain).

Hidayatinaa (2018) dalam penelitiannya menulis bahwa signifikansi


pengaruh sosialisasi terhadap minat menabung masyarakat (studi kasus
Page 20 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
pada Bank Syariah Aceh) adalah sebesar 45,1%, sisanya berasal dari faktor
lain yakni kualitas pelayanan, lokasi dan promosi.

Ramdan (2010) dalam penelitian tesisnya menyatakan bahwa


minimnya sosialisasi menjadi penyebab kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap keuangan dan perbankan syariah, hal ini terlihat dari belum
banyaknya masyarakat yang mengakses layanan perbankan syariah.

3. Faktor layanan bank syariah yang belum optimal.


Faktor layanan merupakan faktor internal perbankan syariah. Bank
merupakan lembaga keuangan yang bergerak dibidang jasa pelayanan,
sehingga pelayanan ini menjadi faktor krusial untuk menarik minat calon
pelanggan.

Junaidi et al, (2012) penelitiannya menyatakan persepsi kepuasan


nasabah terhadap pelayanan bank syariah dibentuk atas 3 hal, yakni ; a.
tersedianya jaringan ATM, b. tersedianya fasilitas phone banking dan mobile
banking, c. adanya call center yang renponsif untuk menampung keluhan
nasabah.

Contoh lain yang menjadi kekurangan dalam hal pelayanan adalah


keterbatasan jaringan kerjasama bank syariah untuk pemanfaatan fasilitas
kartu debit atau kredit, dikarenakan bank syariah ini masih tergolong
sebagai pendatang baru sehingga jaringan vendor (toko) dan merchant yang
dimiliki pun belum sebanyak bank-bank konvensional. Kondisi ini sedikit
banyak menyulitkan nasabah-nasabah yang memerlukan layanan bank
syariah, sehingga ada nasabah yang mengeluh ketika kartu debit atau kredit
bank syariah yang dimilikinya tidak bisa digunakan di kotakota besar diluar
negeri seperti yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional.

Solusi Mengatasi Problematika Perbankan Syariah

Penggunaan nama “syariah” tidak dapat dipungkiri merupakan senjata


yang cukup ampuh untuk meraih minat calon nasabah khususnya dari kalangan
umat Islam. Produk dan layanan juga dikemas sedemikian rupa dengan nama-
nama berbau Islam. Akan tetapi penggunaan embel-embel syariah itu saja tidak
cukup. Agar sistem perbankan syariah ini berkembang di Indonesia secara

Page 21 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


signifikan dan mampu bersaing dengan sistem dengan perbankan konvensional
maka harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

1. Korelasi institusi pendidikan


Untuk mencetak SDM yang handal dan memilki kompetensi dalam
bidang perbankan syariah diperlukan adanya peranan atau campur tangan
dari institusi pendidikan. Mengingat sektor perbankan syariah adalah salah
satu sektor usaha yang sangat potensial dan saat ini sedang berkembang,
kedepannya akan membutuhkan banyak tenaga kerja profesional. Maka
institusi pendidikan perlu mempersiapkan SDM berkualitas yang siap terjun
ke dalam bisnis perbankan syariah. Peran institusi pendidikan ini dimulai
dari membangun jurusan atau program pendidikan yang khusus
mempelajari ekonomi syariah.

Institusi pendidikan juga diharapkan dapat menambah literasi yang


membahas tentang perbankan syariah, disamping untuk mengedukasi
masyarakat juga sebagai referensi bank syariah dalam menentukan arah
kebijakan produk dan layanan.
2. Optimalisasi peran pemerintah
Pemerintah merupakan leading sector dalam upaya pengembangan
perbankan syariah, peran pemerintah terlihat dalam pembuatan regulasi
yang menjadi payung hukum bagi bank syariah dalam menancapkan
eksistensinya. Disamping sebagai regulator, pemerintah juga diharapkan
banyak melakukan edukasi tentang perbankan syariah kepada masyarakat
agar mereka lebih memahami dan mengenal dunia perbankan syariah.
Edukasi ini bisa berupa kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara langsung
kepada masyarakat, ataupun dengan penyebaran iklan layanan masyarakat
tentang perbankan syariah melalui pemanfaatan media. Kegiatan edukasi ini
bisa dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah atau dilakukan dengan
menggandeng institusi pendidikan, organisasi keagamaan dan bahkan
dengan pihak perbankan syariah itu sendiri.

Pemerintah juga perlu memberi pemahaman terhadap kelompok


yang anti dengan penerapan ekonomi syariah karena dianggap berafiliasi
dengan ajaran agama tertentu, ada semacam kekhawatiran oleh kelompok
ini bahwa sistem yang berasal dari agama Islam lambat laun akan
Page 22 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
menggantikan dasar negara Indonesia. Padahal sejarah mencatat bahwa
umat Islam Indonesia adalah umat yang berjiwa besar dan telah berbesar
hati menerima penghapusan klasusul sila pertama yakni “kewajiban
menjalanan syariat Islam bagi pemeluknya”. Perlu dijelaskan bahwa sistem
ekonomi Islam lebih bersahabat daripada sistem ekonomi kapitalis maupun
sosialis, karena sistem ekonomi Islam itu sendiri lebih mengedepankan
unsur maslaha dan manfaat daripada pengerukan keuntungan.

3. Peningkatan layanan oleh perbankan syariah


Kualitas pelayanan merupakan kunci utama dalam menarik minat
calon nasabah, bank syariah harus lebih peka terhadap kebutuhan
nasabahnya.
Layanan ini bisa dalam bentuk fasilitas produk, jaringan kantor dan
ATM serta merchant tempat penggunaan fasilitas dari bank syariah.

Pemanfaatan teknologi untuk keperluan bertransaksi juga perlu


diperhatikan, sebab sekarang adalah saat dimana manual banking system
tidak lagi menjadi opsi utama untuk melakukan transaksi. Mobilitas yang
tinggi, gaya hidup dan faktor kebutuhan membuat transaksi perbankan
dapat dilakukan dimana saja, otomatis bank harus bisa menyesuaikan diri
dengan ritme tersebut. Dalam hal peningkatan layanan ini bank syariah
harus bersifat adaptif terhadap kebutuhan nasabah serta lebih inovatif
dalam membuat terobosan-terobosan baru untuk memanjakan nasabah.

KESIMPULAN

Untuk bertahan dan berkembang di era globalisasi bank syariah harus


mampu menjawab tantangan pasar, bank syariah harus bisa
mengimplementasikan nilai-nilai keislaman secara utuh dan bukan hanya
menjadi bank konvensional yang berbaju syariah, serta bersikap adaptif dan
inovatif terhadap perkembangan yang terjadi pada pasar perbankan syariah.
Upaya kongkrit yang perlu dilakukan untuk membantu perkembangan bank
syariah antara lain;

a. Penguatan Sumber Daya Manusia


(SDM) perbankan syariah.

Page 23 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


b. Peningkatan peran pemerintah dalam rangka penguatan kelembagaan
bank syariah.
c. Optimalisasi edukasi masyarakat tentang perbankan syariah.
d. Pengembangan (ekstensifikasi/ intensifikasi) produk dan pelayanan bank
syariah.
PENDAHULAN

Sistem ekonomi Islam sudah ada sejak Islam lahir di dunia, bahkan bisa

dikatakan sistem ekonomi Islam lebih dahulu ada sebelum sistem ekonomi

konvensional. Pengembangan sistem konvensional dibagi menjadi dua sistem

sosialis dan sistem kapitalis, dimana sistem sosialis kegiatan ekonomi

dikendalikan oleh penguasa (pemerintah), sedangkan sitem kapitalis

menerapkan prinsip yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, hal

ini di karena orang yang mempunyai modal, kekayaan, atau aset yang besar

akan mampu menguasai perekonomian. Mayoritas setiap negara menerapkan


antara kedua sistem tersebut. Prinsip ekonomi antara Islam dan konvensional
memiliki perbedaan yang menonjol. Dalam prinsip ekonomi konvensional
dinyatakan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas, sementara sumber daya

alam yang tersedian untuk memenuhi kebutuhan tersebut jumlahnya sangat

terbatas. Sehingga muncul ilmu ekonomi yang mengatur tentang bagaimana

mengeluarkan biaya yang serendah-rendahnya atau seminimal mungkin, untuk


mendapatkan hasil atau keuntungan semaksimal mungkin.

Jika dalam ekonomi Islam mengajarkan bahwa sumber daya alam

adalah tidak terbatas, karena bumi dan isinya diciptakan Allah untuk manusia
dan manusia diberi kebebasan untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Sementara kebutuhan setiap diri manusia sebenarnya tidak lebih dari apa yang

dapat dimakan atau di konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Lebih dari itu
maka manusia tersebut termasuk golongan orang-orang yang serakah. Sifat
serakah memang tidak ada batasnya atau dalam artian berlebih-lebihan dalam
suatu hal. Konsep tentang Bank Islam relatif baru bagi masyarakat Indonesia
termasuk umat Islam Indonesia. Perbedaan pokok antar perbankan syariah
dengan perbakan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi

Page 24 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


perbankan syariah. Dengan demikian, maka membayar dan menerima bunga

pada uang yang dipinjam dan dipinjamkan itu dilarang.

Dewasa ini di Indonesia dunia perbankan sudah berkembang pesat. Hal


ini dapat dilihat banyak bermunculan bank- bank baik milik negara misalnya
BRI, Mandiri, BNI dll. maupun bank swasta misalnya BCA, MEGA dll., yang
memiliki manajemen operasional yang berbeda-beda. Manajemen opersional
inilah yang menjadi daya tarik masyarakat untuk menjadi nasabah bank
tersebut. Bank menurut prinsipnya dibagi menjadi dua jenis yaitu bank
konvesional dan bank syariah. Kini kita berada di era globalisasi dimana
teknologi sudah semakin canggih. Kita dapat mengetahui informasi dan
berkomunikasi tanpa dibatasi oleh jarak maupun waktu, contoh kongkritnya

kepemilkikan handphone yang dulu menjadi kebutuhan sekunder kini telah

berubah menjadi kebutuhan primer dan kecanggihan handphone yang memilki


aplikasi yang bervariasi, hingga kini telah beredar luas handphone android.
Selain dari sisi teknologi, globalisasi juga mempengaruhi aspek lain yaitu aspek
ekonomi.

B. BANK SYARIAH

Sebelum dibahas panjang lebar tentang prospek dan kendala


Bank Syariah di era globalisasi perlu dibahas apakah Bank Syaraiah itu
? bagaimana konsep sistem operasionalnya ?

Secara hukum Bank Syariah di Indonesia sudah mendapatkan


legimitasi hukum yang kuat dengan diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998 tentang Perbankan dan Undang-undang No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia yang menegaskan bahwa Bank Indonesia
mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas penunjang yang
mendukung operasional Bank Syariah. Kedua Undang-undang itu
menjadi dasar hukum penerapan dual banking system di Indonesia, yakni
terselenggaranya dua sistem perbankan bank konvensional dan Bank
Syariah secara berdampingan.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi menggunakan


prinsipprinsip yang tidak mengenal konsep bungan dalam sistem
Page 25 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
operasionalnya tapi menggunakan sistem operasional bagi hasil.
Dengan sistem ini keuntungan yang diperoleh nasabah Bank Syariah
dapat berubah-ubah tergantung keuntungan yang diperoleh bank
tersebut. Walaupun besar presentase bagi hasil sudah ditetapkan oleh
pihak bank, namun masih terbuka kesempatan untuk tawar menawar
dalam batas kewajaran.

Bank Syariah dalam perhitungannya memiliki dua jenis


perhitungan. Pertama menggunakan dasr profit sharing. Dalam sistem
ini besar kecilpendapatan yang akan diterima nasabah tergantung
pada keuntungan bank. Kedua menggunakan dasar perhitungan
revenue sharing, besar kecil pendapatan yang akan diterima nasabah
tergantung pendapatan kotor bank. Bank syariah di Indonesia
umumnya menerapkan sistem revenue sharing yang dapat memperkecil
kerugian nasabah.

Hubungan antara nasabah bank baik kreditor atau deposan


maupun debitor atau pengusaha dengan bank berbeda dengan
hubungan yang ada dari bank konvensional yang sebenarnya saling
eksploitasi. Pada Bank Syariah sebagai hubungan kontrak (contractual
agreement) pada usaha yang produktif dan berbagi keuntungan secara
adil (mutual investment relationship). Baik bank sebagai shohibul maal
dengan mudlorib atau pengelola maupun investor sebagai shohibul maal
dengan bank, terjadi hubungan yang sejajar sebagai mitra usaha. Atas
dasar hubungan inilah pada Bank Syariah tidak akan terjadi negative
spread seperti yang terjadi pada bank konvensional.

Bank syariah beroperasi atas dasar konsep agama, dalam


operasionalnya syarat dengan pertimbangan moralitas keagamaan.
Bank Syariah melarang kegiatan usaha tertentu yang bertentangan
dengan kaidahkaidah agama. Bank Syariah tidak akan memberikan
kredit untuk tujuan produksi minuman keras, sarana perjudian dan
proyek-proyek lain yang dapat membahayakan moralitas dan
kesehatan manusia.

Page 26 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


Bank Syariah akan mewujudkan produktivitas tinggi dalam
perekonoian,kikis habis konsep time value of money dan transaksi yang
spekulatif di pasar uang, pemutaran yang antar bank tanpa investasi
yang nyata di sektor riil yang justru diharapkan banyak orang.

Bank Syariah mempunyai kegiatan yang lebih variatif, selain


menghimpun dana dari masyarakat dalam tabungan dan deposito dan
menyalurkannya pada mudlorib pada sektor riil, Bank Syariah juga
melaksanakan sistem jual beli, sewa beli dan jasa lainnya yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Walau terdapat beberapa
pendapat para ahli yang mempertanyakan kembali mengenai fungsi
kelembagaan Bank Syariah sebagai bank atau perusahaan investasi.
Namun secara aplikasi tidak perlu diragukan lagi bahwa keragaman
kegiatan usaha Bank Syariah telah menumbuhkembangkan berbagai
aspek transaksi ekonomi dalam masyarakat, sehingga Bank Syariah
akan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kebutuhan dunia
usaha.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BANK SYARIAH

Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam bahkan mencapai 80%

dari jumlah penduduk Indonesia. Secara logika dapat dikatakan pelaku

ekonomi atau bisnis di Indonesia adalah konsep pandangannya sesuai konsep

pandangan Islam. Konsep pandangan Islam cukup simple, yaitu melakukan

sesuatu yang diridhai atau direstui oleh yang kuasa yaitu Allah SWT. Konsep
lainnya dalam hal mencari rezeki orang Islam juga mengedepankan
keberkahan. Konsep hidup seperti itu dijunjung tinggi oleh orang Islam, baik

dalam urusan dunia maupun akhirat. Inilah yang menjadi awal terbentuknya
sistem ekonomi Islam.

Ekonomi Islam menawarkan sebuah perspektif yangberbeda melalui


perbankan syariah. Secara prinsip, menurut pemikiran M. Umer Chapra

merupakansalah seorang penggagas ekonomi Islam kontemporer,menyatakan

Page 27 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


bahwa ekonomi Islam merupakan cabang dari ilmupengetahuan untuk

kemaslahatan umat. Dalam pandangannya, untuk mendukungkebijakan

terhadap pembangunan ekonomi Islamdengan orientasi kesejahteraan

masyarakat tanpa mengekang hak individu. Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam


menurut M. Umer Chapra, antara lain: 15
1) Prinsip tauhid sebagai prinsip utama
dalam ekonomi Islam,yaitu menekankan kepada aspek akidah dan keimanan.
Prinsip inimenjadi pondasi bagi setiap manusia dalam berinteraksi
maupunbertransaksi. Harus diyakini bahwa setiap apa yang dimilikiadalah
hanya sebuah titipan dari Allah swt. dan merupakanamanah yang harus

dipertanggungjawabkan kelak, dari manamendapatkannya dan untuk apa

penggunaannya. Sehinggaekonomi Islam tidak hanya dimaknai sebagai asas

keuntungan,tapi harus ditekankan kepada asas keyakinan untuk

salingmembantu satu sama lain sebagai penyeimbang bagikemaslahatan dan

kesejahteraan masyarakat. Sehingga dengan tetap mengedepankan prinsip

tauhid ini setiap melakukan sesuatu akan selalu ingat Allah, dan akan tertanam
dalam diri seseorang etika atau akhlak yang baik. 2) Prinsip Khilafah, manusia
diciptakan oleh Allah adalah untuk menjadi pemimpin ataukhalifah di bumi.
Khalifah tidak hanya memimpin saja, namunlebih kepada menformulasikan,
mengimplementasikan dancontrolling terhadap apa yang sudah dilakukan.
Prinsip khilafahdalam ekonomi Islam adalah bermakna, bahwa setiap

manusiamempunyai kewajiban untuk mengelola dan memanjemen

semuaciptaan Allah yang diamanahkan kepada setiap orang. Seperti dalam Al-

Qur’an dijelaskan bahwa Tujuannyatentu untuk kemaslahatan dan

kesejahteran bagi dirinya danmasyarakat, serta untuk melindungi dan

mengembangkan setiapkarunia yang Allah berikan sebagai aspek


kemanfaatan. Artinyabahwa, setiap yang Allah anugerahkan adalah untuk
kemanfaatan semuat umat manusia tanpa terkecuali. Selain di dalam Al-Qur’an
juga menjelaskan mengenai larangan berbuat kerusakaan di muka bumi. 3)

15 Hayat, Globalisasi Perbankan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis dalam


Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Jurnal Studia IslamikaVol. 11, No. 2, (Malang:
t.tp., 2014), 309.
Page 28 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Prinsip keadilan, keadilan sebagai prinsip dalam ekonomi Islam adalah suatu
keniscayaan. Sesungguhnya setiap manusia mempunyai keinginan
untukmendapatkan rejeki sebanyak-banyaknya dan diusahakan untukbisa
berkembang sebesar-besarnya. Namun ekonomi Islam, memberikan
pertimbangan mendasar terhadap praktek-praktek pemenuhan kebutuhan

dasar manusia serta pemenuhan terhadap pemerataan dalamkehidupan yang


layak. Prinsip ekonomi dalam Islam memberikan pandangan komprehensif
terhadap kehidupan manusia, yaituberlaku adil terhadap pemenuhan akan

kebutuhan hidupnya. Artinya bahwa berlaku adil terhadap sumber-sumber

rejeki yangdidapatkan, aspek penggunaan yang sesuai dengan kebutuhan dan

kelayakan, serta menggunakan prinsip stabilitas dan pertumbuhan sebagai

icon dalam distribusinya. Dapat disimpulkan prinsip keadilan disini bahwa agar

manusia tidak serakah, sehingga distribusi kekayaan dapat merata di seluruh

lapisan masyarakat. Oleh karena itu dalam Islam, seseorang yang memiliki

rezeki banyak, maka harus membayar zakat atas harta atau kekayaan yang

dimilikinya. Alternatif lain distribusi kekayaan yang diterapkan Islam adalah

adanya sedekah dan infaq. Sehingga kekayaan tidak hanya terpusat pada

suatu orang tertentu atau bisa dikatakan Islam sangat menerapkan prinsip

saling berbagi ke sesama.

Menurut hasil lokakarya di Cisarua, Bogor pada tanggal 18 sampai 20


Agustus 1990 menghasilkan tiga pandangan besar tentang bunga di kalangan
ulama.Pertama memandang bunga sebagai riba, karena itu haram hukumnya,

kedua memandang bunga tidak sama dengan riba, maka hukumnya halal dan

ketiga tidak dapat mengambil kesimpulan dan mengatakan subhat. Mengenai

hasil lokakarya tentang bunga ada tiga pandangan, MUI telah mengambil sikap

tegas bahwa bunga hukumnya adalah haram. Dalam Islam dikenal sebuah

konsep cara pandang tentang haram, jika seseorang memakan makanan yang

haram maka doanya akan terhalang dengan kata lain tidak dikabulkan

Page 29 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


sebelum yang berurusan dengan haram tadi ditinggalkan. 16 Memang benar

Islam tidak membenarkan adanya bunga dalam setiap transaksi, hal itu

diperkuat dengan hadits riwayat Tirmidzi, yang artinya “Rasulullah SAW

melaknat pemakan riba, yang memberinya, kedua saksinya, dan juru tulisnya.” Dalam
hadits ini menerangkan larangan keras adanya riba, dan hukuman bagi setiap
pihak yang terlibat dalam riba tersebut.

Tidak hanya umat Islam, bagi umat kristiani abad pertengahan, juga
menyatakan bahwa pengambilan apa yang sekarang kita sebut dengan bunga
adalah unsury (bunga yang berlebih-lebihan), dan unsury adalah dosa, dikutuk
dengan kata-kata yang sangat keras. Jadi, umat kriten di abad pertengahan
tersebut juga tidak membenarkan adanya bunga dalam pinjam meminjam itu
sendiri atau dalam bertransaksi.
Bank dapat dikatakan sebagai lembaga yang menjebatani atau sebagai

perantara dalam penyaluran dana dari pihak yang surplus dana atau kelebihan
dana kepada pihak defisit dana. Jika dalam istilah islam bank syariah, pihak
atau orang-orang yang shahibul mal (penyimpan, penabung, deposan). 17 Jadi

bank memeberikan kemudahan kepada wirausahaan baru maupun

wirausahaan lama, bagi wirausahaan baru, adanya bank dapat dimanfaatkan

untuk modal awal dalam mendirikan usaha, sedangkan bagi wirausahawan

lama digunakan untuk antisipasi bilamana keuangan mengalami surut, jadi hal

ini untuk menjaga stabilitas keuangan usaha yang telah didirikannya.

Selain itu bank syariah, bagi masyarakat mulai memberikan tempat


secara luas kepada mengengah ke atas. Berbagai fasilitas yang memberikan
kemudahan mulai dari kredit rumah, penyediaan dan simpanan pendidikan,
dana kesehatan simpanan hari tua, dana beribadah seperti penyediaan
fassilitas tabungan haji dan umroh.
Kehadiran bank syariah menambah variasi di dunia perbankan, sehingga

terdapat dua opsi jika ingin melakukan transaksi di perbankan. Memang bank
konvensional lebih dahulu hadir di dunia perbankan tetapi tidak menutup
kemungkinan dengan hadirnya Bank Syariah mampu menggeser ketenaran

16 Siti Yunitarini, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5 (Pekalongan: t.p., 2007), 169.
17 Sugihanto, Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Ponorogo:
Stain Press Pomorogo, 2011), 99.
Page 30 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Bank Konvensional. Dengan adanya prinsip syariah keadilan lebih

terealisasikan, karena kemaslahahan menjadi tujuan pokok dari prinsip syariah


ini.

Bank syariah muncul di Indonesia pada tahun 1990-an, pemrakarsa

pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia


(MUI) dan pemerintah serta dukungan dari ikatan cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim, hal ini ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat di Indonesia, dimana bank konvesional maupun
bank syariah memiliki manajemen operasional yang berbeda pula. Jika bank
konvesional cenderung umum, maka bank syariah lebih mengedepankan
prinsipprinsip syariah dalam operasionalnya. Maksudnya bank yang dalam
operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islamberpedoman pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam..

Secara teoritis, sistem perbankan syariah dalam aspekpenawaran

mempunyai peran dan fungsi yang sama dengan bankkonvensional, yaitu

adanya harga barang itu sendiri, biayaproduksi, harga barang lainnya, dan
teknologi sebagai faktordalam penawaran produk. Namun dalam perbankan
syariahmenggunakan konsep muḍārabah dan musyārakah (nisbah bagihasil). 18

Dalam transaksi di perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil


bukan lagi sitem bunga seperti yang diterapkan perbankan konvensional.
Sistem-sistem bagi hasil Bank Syariah yang menjadi dasar
perhitunganmendistribusikan pendapatan yang diperoleh bank pada nasabah
dan bank sendiri. Perbankan syariah sebelum terjadinya transaksi melakukan
akad terlebih dahulu, yaitu antara pihak bank dengan nasabah, jadi dalam
akad itu telah disepakati mengenai besarnya presentase bagi hasil, sehingga
dalam bank syariah tidak ada pemaksaan kehendak karena adanya transparasi
dari akad yang telah disetujui tersebut.
Bank sentral di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan
tujuan utama mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Bank sentral
berfungsi sebagai pengawas sistem keuangan moneter. Bank indonesia juga

18 Hayat, Globalisasi Perbankan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis dalam


Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Jurnal Studia Islamika Vol. 11, No. 2,
(Malang: t.tp., 2014), 304.
Page 31 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
mengatur dual bangking system di Indonesia, yaitu bank konvensional dan bank
syariah yang bergulir sejak dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tadi. Jadi,
bank syariah yang ada di indonesia ini masih berindukan Bank Indonesia.

Pada saat UU No. 7 tahun 1992 belum dilakukan perubahan, peluang


beropersinya bank Islam di Indonesia belum jelas. Hanya tercantum dalam
pasal 1 ayat 2 bahwa penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga

imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Ketentuan tersebut dijabarkan


dalam peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan
prinsip bagi hasil, sehingga peluang beroperasinya Bank Islam di Indonesia
semakin jelas.

Dalam perspektif Bank Indonesia (BI), pengembangan perbankan


syariah minimal memilki dua justisifitasi, yaitu memenuhi kebutuhan
masyarakat akan jasa perbankan yang sesuai dengan keyakinannya (amanah
UU) dan mengoptimalkan potensi kemaslahatan dari sistem perbankan baru ini
bagi perekonomian secara mikro dan makro.19

Identitas industri perbankan syariah di Indonesia yaitu Islamic Banking


disingkat iB, identitas ini diresmikan sejak 2 Juli 2007. Penggunaan identitas
barsama ini bertujuan agar masyarakat dengan mudah dan cepat mengenali
tersediannya layanan jasa perbankan syariah di seluruh Indonesia,
sebagaimana masyarakat modern yang sudah sangat akrab dengan iphone, ipod,
ibank.
Logo iB merupakan kristalisasi dari nilai-nilai utama sistem perbankan

syariah yang modern, transparan, berkeadilan, seimbang dan beretika yang


selalu mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan kemitraan. Jadi iB (ai-Bi)
perbankan syariah itu bukan merujuk kepada nama bank tertentu. iB (ai-Bi)
merefleksikan kebersamaan seluruh bank-bank syariah di Indoneia untuk
melayani seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Masyarakat dapat
menemukan layanan iB antara lain di bank-bank sebagai berikut:
19 Sugihanto, Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat,
(Ponorogo:Stain Press Pomorogo, 2011), 10.
Page 32 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Bank Bukopin Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank DKI Syariah,Bank
Ekspor Indonesia Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syariah BRI, Bank Niaga Syariah, Bank Permata Syariah,Bank Mandiri
Syariah, BTN Syariah, BTPN Syariah,
BPD syariah, BPR syariah, BNI syariah, dan HSBC Syariah. 20

Di Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah


bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang merupakan institusi yang independen. Sementara di
negara lain, fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang
terjadinya perbedaan sangat besar. 21

Bank syariah yang terdiri dari BUS, UUS, serta BPRS pada dasarnya

melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvesional, yaitu


melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat di samping
penyediaan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah seluruh kegiatan
usaha BUS, UUS, serta BPRS didasarkan pada prinsip syariah. Implikasinya, di
samping harus selalu sesuai dengan prinsip hukum Islam juga memilki
berbagai variasi akad yang menimbulkan variasi produk yang lebih banyak
dibandingkan produk bank konvensional.

Ditinjau dari tingkat pertumbuhannya, patut disyukuri, karena Bank


Muamalat saja telah menunjukkan pertumbuhan volume usahana rata-rata 40
% per tahun selama lima tahun beroperasinya. Sebagian masyarakat menilai
bahwa perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut sangat
lamban, peranan lembaga-lembaga ini secara kuantitatif sangat kecil, belum
mencapai 1 % dari total volume usaha lembaga-lembaga keuangan nasional.
Demikian pula pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi rakyat yang masih

sangat kecil.22

Sedangkan bedasarkan laporan perkembangan perbankan syariah dari


Bank Indonesia tahun 2004 ada tiga buah bank umum syariah dan 13 unit
20 Fahru Ulum, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara, 2011), 23-24.
21 Ali Syukron,Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia,Economic:
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, (Banyuwangi: t.tp., 2013), 39.
22 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
(Jakarta: AlvaBet, 2000), 25.
Page 33 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
usaha syariah dengan jumlah kantor sebanyak 355 kantor usaha dan 88 bank
pengkreditan rakyat syariah (BPRS).23 Pada tahun 2010 kemarin, kinerja

perbankan syariah mendapatkan momentum akselerasinya, dimana asset

perbankan syariah meningkat cukup signifikan dengan pertumbuhannya

mencapai 47,6 % (yoy), terutama bila dibandingkan dengan perbankan

nasional yang assetnya hanya tumbuh 18,7 % (yoy). Peningkatan tersebut


antara lain didorong oleh berdirinya sejumlah Bank Umum Syariah (BUS) baru
dan jaringan kantor perbankan syariah.24

Kemudian tahun 2011 pertumbuhan industri jasa keuangan di dunia.


Pada tahun ini industri keuangan syariah menembus angka USD1.357 triliun.
Penerbitan Sukuk tumbuh 77% atau senilai USD85 miliar. Sedangkan
pertumbuhan perbankan syariah global tumbuh 16,04%.25. 25Tentunya hal ini

adalah yang menggembirakan bagi industri keuangan syariah secara global.

Pada tahun 2015, perbankan syariah nasional berada pada fase


keempat (2013-2015) yaitu pencapaian pangsa yang signifikan dalam kondisi

mulai terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya.Namun,


perkembangannya perbankan syariah di Indonesia menunjukkan hasil yang
tidak sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam statistik perbankan
Indonesia per Desember 2014 terdapat tidak kurang 12 Bank Umum Syariah
dan 22 Unit Usaha Syariah dari suatu bank konvensional dengan total
keseluruhan jaringan kantor 2.151 unit. Selain itu, Total aset bank umum
syariah mencapai 272.343 (dalam miliar rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil
jika dibandingkan dengan total aset perbankan nasional secara umum yang

mencapai 5.615.150 (dalam miliar rupiah).18 Artinya pangsa pasar perbankan


syariah masih sangat kecil hanya 4,85%, padahal target pangsa pasar

23 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 61-
63.
24 Fahru Ulum, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Surabaya: CV. Putra Media
Nusantara, 2011), 52.
25 Ali Syukron, Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia,Economic:
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, (Banyuwangi: t.tp., 2013), 42.
Page 34 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
perbankan syariah adalah sebesar 15% pada akhir tahun 2015. 26Hal ini
tentunya harus segera ditindak lanjuti agar segala target-target dapat teralisasi.

Seiring berjalannya waktu perkembangan lembaga-lembaga keuangan

syariah itu tergolong cepat, dan salah satu alasannya adalah karena adanya

keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat Muslim bahwa perbankan


konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang agama Islam.Semakin
banyaknya jumlah bank syariah, struktur pasar syariah pun berubah dari

monopoli menjadi oligopoli, yang menyebabkan semakin tingginya tingkat

persaingan diantara bank syariah. Sehingga, agar mampu bersaing dengan


bank konvensional bank inipun mengubah strateginya. Sampai dengan
Desember 2003, pemain dalam industri perbankan syariah terdiri dari Bank
Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).

Peluang Bank Syariah di Era Globalisasi

Pada hakikatnya globalisasi merupakan sarana terbaik bagi umat Islam


untuk memperkenalkan budaya dan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia,
seperti yang telah tercantum dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada pemaksaan
dalam agama, Umat Islam dapat menawarkan budaya, ideologi dan gaya
hidup islami kepada dunia dengan menampilkan keteladanan Rasulullah SAW
dan para Nabi lainnya. Tauhid, kesederhanaa, kejujuran, dan etika, merupakan
adi antara hikmah Islami yang saat ini dinanti umat manusia modern. Peluang
inilah yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh umat Islam dalam
mewujudkan kehidupan dan masyarakat yang diridhoi oleh Allah. 27 Sehingaa
secara tidak langsung dengan terjadinya globalisasi ini sistem ekonomi islam
atau disebut sistem syariah ini dapat diterapkan dalam aktivitas ekonomi.
Potensi lainnya setelah lahirnya UU No 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.UU Perbankan Syariah (UU PS) ini memuat 70 pasal .
Dengan pengesahan ini, industri perbankan syariah di Indonesia diharapkan
dapat berkembang lebih pesat dan memberikan manfaat lebih besar. Kepastian
hukum dan jaminan keamanan juga akan lebih nyata bagi para investor dan

26 Ibid, 35.
27 Anis Masdurohatun, Tantangan Ekonomi Syariah dalam Menghadapi Masa Depan
Indonesia di Era Globalisasi, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 (Semarang: t.p., 2011), 79-80.
Page 35 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
para pelaku usaha perbankan syariah. 28 Tentunya hal ini membuat keberadaan

Bank syariah semakin diakui serta memberikan peluang yang sangat besar bagi

perkembangan serta kemajuanperbankan syariah di Indonesia.

Hal-hal yang membuka peluang besar perbankan syariah sesuai UU


tersebut adalah: 1) Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat tidak
dapat dikonversi menjadi Bank Konvensional, sementara Bank Konvensional
dapat dikonversi menjadi Bank Syariah (Pasal 5 ayat 7); 2) Penggabungan
(merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah dengan Bank non-
Syariah wajib menjadi Bank Syariah
(Pasal 17 ayat 2); 3) Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) harus melakukan pemisahan (spin off) apabila UUS mencapai
asset paling sedikit 50% dari total nilai asset bank induknya; atau 15 tahun
sejak berlakunya UU Perbankan Syariah (Pasal 68 ayat 1); 4)
Dimungkinkannya warga negara asing dan/atau badan hukum asing yang

tergabung secara kemitraan dalam badan hukum Indonesia untuk mendirikan


dan/atau memiliki Bank Umum Syariah (Pasal 9 ayat 1 butir b). Pemilikan pihak
asing tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung melalui

pembelian saham di bursa efek Pasal 14 ayat (1); 5) UU Perbankan Syariah


juga memberikan peluang akivitas usaha bank syariah yang lebih banyak dan
beragam dibandingkan bank konvensional. Terdapat usaha-usaha yang bias

dilakukan oleh sebuah bank umum syariah dan tidak dapat dilakukan oleh
bank konvensional ( Pasal 19 sampai dengan 21). Dengan demikian,
perbankan syariah dapat menawarkan jasa-jasa lebih dari yang ditawarkan
oleh investment banking, karena jasa-jasa bank syariah merupakan suatu

kombinasi yang dapat diberikan oleh commercial bank, finance company, dan

merchant bank, 6) Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah Bank
Umum Syariah (BUS) lebih luas dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah
(UUS) dari sebuah bank konvensional, 7) Selain usaha komersial, bank syariah
dapat pula menjalankan fungsi sosial dalam bentuk: lembaga baitul mal, yaitu

28 Ali Syukron, Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia,Economic:


Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, (Banyuwangi: t.tp., 2013), 39.
Page 36 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial

lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi penelola zakat (Pasal 4 ayat


2); dan menghimpun dana sosial dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
lembaga pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif)
(Pasal 4 ayat 3).29

Berkaitan dengan datangnya era globalisasi, Bank Mualamalat sebagai


lembaga keuangan yang berlandaskan syariah Islam tentunya juga akan
mempersiapkan diri untuk mengambil peranan, seperti yang kita ketahui
bahwa ajaran Islam berlaku untuk kondisi zaman apa saja. Bahkan di zaman
Rasulullah SAW sendiri sebenarnya globalisasi telah terjadi, yaitu saat para
sahabat maupun Rasulullah SAW sendiri melakukan perniagaan ke luar
negeri , seperti ke Mesir, Syam (Suriah), Irak, Yaman, Turki, spanyol, dan
segainya.30 Jadi sebagai umat Islam tidak perlu khawatir atau takut adanya era
globalisasi itu, yang terpenting bagi kita adalah mempertebal akidah, iman dan
taqwa kita kepada Allah SWT dalam menjalankan segala aspek kehidupan.
Dengan mencermati perkembangan lembaga keuangan syariah yang
terjadi dewasa ini, dan kebijakan-kebijakan yang telah diambil pemerintah,
serta perkiraan konfigurasi lembaga keuangan syariah (Bank Syariah) masa
yang akan datang terkait dengan pengelolaan sumber daya insani yang akan

datang terkait dengan pengelolaan sumber daya insani yang memenuhi

kualifikasi yang ihsan, paling tidak perlu difokuskan pada 4 hal, yaitu:31

Masalah peningkatan pemahaman tentang sistem lembaga keuangan


syariah, meliputi: 1) Aspek mikro, yaitu lembaga keuangan syariah sebagai
individu atau lembaga usaha bisnis, ini meliputi masalah-masalah teknis
manajemen dan produksi jasa lembaga keuangan syariah, 2) Aspek makro,
yaitu perbankan syariah sebagai suatu sistem yang sangat strategis dalam

menentukan stabilitas ketahanan ekonomi negara, yang cakupannya meliputi

moneter, pengawasan, hukum bank syariah, termasuk bank syariah nasional


dan internasional.

29 Ali Syukron, Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia,Economic:


Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, (Banyuwangi: t.tp., 2013), 39-40.
30 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
(Jakarta: AlvaBet, 2000), 70.
31 Sugihanto, Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat,
(Ponorogo:Stain Press Pomorogo, 2011), 106-107.
Page 37 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Peningkatan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam

rangka pengambangan produk, landasan moral agama dan etika bisnis Islami.

1) Peningkatan pemahaman stakeholders bagi usaha lembaga keuangan atau

bank syariah, sehingga dicapai integritas dan komitmen yang tinggi. 2)

Peningkatan pendidikan teknis individual interpreneurship, leadership, dan bidang

manajerialship.

Peluang lainnya adalah minat investor untuk membuka kantor bank

syariah tidak hanya terbatas di pulau Jawa tetapi juga telah menyebar ke
pulau-pulau lainnya, yaitu pulau Sumatera (Banda Aceh, Medan, Padang,
Pelembang, dan Pekanbaru), Kalimantan (Balikpapan dan Banjarmasin),
Sulawesi (Makassar), Madura (Pamekasan), dan Irian Jaya (Jayapura).

Dalam menjalankan fungsinya tersebut, bank syariah bekerjasama


dengan lembaga-lembaga pengelola dana sosial, baik lembaga sosial yang

dibentuk oleh bank syariah tersebut atau lembaga yang memang telah ada.

Pada dasarnya dana sosial yang diterima perbankan syariah berasal dari dua

sumber, yaitu dana sosial yang berasal dari zakat, infak, sedekah dan wakaf
(ZISWAF) serta dana sosial yang berasal dari penerimaan operasi (denda,
sumbangan/hibah, pendapatan nonhalal) yang disebut dana Qardh.

Peran bank syariah saat ini mengalami geliat yang sangat tinggi. Hal ini
dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat akan perbankan, terutama bagi
masyarakat muslim dengan menggunakan sistem syariah sesuai dengan
ketentuan hukum Islam. Meningkatnya permintaan nasabah atas keberadaan
bank syariah juga dipengaruhi oleh konsep yang ditawarkan oleh perbankan
syariah dalam pengelolaan dan manajemen keuangan secara Islami. Bank
syariah secara khusus juga harus menjadikan dirinya sebagai salah satu
kesatuan sistem kekuatan ekonomi umat (Islam) di Indonesia dengan tidak
meninggalkan nilai-nilai keagamaannya.
Peran perbankan syariah dalam konteks globalisasi saat ini, terutama
dalam konsep negara Indonesia tidak hanya berfokus kepada nasabah muslim
saja. Masyarakat Indonesia yangmultikultural dengan berbagai macam ragam

budaya, bahasa, ras dan agama menjadi market yang sangat penting dalam

Page 38 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


pengembangan perbankan syariah. Nasabah, dalam hal perbankan sejatinya

melihat kepada aspek pelayanan, program,maupun jaminan keamanan.

Sehingga peningkatan perkembangan bank syariah terus berkesinambungan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kesiapan bank syariah harus terus mengikuti perkembangan global


dalam bidang peningkatan kualitas layanan, program yang representatif dan
berkualitas, dan menjamin atas simpanan nasabah secara profesional dan
akuntabel.
Disamping itu, strategi pengelolaan dan manajemen dalam pengelolaan
perbankan harus terus di updating, berkaitan dengan arus ekonomi global yang
semakin ekstrimisme dalam kompetisi pasar. Sebenarnya nasabahnya pun
sudah tidak melihat kepada ideology, namun lebih mengandalkan aspek
layanan dan program, sehingga masyarakatpun lebih memilih pelayanan yang
baik dan program yang professional dalam perbankan. Pengelolaan perbankan
syariah dapat terjamindengan gelombang ekonomi yang semakin besar dan
tantanganyang semakin sulit.32 Jadi, perbankan syariah sasaran yang dicakup
harus lebih luas lagi yaitu mencakup seluruh lapisan masyarakat di Indonesia,
sehingga dalam hal ini tidak ada diskriminasi, meskipun sistem syariah ini
lebih menjuru ke agama Islam dan lebih meningkatkan pelayanannya.
Kredibilitas dan profesionalitas memungkinkan sebuah lembaga

keuangan dapat memelihara kepercayaan nasabah atau bahkan masyarakat

luas, serta dapat beroperasi dengan efisien. Pengertian kredibilitas adalah

suatu nilai yang berujud rasa percaya pihak lain terhadap seseorang atau
sebuah lembaga. Sedangakan pengertian profesionalitas merupakan nilai
prektis dari keandalan serta ketahanan dalam mengelola sebuah organisasi

manajemen keuangan berupa kecekatan dan kecermatan dalam menjalankan


kegiatan. Kredibilitas dan profesionalitas sebuah lembaga keuangan akan
terbentuk apa bila ia memiliki sedikitnya tiga perangkat secara memadai,
yaitu:33 1) Perangkat insani atau seumber daya manusia, maksudnya adalah
orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan lembaga keuangan mulai

32 . Hayat, Globalisasi Perbankan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis dalam


Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Jurnal Studia IslamikaVol. 11, No. 2, (Malang:
t.tp., 2014), 308.
33 Sugihanto, Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat,
(Ponorogo:Stain Press Pomorogo, 2011), 100.
Page 39 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
darivpemilik, pimpinan, pengelola sampai kepada para pekerja lapis terbawah,

seperti satpam bahkan office boy atau cleaning service. 2) Perangakat keras

(hardware), yaitu merupakan alat-alat produksi dan perlengakapan fisik yang


menjadi wahana dan sarana serta prasarana pelaksanaan kerja maupun
kegiatan. 3) Perangkat lunak (software) , seperti pembagian bidang kerja,

prosedur pengambilan kebijakan atau keputusan, wewenang dan tanggung

jawab pejabat atau pekerja, proses pelayanan nasabah .

KENDALA BANK SYARIAH DI ERA GLOBALISASI

Selain berprospek dapat berkembang di era globalisasi ini bank syariah


mengalami banyak kendala. Bank Syariah harus bersaing ketat dengan bank
konvensional, terdapat juga kendala lain yang mempengaruhi perkembangan
bank syariah itu sendiri.

Berikut penjabaran kendala-kendala dari bank syariah: 34 1) Minimnya


informasi Bank Syariah. Masyarakat masih banyak memiliki presepsi yang
salah tentang bank syariah. Secara visual dan analogis masih banyak
masyarakat yang menafsirkan bank syariah adalah bank konvensional pada
umumnya yang menggunakan dasar pembagian hasil di dalam

mendistribusikan pendapatan yang diperoleh oleh bank. Persepsi yang kurag


tepat lagi bank syariah dianggap sebagai bank yang sifatnya bank sektarian
sehingga segala transaksi dan operasionalnya diperuntukkan golangan umat
agama tertentu.

Beberapa anggapan atau presepsi yang keliru dari berbagai masyarakat


dapat dimaklumi karena masih minimnya informasi dan pemahaman tentang
Bank Syariah. Masih minimnya literatur, referensi dan karya tulis yang lain

menyebabkan terbatasnya sosialisasi tentang informasi dan pemahaman Bank


Syariah. 2) Sumber daya manusia (SDM) masih terbatas. Kini bank syariah
mengalami darurat sumber daya manusia (SDM) karena sedikitnya bankir yang
faham tentang sistem operasional Bank Syariah. Bahkan para bankir yang
telah mengikuti berbagai kursus dan pelatihan dalam praktiknya masih

34 Siti Yunitarini, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5 (Pekalongan: t.p., 2007), 175-177.
Page 40 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
merasakan keterbatasan pengetahuan tentang aplikasi model penghimpunan
dana, pembiayaan, dan jasa dari bank Syariah.

Untuk menghadapi era globalisasi ini Bank syariah memerlukan sumber


daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dua sisi yang meliputi

ketrampilan pengelolaan operasional dan pengetahun syariah termasuk akhlaq


dan moral yang baik. Persyaratan sumber daya manusia (SDM) Bank Syariah
hendaknya memiliki 4 sifat Rasulullah, yang meliputi:

Shidiq, artinya sumber daya manusia (SDM) Bank Syariah harus

mengedepankan kejujuran atau transparasi dalam melaksanakan tugas


operasional bank sehari-hari, tidak berperilaku curang misal korupsi.

Tablig, artinya menyampaikan dan menyebarluaskan kebaikan ataupun

mengatakan dan mencegah kemungkaran. Di lingkup perbankan misalnya

berkaitan dengan berkomunikasi dengan sopan selain itu penyampaian


informasi kepada nasabah dengan jelas

Amanah, artinya dapat dipercaya, memegang teguh amanah dan


kepercayaan yang telah dipercayakan pimpinan kepadanya. Contoh lainnya
dunia perbankan yang kegiatan operasionalnnya tentunya berhubungan
dengan uang, hendaknya setiap banking memiliki tanggungjawab penuh
untuk menjaga serta mengelola, karena nasabah juga telah memberi
kepercayaan kepada bank.
Fathonah, artinya pandai dan memiliki kemampuan yang andal terhadap
tugasnya, cekatan, mampu bekerja secara profesional.

Keahlian seseorang dalam bidang keuangan syariah akan terbangun

secara baik yang memenuhi kriteria jika diketemukan satu diantara 3 tipe
sumber daya manusia, sebagai berikut: 35 a) Spesialis Ilmu Syariah yang
memahami ilmu ekonomi (termasuk ahli tipe A).
b) Spesialis ilmu ekonomi yang mengenal ilmu syariah (termasuk ahli tipe B). c)
Mereka yang memiliki keahlian dalam Syariah maupun ilmu ekonomi (termasuk
ahli tipe C). 3) Jaringan dan kantor cabang yang terbatas. Jaringan dan kantor
cabang Bank Syariah di Indonesia masih jauh dari jumlah jaringan dan kantor

35 Sugihanto, Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Ponorogo:Stain


Press Pomorogo, 2011), 103
Page 41 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
cabang yang dimiliki bank konvensional. Tersedianya fasilitas untuk dapat
melayani nasabah yang akan bertransaksi dengan Bank Syariah masih sangat
minim. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Bank Syariah di Indonesia yang lebih
sedikit dibandingkan bank konvensional. Termasuk dalam hal ini keterbatasan
Bank Syariah di dalam taraf pengembangan adalah masih terbatasnya sistem
informasi. Teknologi sistem informasi yang tepat guna akan menjadikan bank
beroperasi lebih efisien seperti di beberapa negara kaya minyak di Timur
Tengah seperti Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, Qatar. Kecanggihan sistem
informasi bank syariah sangat menonjol, sehingga mampu menyediakan data

dan pelayanan jasa kepada masyarakat melalui produk-produk bank yang

modern seperti phone banking, smart card dan investment product. 4) Penerapan
standar tingkat kesehatan perbankan. Masalah standar laporan keuangan
perbankan syariah yang dituntut menyajikan laporan keuangan sebagai

lembaga keuntungan juga terkait dengan laporan keuangan bank yang

fungsinya sebagai fungsi sosial. Memperhatikan dasar keadilan dan dasar

kebenaran maka konsep Islam dalam pencatatan keuangan tetap mengacu

pada konsep dasar laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan,


transparan, adil dan dapat diperbandingkan. Dalam laporan keuangan ini Bank
Syariah dapat berpedoman kepada standar akuntansi lembaga keuangan

organisasi akuntansi dan auditing bagi lembaga keuangan Islam atau AAQIFI
yang berkedudukan di Bahrai.
Kendala yang dijabarkan diatas juga diperkuat dengan hasil analisa
pihak Bank Muamalat Cabang Ponorogo,dalam seminar nasional bulan Mei
2016 lalu di Graha Watoe Dhakon IAIN Ponorogo, yang menyatakan bahwa

terdapat 6 tantangan perbankan syariah di Indonesia yaitu: 1) Stigma

mengenai masyarakat masih beranggapan Lembaga keuangan berbasis

Syariah diperuntukkan orang Islam, padahal sebenarnya tidak, contoh kasus di

Kupang yang mayoritas penduduknya beragama Kristen juga menjadi nasabah

bank Muamalat. Mengapa demikian? Karena ternyata dalam kitab Injil, bunga
juga dihukumi riba. 2) Stigma mengenai Marjin Mudhorabah adalah istilah lain

Page 42 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah


dari bunga, padahal hal itu berbeda. Banyak dikalangan masyarakat awam

yang menyamakan bagi hasil dengan bunga, sehingga terkesan dipandangan

mereka bahwa syariah hanya lebel saja. 3) Stigma mengenai bank Syariah
kurang berprestasi. Hal ini sangat berkaitan dengan sumber daya manusia
(SDM). Bank syariah mengalami darurat sumber daya manusia (SDM) karena
sedikitnya calon tenaga kerja yang faham dan mengerti tentang sistem syariah.
Sehingga dalam hal pengahrgaan bank syariah masih kalah dengan bank
konvensional. 4) Bank syariah tidak murni karena dimiliki oleh konvensional,
artinya bank induk masih konvensional. Di Indonesia bank-bank syariah pusat
induknya masih konvensiaonal yaitu Bank Indonesia. Jadi, tidak dapat
dipungkiri jika dalam operasionalnya masih bercampur riba. 5) Produk atau fitur
layanan bank syariah terbatas, hal ini karena setiap produk atau fitur yang
dikeluarkan pihak bank tidak boleh keluar dari prinsip Islam. 6) Stigma yang
terakhir adalah penggunaan istilah Islam di bank syariah yang kurang

dipahami. Dalam bank syariah tentunya kita temui penggunaan akadakad

dalam opersional bank yang memakai bahasa Arab yang sulit dimengerti
masyarakat awam.

Pengembangan perbankan syariah di Indonesia harus dilakukan, karena

untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan memberi


kontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka
arah pengembangannya selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis
lainnya, seperti Arsitektur perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem
Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN).
Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian

dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang
lebih besar pada tingkat nasional.36

Pengembangan lainnya yaitu di bidang human capital . pada tahun 2010

Perbankan syariah telah melaksanakan berbagai program dalam rangka

36 Julius R. Latumaerissa, Bank Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba


Empat,2011), 341.
Page 43 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
peningkatan kompetensi sumber daya insani, atau biasa disebut sumber daya
manusia (SDM) , program-program tersebut meliputi:

Program pelatihan analisa pembiayaan Banak Syariah bekerjasama


dengan ICDIF-LPPI, progam ini difokuskan untuk Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah dan pelatihan analisa pembiayaan bank Syariah BPRS

bekerjasama dengan Internasional Center for Development in Islamic Finance

Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (ICDIF-LPPI). Dengan program

ini diharapkan sumber daya insani atau SDM mampu berperan sebagai analis

pembiayaan perbankan syariah yang lebih berkualitas, kompeten dan


profesional.

Training of Trainers (TOT), Training of Trainers (TOT)merupakan program

rutin bank Indonesia dalam rangka sosialisasi dan peningkatan tenaga trainer

perbankan syariah, pada tahun 2010, TOT perbankan syariah telah

diselenggarakan di 6 kota, yaitu Pontianak, Pekanbaru, Depok, Ternate, Palu,


Yogyakarta dan Surabaya dengan jumlah peserta 199 orang. Dengan adanya
program ini diharapkan dapat mentransfer pengetahuan perbankan syariah

yang diperoleh kepada peserta didik atau mahasiswa dan masyarakat di


lingkungan sekitarnya.

iB Marketeers Club, Bank Indonesia bekerjasama dengan konsultasi


marketing MarkPlus merancang progrm Technical Assistance dalam rangka
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia bank syariah di bidang
strategic marketing melalui pembentukan iB Marketeers Club. iB Marketeers Club
merupakan program Technical Assistanceuntuk
meningkatkan kompetensi pemasaran dan komunikasi. Melalui komunitas ini

para peserta dapat memperdalam pengetahuan mereka tentang lanskap,

strategi dan teknik marketing modern dan melakukan pengkinian marketing

knowledge yang baru. Selanjutnya dapat diterapkan dan dipraktekan di bank


masing-masing dalam kerangka peningkatan daya saing industri perbankan
syariah.37

37 Fahru Ulum, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Surabaya: CV. Putra Media


Nusantara, 2011), 193-196.
Page 44 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Sebagai langkah kongrit upaya pengembangan perbankan syariah di

Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategy

pengembangan pasar perbankan syariah, sebagai strategi komprehesif


pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu penetapan
visi sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN , pembentukan

citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal,

pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih

beragam , peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang

memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.38

PENUTUP

Barkaitan dengan era globalisasi yang kita alami saat ini, hadirnya Bank
Syariah di dunia perbankan mempunyai peranan yang sangat penting

diperekonomian Indonesia, Perbedaan yang menonjol antara perbankan


syariah dengan perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga)
bagi perbankan syariah.

Dikarenakan dalam ajaran agama Islam Riba dilarang atau dihukumi

haram. Dengan demikian jelas bahwa Islam tidak membenarkan adany riba

dalam kegiatan ekonomi, seperti halnya dalam utang piutang. Tidak hanya

umat Islam, bagi umat kristiani abad pertengahan, pengambilan apa yang

sekarang kita sebut dengan bunga adalah unsury (bunga yang berlebih-
lebihan), dan unsury adalah dosa, dikutuk dengan kata-kata yang sangat keras.
Jadi, umat kriten juga tidak membenarkan adanya bunga dalam pinjam
meminjam itu sendiri.

Globalisasi merupakan sarana terbaik bagi umat Islam untuk


memperkenalkan budaya dan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia, seperti

yang telah tercantum dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada pemaksaan dalam

agama, Umat Islam dapat menawarkan budaya, ideologi dan gaya hidup islami

kepada dunia. Tauhid, kesederhanaa, kejujuran, dan etika, merupakan adi

38 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 102.
Page 45 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
antara hikmah Islami yang saat ini dinanti umat manusia modern. Peluang
inilah yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh umat Islam dalam
mewujudkan kehidupan dan masyarakat yang diridhoi oleh Allah yng tetap
berlandaskan AlQura’an dan As-Sunnah.

Selain itu prinsip dari bank syariah lainnya yaitu membebas dari hal-hal
yang tidak jelas dan meragukan (gharar), membebas dari hal-hal yang rusak
atau tidak sah (bathil) dan yang terakhir yaitu menghapuskan adanya spekulasi
(maysir), dapat memperbaiki perekonomian negara kita, sehingga

perekonomian di era globalisasi ini dapat berkembang bahkan maju.

Sebenarnya Perbankan syariah di Indonesia mempunyai prospek

kedepanya mampu bersaing dengan bank konvensiaonal. Namun tentunya

harus lebih dikembangkan lagi, Sebagai langkah kongritnya, maka Bank

Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategy pengembangan pasar


perbankan syariah. Dalam hal itu jelas pihak Bank Indonesia pun juga
mendukung beroperasinya Perbankan syariah di Indonesia meskipun pada
kenyataannya pihak Bank Indonesia Belum menerapkan sistem Syariah.

Akan tetapi dalam pengembangannya tidak berjalan mulus, karena


bagaimanapun pasti akan ditemui kendala-kendala, yang menghabat laju
perkembangan perbankan syariah. Kendala tersebut meliputi peminat bank

syariah masih sedikit dibandingkan bank konvensional, karena masyarakat


pada umumnya masih awam dengan akad-akad di operasional bank syariah
yang memakai istilah-istilah menggunakan bahasa Arab kemudian asumsi

lainnya, kebanyakkan masyarakat berpandangan bahwa sistem bagi hasil yang

ada di perbankan syariah disamakan dengan bunga, padahal hal itu berbeda.
Hal itu diperkuat juga dengan keaadaan riil, bahwa Bank Syariah di Indonesia
masih dibawahi oleh Bank Indonesia yang masih bersifat konvensional, dan
ansumsi masyarakatpun juga mengira bahwa bank syariah dalam

operasionalnya masih bercambur dengan bank konvensional.

Namun kendala yang menonjol salah satu adalah sumber daya manusia
(SDM). Keahlian dan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) bank akan
Page 46 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
menjadi pemain utama yang menentukan. Dikarenakan sumber daya manusia
(SDM) yang diperlukan pihak perbankan syariah adalah sumber daya manusia
(SDM) yang memilki dua kemampuan, yaitu keterampilan pengelolaan

operasional dan pengetahuan syaraiah yang dilengkapi dengan akhlak dan

integritas yang tinggi. Minimnya pihak bankir yang paham dan mengerti
tentang sistem syariah, karena rata-rata mereka berlatar pendidikan bukan
syariah.

Diharapkan kita sebagai mahasiswa jurusan syariah serta merupakan

aset sumber daya manusia (SDM) bagi negara yang telah mengerti akan seluk

beluk ekonomi, keuangan, perbankan yang berbasis syariah dapat

mengamalkan ilmunya khususnya di dunia perekonomian. Jadi tidak hanya


bersifat teoritis saja namun juga praktis. Sehingga perbankan syariah mampu
bersaing dengan bank konvensional dan mampu memdominan di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek.
Jakarta. AlvaBet.2000.
Hayat. Globalisasi Perbankan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Praktis dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Jurnal Studia IslamikaVol.
11, No. 2. Malang.2014.
Latumaerissa, Julius R. Bank Lembaga Keuangan Lain. Jakarta. Salemba
Empat.2011.

Masdurohatun, Anis. Tantangan Ekonomi Syariah dalam Menghadapi Masa Depan


Indonesia di Era Globalisasi, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11.
Semarang.2011.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta. Kencana. 2009.

Sugihanto. Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Ponorogo.


Stain Press Ponorogo.2011.
Syukron, Ali. Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di
Indonesia,Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2.
Banyuwangi.2013.
Ulum, Fahru. Perbankan Syariah Di Indonesia. Surabaya. CV. Putra Media
Nusantara.2011.

Yunitarini, Siti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5. Pekalongan. 2007.


Page 47 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah
Page 48 of 48 Al Fitri – Beberapa Permasalahan Perbankan Syariah

Anda mungkin juga menyukai