Disusun Oleh ;
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Muhammad, Bank syariah Problem dan Prospek perkembangan di Indonesia,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2005. h. 18.
keuangan/akuntansi, produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistem
informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.2
B. Rumusan Masalah
2
Aduddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, Cet. V, Jakarta: Prenada Media Group, 2012, h. 385.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menejemen Perbankam Syari ‘ah
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan oleh sebuah
perusahaan untuk tetap menjaga stabilitas perusahaan menghadapi persaingan
yang ada di perekonomian. Bagi perusahaan, manajemen ini sangatlah penting
dan sangat berpengaruh terhadap kinerja baik perusahaan maupun karyawan.
Asset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang
(anything) yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial atau nilai tukar yang
dimilikki oleh badan usaha, instansi atau individu.6 Assets Management
adalah merupakan sebuah langkah manajerial yang harus dilakukan oleh
seorang manajer keuangan didalam merencanakan, mengelola, dan
mengevaluasi kinerja asset perusahaan secara efektif dalam upaya peningkatan
nilai yang akan memberikan kontribusi pada efisiensi penggunaan capital,
nilai ekonomi sumber daya, produktifitas dan kualitas.3
Perbankan adalah lembaga yang mempunyai peran utama dalam
pembangunan suatu negara. Peran ini terwujud dalam fungsi bank sebagai
lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan tarif hidup rakyat4
Dalam bank syariah, ALMA lebih bertumpu pada kualitas asset yang
akan menentukan kemampuan bank untuk meningkatkan daya tariknya kepada
nasabah untuk menginvestasikan dananya melalui bank tersebut yang berarti
meningkatkan kualitas pengelolaan dananya. Teknik fund gap manajemen
3
Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah:Dasar-dasar dan
Dinamika Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta :Rajawali Pers, 2017), 1.
4
Doli D. Siregar, Manajemen Aset, (Jakarta : PT, Gramedia Pustaka Utama, 2004) hal 178
masih tetap relevan untuk digunakan dalam ALMA bank syariah, meskipun
bank syari ah tidak secara langsung berurusan dengan tingkat bunga.
Kebijakan ALMA ini digunakan sebagai panduan dalam pengelolaan asset dan
liabitity bank syariah agar bank syariah dapat mengelola risiko yang mungkin
timbul sehingga menghasilkan profit yang optimal pula.
Manajemen bank syariah yakni manajemen lembaga yang melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau
melaksanakan fungsi intermediasi keuangan. Dijelaskan pula oleh Andrianto
dan M. Anang Firmansyah, pada dasarnya, manajemen perbankan di
Indonesia dibagi dalam dua cabang yakni konvensional dan syariah. Sesuai
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip
hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim
dan obyek yang haram.
Adapun perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank
konvensioanl terdiri dari beberapa hal. Bank syariah tidak melaksanakan
sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya, sedang bank konvensional memakai
sistem bunga. Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat
berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh
bank syariah. Bank syariah lebih menekankan sistem kerja serta partnership,
kebersamaan terutama kesiapan semua pihak untuk berbagi termasuk dalam
hal-hal keuntungan dan kerugian. Kehadiran bank syariah diharapkan dapat
berpengaruh terhadap kehadiran suatu sistem ekonomi Islam yang menjadi
keinginan bagi setiap negara Islam. Kehadiran bank syariah diharapkan dapat
memberikan alternatif bagi masyarakat dalam memanfaatkan jasa perbankan
yang selama ini masih didominasi oleh sistem bunga.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya
berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Peran dan fungsi bank syariah, di
antaranya adalah sebagai empat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia
usaha dalam bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta
menyalurkannya kepada sektor rill yang membutuhkan, Sebagai tempat
investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi)
dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai dengan syariah,
menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah kontrak
perwakilan atau penyewaan, dan memberikan jasa sosial seperti pinjaman
kebajikan, zakat dan dana sosial lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam
B. Pengertian Landasan Hukum Islam Dan Hukum Positif,Sejarah
Perkembangan
Islam di dalam suatu kota besar yang di anggap sebagai salah satu dari
tempat yang heterogen dan yang paling rumit di wilayah arab. Masyarakat
telah tumbuh di luar pembatasan suku bangsa dan kaum untuk membangun
kompleksitas dalam hal ekonomi dan politik. Selama itu kota besar menjadi
makmur dengan bisnis di dalam pinjaman dengan jumlah beban biaya yang
lebih besar.8 Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan
jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin,
pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi
bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah saw. Praktik-praktik
seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi
dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim
dilakukan sejak zaman Rasulullah saw. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama
perbankan modern yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan
transfer, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat
Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah saw. Rasulullah saw yang dikenal
dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh masyarakat Mekah menerima
simpaanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum Rasul saw hijrah ke
Madinah, beliau meminta Sayidina Ali r.a untuk mengembalikan semua
titipan itu kepada yang memilikinya.5
5
Veitzal Rivai Dan Arvian Arivin, Islamic Banking, Pt. Bumi Aksa Ra, Jakarta, 2010,
hlm. 132
QS al-Baqarah 275: Artinya: 275). Orang-orang yang makan
(mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu[176]
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang
kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. [174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl.
riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang
sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan
padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang
berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti
orang kemasukan syaitan. [176] riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum
turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
Secara teknis yuridis, harus dibedakan antara istilah Perbankan Syariah
dengan Bank Syariah. Bank Syariah adalah bagian dari Perbankan Syariah
selain dari Unit Usaha Syariah (UUS), sedangkan Bank Syariah terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).2 Dalam
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 membedakan bank berdasarkan
kegiatan usahanya menjadi dua, yaitu bank konvensional dan bank dengan
prinsip syariah, yaitu Hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang
perbankan syariah, yaitu Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI).3Penjelasanya pada Pasal 1 ayat 2 dan pada pasal 1 ayat 7. Pada
pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat Sedangkan pada pasal 1 ayat 7
menyebutkan pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank
umum syariah dan bank pembiayaan syariah.6
Sejak diberlakukannya UU No.7 tahun 1992 yang memosisikan bank
Syariah sebagai bank umum dan bank perkreditan rakyat, memberikan angin
segar kepada sebagian umat muslim yang anti-riba, yang ditandai dengan
mulai beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 Mei
1992.
UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undangundang No.7
Tahun 1992 hadir untuk memberikan kesempatan meningkatkan peranan bank
syariah untuk menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Arah kebijakan
regulasi ini dimaksudkan agar ada peningkatan peranan bank nasional sesuai
fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan
prioritas koperasi, pengusaha kecil, dan menengah serta seluruh lapisan
masyarakat tanpa diskriminasi.
UU No.23 Tahun 2003 tentang Bank Indonesia telah menugaskan
kepada BI untuk mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas-fasilitas
penunjang lainnya yang mendukung kelancaran operasional bank berbasis
Syariah serta penerapan dual bank system. d) Undang-undang No.21 Tahun
2008 Beberapa aspek penting dalam UU No.21 Tahun 2008: Pertama, adanya
kewajiban mencantumkan kata “syariah” bagi bank syariah, kecuali bagi
bank-bank syariah yang telah beroperasi sebelum berlakunya UU No.21
Tahun 2008 (pasal 5 no.4). Bagi bank umum konvensional (BUK) yang
memiliki unit usaha syariah (UUS) diwajibkan mencantumkan nama syariah
setelah nama bank (pasal 5 no.5).
Ketiga, satu-satunya pemegang fatwa syariah adalah MUI. Karena
fatwa MUI harus diterjemahkan menjadi produk perundang-undangan (dalam
6
Pasal 1 Angka 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Berikut Ini Ada Beberapa Pendapat Dari Para Ahli Sehubungan Dengan Pengertian Bank Syariah,
hal ini Peraturan Bank Indonesia / PBI), dalam rangka penyusunan PBI, BI
membentuk komite perbankan syariah yang beranggotakan unsur-unsur dari
BI, Departemen agama, dan unsur masyarakat dengan komposisi yang
berimbang dan memiliki keahlian di bidang syariah (pasal 26)
Keempat, adanya definisi baru mengenai transaksi murabahah. Dalam
definisi lama disebutkan bahwa murabahah adalah jual beli barang sebesar
harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.
Menurut UU No.21 Tahun 2008 disebutkan akad murabahah adalah akad
pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati. Diubahnya kata “jual beli” dengan kata “pembiayaan”, secara
implisit UU No.21 Tahun 2008 ini ingin mengatakan bahwa transaksi
murabahah tidak termasuk transaksi yang dikenakan pajak sebagaimana yang
kini menjadi masalah bagi bank syariah
C. Lembaga Keuangan Syari’ah Masa Rasullulah dan Khulafaurrasyidin
Dimasa Rasulullah saw fungsi-fungsi pebankan tersebut dilakukan oleh
perorangan, dan biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru
kemudian, di masa Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh
satu individu. Fungsi-fungsi perbankan yang dilakukan oleh satu individu,
dalam sejarah Islam telah dikenal sejak Bani Abbasiyah.12Jelas saja institusi
bank tidak dikenal dalam kosa kata fikih islam, karena memang institusi ini
tidak dikenaL oleh masyarakat Islampada zaman Rasulullah saw, Khulafur
Rasyidin, Bani Umayyah, maupun Bani Abbasiyah. Namun fungsi-fungsi
perbankan yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan transfer dana telah
lazim dilakukan, tentunya yang sesuai dengan akad yang sesuai syariah Rasul
saw.7
Di zaman Rasulullah saw fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh
perorangan, dan biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru
kemudian, di zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh
7
Ade Sufairi , Sejarah Perbankan Syariah, dikutip dalam wibesite online di
http://adesufairi.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-perbanakan-syariah.html.
satu individu. Funsi-fungsi perbankan yang dilakukan oleh satu individu,
dalam sejarah Islam telah dikenal sejak zaman Abbasiyah. Perbankan mulai
berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu
sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan satu mata uang dengan
mata uang yang lain. Ini diperlukan karena setiap mata uang mempunyai
kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai yang
berbeda pula. Orang yang memiliki keahlian khusus ini disebut naqid, sarraf,
dan jihbiz.14Hal ini merupakan cikalbakal praktek penukaran mata uang
(money changer).
Pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syaria’ah pada
masa modern saat ini telah menjadi bagian tradisi umat islam pada masa rasul.
Sejak zaman Rasullah SAW. praktek-praktek seperti menerima titipan harta,
meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan usaha,
serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman
Rasulullah SAW. Dengan demikian, fungsi utama perbankan modern, yaitu
meghimpun dana, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan
sejak zaman Rasulullah SAW. Di zaman Rasullah SAW. Juga terdapat
lembaga keuangan dan juga lembaga yang mengurusi kepentingan
masyarakat, yaitu Baitul Maal dan Wilayatul Hisbah
Baitul maal
Lembaga Baitul Maal (rumah dana), merupakan lembaga bisnis dan
sosial yang pertama dibangun oleh nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan harta. Apa yang dilaksanakan oleh rasul merupakan
proses penerimaan pendapatan (revenue collection) dan pembelanjaan
(expenditure) secara transparan dan bertujuan seperti apa yang disebut
sekarang sebagai welfare oriented15. Ini merupakan sesuatu yang baru,
mengingat pajak- pajak dan pungutan dari masyarakat yang lain dikumpulkan
oleh penguasa dan hanya untuk para raja. Para penguasa di sekitar Jazirah
Arabia seperti Romawi dan Persia menarik upeti dari rakyat dan dibagi untuk
para raja dan kepentingan kerajaan. Sedangkan mekanisme Baitul Maal, tidak
saja untuk kepentingan umat Islam, tetapi juga untuk melindungi kepentingan
kafir zhimmi yang ada pada masa itu
Lembaga Baitul Maal semakin mapan keberadaannya semasa khulafaur
rasyidin kedua, yaitu Umar bin Khattab. Khalifah ini meningkatkan basis
pengumpulan dana zakat serta sumber-sumber penerimaan lainnya. Sistem
administrasinya sudah mulai dilakukan penerbitan. Umar memiliki kepedulian
yang tinggi atas kemakmuran rakyatnya. Dikisahkan bahwa beliau mendatangi
lansung rakyatnya yang masih miskin, serta membawakan langsung makanan
untuk rakyatnya. Ucapan beliau yang sangat terkenal, “Jika ada keledai yang
terperosok di Iraq, ia akan ditanya Tuhan
Ketika rasulullah telah wafat, tradisi yang sudah dibangun oleh Nabi
diteruskan para pemimpin setelahnya. Oleh Abu bakar kebiasaan memungut
zakat sebagai bagian dari ajaran Islam dan menjadi sumber keuangan negara
terus ditingkatan. Bahkan sempat terjadi peperangan antara sahabat yang taat
kepada kepemimpinan beliau melawan orang-orang yang membangkang atas
perintah zakat17 . Bahkan terjadi peperangan antara sahabat yang taat kepada
kepemimpinan beliau melawan orang-orang yang membangkang. Abu Bakar
sebagai yang pertama akan memerangi kaum riddah, yakni kelompok yang
membangkang terhadap perintah membayar zakat dan mengaku sebagai nabi,
sehingga semuanya kembali ke jalan yang benar atau gugur di jalan Allah
sebagai shuhada8
D. Aqad-aqad dalam Perbankan Syari’ah
1. Piutang Murabahah
Dalam artian fiqih, murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu,
dimna penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualkan, termasuk
harga pembeli barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba/
keuntungan dalam jumlah tertentu.
1. Teknik Perbankan
8
Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, Jogjakarta, Fakultas Adab IAIN Sunan
Kalijaga dan LESFI, 2002, H. 56.
Murabahah adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambahkan dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan
akad jual bei tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan
menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari suplier
ditambahkan keuntungan yang disepakati. Bank harus memberitahukan
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan
pembalian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah
berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah
untuk membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat
dilakukan secara tunai atau cicilan.
2. Aspek Syariah
a. Al-Qur’an dan Hadist
Murabahah merupakan bagian dari jual beli dan sistem ini
mendominasi produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam
Islam, jual beli merupakan salah satu sarana tolong menolong antara
sesama umat manusia yang di ridhai oleh Allah Swt.
b. Musyawarah dan Kesepakatan
Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat
diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancarkan9
urusan. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama
serta bersama menjaga amanah dana masyarakat
c. Jaminan
Jaminan diperlukan untuk memperkesil risiko-risiko yang merugikan
bank dan untuk melihat kemampuan nasabah dalam menanggung
pembayaran kembali atas utang yang diterima dari bank.\
d. Dokumentasi
9
Drs.MUHAMMAD,M.Ag. manajemen bank syariah (Yogjakarta :unit
penerbitan dan percetakan )
Merupakan salah satu syarat transaksi peningkatan antara nasabah
dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklan seorang penulis diatara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penuis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan
jujur.... “(QS Al-Baqarah (2): 282)
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang
dipukulnya) dan janjinya:” QS. Al-Mu’minun 23: 8).
3. Rukun Murabahah
Penjual (Ba’i)
Pembeli (Musytari)
Objek jual beli (Maabi)
Harga (Tsaman)
Ijab qabul
4. Ketentuan-Ketentuan Murabahah
Ketentuan-ketentuan tentang murabahah:
a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
Bank dan nasabah hars melakukan akad murabahah yang bebas
riba. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabahnya atas nama bak
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembeian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berutang.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesanan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungan.
Dalam kaitan ini bank harus memberitahukan secara jujur harga
pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukannya.
vNasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang di sepakati.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah berupa pemikatan jaminan dan atau asuransi.
Jika bank hendak memperwakilkan dengan nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga (akad wakalah), akad jual beli murabahah
harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah
Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atas aset kepada bank.
Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatiinya, karena secara hukum perjanjian tersebut
mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat konttrak
jual beli.
Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
Jika nasabah kemudian menolak memberi barang tersebut, biaya
riil bank harus dibayar dengan uang muka tersebut.
Jaminan dalam murabahah
a. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya.
b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyedikan jaminan yang dapat
dipegang.
Utang dalam murabahah
a. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam ransaksi murabahah
tidak ada kaitannya dengan transaksi lainnya yang dilakukan nasabah
dengan pihak ketiga atas barang tersebut, jika nasabah menjual
kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap
berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
b. Jika nasabah manjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir,
ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya.
c. Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap
harus menyelesaikan utangnya sesuai dengan kesepakatan awal. Ia
tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta
kerugian itu diperhitungkan.
Penundaan pembayaran dalam murabahah
a. Nasabah yag memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian utangnya.
b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika
salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musawarah.
Bangkrut dalam murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailid dan gagal menyelesaikan
utangnya, bank harus menunda tagihan utang tanpa ia sanggup kembali,
atau berdasarkan kesepakatan.
a. Uang muka murabahah
1) Dalam akad penyaluran dana murabahah, Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila
kedua belak pihak bersepakat.
2) Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
3) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus
memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.
4) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat
meminta tambahan kepada nasabah.
5) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikan kelebihan kepada nasabah.
b. Diskon Murabahah
1) Harga (Tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang
disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah)
beda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi maupun lebih
rendah.
2) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambahkan keuntungan sesuai kesepakatan.
3) Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier,
harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu diskon
adalah hak nasabah.
4) Jika memberi diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon
tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang
dimuat dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah
diperjanjikan dan ditanda tangai.
c. Sanksi atas nasabah maupun yang menunda-nunda pembayaran
Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenalkan
LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda
pembayaran dengan sengaja.
1) Nasabah yang tidak/ belum mampu membayar disebabkan Force
Majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
2) Nasabah maupun yang menunda-nunda pembayaran dan/ atau
tidak mempunyai kemampuan dan itikad baik untuk membayar
utangnya boleh dikenakan sanksi.
3) Sanksi didasarkan atas prinsip Ta’zir yaitu bertujuan agar nasabah
lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
4) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya
ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditanda
tangani.
5) Dana yang berasal dari denda di peruntukkan sebagai dana sosial.
d. Potongan pelunasan dalam murabahah
1) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang
disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban
tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
2) Besarnya potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan
kepada kebijakan dan pertimbangan LKS.
e. Ketentuan ganti rugi (ta’widh)
1) Bank dapat mengenakan ganti rugi (ta’widh) hanya atas kerugian
riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas kepada nasabah yang
dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang
menyimpang dari ketentuan akad dan mengakibatkan kerugian
pada bank.
2) Besarnya ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan bank
adalah sesuai nilai kerugian riil (real loss) yang berkaitan dengan
upaya bank untuk memperoleh pembayaran dari nasabah dan
bukan kerugian yang diperkirakan akan teerjadi (potential loss)
karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss/ al-furshah
al-dha-i’ah).
3) Klausal pengenaan ganti rugi harus ditetapkan secara jelas dalam
akad dan dipahami oleh nasabah.
4) Besarnya ganti rugi atas kerugian riil ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara bank dengan nasabah.
2. PIUTANG SALAM
Definisi fiqih
Secara etimilogi, salam artinya salaf (pendahuluan). Secara tertimologi
(ta’rif) muamalah salam adalah: penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-
sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang tersebut masih dalam
tanggungan penjual, dimna syarat-syarat tesebut diantaranya adalah
mendahulukan pembayaran pada waktu dakad majelis (akad disepakati).
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau sebagai penjual dalam suatu
transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada
pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini
disebut salam parallel.
Teknis Perbankan
Salam adalah akad jual beli suatu barang (komoditi) dimana harganya
dibayar dengan segera (pada saat akad disepakati), sedang barangnya akan
diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati.
Salam parallel adalah suatu transaksi dimna bank melakuakan dua akad
salam dalam waktu yang sama. Dalam akad salam pertama bank (selaku muslim)
melakukan pembelian suatu barang pada pihak penyedia barang (muslam ilaihi)
dengan pembayaran dimuka dan pada akad kedua salam kedua bank (selaku
muslam ilaihi) menjual lagi kepada pihak lain (muslim) dengan jangka waktu
yang disepakati bersama. Pelaksanaan kewajiban bank selaku sebagai mulsam
ilaihi (penjual) dalam akad salam kedua tidak tergantung pada salam yang
pertama.
Tujuan Penggunaan
Produk salam ini diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil
produksi pertanian atau peternakan atau perkebunan. Menurut Ibn Qudamah,
“Karena orang-orang mempunyai kebutuhan akan salam dank arena
petani,pekebun,dan peternak memerlukan uang untuk biaya-biaya hidup mereka
dan melakukan pengeluaran atas ysaha mereka agar mendatangkan hasil, sehingga
mereka menghadapi kebutuhan keuangan”. Salam sebagai salah satu car bagi
mereka sehingga mereka bisa mengambil manfaat.
Aspek Syari’ah
1. Al-qurqn dan Hadis
Dalam islam jual beli sebagai saran tolong menolong antara sesame umat
manusia yang diridhai oleh Allah SWT.
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al
Baqarah (2):275)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantatra kamu…”(HR. Al Baihaqi, Ibnu
Majah, dan Shahih menurut Ibnu Hiban)
Jaminan
Jaminan diperlukan untuk memperkecil risiko-risiko yang merugikan
bank. “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai), sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggunagan yang dipegang oleh yang berhutang. Akan tetapi jika sebagai kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menurut
10
Muhammad, manajemen dana bank syariah (yogyakarta : cv.adipura)
amanatnya (utangnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah,Tuhanya…(QS.
Al Baqarah(2):283).
Dari Aisyah bahwasanya “Nabi SAW bersabda: “ Siapapun yang bangkrut
(mufis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka
krditur itu lebih berhak untuk menarik kembali barang nya itu pada dirinya.” (HR.
Bukhari,Muslim,Tirmizi,Nasa’i,)
E. Penetapan Marjin Dan Bagi Hasil Dalam Bank Syari’ah
Margin adalah jumlah keuntungan yang diperhitungkan oleh pihak bank
dalam melakukan transaksi jual beli dengan nasabah.Margin keuntungan
merupakan salah satu bentuk dari manajemen risiko suatu perusahaan.Hal ini
berlaku pula untuk bank syariah.Penetapan margin keuntungan di bank syariah
juga bertujuan untuk antisipasi timbulnya wanprestasi atau kemacetan dari
nasabah dan guna menghindari kerugian.Margin merupakan selisih antara
harga perolehan barang oleh bank dengan harga yang dijual kembali kepada
nasabah.DSN MUI telah menerbitkan fatwa mengenai penetapan margin
keuntungan dalam pembiayaan murabahah di bank syariah.Dalam fatwa DSN
MUI Nomor 84 diketahui bahwa ada dua jenis metode perhitungan margin
keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan dengan mengangsur,
yaitu dengan metode proporsional dan metode anuitas.
Metode proporsional (Thariqah Mubasyirah) yaitu pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga
jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalihkan persentase
keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman al-
muhashhshalah); b) Metode anuitas (Thariqah al-Hisab
al-Tanazuliyyah/Thariqah alTanaqushiyyah) yaitu pengakuan keuntungan
yang dilakukan secara proporsioonal atas jumlah sisa harga pokok yang belum
ditagih dengan mengalihkan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa
harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah).
Bank syariah menerapkan margin keuntungan terhadap produkproduk
pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad
bisnis yang memberikan kepastiaan pembayaran, baik dari segi jumlah
(amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah,
ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna‟. Secara teknis, yang dimaksud
dengan margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per
tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam
setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin keuntungan secara bulanan,
maka setahun ditetapkan 12 bulan. Pada umumnya, nasabah pembiayaan
melakukan pembayaran secara angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi
jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna‟, dan
atau ijarah disebut sebagai piutang. Besarnya piutang tergantung pada plafond
pembiayaan.
Referensi Margin Keuntungan Yang dimaksud dengan Referensi
Margin Keuntungan adalah margin keutungan yang ditetapkan dalam rapat
ALCO (Asset and Liability Management Committe) bank syariah. Penetapan
margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari
Tim ALCO Bank Syariah,
Pengakuan Angsuran Harga Jual Angsuran harga jual terdiri dari
angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan
angsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu:
1.)Metode margin keuntungan menurun Margin keuntungan menurun adalah
perhitungan margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan
menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan atau angsuran harga
pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntunngan) yang dibayar
nasabah setiap bulan semakin menurun. 2). Margin keuntungan rata-rata
Margin keuntungan rata-rata adalah margin keuntungan menurun yang
perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin
keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan. 3). Margin keuntungan flat
Margin keuntungan flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai
harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya,
walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga
pokok. 4). keuntunganannuitas Margin keuntungan annuitas adalah
keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan
annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran
angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini
akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan
margin keuntungan yang semakin menurun.11
F. Produk-produk Dalam Perbankan Syari’ah
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan, maka produk perbankan
Syariah yang ditawarkan kepada masyarakat dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
1. Pembiayaan Murabahah.
Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal sebagai murabahah.
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli di
mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli.
2. Salam.
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh, sedang pembayaran secara
tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Ketentuan umum Salam:
1. Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara
jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya
jual beli 100 kg mangga harum manis kualitas “A” dengan harga
Rp5000 / kg, akan diserahkan pada panen dua bulan mendatang.
2. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai
dengan akad maka nasabah (produsen) harus bertanggung jawab
dengan cara antara lain mengembalikan dana yang telah
diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
3. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau di-
pesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi
bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli
11
Nasrun Haroen, Fikih Muamalah,( Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000) h. 119
kedua) seperti bulog, pedagang pasar induk atau rekanan.
Mekanisme seperti ini disebut dengan paralel salam.
3. Istishna
Menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh bank
dalam beberapa termin pembayaran.
Ketentuan umum:
Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam
ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati di-
cantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama
berlakunya akad.
4. Ijarah (Sewa-Menyewa).
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada objek transaksinya.
5. Musyarakah.
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama.
Ketentuan umum:
1) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut
serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak
boleh melakukan tindakan seperti:
Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin
pemilik modal lainnya.
Memberi pinjaman kepada pihak lain.
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau di-
gantikan oleh pihak lain.
Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
- Menarik diri dari perserikatan
- Meninggal dunia,
- Menjadi tidak cakap hukum
13
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 150
14
Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 50-51
Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan yang
diajukan keoada perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum
yang dapat diputuskan Direksi.15
c) Direksi
1. Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama, yang bertugas
dalam memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syariahsehari-hari,
sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan
Komisaris dalam RUPS.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank
Syariah untuk masa yang akan datang yang disetujui oleh
Dewan Komisaris serta disyahkan dalam RUOS, agar
tercapai tujuan serta kontinuitas operasional perusahaan.
Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan
dan Rencana Kerja untuk tahun buku yang baru disetujui
oleh Dewan Komisaris.
Mengajukan Neraca dan Laporan Laba Rugi tahunan serta
laporan-laporan berkala lainya kepada Dewan Komisaris
untuk memdapatkan penilaian.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Utama
Mewakili Direksi atas nama Perseroan
Memimpin dan mengelola Perseroan sehingga tercapai
tujuan Perseroan
Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan
khususnya dalam hubungan dengan pihak ekstern
perusahaan.
Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
4. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur
Mewakili Direktur Utama atas nama Direksi
15
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 151
Membantu Direktur Utama dalam mengelola perseroan
sehingga tercapai tujuan perseroan
Bertanggung Jawab terhadap operasional perseroan,
khususnya dalam hubungan dengan pihak intern
perusahaan.16
d) Bidang Marketing
1. Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang
ditugaskan untuk mambantu Direksi dalam menangani tugas-tugas
khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan (kredit).
2. Tugas-tugas Pokok Bidang Marketing
Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas-tugas
marketing dan pembiayaan (kredit) dari unit/bagian yang
berada dibawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan
pelayanan kebutuhan perbankan bagi nasabah secara efesien
dan efektif tang dapat memuaskan dan menguntungkan baik
bagi nasabah maupun Bank Syariah.
Melakukan Monitoring, evaluasi, review, dan supervisi
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi bidang Marketing
(perkreditan) pada unit/bagian yang ada dibawah supervisi-
nya.
Bertindak sebagai Komite Pembiayaan dalam upaya
pengambilan keputusan pembiayaan (kredit).
Berkewajiban unutk meningkatkan mutu pelayanan
perbankan terhadap nasabah maupun calon nasabah.
Melayani, menerima tamu (calon nasabah atau nasabah)
secara aktif yang memerlukan pelayanan jasa perbankan.17
e) Bidang Operasional
1. Fungsi Bidang Operasional sebagai aparat manajement yang
ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di
16
Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 49-51
17
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 153
bidang operasional bank.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Operasional :
Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan
pengamanan jasa-jasa perbankan dari setiap unit/bagian
yang berada dibawah tanggumg jawabnya.
Melakukan monitoring, evaluasi, review dan kondisi
terhadap pelaksanna tugas-tugas pelayanan di bidang
operasional.
3. Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian
setiap unit/bagian yang berada dibawah tanggung jawabnya.
4. Aktif memberikan saran, pendapat kepada Direksi mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan tugasnya sehari-hari termasuk
mengusulkan produk-produk perbankan yang diperlukan nasabah.
f) Bidang Umum
1. Fungsi Bidang Umum adalah sebagai staf/karyawan bank bertugas
untuk membantu penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Umum
Menginvestasikan kebutuhan-kebutuhan karyawan atau
perusahaan dan kemudian sepanjang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap
dalam kondisi yang baik, dan bertanggung jawab atas
keamanan harta/peralatan tersebut.
Memberikan informasi kepada seluruh karyawan mengenai
hak dan kewajiban karyawan sesuai dengan ketentuan
Direksi.
g) Bidang Pengawasan
Bidang pengawasan adalah penegasan manajerial yang ditangani
oleh Direksi (Direktur Utama), agar perusahaan dapat berjalan sesuai
dengan ketentuan serta dapat mencapai keberhasilan yang optimal.
Tugas pokok Bidang Pengawasan tersebut mengawasi seluruh
kegiatan Bank Syariah agar dapat berjalan lancar sehingga dapat
mencapai kebarhasilan secara baik.18
2. Tugas-tugas Khusus (job Spesification)
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada
operasional bank syariah meliputi :
a) Mobilisasi Dana (Funding)
Bagian Mobilisasi Dana bertugas dalam pengumpulan dana
masyarakat sesuai dengan funding yang ada, seperti saham, deposito
mudharabah, tabungan mudharabah. Titipan Wadi'ah yad dhomanah,
infaq, dan shadaqah.19
b) Account Officer (A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan
pembiayaan sehingga menjadi Debitur. Selain membina Debitur agar bisa
memenuhi kesanggupannya terutama dalam pembayaran kembali
pinjamanya A/O juga menyelesaikan khasus Debitur yang mungkin
terjadi, dengan demikian A/O sangat berperan mulai dari memperoses
calon Debitur, membina, sampai menyelesaikan masalah Debitur ketika
ada khasusu yang menimpa Debitur nantinya.
c) Bagian Support Pembiayaan
Bagian support pembiayaan ini bekerjasama dengan A/O dalam
mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga memenuhi
kreteria dan persyaratanya. Tapi walaupun mereka bekerjasama mereka
memproses calon Debitur itu berbeda, A/O dalam memperoses calon
Debitur dilihat dari keandalannya (kelayakannya), sedangkan bagian
Support pembiayaan dari segi keabsahanya, seperti kebenaran
lampiranya, usaha maupun penggunaan pembiayaan, transaksi jaminan,
keabsahan jaminan, dan kelayakan lainnya.20
d) Bagian Administrasi Pembiayaan
18
Ibid, hlm153-155
19
Ibid , hlm 155
20
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 33
Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani
oleh A/O ataupun Bagian support Pembiayaan. Tetapi setelah calon
Debitur menjadi Debitur segala urusan pembayaran mulai dari pencairan
dana sampai pelunasan ataupun penbayaran-pembayaran para debitur itu
semua akan ditangani oleh Bagian Administrasi Pembiayaan.
e) Bagian Pengawasan Pembiayaan
Tugas pengawas pembiayaan untuk memantau pembiayaan antara
lain membuat surat peringatan kepada debitur apabila peminjaman yang
dipinjam debitur belum dibayar oleh Debitur tersebut dan debitur harus
dibuatkan surat peringatan. Bagian Pengawasan pembiayaan ini selain
membuat surat-surat peringatan mereka juga melakukan penagihan-
penagihan, tetapi penagihan disini bukan menggunakan Depkoletor
karena bank Syariah diharamkan untuk menggunakan hal seperti itu.21
f) Service Assistance (S/A)
S/A ini memberikan informasi dalam hal operasional kantor bank
syariah, jadi apa bila ingin mengetahui info-info operasional bank syariah
langsung ke S/A. Di samping itu S/A juga mengadministrasikan nasabah
Funding yang baru.
g) Kas dan Teller
Kas dan Teller bertugas untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan penerimaan dan penarikan pembayaran uang. Selain itu tugas Kas
dan Teller juga mengatur dan memilihara saldo atau mengatur posisi
uang di kas bagi yang penarikan, posisi uang kas yang melakukan
penerimaan yang semua itu tersimpan dalam khasanah bank.
h) Bagian Jasa Nasabah (Janas)
Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran
nasabah (Funding) kemudian melakukan penjurnalan. Penjurnalan janas
ini dimulai dari ikhtisar,jurnal umum, sampai kebuku besar.
i) Bagian Pembukuan
21
Ibid, hlm 34
Bagian pembukuan bertugas di dalam pembuatan neraca, membuat
daftar laba-rugi, dan bagian pembukuan ini juga bertugas dalam
pembuatan laporan ke Bank Indonesia dan tugas lain yang sesuai dengan
policy perusahaan.22
j) Sekertariat
Tugas sekertariat adalah pengelolaan surat-menyurat, arsip-arsip, dan
dokumen yang penting yang berpengaruh terhadap perkembangan atau
kemajuan disuatu perusahaan. Selain itu sekertariat dapat juga diserahi
tugas lain sesuai dengan kebijakan perusahaan.
k) Personalia
Personalia bertugas di pekerjaan yang terkait dengan kepegawaian,
seperti urusan kesejaterahan karyawan (gaji dan tunjangan), kenaikan
pangkat, pendidikan latihan, dan urusan kesejatrahan yang lain.
l) Perbekalan/Perlengkapan
Perbekalan bertugas mempersiapkan sarana serta perlengkapan
kantor. Dapat pula diberi tugas sesuai kebijakan perusahaan.
m) Bagian Keamanan dan urusan Rumah Tangga Kantor
Bagian keamanan dan urusan rumah tangga kantor bertugas
mengamankan kekayaan kantor serta pemeliharaannya, dan urusan rumah
tangga lainya.
n) Bagian Pengawasan Personalia
1. Bagian pengawasan personalia bertugas mengawasi personalia
karyawan dan kegiatan tugasnya di Bank Syariah, kemudian melaporkan
kepada Direksi.
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan Personalia :
a) Menyelenggarakan daftar hadir
b) Membuat kartu pegawai untuk tiap karyawan, kemudian
penyelenggaraanya
c) Menyelenggarakan penilaian karyawan23
22
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 157
23
Ibid, hlm 157-158
o) Bagian Pengawasan Marketing
1. Berfungsi mengamati kegiatan Bidang Marketing, kemudian
melaporkan kepada Direksi yang membidanginya
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan marketing
a) Menyelenggarakan Register calon Debitur dan Kreditur
b) Pencatatan kasus-kasus yang timbul di dalam marketing,
baik personalia yang menangani maupu tugas Marketing
c) Secara periodis memberikan laporan kepada Direksi yang
membidangi.
3. Memberikan masukan, opini,pendapat dan cara pemecahannya.
p) Bagian pengawasan Operasional
1. Berfungsi mengamati kegiatan dibidang operasional, kemudian
melaporkan kepada Direksi yang Membidanginya
2. Tugas-tigas pokok bagian Bidang Operasional
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi di Bidang Operasional
Kantor.
b) Memberikan masukan,opini, pendapat serta cara
pemecahanya.
q) Bagian Pengawasan Umum
1. Berfungsi mengamati kegiatan bidang umum dalam operasional,
seperti di Bagian Perbekalan, Bagian Keamanan dan Urusam Rumah
Tangga Kantor, kemudian memberikan laporan kepada Direksi yang
membidanginya.
2. Tugas-tugas pokok Bagian Pengawasan Umum
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi dibidang Pengawasan
Umum terutama di Bagian Perbekalan, Bagaian Keamanan dan di
Bagian Urusan Rumah Tangga
b) Secara periodik memberikan laporan kepada direksi yang
membidanginya.
3. Memberikan masukan, opini maupun pendapat serta cara
pemecahan masalahnya,
r) Bagian Pembukuan / Akuntansi
Bagian ini secara langsung berhadapan dengan persoalan Akuntansi adalah
pembukuan.24
H. Menejemen Dana Dan Likuitditas Bank Syari’ah
Dua penyebab utama risiko likuiditas adalah ketidakseimbangan asset dan
liabilitas dan mismatch maturitas yang dapat terjadi karena dua kondisi (Helmen
et.al, 1994:164-165): (a) aktiva lancar yang tersedia dalam porsi yang lebih besar
daripada liabilitas volatile yang dikenal sebagai gap likuiditas, atau (b) jumlah
dana perkiraan yang diperlukan pada sisi aktiva lebih tinggi dari jumlah dana
perkiraan yang tersedia pada sisi liabilitas, yang dikenal sebagai kebutuhan
likuiditas (lihat gambar 2)25
24
Ibid, hlm 157-158
25
ISMAL, RIFKI (2010) THE MANAGEMENT OF LIQUIDITY RISK IN ISLAMIC
BANKS: THE CASE OF INDONESIA. Doctoral thesis, Durham University. Available at Durham
E-Theses Online: http://etheses.dur.ac.uk/550/
dalam hal transformasi jangka waktu dan risiko sebagai dua fungsi utama dari
lembaga intermediasi keuangan (lihat Bitz 2005, Oehler 2006)26. Fungsi-fungi
intermediasi ini juga mengimplikasikan transformasi likuiditas. Langkah-langkah
rintisan untuk mengatasi batasan pengelolaan likuiditas bank-bank islam dengan
memasukkan pasar modal dan pasar uang yang sesuai dengan ketentuan syariah
telah dilakukan di Malaysia, Bahrain dan Arab Saudi. Akan tetapi, sektor
keuangan islam perlu melanjutkan inovasinya pada tingkat portofolio produk,
pada tingkat kelembagaan dan peraturan untuk memecahkan masalah keterbatasan
dalam refinancing bank.
Meskipun profit dan loss sharing merupakan prinsip utama syariah,
kontrak pendapatan tetap jangka pendek umumnya masih mendominasi portofolio
produk bank-bank islam. Bagi hasilnya bisa melebihi 80% dari seluruh portofolio
produk pada sisi asset, sehingga portofolio memperlihatkan diversifikasi dan
struktur risiko yang rendah. Hal ini umumnya terjadi karena kebanyakan bank-
bank islam memediasi di negara-negara dengan lingkungan hukum, kelembagaan
dan keuangan yang rendah. Hal ini biasanya menyebabkan tingkat asimetri
informasi yang tinggi dan perilaku oportunistik (moral hazard, hidden action) dari
para pelaku pasar serta kendala likuiditas dan tingginya biaya modal bagi
lembaga-lembaga perantara keuangan yang disebabkan oleh segmentasi pasar
(lihat Aggarwal dan Yousef 2000, Chong
dan Liu 2007, Akacem 2008, Visser 2009, Al-Hasan et al. 2010, Choudury dan
Hoque 2006)27. Sebagai akibatnya, preferensi terhadap bank-bank islam bersifat
rasional dan reaksi optimal, bahkan terhadap alternatif kontrak pembiayaan
ekuitas dengan sistem keuangan ganda (dual system) dengan kemungkinan buruk
pemilihan diantara keduanya. Tetapi dengan instrumen mark-up yang digunakan
dalam prakteknya yang sering dikritisi oleh pakar syariah dan pakar ekonomi
karena dianggap dekat dengan instrumen berbasis-bunga sehingga dianggap tidak
26
Mahir Alman, Liquidity Transformation Factors of Islamic anks: An Empirical
Analysis, November 2010
27
Mahir Alman, Liquidity Transformation Factors of Islamic anks: An Empirical
Analysis, November 2010
berbeda dari perspektif fungsional (lihat khan dan Ahmed, 2001, El_Gamal, 2001,
Rosly 2005, Sundararajan 2007, Chapra, 2007, Cihak dan Hesse, 2008)28. Bank-
bank islam biasanya memiliki rata-rata rasio ekuitas yang lebih tinggi. Jadi, rata-
rata rasio ekuitas yang tinggi merupakan respon terhadap terbatasnya sumber
pembiayaan yang kemudian membentuk cadangan modal tambahan sebagai
antisipasi terhadap terjadinya default.
Penggunaan murabahah yang dijamin dengan komoditi dan pembiayaan
dagang jangka pendek memungkinan bank-bank syariah untuk menginvestasikan
surplus kas jangka pendek. Bank syariah harus mencoba untuk tidak tergantung
kepada beberapa depositor besar, sebaliknya mereka harus mencoba untuk
memobilisasi simpanan mereka dari depositor lainnya, melakuan diversifikasi
sumber-sumber simpanan. Kelebihan likuiditas bank syariah tidak dapat dengan
mudah ditransfer ke bank konvensional karena bank syariah tidak menerima
konsep tentang riba; akan tetapi di sini ada suatu ruang untuk pertukaran surplus
dana diantara bank syariah. Semakin besar jumlah bank syariah dan semakin lebar
aktivitasnya, akan semakin besar pula lingkup kerjasama dalam bidang ini.
Maturitas investasi bank-bank harus dipelajari dengan baik melalui
identifikasi kekurangan likuiditas di masa depan dengan menyusun ladder
maturitas berdasarkan waktu yang tepat. Bank syariah mengklasifikasikan arus-
arus kas termasuk di dalamnya metode perilaku, dan dapat mempertimbangkan
dengan membedakan jenis arus kas sebagai arus kas yang telah diketahui
maturitasnya dan jumlahnya telah diketahui sebelumnya. Kategori ini mencakup
piutang dari murabahah, ijarah, piutang dan berkurangnya musyarakah.
Bank syariah harus membuat analisa arus kas secara periodik pada berbagai
skenario dan kondisi pasar. Skenario dapat divariasi tergantung pada kondisi pasar
lokal, dan dapat berdasar (a) lingkungan operasi normal, (b) skenario terburuk.
Analisa harus memasukkan asumsi mengenai pembayaran kembali modal yang
telah diinvestasikan kepada pemegang deposito PLS. Bank syariah harus menilai
Apa sih yang harus dilakukan oleh seorang marketing bank syariah?
Oleh karena itu apa yang harus dilakukan oleh pemasar bank syariah
dengan melakukan sebagai berikut:
1. Meyakinkan pelanggan akan produk yang tidak nyata melalui presentasi
produk yang menarik
2. Proses penjualan efektif tergantung pada ketajaman dan kejelian dalam
melakukan pendekatan penjualan
Dua hal di atas sangat ditentukan oleh kualitas keterampilan pemasaran
untuk melakukan total quality service skill. Keterampilan layanan dengan kualitas
total dapat diwujudkan jika memperhatikan aspek-aspek berikut:
1. Memberikan penghargaan kepada nasabah, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan dan dilakukan adalah:
a) Hargai nasabah
b) Alasannya apa
c) Tanyakan tentang yang kita hargai
d) Inspirasikan
2. Menggali informasi, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Penjajagan dengan open probes dan close probes
b) Kreatif dan terarah dalam bertanya
c) Menjadi pendengar yang baik
d) Konfirmasi kembali
3. Pembukaan, dilakukan dengan:
a) Berikan pernyataan tentang kebutuhan nasabah secara umum
b) Jelaskan keuntungan produk secara umum
4. Memberikan informasi, dilakukan dengan:
a) Menyamakan persepsi
b) Sistematis
c) Jelas dan relevan
d) Pemanfaatan media yang mengenai lima indra
e) Perhatian level nasabah
f) Konfirmasi kembali (memahamkan nasabah)
5. Probing, dapat dilakukan dengan:
a) Open probes artinya merangsang nasabah untuk berbicara
b) Closed probes artinya mengarahkan nasabah yang pendiam
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan,
pengarahan, pengembangan, personal, perencanaan dan pengawasan terhadap
pekerjaan-pekerjaan. Sedangkan manajemen syariah yaitu suatu pengelolaan
untuk memperoleh hasil optimal yang bemuara pada pencarian keridhaan
Allah. Ada empat prinsip (aksioma) dalam ilmu ikonomi Islam yang mesti
diterapkan dalam bisnis syari’ah, yaitu: Tauhid (Unity/kesatuan), Keseimbangan
atau kesejajaran (Equilibrium), Kehendak Bebas (Free Will), dan Tanggung
Jawab (Responsibility). Perbedaan etika bisnis syariah dengan etika bisnis yang
selama ini dipahami dalam kajian ekonomi terletak pada landasan tauhid dan
orientasi jangka panjang (akhirat). Prinsip ini dipastikan lebih mengikat dan tegas
sanksinya. Etika bisnis syariah memiliki dua cakupan. Pertama, cakupan internal,
yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal yang memperhatikan aspek
kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi dan tidak diskriminatif plus
pendidikan. Sedangkan kedua, cakupan eksternal meliputi aspek trasparansi,
akuntabilitas, kejujuran dan tanggung jawab. Demikian pula kesediaan perusahaan
untuk memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat sebagai stake holder
perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Ade Sufairi , Sejarah Perbankan Syariah, dikutip dalam wibesite online di
http://adesufairi.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-perbanakan-syariah.html.
Doli D. Siregar, Manajemen Aset, (Jakarta : PT, Gramedia Pustaka Utama, 2004)
ISMAL, RIFKI (2010) THE MANAGEMENT OF LIQUIDITY RISK IN
ISLAMIC BANKS: THE CASE OF INDONESIA. Doctoral thesis,
Durham University. Available at Durham E-Theses Online:
http://etheses.dur.ac.uk/550/
Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah:Dasar-dasar dan
Dinamika Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta :Rajawali Pers, 2017),
Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, Jogjakarta, Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga dan LESFI, 2002
Veitzal Rivai Dan Arvian Arivin, Islamic Banking, Pt. Bumi Aksa Ra, Jakarta,
2010,